MAKALAH TAFSIR TARBAWAY
“Pengertian Ta’lim Dalam Al-Qur’an”
DosenPengampu:Dr.AbdulHamid,Lc,M.Kom.l
Disusun Oleh:
Noer Syifa Fauziyyah (3120210014)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITASASY-SYAFI’IYAH
2023/2024
KATAPENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb.
بسمهللاالرحمنالرحيم
Puji syukur dihaturkan kehadirat Allah SWT. yang memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya, tak lupa pula penulis haturkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi manusia.
Berkenaan dengan tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam yaitu membuat Tugas Kelompok yang berjudul “Pengertian Ta’lim Dalam Al-Qur’an” makapenulis sebagai mahasiswa berkewajiban untuk mengerjakannya dan wajib mengumpulkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Terima kasih penulis haturkan kepada Dosen Mata Kuliah Tafsir Tarbaway yang telah mempercayakan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Kelompok ini.
Penulis berharap dengan adanya Tugas Kelompok ini, dapat membantu teman-teman dalam memahami tentang “Pengertian Ta’lim Dalam Al-Qur’an” dan penulis berharap teman- teman bisa memberikan saran dan masukan atas kekurangan yang terjadi di dalam Tugas Kelompok yang penulis rangkumkan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Jakarta, 26 Juni 2023
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... 2 BABI PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
Latar Belakang .......................................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................................................... 5
Tujuan Penulisan ...................................................................................................................................... 6 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 6
Pengertian Ta’lim ........................................................................................................................ 6
KonsepTa’lim Dalam Al-Qur’an ................................................................................................. 7
Ta’lim Menurut Para Ulama ........................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 9
Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9
Saran ................................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang sempurna, agama yang dibawa Nabi Muammad SAW ini diajarkan melalui mukjizat yang berupa teks Al-Qur'an yang merupakan rujukan dan pedoman bagi ummatnya dalam seluruh aspek kehidupan termasuk pendidikan. Sebenarnya agama Islam sangat mengutamakan proses pendidikan, hal tersebut dapat dilihat dari lima ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat al-Alaq.
Banyak juga hadits yang menjelaskan tetang pentingnya pendidikan bagi manusia. AlQuran merupakan bacaan sempurna dan mulia karena sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu tidak ada satu bacaan maupun surat bahkan satu huruf pun yang memiliki kandungan seperti Al-Qur'an yang diciptakan oleh manusia untuk dapat menandingi Al-Qur'an. Tiada bacaan melebihi Al-Quran dalam perhatian, pengetahuan dan atau ilmu.
Islam juga menetapkan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW bahwa pendidikan merupakan kegiatan hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita tiada batasan untuk memperoleh nya walau sampai ke Negeri China (uthlubulilmawalaubishin) bahkan berlangsung seumur hidup dari semenjak buaian hingga ajal datang.
Ulama sepakat bahwa ilmu Tafsir Alquran adalah disiplin ilmu tertua dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam. Ilmu yang lahir sejak zaman Rasulullah Saw dan terus berkembang sampai sekarang. Kelahiran ilmu ini tentu tidak lepas dari kebutuhan untuk memahami maksud ayat- ayat Allah yang tertulis dalam kitab-Nya, Bahasa Alquran yang memiliki mutu dan kualitas sangat tinggi, tak ada manusia bahkan jin yang mampu menandinginya, memerlukan pemahamanpemahaman yang mendalam agar manusia sebagai khalifah -Nya dimuka bumi tidak tersesat.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian Latar Belakang di atas dapat dirumuskan beberapa Rumusan Masalah antara lain :
Apa itu pengertian ta’lim?
Bagaimana konsep ta’lim dalam Al-Qur’an?
Bagaimana Ta’lim menurut para ahli?
