Academia.eduAcademia.edu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

RESEMU PSIKOLOGI PENDIDIKAN “MENGHADAPI PEMBELAJARAN ABAD 21” Karya: Iskandar S.Ag,M.Pd.,M.S.I.,Ph.D Dosen Pengampu: Iskandar S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,Ph.D Disusun Oleh: Didi Hardi Saputra (201220304) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2024 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT maha pengasih dan maha penyayang, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayat, dan Inayah-Nya. Sehingga saya dapat meresume buku psikologi pendidikan dengan judul “mengahadapi pembelajaran abad 21” guna memenuhi tugas dari bapak Dr. Iskandar S.Ag, M.Pd, M.S.I, Ph.D BAB 1 (KONSEP PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21) Konsep Psikologi pendidikan Secara etimologis, psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni: Ontologis; obyek dari psikologi prndidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung dengan pendidikan, admistrator, orang tua peserta didik (stakeholders) masyarakat pendidikan. Epistemologi; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan kajian ilmiah (rasional sistematis, dan empiris) melalui studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif. Aksiologis;manfaat dari psikologi terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi proses pendidikan (Ahmad Sudrajat 2008). Arti penting Psikologi Pendidikan Bagi Pendidikan Dan Peserta Didik. Disini berbicara pentingnya psikologi pengdidikan bagi guru dan dosen (pendidik). Keharusan guru dan dosen memperoleh dan menguasi psikologi pendidikan merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru dan dosen yaitu kompetensi pedagogik. Muhibbin syah (2005) berbendapat bahwa diantara pengetahuan yang harus dimiliki guru dan dosen serta calon pendidik adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses pendidikan dam pembelajaran peserta didio. Dengan memahami konsep psikologi pendidikan, guru dan dosen (pendidik) dapat mengimpentasikan melalui pertimbangan psikologi dalam upaya: Mengembangkan tujuan pembelajaran secara tepat. Memiliki strategi atau metode pembelajaran yang sesuai yang relevan dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Memberikan nasehat atau tauladan kepada peserta didik. Mendampingi atau memfasilitasi pembelajaran siswa. Ciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Menbangun interaksi secara tepat dengan peserta didik. Mengevaluasi proses dan hasil belajar yang adil. BAB 2 (PERKEMBANGAN INDIVIDU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21) Konsep Perkembangan Individu Perkembangan individu dapat dipahami sebagai perubahan yang sistematis, bertahap dan terus-menurus dari individu sejak lahir sampai akhir hayat, atau perubahan yang dialami individu ketingkat kedewasaan atau kedewesaan yang ia mampu. Yang dimaksud dengan perubahan sistematis adalah perubahan dalam proses perkembangan yang saling bergantung satu sama lain atau interaksi fisik dan psikologis antara satu bagian dengan bagian lainnya untuk membentuk keseluruhan yang harmonis, seperti; perkembangan kognitif. Progresif berarti bahwa sedang berlangsung perubahan-perubahan yang maju, meningkat dan menyebar, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (spritual) contoh; skala fisik dan variasi (ketinggian (kecil kebesar dan pendek ke panjang). Kontinuitas berarti perubahan pada bagian atau fungsi tubuh sering atau terus menurus terjadi. Contoh; untuk dapat berdiri, seorang anak harus terlebih dahulu memperoleh fase pra-perkembangan yaitu kemampuan duduk dan merangkak (Akhmad Sudrajat, 2009). Pertumbuhan individu untuk tumbuh dan berkembang secara fisik dan mental. Perkembangan individu terjadi selama tahap perkembangan dari bayi sampai dewasa. Disisi lain, secara psikologis, perkembangan pribadi juga bergeser