Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2015
…
5 pages
1 file
Banyak orang berasumsi, bahwa anemia merupakan penyakit kurang darah, 5L (lesu, lemah, letih, lunglai dan loyo) adalah serangkaian gejalanya. Untuk mengatasi gejala ini di televisi ataupun media-media cetak sering kita lihat berbagai iklan produkproduk antianemia yang dapat dengan mudah dibeli di pasaran. Masalahnya, apakah benar anemia yang dipahami secara medis cukup hanya diatasi dengan mengkonsumsi obat antianemia saja. Tentu jawabannya tidak sesederhana itu. Secara ilmiah anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah Hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal (kadar Hb<10g/dl). Sel darah merah membawa oksigen (O2) dari paruparu ke jaringan dan organ-organ tubuh yang akan digunakan sebagai energi.
idai.or.id
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah. Di Amerika Serikat, 60-80% bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) mengalami anemia dan membutuhkan transfusi sel darah merah berulang sehingga mempunyai risiko terjadi komplikasi penularan penyakit. Salah satu upaya menurunkan kebutuhan transfusi tersebut dengan pemberian eritropoetin eksogen yaitu recombinant human eritropoietin (r-HU EPO) yang berfungsi merangsang proliferasi, diferensiasi dan maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang. Walaupun pada bayi prematur dijumpai kadar eritropoetin yang sangat rendah, namun progenitor eritroid tetap sensitif terhadap eritropoetin eksogen. Pemberian r-HU EPO dapat meningkatkan eritropoesis sehingga bermanfaat mengurangi kebutuhan transfusi pada anemia bayi prematur. Pemberian dalam dosis cukup pada usia dini, suplementasi preparat besi dan protein mempunyai efektifitas yang baik. Berbagai penelitian terhadap penggunaan r-HU EPO pada anemia bayi prematur telah dilakukan tetapi belum ada kesepakatan mengenai protokol pemberian, termasuk waktu, dosis, cara, dan durasi pemberian. [SarPed 2005;7(3):143-148].
2016
Anemia defisiensi besi (ADB) pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan tingginya tingkat insiden dan komplikasi yang timbul. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa polimorfisme gen matriptase-2 berhubungan dengan kejadian anemia. gen matriptase-2 berperan dalam menekan hormon hepcidin dalam regulasi penyerapan besi. Penekanan hormon hepcidin oleh gen matriptase-2 terjadi melalui mekanisme pemecahan membrane-bound hemojuvelin (m-HJV) yang merupakan bone morphogenetic proteins (BMPs) coreceptor berperan pada jalur protein SMAD yang berperan pada pembentukan hormon hepsidin. Penelitian lain menunjukkan produksi gen matriptase ditingkatkan oleh HIF-1α and HIF-2α yang juga berperan pada eritropoesis sehingga didapatkan hipotesis bahwa eritropoietin berperan pada ADB khususnya pada regulasi hormon hepcidin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar hormone EPO serum pada ibu hamil dengan ADB dan tanpa ADB. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penel...
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2023
Chronic kidney disease (CKD) adalah kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan. Tindakan medis yang dilakukan di rumah sakit adalah hemodialisa. Tindakan ini tersebut dapat memicu terjadinya anemia, anemia pada pasien gagal ginjal (CKD) terjadi karena adanya kerusakan pada bagian ginjal yang menjadi tempat produksi hormon Erythropoietin Stimulating Agent (ESA), akibat gangguan tersebut mengakibatkan defisiensi eritropoietin dimana produksi sel-sel darah merah tidak terbentuk. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui tingkat keberhasilan terapi anemia, angka kejadian anemia pada pasien CKD, dan pengaruh pemberian eritropoietin terhadap tingkat keberhasilan terapi anemia pada pasien CKD di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini termasuk jenis observasional. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah data hemoglobin pasien pada rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah total sampling. Pengukuran keberhasilan terapi digunakan adalah data hemoglobin pasien setelah diberikan eritropoetin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 orang pasien CKD (Chronis Kidney Disease). didapatkan hasil 50 orang pasien ( 55,55%) tercapainya tingkat keberhasilan terapi anemia dan 40 pasien (45,45%) tidak tercapai keberhasilan terapi anemia. Angka kejadian anemia berjumlah 90 pasien (100%). Berdasarkan Analisis didapatkan adanya pengaruh eritropoietin terhadap keberhasilan terapi anemia pada Chronic Kidney Disease (CKD) di RSUD Ulin Banjarmasin.