C. Tujuan Penulisan
Dari uraian Latar Belakang di atas dapat dirumuskan beberapa Rumusan Masalah antara lain :
Memahami pengertian ta’lim
Memahami konsep ta’lim dalam Al-Qur’an
Memahami ta’lim menurut para ulama
BAB II
PEMBAHASAN
PengertianTa’lim
Pengertian ta’lim secara bahasa pula dipetik dari kata dasar ‘allama-yu’allimu-ta’liman Secara rinci mempunyai makna dasar sebagai berikut: berasal dari kata dasar, ‘allama ya’malu yang berarti: mengeja atau memberi tanda; dan kaya dasaralima- ya"malu yang berarti mengerti, mengetahui sesuatu atau memberi tanda (Mahmud Yunus, 2010: 277) Dalam bahasa Indonesia istilah ta'lim adalah pengajaran. Dari dua pengertian dasar di atas, maka ta'lim mepunyai pengertian "usaha untuk menjadikan seorang mengenal tanda-tanda yang membedakan sesuatu dari lainnya, dan mempunyai pegetahuan dan pemahaman yang benar tentang sesuatu.Contohnya ketika Allah memberitahu Adam as nama-nama benda yang ada dihadapannya.
Ibn Manzur menambahkan bahwa ta'lim berarti memberi petunjuk kepada kebaikan dan kebenaran (al-ilham ila al shawdb wa al-khair), dalam kalimat ghulayman muallam berarti anak kecil yang diberi petunjuk kepada kebenaran dan kebaikan.
Belajar atau membelajarkan, merupakan bagian tugas pokok kerasulan. Suatu waktu Rasulullah saw keluar dari rumah kemudian masuk masjid, didapatinya di mesjid ada dua kelompok sahabat. Satu kelompok sedang berdzikir dan membaca Quran, dan kelompok lain ada yang sedang belajar serta ada yang sedang mengajar. Rasulullah mengomentari kedua kelompok itu, kedua kelompok itu sedang melakukan kebaikan, tapi salah satunya lebih baik dari pada yang lain. Mana yang dia pilih? Ternyata dia memilih bergabung dengan kelompok yang sedang belajar dan mengajar. Ketika bergabung. Rasulullah bersabda: "Aku ini diutus sebagai mu'alim", sebagai yang mengajar atau yang membelajarkan, atau sebagai guru. Ada penekanan dan kepentingan yang spesifik dari tugas risalahnya sebagai mualim, sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai guru.
Hamid, A. (2015). Pengantar Studi Dakwah. Pamulang: Gema Amalia Press
KonsepTa’limDalamAl-Qur’an
Allama (akar kata ta'lim) dalam kamus diartikan sebagai mendidik, mengajar, memberi tanda (Munawwir, 1997: 965). Bentuk 'allama (atau ta'lim dalam bentuk ism masdar-nya) inilah yang kemudian sering digunakan sebagai terminologi pendidikan Islam. Secara global taʼlim adalah proses pendidikan yang mengandung makna aktivitas dan memiliki tujuan. Kedua, subjek ta'lim yaitu pelaku aktif dalam proses.banyaknya morfem kata ta'lim dalam al- Qur'an, maka untuk menemukan makna kata ta'lim, antara lain mengkaji tafsir beberapa ayat suci al-Qur'an yang secara tematik dapat menjelaskan makna kata ta'lim.
Q.S. Al-Baqarah ayat 31 :
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” (QS Al Baqarah: 31).
Tafsir Q.S. Al-Baqarah Ayat 31 :
Salah satu sisi keutamaan manusia dijelaskan pada ayat ini. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, yaitu nama bendabenda dan kegunaannya yang akan bisa membuat bumi ini menjadi layak huni bagi penghuninya dan akan menjadi ramai. Benda-benda tersebut seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya. Kemudian Dia perlihatkan benda-benda tersebut kepada para malaikat dan meminta mereka untuk menyebutkan namanya seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!” Allah ingin menampakkan kepada malaikat akan kepatutan Nabi Adam untuk menjadi khalifah di bumi ini.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt mengajarkan kepada Adam a.s. nama-nama, tugas
dan fungsinya seperti Nabi dan Rasul, tugas dan fungsinya sebagai pemimpin umat. Manusia memang makhluk yang dapat dididik (educable), bahkan harus dididik (educandus), karena ketika baru lahir bayi manusia tidak dapat berbuat apa-apa, anggota badan dan otak serta akalnya masih lemah.