dari fantasi imajiner ke fantasi nyata. Artinya, perkembangan tidak berhenti dan semua aspek perkembangan saling terkait, sehingga setiap tahap perkembangan memiliki karakteristiknya sendiri. Tahap Pembelajaran dan Pengembangan Individu Belajar merupakan kegiatan yan sangat penting bagi keberlangsugan hajat hidup manusia. Dibandingkan dengan makhluk lain, tidak ada makhluk di dunia ini yang tidak berdaya seperti bayi manusia saat mereka lahir. Disisi lain, tidak ada orang lain di dunia ini yang dapat menciptakan apa yang diciptakan manusia dewasa setelah menjadi dewasa. Jadi manusia membutuhkan kecerdasan fisik dan mental, yang semuanya hanya dapat dicapai dengan belajar. Tentunya belajar sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, orang selalu belajar, kapan saja, dimana saja. Belajar itu sendiri dapat diartikan, antara lain; Hilgard mengatakan: belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan malalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam linkungan ilmiah). Morgan; belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. James P. Chaplin, belajar berarti membuat perubahan yang relatif bertahan lama dalam perilaku yang dihasilkan dari latihan atau pengalaman. Dari defenisi belajar ini, Sumadi Suryabrata (2005) menyimpulkan: Belajar menyebabkan perubahan (penolakan terhadap perubahan perilaku saat ini atau potensial) Perubahan perubahan pada dasarnya adalah perolehan keterampilan baru. Perubahan disebabkan oleh usaha (kesengajaan). C. Perkembangan peserta didik secara Didaktis Syamsu Yusuf (2003) mengemukakan beberapa tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis, sebagai berikut: Masa Usia pra Sekolah. Masa Usia Jejang Pendidikan Dasar. Masa usia pendidikan Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Adapun tugas anak-anak pada usia sekolah dasar ini adalah: Belajar keterampilan jasmani atau fisik melalui bermain Belajar bergaul. Belajar mengembangkan kemampuan menulis, membaca dan menghitung. Belajar mengenal kemampuan dirinya. Belajar memainkan berperan sebagai lelaki maupun wanita. Belajar memandingkan diri dengan keinginanya. Belajar menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginannya. Belajar bersikap bebas atau tidak terikat menentukan sesuatu kehendak. Karakteristik masa kelas-kelas 9 atau 10 hingga 12 atau 13 tahun: Suka kehidupan sehari-hari yang konkret. Sangat praktis dan ingin tahu. Menjelang akhir periode ini ada minat khusus mata pelajaran ketika mereka tertarik dalam masalah atau ketika bakat khusus mulai muncul. Pada usia 11 tahun, anak-anak membutuhkan guru dan orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan mengerjakan perkerjaan rumah mereka dan memenuhi keinginan mereka sudah cukup Setalah usia ini, anak-anak sering bebas mengerjakan perkerjaannya dan berusaha menyelesaikannya. Suka membentuk kelompok teman sebaya untuk bermain, dalam permainan ini, mereka tidak terikat oleh anturan tradisional (yang ada) mereka membuat aturan sendiri. Langkah-langkah penting dalam membesarkan anak pada tahap ini adalah: Pendidikan sangat ketat. Dorongan untuk belajar. (c) Melatih anak untuk patuh (d) Pengawasan Anak. Pencegahan perilaku tidak etis. Membangun hubungan dengan contoh yang baik. BAB 3 (MEMBANGUN KECERDASAN ABAD 21) Kecerdasan Intelektual (IQ) Kecerdasan intektual (IQ) adalah kecerdasan dasar yang terkait dengan proses kognitif dan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan matematika logis dan keterampilan kognitif (menulis,membaca, menyimpan, menghitung, dan merespon.) kecerdasan ini disebut kecerdasan rasional karena menggunakan hubungan potensi untuk memecahkan masalah. Kecerdasan inteluktual (IQ) muncul sejak dalam kehidupan keluarga dan masyrakat, sejak anak dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Kecerdasan intelektual merupakan aspek psikologis