Makalah Kebidanan Farmakologi: Obat Anemia, 2018
Anemia hemolitik adalah suatu keadaan anemia yang terjadi oleh karena meningkatnya penghancuran dari sel eritrosit yang diikuti dengan ketidakmampuan dari sumsum tulang dalam memproduksi sel eritrosit untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit. Untuk mengatasi kebutuhan tubuh terhadap berkurangnya sel eritrosit tersebut, penghancuran sel eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hiperplasia sumsum tulang sehingga produksi sel eritrosit akan meningkat dari normal. Hal ini terjadi bila umur eritrosit berkurang dari 120 hari menjadi 15-20 hari tanpa diikuti dengan anemia, namun bila sumsum tulang tidak mampu mengatasi keadaan tersebut maka akan terjadi anemia. 1,2 Memendeknya umur eritrosit tidak saja terjadi pada anemia hemolitik tetapi juga terjadi pada keadaan eritropoesis inefektiv seperti pada anemia megaloblastik dan thalasemia. Hormon eritropoetin akan merangsang terjadinya hiperplasia eritroid (eritropoetin-induced eritroid hyperplasia) dan ini akan diikuti dengan pembentukan sel eritrosit sampai 10 x lipat dari normal. Anemia terjadi bila serangan hemolisis yang akut tidak diikuti dengan kemampuan yang cukup dari sumsum tulang untuk memproduksi sel eritrosit sebagai kompensasi, bila sumsum tulang mampu mengatasi keadaan tersebut di atas sehingga tidak terjadi anemia, keadaan ini disebut dengan istilah anemia hemolitik kompensata. Anemia terdiri dari anemia autoimun dan non imun. 1,2 a. Anemia hemolitik autoimun (AIHA) Anemia Hemolitik Autoimun (Autoimmune Hemolytic Anemia=AIHA) ialah suatu anemia yg timbul karena terbentuknya autoantibodi terhadap self antigen pada membran eritrosit sehingga menimbulkan dekstruksi eritrosit (hemolisis). Reaksi autoantibodi ini akan menimbulkan anemia, akibat masa edar eritrosit dalam sirkulasi menjadi lebih pendek. 4 Anemia disebabkan karena kerusakan eritrosit melebihi kapasitas sumsum tulang untuk menghasilkan sel eritrosit, sehingga terjadi peningkatan persentase retikulosit dalam darah. 2 AIHA dipicu oleh infeksi virus atau vaksinasi, lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa. Imunodefisiensi atau keganasan (terutama
Jurnal Sain Veteriner, 2019
Recombinant human erythropoietin (rhEPO) is one of the biotechnology-based drugs that are needed by the human medicine and has also been used in the veterinary medicine. Currently RhEPO has been widely used in the world of human medicine for the treatment of anaemia caused by renal failure, cancer, chronic inflammation and AIDS. In veterinary medicine, although there is still not much data on its achievements, rhEPO has also been used for cases of chronic renal failure in dogs and cats. However, since rhEPO is not identical to feline EPO and canine EPO, some patients eventually produce antibodies against the drug. The antibodies not only prevent EPO therapy from being effective, but also may lead to severe and life-threatening anemia. This paper provides a review of the use of RhEPO, rfEPO and rcEPO in veterinary medicine, especially for the purpose of non-regenerative anemia therapy in cases of chronic renal failure in dogs and cats.