Tetapi setelah melalui proses pendidikan bayi manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu kemudian berkembang dan melalui pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan manusia.Adam sebagai manusia pertama dan belum ada manusia lain yang mendidiknya, maka Allah secara langsung mendidik dan mengajarinya. Apalagi Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah yaitu pemimpin di bumi. Tetapi cara Allah mendidik dan mengajar Adam tidak seperti manusia yang mengajar sesamanya, melainkan dengan mengajar secara langsung dan memberikan potensi kepadanya yang dapat berkembang berupa daya pikirnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui semua nama yang di hadapannya.
Q. S. AR-RAHMAN Ayat :
Artinya : Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. (2). Mengajarnya pandai berbicara (4).
Tafsir al-Qur’an Ar-Rahman ayat 2 :
Allah menyebut rahmat-Nya yang paling agung. Dialah Tuhan Yang telah mengajarkan Al-
Qur’an kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajarkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw yang selanjutnya diajarkannya ke umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
Hamid,Abdul.2016.“Dakwah Dalam Perspekti fParadigma Tradisionalisme Dan Reformisme.” Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar Perguruan TinggiAgama Islam15 (1): 89–104
Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). (an-Nahl/16: 103) Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hambaNya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia. Hal itu karena manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an akan berbahagia di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya akan tercapai tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan melalui makhluk Allah yang terbaik di bumi ini yaitu Nabi Muhammad saw.
Tafsir al-Qur’an Ar-Rahman ayat 4 :
Makhluk yang paling memerlukan tuntunan-Nya, dan kemudian mengajarnya pandai berbicara untuk mengungkapkan ide dalam benaknya. Pada ayat ini Allah menyebutkan nikmatNya yang lain yaitu penciptaan manusia. Nikmat itu merupakan landasan nikmat-nikmat yang lain. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajarkan Al-Qur'an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya yang terbaik yaitu manusia dan diajari-Nya pandai mengutarakan apa yang tergores dalam hatinya dan apa yang terpikir dalam otaknya, karena kemampuan berpikir dan berbicara itulah Al-Qur'an bisa diajarkan kepada umat manusia. Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia dijadikan-Nya tegak, sehingga tangannya lepas. Dengan tangan yang lepas, otak bebas berpikir, dan tangan dapat merealisasikan apa yang dipikirkan oleh otak. Otak menghasilkan ilmu pengetahuan, dan tangan menghasilkan teknologi. Ilmu dan teknologi adalah peradaban, dengan demikian hanya manusia yang memiliki peradaban. Lidah adalah organ yang terletak pada rongga mulut. Organ ini, yang merupakan struktur berotot yang terdiri atas tujuh belas otot yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi pengecap rasa adalah salah satu fungsi lidah yang utama. Terdapat sekitar 10.000 titik pengecap di lidah. Lidah juga berfungsi untuk turut membantu mengatur bunyi untuk berkomunikasi. Lidah, dalam agama, hampir selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk mengukur baik-buruknya perilaku seseorang. Manusia akan menjadi baik apabila keduanya baik. Dan manusia akan menjadi buruk, apabila keduanya buruk. Nabi Muhammad saw menunjuk lidah sebagai faktor utama yang membawa bencana bagi manusia, dan ia merupakan 8tolok ukur untuk bagian tubuh lainnya. Beliau bersabda dalam hadisnya: Bukankah manusia dijungkirbalikkan wajah mereka di neraka karena lidah mereka? (Riwayat at-Tirmidhi dan Ibnu Majah) Jika manusia bangun di pagi hari, maka seluruh anggota tubuhnya mengingatkan lidah dan berpesan, "Bertakwalah kepada Allah menyangkut kami, karena kami tidak lain kecuali denganmu. Jika engkau lurus, kami pun lurus, dan jika engkau bengkok, kami pun bengkok." (Riwayat atTirmidhi).
Hamid, Abdul. 2017. “Globalisasi Dan Tantangan Dakwah.” Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam 16 (1): 15–30.
Untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda, atau yang disebut berbicara, lidah bekerjasama dengan beberapa organ lainnya, seperti bibir, rongga mulut, paru-paru, kerongkongan, dan pita suara. Kita dapat berkomunikasi dengan berbicara, setelah seluruh masyarakat menyepakati arti dari satu bunyi. Kemudian bunyi-bunyi yang masing-masing sudah disepakati artinya tersebut digabungkan dalam susunan yang tepat untuk menjadi kalimat. Pada tahap selanjutnya, akan tercipta suatu bahasa. Bahasa diuraikan dalam salah satu ayat Allah demikian:Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang mengetahui. (ar-Rum/30: 22). Di dalam Al Quran kita banyak temukan konsep ta'lim langsung, yang berarti mengajar atau membelajarkan, dan itu tidak kurang dari empat puluh dua kali diulang. Kalau dihubungkan dengan kata-kata defrasinya, maka akan ditemukan sampai tujuh ratus lima puluh kali. Kata ilmu saja lebih dari seratus kali diulang di dalam Al Quran. Betapa fenomenalnya tentang belajar, mengajar dan ilmu di dalam Al Quran.
Q. S. Al-kahfi ayat 66 :
Artinya : Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?
”Nabi Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu, yakni menjadi pengikut dan muridmu yang senantiasa bersamamu ke mana pun engkau pergi, agar engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu untuk menjadi petunjuk bagiku?". Dalam ayat ini, Allah menyatakan maksud Nabi Musa a.s. datang menemui Khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada Khidir dan berkata kepadanya, "Saya adalah Musa." Khidir bertanya, "Musa dari Bani Israil?" Musa menjawab, "Ya, benar!" Maka Khidir memberi hormat kepadanya seraya berkata, "Apa keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa menjawab bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud agar Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Dalam ayat ini, Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan. Itu berarti bahwa Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya sebagai orang yang bodoh dan mohon diperkenankan mengikutinya, supaya Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah diberikan kepadanya. Menurut al-Qadhi, sikap demikian memang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada gurunya.Ta'lim tidak berhenti kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta. Ta'lim meliputi ranah pengetahuan (knowledge) dan ranah Keterampilan (Skill) yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.
Abdul Fattah Jalal menjelaskan bahwa makna kata yu'allimukum sebagai bentuk kata ta'lim dalam ayat di atas adalah memiliki makna yang bersifat universal, yakni telah mencakup seluruh aspek-aspek pendidikan Islam (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Sebab ketika Rasulullah Saw. mengajarkan kitab suci al-Qur'an kepada kaum Muslimin, Rasulullah Saw. selaku muallim (guru) tidak hanya sekedar mengajarkan ummat muslim untuk pandai membaca, menulis atau menghafal al-Qur'an saja, melainkan beliau juga menjelaskan isi kandungan alQur'an melalui penghayatan.
Allah Swt. menganugerahkan suatu nikmat yang besar kepada manusia dengan mengutusNabi Muhammad sebagai rahmat dan petunjuk yang akan membimbing mereka. Kemudian,Allah menerangkan peran Rasul yang dia utus untuk membacakan kepada mereka ayatayatAllah yang diturunkan Allah kepadanya. Sedangkan maksud menyucikan jiwa mereka adalahmembersihkan mereka dari noda-noda kekufuran, dan berbagai macam kotoran dan kehinaan.Maksud ayat yang berbunyi “mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah” adalah mengajarkan mereka Al-Qur’an dan kandungan yang terdapat di dalamnya baik dari perintah yang Allah wajibkan, larangan-larangan-Nya, dan ajaran-ajaran agama-Nya, sedangkanmengenai maksud kata hikmah dalam ayat tersebut telah dipahami oleh para ahli pendidikan 10Islam dengan dua penafsiran. Misalnya Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Tabari mengartikan al-hikmah dengan As-Sunnah, Nanang Gojali menafsirkannya dengan nilai-nilai kebenaran universal yang dapat digali dari ungkapan dan isyarat-isyarat Qur’aniah.
Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersihdari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya
(keterampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim berarti usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi tidak tahu ke posisi tahu.