yang dapat mempengaruhui kuantitas dan kualitas seseorang dalam perolehan pembelajaran. Sesuai dengan berjalan nya zaman, manusia mulai menyadari bahwa faktor emosi tidak kalah pentingnya dalam mendukung sebuah kesuksesaan, bahkan dipandang lebih penting dari pada intelijensi. Daniel Goleman, walaupun bukan pencetus pertama telah mempupulerkan pada pertengahan 1990-an. Seperti juga IQ konsep kecerdasan emosi ini dioperasinalisasikan menjadi alat ukur dan keluarnya disebut EQ. Kecerdasan Multiple Intelligence Gardner, seorang profesor pendidikan Harvard yang mempelajari kecerdasan manusia, mematahkan mitos bahwa IQ tetap ada. Jika seseorang dilahirkan dengan IQ rata-rata, IQ mereka tidak akan pernah bisa bertambah atau berkurang. Dengan kata lain, jika seseorang dilahirkan demgan IQ yang cukup, sulit untuk mencapai IQ yang baik (jenius) dan sebaliknya. Namun, kecerdasan emosional (EQ) dapat dikembangkan sepanjang hidup melalui pembelajaran. Keberadaan delapan kecerdasan ini memberi kita kesempatan untuk menganggap diri kita cerdasa, bahkan jika ini tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Terkadang kita menganggap mereka bodoh karena mereka tidak cerdas dalam berfikir, matematika dan kata-kata. Memang kita harus berasumsi bahwa kita adalah orang-orang cerdas dengan satu atau lebih dari kecerdasan ini. Kedua kecerdasan tersebut menggunakan alat Aktivitas menulis untuk meningkatkan kedua kecerdasan tersebut. Setidaknya “kegiatan menulis” berkontribusi pada peningkatan dua pikiran. Model kecerdasan ganda adalah: Kecerdasan Matematis. Kecerdasan linguistik. Kecerdasan Musikal. Kecerdasan Visual. Kecerdasan Motorik. Kecerdasan Interpersonal 7) Kecerdasan Intrapersonal. 8) Kecerdasan Natural. C. Kecerdasan Emosi Emotional Quotien (EQ) Daniel goleman melalui bukunya yang terkenal “emotional Quotien’ atau kecerdasan emosional. Dari ke delapan spektrum kercerdasan yang dikemukakan oleh Gardner diatas, goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan intra-personal atau antar pribadi. Padahal menurut Goleman, faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi ini. Selanjutnya oleh tokoh-tokoh seperti, sternberg, Bar-on dan salovey, sebagaimana diungkapkan oleh Goleman, disebutkan adanya lima domain kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional, yaitu: (1) Kemampuan mengenali Emosi Diri (2) Kemampuan mengatasi/mengelola emosi. Motivasi diri. Kemampuan diri memahami emosi orang lain (empati). Kemampuan membangun hubugan sosial. Kecerdasan emosi merupakan formulasi baru dari “soft skills” tradisional seperti leadership, kedalam acuan yang logis. Kecerdasan emosi berkaitan dengan pemahaman diri dan orang lain. Bagaimana kita dapat meningkatkan kecerdasan emosi? Membaca situasi dengan memperhatikan situasi sekitar anda Mendengarkan dan menyimak lawan bicara anda yang selalu merasa benar punya kecenderungan untuk tidak mendengarkan kata orang lain. Siap berkomunikasi jurus ini memang paling ampuh. Lakukan selalu kuminikasi biar pun pada situasi sulit. Tak usah takut ditolak ada kalanya orang ragu-ragu bertindak karena takut ditolak orang lain. Mencoba berempati EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain. Pandai memilih perioritas ini perlu supaya anda bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak dan apa yang bisa ditunda. Siap mental sikap mental tempe itu sudah ketinggalan zaman. Ungkapkan lewat kata-kata bagaimana orang bisa membaca pikiran anda Bersikap rasional betul, kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan. 10)Fokus kosentrasikan diri anda pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian. BAB 4 (KEMAMPUAN BERPIKIR ABAD 21) Kemampuan Berpikir dalam perspektif Historis Sejarah berpikir pada zaman socrates Kemampuan berpikir Historis dan Dampaknya terhadap pemahaman konsep kemampuan berpikir itu sendiri. Barat merupakan dasar bentuknya pemikiran Aristoles, platon, dan socrates, serta dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Dalam tradisi islam, berpikir kritis sebenarnya menjadi dasar pengambilan keputusan dan takuwill. Tafsir Alquran dan kisah para dewa ditanggapi dengan serius, dan hasilnya tercemin sesuai dengan kebenaran. Berpikir kritis menuntun para pemikir menuju kebenaran. Puncuk pemikiran menemukan manusia dalam kebenaran. Proses berpikir kritis membedakan antara baik dan jahat, buruk dan baik, baik dan jahat. Tentu saja, dasar yang membekali seseorang dengan kemampuan berpikir. Sejarah pemikiran Modern Beberapa filsuf abad ke 20, psikolog dan pendidik, termasuk Gilford, Dewey, Myers dan Bloom, memberikan kontribusi yang signifikan untuk pegembangan kemampuan berpikir manusia seperti Benjamin Bloom dan rekan-rekannya, konsep menggunakan masalah ketika menggunak domain kognitif berdasarkan keterampilan berpikir. Konsep Kemampuan Berpikir Kemampuan berpikir bersifat reflektif dan berorientasi pada proses inteluktual termasuk pembentukan penerapan, analisis, pengumpulan (sentesis) atau pengamatan konsep dan evaluasi informasiyang dihasilkan oleh pengalaman. Dan kegiatan berpikir kreatif. Refleksi, keyakinan atau komunikasi sebagai dasar keyakinan dan tindakan. Menurut Bayer (1984) pikiran adalah usaha manusia untuk membentuk konsep, memberi sebab dan mengambil keputusan yang ditentukan. Menurut Fraenkel (1980) pemikiran adalah pembentukan pengalaman dan penyusunan informasi dalam bentuk ternentu. Dalam definisi kompetensi berpikir, penulis berpendapat bahwa: “kemampuan berpikir dengan kehadiran seorang individu yang menggunak domain kognitif dan emosional untuk tujuan memperoleh atau memberikan informasi, informasi pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Dengan kata lain, kemampuan berpikir adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan otak (domain kognitif/air) dan hati (domain emosional/hati) sebagai dasar keyakinan atau tindakan. Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Berpikir kritis mengacu pada keadaan pikiran seseorang yang dapat mengevaluasi validitas dan kebaikan ide, pemikiran dan sudut pandang dan bereaksi berdasarkan bukti, sebab dan akibat. Pengertian kemampuan berpikir kreatif dibuat dengan menggunakan pikiran untuk menciptakan ide-ide baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan penemuan-penemuan baru berdasarkan orisinalitas produksinya. Ini dapat diberikan sebagai ide praktis atau abstrak. Berpikir kreatif dapat dilihat dari dua kompunen penting: Sekelompok keterampilan yang digunakan untuk memproses atau menghasilkan informasi dan keyakinan Dibentuk atas dasar usaha inteluktual dan menggunakan kemampuan manusia ini adat istiadat yang menjadi dasar perilaku Konsep berpikir sebelum bertentangan dengan gagasan lain sebagai berikut: Berpikir adalah penyelidikan dan penyimpanan informasi (cara khusus untuk memperoleh dan memberikan informasi) Pertimbangkan hanya potensi untuk menghasilkan manfaat yang berbeda (karena ini berarti penggunaa terus menurus) Mempertimbangkan hanya penggunaan keuntungan penerimaan gagasan ini tanpa pertimbangan. Kompetensi berpikir merupakan potensi manusia yang terbesar diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi, kompetensi berpikir ini wajib diasah seiiring dengan perkembangan abad 21. Kebutuhan akan kompetensi berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan di abad 21 Yang mutlak harus dikuasi oleh pendidik yang mampu mengadopsi teknologi informasi. Berpikir kreatif merupakan pondasi kemajuan untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya. BAB 5 (MOTIVASI PEMBELAJARAN ABAD 21) Arti pentingnya motivasi dalam pembelajaran Motivasi belajar dikenal dalam proses belajar. Motivasi belajar adalah motivasi yang diterapkan pada kegiatan belajar mengajar, serta motivasi mental peserta didik secara keseluruhan untuk memicu kegitan belajar, dan menjamin kelangsungan belajar untuk mencapai tujuan. Motivasi memainkan peran penting dalam merangsang semangat dan kegembiraan dalam belajar. Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah kegiatan yang mengubah perilaku melalui latihan dan pengalaman dan ditingkatkan dengan penguatan berbasis tujuan. Motivasi merupakan salah satu determainan penting dalam proses pembelajaran. Motivasi pembelajaran adalah daya penggerak dalam diri untuk terlibat dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Motivasi ini muncul untuk mengetahui, memahami, mendorong dan membimbing minat belajar, serta memotivasi peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan berhasil. Dalam proses belajar, motivasi dikaitkan dengan kebutuhan untuk belajar. Belajar dan belajar memiliki beberapa peran motivasi penting: Peran motivasi dalam meningkatkan pembelajaran. Upaya untuk memberikan dukungan dengan rumus mate matematika dapat meningkatkan pembelajaran. Peran motivasi dalam memperjelas tujujan pembelajaran. Peran motivasi dalam menentukan keberlangsungan pembelajaran. Selain guru dan instruksi, orang tua juga berperan aktif dalam memfasilitasi pembelajaran peserta didik dirumah. Teknik motivasi yang dapat digunakan untuk belajar adalah: Hadiahi dengan menggunakan kata-kata seperti hebat, luar biasa dan luar biasa Skor tes untuk memotivasi peserta untuk belajar lebih banyak. Mendorong dan membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Mainkan dan gunakan simulasi. Pelatihan Pendidikan ulang dikalangan peserta didik. Memberi contoh yang positif. Penampilan guru dan pelatih. Sumber-sumber motivasi belajar Menurut Arden N. francen menyatakan bahwa beberapa hal yang mendorong peserta didik antara lain: Adanya rasa ingin tahu dan keinginan untuk menjelahi dunia yang lebih besar. Adanya sifat kreatif manusia dan keinginan untuk maju. Mengharapkan belas kasih dari orang tua, guru dan teman. Ada keinginan untuk memperbaiki kegagalan usaha baru di masa lalu. Keinginan untuk merasa aman. Adanya reward atau punishment di akhir pembelajaran. Peranan motivasi dalam proses pembelajaran Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar, tidak ada kegiatan belajar yang tanpa motivasi. Dengan demikian, motivasi memegang peranan strategis dalam mencapai tujuan hasil belajar. Peranan motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: Motivasi atau peranan motivasi sebagai motivator dalam kegiatan belajar. Peran motivasi adalah untuk memperjelas tujuan pembelajaran. Peran motivasi dalam memilih Tindakan. Peran motivasi intrinsik dalam pembelajaran. Peran motivasi menentukan ketetukanan dalam pembelajaran. Peran motivasi melahirkan prestasi. Suksenya peserta didik dalam menghadapi pembelajaran abad 21 ditunjukkan dengan secara usaha sadar untuk merubah sikap, perilaku dan skill peserta didik dibutuhkan motivasi belajar peserta didik di klasifikasi menjadi dua yaitu, (1) motivasi instrinsik (semangat yang mendorong yang diperoleh dari dalam dari peserta didik), (2) motivasi ekstrisik (semangat yang mendorong yang diperoleh dari luar individu peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar). Jadi kesuksesan peserta didik dalam belajar pada abad 21 ini ditentukan adanya motivasi yang tinggi dimiliki oleh peserta didik yang ditunjukkan Upaya sungguh-sungguh, sebagaimana haists Nabi “Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses/berhasil”. BAB 6 (TUJUAN INTRUKSIONAL DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21) A. Pentingnya tujuan intruksional dalam pembelajaran. Tujuan intruksional adalah tujuan pembelajaran yang harus dibuat oleh pendidik sabagai pendoman atau kerangka kerja pembelajaran. Pendidik yang akan