Kemudian pengajaran kepada Adam as., bahwa manusia merupakan makhluk yang masihdipertanyakan kebaikannya, maka Allah SWT memberikan keistimewaan kepada Adam dengan memberitahukan nama-nama benda yang terdapat dihadapan Adam as. Konsep pendidikan menurut Alquran terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Konsep ta’lim sendiri adalah merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik. Hal ini sebagaimana tercermin ketika Adam as, menerima pengajaran dari Allah Swt.
Menurut Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar arti ta‟lim adalah proses transmisi berbagai ilmu penngetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Kemudian Al-
Maraghi berpendapat melalui pemaknaan ayat di atas, bahwa ta‟lim adalah pengajaran dilaksanakan secara bertahap, sebagaimana tahapan Nabi Adam as. mempelajari,menyaksikan, dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya. Iniberarti, ta‟lim mencakup aspek kognitif saja, belum mencapai pada domain lainnya.
Hamid, Abdul. 2017. “Syiah Antara Paradigma Dan Problematika Masyarakat Madani.” Al-Risalah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam 8 (2): 59–85.
Ta’lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata.Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta‟lim hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu‟allim) dan yang diajar (muta‟alim).
Abdul Fattah Jalal mendeskrispsikan ta‟lim yaitu usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi tidak tahu‟ ke posisi tahu Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (keterampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim berarti usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga matiuntuk menuju dari posisi tidak tahu ke posisi tahu.
Dari konsep diatas, dapat dipahami bahwa al-Quran memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan ciri tertentu, antara lain sifat khasyat atau takut kepada Allah (Tafsir,1992:22).
Jadi semakin banyak ia memiliki ilmu, maka harus semakin takut semakin takut dan dekat kepada Allah. Salah satu bentuk takut kepada-Nya adalah ikhlas mengamalkan ilmunya.2
Dalam Alquran banyak sekali diungkapkan kalimat ta’lim yang mempunyai makna sebagaimana berikut ini:
Ta’lim Adalah proses pemberitahuan sesuatu dengan berulang-ulang dan sering sehingga muta’allim (siswa) dapat mempersepsikan maknanya dan berbekas padadirinya;
Ta’lim rabbani adalah penyampaian sesuatu melalui wahyu atau ilham dengan cara; Allah menghadapi jiwa seseorang dan memandangnya dengan pandangan
ilahi. Allah Swt sebagai guru (mu’allim) dan jiwa sebagai murid (muta’allim). Ilmu diberikan kepada Rasul tanpa belajar dan berfikir;
Ta’lim ialah kegiatan yang dilakukan oleh mu’allim dan muta’allimyang menuntut adanya adab-adab tertentu, bersahabat, dan bertahap;
Penyampaian materi didalam Ta’lim diiringi dengan penjelasan sehingga muta’allim menjadi tahu dari asalnya tidak tahu dan menjadi faham dari asalnya yang tidak faham;
Ta’lim bertujuan agar ilmu yang disampaikan bermanfaat, melahirkan amal shalih, memberi petunjuk kejalan kebahagiaan dunia akhirat untuk mencapai ridha Allah Swt;
Ta’lim merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mu’allim tidak hanya sekedar penyampaian materi, melainkan disertai dengan penjelasan isi, makna dan maksudnyasehingga muta’allim menjadi faham, terjaga dan terhindar kekeliruan, kesalahan, dan kebodohan
Ta’lim adalah pembinaan intelektual, pemberian ilmu yang mendorong amalan yangbermanfaat sehingga muta’allim jadi suri tauladan dalam perkataan dan perbuatan;
Ta’lim dilakukan dengan niat karena Allah Swt dengan metoda yang mudah diterima;