mengajarakan peserta pendidik apa yang mereka anggap pantas. Tujuan pembelajaran adalah untuk mengimplementasikan kerangka kegiatan yang dilakukan dalam bentui kurikulum sebagai rencana pembelajaran sebagai pokok-pokok bahasan yang dapat diterapkan pada pembelajaran kelas. Dengan demikian ,menurut martinis (2006:23) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemdidik apabila menggunakan tujuan yang jelas dan benar, diantaranya adalah: Pendidik dapat mengalokasikan waktu mengajar yang digunakan dengan tepat dan cermat. Pendidik dapat menyeimbangkan pokok Bahasa. Pendidik dapat menetukan beberapa banyak mata Pelajaran yang dapat dan tidak dapat mereka pelajari dikelas meraka. Pendidik cukup dapat menentukan beberapa banyak mata Pelajaran. Pendidik dapat dengan mudah mengindentifikasi dan menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Pendidik dapat meluangkan waktu dengan mudah. Pendidik dapat dengan mudah mengukur hasil belajar peserta didik. Tujuan intruksional umum (TIU) Pengertian yang dikembangkan oleh para ahli sebelumnya memiliki yang dapat digunakan sebagai panduan bagi pendidik dan peserta didik dalam pengembangan tujuan pembelajaran, yaitu: Tujuan inruksional umum (TIU) merupakan pencapaian tujuan yang menjadi tanggung jawab program pembelajaran. Gane, et al (1979) tujuan intruksional adalah pernyataan umum tentang hasil suatu program pembelajaran. TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan mengenai apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti suatu Pelajaran. Tujuan intruksional umum (TIU) menggariskan hasil pembelajaran yang seharusnya dicapai oleh peserta didik. Tujuan intruksional khusus (TIK) Tujuan intruksional khusus (TIK) adalah penjabarabaran dan pelaksanaan secara praktik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari yang pelaksanaannya secara konkret dan operasional. Penggunaan Tujuan Intruksional dalam pembelajaran Kegunaan tujuan intruksional dapat berfungsi sebagai acuan atau pendoman bagi pendidik dalam membantu pendidik merancang materi, memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat serta memilih sumber belajar yang variatif serta penilaian yang tepat. Oleh karena itu tujuan pelatihan dan penggunaan indikator didasarkan pada: 1) Pengembangan instrument (sebelum dan sesudah pembelajaran) 2) Merancang strategi didaktik. Memilih spesifikasi alat dan sumber belajar yang sesuai dan variative. Melaksanakan proses pembelajaran. Memilih metode dan strategi pengajaran yang sesuai. Merancang penilaian. Secara khusus, tujuan pembelajaran pedagogis berguna dan penting bagi pendidik dan pendidik dan peserta didik untuk tujuan berikut: Mengevaluasi pembelajaran. Membimbing dan mengawas peserta didik serta memfasilitasi (peserta didik) belajar. Sebagai criteria merancang materi Pelajaran. Menyediakan bahan atau mendia untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan pendidik lainya. Jenis-jenis tujuan instruksional dalam pembelajaran Secara umum tujuan instruksional dapat dibagi menjadi dua, tetapi sebagai besar pendidik masih mempertahankannya. Kata instrusional juga dapat diganti dengan kata pembelajaran sebagai berikut: Tujuan instruksional umum (TIU) atau yang dikenal dengan istilah saat ini adalah kompetensi dasar (KD). Tujuan atau indikator Pendidikan khusus yang dikenal dalam Bahasa asing adalah sebagai berikut: tujuan kativitas, tujuan dependen dan tujuan dukungan (tujuan validasi, tujuan dependen, tujuan penyangga). Tujuan instruksional kadang-kadang disebut sebagai tujuan kurikulum atau tujuan pembelajaran. Istilah-istilah ini sengaja dihadirkan agar pembaca tidak bingung Ketika menggunakan istilah-istilah yang umum digunakan. Istilah-istilah ini sering disalahgunakan atau dimodifikasi secara membingungkan. Perilaku pembelajaran abad 21 yang menjadikan learning student center