2 Hamid, A. (2017). SYIAH ANTARA PARADIGMA DAN PROBLEMATIKAMASYARAKAT MADANI.
Al-Risalah: Jurnal
Sifat mu’allim dalam kegiataan Ta’lim tidak boleh pilih kasih, sayang kepada yang bodoh, berperilaku baik dalam mengajar, bersikap lembut, memberi pengertian dan pemahaman, dan menjelaskan dengan mengggunakan mendahulukan nash (ayatAlquran atau hadis) tidak dengan ra’yu (akal) kecuali bila diperlukan;
Pada kegiatan Ta’lim tersirat adanya mu’allim (guru sebagai pengajar), yu’allim (proses kegiatan belajar mengajar), dan al-ilmu (materi atau bahan yang disampaikan),pada umumnya dalam Ta’lim materi itu disebutkan;
Mu’allim yang sebenarnya secara mutlak adalah Allah Swt karena Dia sebagai sumber ilmu dan Dia-lah pemberi ilmu;
Ta’lim terjadi pada diri manusia juga terjadi pada binatang. Pada umumnya Ta’lim digunakan bagi manusia dewasa;
Mu’allim harus senantiasa meningkatkan diri dengan belajar dan membaca sehinga ia memperoleh banyak ilmu
Mu’allim senantiasa berlaku baik, tidak suka menyiksa fisik, balas dendam,membenci, dan mencaci murid.
C. Ta’lim Menurut Para Ulama
Para para ulama tafsir memberikan beberapa defenisi tentang kalimat Ta’lim,diantaranya yaitu:
Muhammad Rasyid Ridha mendefinisikan bahwa al-Ta’lim adalah: Proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar (Kairo: Dar al-Fikr, cet. 2, t.th), Jilid I, h. 262. Definisi tersebut didasarkan pada firman Allah Swt, dalam QS. al-Baqarah: 31 tentang Allama (pengajaran) Tuhan kepada Nabi Adam a.s. Sedangkan proses transmisiitu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisisasma-asma yang diajarkan oleh Allah Swt, kepadanya.
Abdul Fattah Jalal, Min al-Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam (Kairo: Markaz Dauly li at-Ta'lim al'wadhifi li al-Kubar fi al-Ilm al-Araby, 1977), h. 26.
Abdul Fattah Jalal memberikan pengertian al-Ta’lim dengan: Proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggungjawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi tazkiah (penyucian) atau pembersihan diri manusia dari segala kotorandan menjadikan diri manusia itu beradadalam suatu kondisi yang memungkinkan untukmenerima al-Hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.
Soliman, Saied M, Mohamed Hagar, Farahate Ibid, andH El Sayed. 2015.“Experimentaland Theoretical Spectroscopic Studies, HOMO–LUMO,NBO Analysesand Thione–Thiol Tautomerism ofa NewHybrid of 1, 3, 4-Oxadiazole-Thione with Quinazolin-4-One.” Spectrochimica Acta Part A:
Molecular and Biomolecular Spectroscopy 145: 270–79.
Perbedaannya adalah: Bahwa ruang lingkup termal-Ta’lim lebih bersifat universal dibandingkan dengan lingkup al-Tarbiyah. Hal tersebut karena al-Ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja,bahkan orang dewasa,sedangkan al-Tarbiyah,khusus diperuntukkan pada pendidikan dan pengajaran fase bayi dan anak-anak.
Syed Muhammad an-Naquib Al-Attas memberikan makna al-Ta’lim dengan: Pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar. Namun apabila al-Ta’lim disinonimkan dengan kata al-Tarbiyah, maka kata al-Ta’lim mempunyai makna pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah system Dalam pandangan an- Naquib, ada konotasi tertentu yang dapat membedakan antara terma al-Tarbiyah dengan al-Ta’lim. Ruang lingkup al-Ta’lim menurutnya lebih bersifat universal daripada ruang lingkup al-Tarbiyah. Hal ini karena at-Tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada konotasi eksistensial. Lagi pula, makna at-Tarbiyah lebih spesifik, karena ditujukan pada objek-objek pemilikan yang berkaitan dengan jenis relasional, mengingat kepemilikan yang sebenarnya hanya milik Allah.
Hildigardis. 2019. UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA INDONESIA DI ERAGLOBALISASI. Jurnal Sosiologis
Nusantara. Diakses pada tanggal 8 Mei 2021melalui https://eloumal.unib.ac.id/index.php/in/article/view/7669
Muhammad‘Athiyah Al-Abrasy memberikan pengertian al-Ta’lim yang berbeda Dengan pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas. Beliau menyatakan bahwa at-Ta’lim lebih khusus dibandingkan dengan at-Tarbiyah, karena at-Ta’lim hanya merupakan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan al-Tarbiyah mencakup keseluruhan aspek-aspek pendidikan. 7At-
Ta’lim merupakan bagian kecil dari at-Tarbiyah al-Aqliyah, yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada domain kognitif. Sebaliknya, al-Tarbiyah tidak hanya mengacu pada domain kognitif, tetapi juga domain efektif dan psikomotorik
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Banyaknya ayat-ayat yang membedah terminologi pendidikan sebagai ta’lim. Sehingga memberikan kewenangan kepada setiap Muslim yang untuk senantiasa mengkaji, merenung,dan mengamalkan makna-maknanya. Berbicara khusus mengenai pendidikan dalam terminologinya sebagai ta’lim. Perlu kiranya lembaga-lembaga pendidikan Islam mengembangkan sebuah sistem atau metode pendidikan yang sesuai dengan nafas Islam, berdasarkan kepada Alquran dan AsSunnah.
Insya Allah, jika dua pusaka itu kita pegang-teguh dalam usaha melahirkan generasi unggulan, pertolongan dan janji-Nya yang membaiat kita sebagai ummat terbaik di antara manusia akan betul-betul terealisasi di masa depan.
Makna kata ta’lim adalah berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan potensipotensi yang dimiliki manusia agar ia berpengetahuan yang luas, memiliki kepribadian yang baik, dan memiliki kasy-yah (kepatuhan) kepada Allah Swt Istilah ta’lim, adalah dapat digunakan untuk mewakili makna pendidikan.
Dalam konsep al-Qur’an, makna kata ta’lim adalah bersifat umum, yaitu pendidikan kepada semua tahap perkembangan manusia, dan juga kepada malaikat, dan hewan. Kata ta’lim yang memiliki objek manusia adalah mengandung berbagai bentuk kegiatan pendidikan,seperti pengenalan/ pemberitahuan, pemberdayaan potensi-potensi, dan internalisasi pengetahuan, nilai- nilai dan kebudayaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan apabila objek ta’lim adalah malaikat maka ia bermakna ilham dan petunjuk, dan apabila objeknya hewan maka artinya adalah melatih.
Saran
Penulis menyadari bahwa sanya makalah diatas masih memiliki banyak kesalahan dan kekurangan,baik kesalahan penulisan maupun kekurangan referensi. Oleh karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi menjadikan makalah ini lebih baik.
DAFTARPUSTAKA
Hamid,A.2015.“Pengantar Studi Dakwah.”Pamulang:Gema Amalia Press.
Hamid, Abdul. 2017. “Globalisasi Dan Tantangan Dakwah.” Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam 16 (1): 15–30.
Hamid,Abdul.2016.“Dakwah Dalam Perspekti fParadigma Tradisionalisme Dan Reformisme.” Kordinat: JurnalKomunikasiAntarPerguruan TinggiAgama Islam15 (1): 89–104.
Hamid, Abdul. 2017. “Syiah Antara Paradigma Dan Problematika Masyarakat Madani.” Al-Risalah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam 8 (2): 59–85.
Nahak, Hildgardis M I. 2019. “Upaya Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi.” Jurnal Sosiologi Nusantara 5 (1): 65–76.
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar (Kairo: Dar al-Fikr, cet. 2, t.th), Jilid I, h. 262.
Jalal,AbdulFattah.1977.“MinUsulAl-TarbiyahFiAl-Islam.”Mesir:Tpn.
Soliman, Saied M, Mohamed Hagar, Farahate Ibid, andH El Sayed 2015 .“Experimentaland Theoretical Spectroscopic Studies, HOMO–LUMO,NBO Analysesand Thione–Thiol Tautomerism ofa NewHybrid of 1, 3, 4-Oxadiazole-Thione with Quinazolin-4-One.” Spectrochimica Acta Part A:
Molecular and Biomolecular Spectroscopy 145: 270–79.
18
19
21
22
7
6