yang memerlukan komunikasi instruksional dalam proses pembelajaran yang terkait dengan perilaku belajar untuk mencapai tujuan instruksional. Oleh karena itu untuk mewujudkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memiliki keterampilan dalam memfasilitasi materi belajar dengan menggunakan sumber belajar yang bervariatif terutama bersumber ddan internet atau digital dengan filtur-filtur atau konten-konten yang menarik untuk merangsang peserta didik untuk menyelesaikan masalah, sehingga keterampilan proses pembelajaran peserta didik menafsirkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasi hasil pemecahan masalah/mengkreasikannya. BAB 7 (PROSES PEMBELAJARAN ABAD 21) A. Konsep dan Makna Belajar Belajar adalah usaha seseorang yang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mengubah tingkah laku konsekuensinya, hasil kegiatan belajar merupakan bentuk berubahan perilaku siswa yang relatif permanen, dan perubahan tersebut harus berubah perubahan positif. Diantara berbagai pengertian belajar di atas kata kunci belajar adalah modifikasi perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) dari Akhmat Sudrajat (2005) mengemukakan ciri-ciri perubahan perilaku sebagai berikut: Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional): proses perubahan perilaku individu yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Perubahan terus menerus, peningkatan pengetahuan atau keterampilan posesif pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sebelumnya. Modifikasi fungsional; perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan individu yang terlebat baik saat ini maupun di masa yang akan dating. Perubahan positif; perubahan perilaku yang teratur dan bertahap. Perubahan aktif; karena perilaku baru, orang-orang yang terlibat bersedia berubah. Perubahan permanen; perubahan perilaku yang dihasilkan dari belajar cenderung menetap dan menjadi bagian dari yang tidak dipisahkan darinya. Perubahan yang sengaja dan disengaja; orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran harus mencapai tujuan jangka pendek, menengah dan Panjang. Perubahan perilaku secara keseluruhan; perubahan perilaku belajar tidak hanya terkait dengan perolehan pengetahuan, tetapi juga dengan perubahan sikap dan keterampilan. Dalam perspektif ini belajar adalah proses peningkatan pribadi berdasarkan pelatihan baru dan pengalaman yang disadari dan dilaksanakan secara terus-menerus (continuous improvement). Menurut UNESCO terdapat empat pilar belajar yaitu: “Learning to know” belajar untuk mengetahui. “Learning to do” belajar untuk aktif prinsip belajar; “live long educational” kegiatan belajar sepanjang hidup. Belajar menjadi yang dimaksud dengan belajar menjadi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seorang siswa yang mengaruh pada perubahan perilaku individu yang mandiri atau orang yang berpendidikan. “belajar untuk hidup Bersama”. Belajar untuk Bersama. BAB 8 (PENGELOLAAN KELAS PEMBELAJARAN ABAD 21) A. Pengertian Pengelolaan kelas Berdasarkan psikologi Pendidikan. Pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang terencana dan disengaja oleh guru dan pengajar (pendidik) dengan tujuan untuk menciptakan dan memelihara kondisi dan Pendidikan yang optimal. Jalankan cara secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat kita simpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang diatur untuk kepentingan pembelajaran. Edmmer (1981) dalam Djiwandono (2006:26) manajemen kelas didefinisikan sebagai berikut: Perilaku guru dapat menyebabkan prestasi siswa yang tinggi, karena siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran din kelas. Perilaku siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas guru dan siswa lainnya. Penggunaan waktu belajar yang efektif. Prinsip-prinsip motivasi Salah satu tugas khusus utama pendidik adalah kemauan untuk belajar keras, hanya lebih dari siswa sebagai motivasi untuk dimotivasi. Kehadiran guru di depan kelas menjadi motivasi bagi siswa untuk memiliki jiwa yang lebih positif, kreatif dan inovatif. Berikut adalah beberapa pendoman praktis yang harus diikuti oleh guru (pendidik) untuk memotivasi peserta didik untuk belajar di kelas: Pastikan bahwa tujuan Pendidikan dari Pelajaran itu jelas dan menarik. Guru harus bersemangat untuk belajar dan bertindak seperti guru. Menciptakan suasana yang mendukung, segar dan menyenangkan. Daripada menghukum hukuman atau kritik, Hadiah dan pujian. Tugaskan pekerjaan rumah sesuai dengan Tingkat keterampilan siswa. Menentukan evaluasi tugas setiap siswa. Mengevaluasi hasil belajar siswa. Aspek-aspek pengelolaan kelas Ketika melakukan proses pembelajaran dikelas, pendidik dan siswa perlu memperhatikan beberapa aspek untuk menciptakan suasana kelas untuk proses pembelajaran. Aspek pengelolaan kelas adalah sebagai berikut: 1. Aspek preventif (pencegahan) dapat berupa perilaku guru dalam penyebab murid dan perangkat pedagogi atau dalam bentuk Pendidikan dan pembelajaran yang sesuai. Dalam rangka pembinaan manajemen sekolah, beberapa Upaya yang dapat dilakukan antara lain: Meningkatkan rasa disiplin dari guru. Meningkatkan kesadaran di kalangan siswa. Sikap tulus guru. Menemukan dan mengidentifasikan pengelolaan. Konterak sosial. Komponen pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang mendukung proses pembelajaran mempertimbangkan unsur pengelolaan kelas yang meliputi dua Tindakan: Tindakan pemecahan Perilaku menyegarkan BAB 9 (PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR ABAD 21) A. Pemberdayaan sumber belajar. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan menampilkan kompetenasinya. Sumber belajar meliput, pesan, orang, bahan, alat dan Teknik dan latar. 1. Fungsi sumber belajar Ada beberapa fungsi sumber belajar dalam menjalankan proses pembelajaran sebagai berikut: Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran . Lebih memantapkan pembelajaran. Internet sebagai sumber Belajar. Selain sumber belajar berupa perpustakaan yang tersedia di sekolah suatu kampus, sekarang ini berkembang ternologi internet yang memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam menggali ilmu pengetahuan. Bagi para pengajar, internet bermanfaat dalam mengembangkan profesinya, kerena dengan internet dapat: meningkatkan pengetahuan, berbagai sumber diantara rekan sejawat, berkerjasama dengan mengajar diluar negeri, kesempatan mempublikasikan informasi acara langsung mengatur kumunikasi secara teratur, dan berpartisipasi dalam forum-forum local maupun internasional. BAB 10 (EVALUASI PEMBELAJARAN ABAD 21) Tujuan penilaian pembelajaran Dalam penyelenggaraan Pendidikan, penilain memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: Evaluasi kemajuan akademik Mengevaluasi keefektifan metode pembelajaran. Mengetahui posisi peserta dalam kelompok. Mendapatkan umpan balik dan umpan balik tentang kemajuan pendidik dan peserta didik. Fungsi Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan diagnostic, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah. Fungsi seleksi Fungsi penempatan Fungsi diagnostic Adapun jelas tagihan yang dapat digunakan antara lain. Sebagai berikut: Kuis Ulangan harian Pertanyaan lisan Tugas individu Tugas kelompok Ujian praktik Proyek akhir Arahan penilaian pembelajaran abad 21 System penilain yang berlaku saat ini lebih mengukur kemampuan peserta didik untuk mengingat fakta, dengan menggunakan tes pilihan ganda, namun kurang dalam penilaian kemampuan peserta didik untuk terlibat dan menyelasaikan pemikiran kompleks dan tugas pemecahan masalah. DAFTAR PUSTAKA Iskandar. 2021. Psikologi Pendidikan menghadapi pembelajaran Abad 21. Bekasi-Jawa Barat: lintera Lintas Media 1 19 20