Academia.eduAcademia.edu

Akuntansi keperilakuan Materi ke

2023

Makanlah akuntansi keperilakuan materi ke 9

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN PENGENDALIAN BIAYA Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah “Akuntansi Keperilakuan” Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. Disusun Oleh : KHOIRUN NAJWA C1C021001 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2023 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan "Aspek Keperilakuan Pada Pengakumulasian dan Pengendalian Biaya". Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami. Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak. Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih. Jambi, 21 Oktober 2023 Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 1 1.3 Tujuan Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Biaya Tradisioanal vs Biaya Standar 3 2.2 Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih 3 2.3 Analisis Varians 4 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Daftar Pustaka 16 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dengan semakin berkembang dan meningkatnya konsumsi masyarakat turut mempengaruhi kehidupan sebuah organisasi. Maraknya perusahaanperusahaan yang mulai muncul dengan produk-produk yang sejenis membuat beberapa perusahaan lainnya terpaksa gulung tikar karena tidakmampu bersaing dalam produksinya. Manajemen di tuntut untuk selalu siaga dan kreatif dalam melaksanakan fungsinya baik dengan menetapkan cara-cara pengendaliannya hingga penekanan atas biaya guna memperoleh produk yang berkualitas dan berdaya guna serta dengan biaya yang murah untuk memeperoleh keuntungan dan melanjutkan kehidupan entitas. Dalam penentuan biaya baik dari pengakumulasian dan pengendaliannya tidak terlepas dari peran atas aspek perilaku seseorang.oleh karena itu, pentingnya untuk diketahui lebih lanjyt aspek-aspek keperilakuan yang mendasari pada pengakumulasian serta pengendalian biaya yang dilakukan oleh entitas tersebut dalam mempertahankan kegiatan organisasinya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Biaya Standar? 2. Bagaimana Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih? 3. Apa yang dimaksud dengan Analisis Varians? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Sistem Biaya Tradisional vs Biaya Standar. 2. Untuk mengetahui Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih. 3. Untuk mengetahui Analisis Varians. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Biaya Tradisional vs Biaya Standar 2.1.1. Tujuan dan Penggunaan Sistem Akuntansi Biaya Tidak peduli apakah suatu organisasi memproduksi dan menjual produk atau memberikan jasa, organisasi tersebut perlu mengetahui biaya-biayanya. Data biaya harus diakumulasi untuk berbagai tujuan eksternal dan internal. Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau penyerahan jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan. Melalui akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan laba, akuntansi biaya melayani kebutuhan pengguna eksternal seperti pemegang saham, kantor pemeriksaan pajak, dan kreditor. Dengan menyediakan manajemen dengan informasi biaya yang tepat waktu dan relevan, akuntansi biaya membantu dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas operasional harian dan orang yang bertanggung jawab untuk itu. Data biaya juga memainkan peranan dalam analisis dan penilaian profitabilitas relative atau tingkat diinginkannya suatu alternative keputusan. Pendekatan dan system yang digunakan dalam menyediakan informasi biaya sangat berbeda satu sama lain. Setiap jenia memiliki aspek keperilakuannya sendiri. Bila hal ini diabaikan, maka respons manusia yang tidak diinginkan dapat timbul, di mana hal tersebut berkisar dari agak menganggu sampai benar-benar destruktif. 2.1.2. Sistem Biaya Tradisional (Historis) Istilah tradisional (historis) mengacu pada system biaya yang membatasi input pada biaya historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variable oleh unit produk atau jasa. System biaya tradisional atau historis terutama focus pada identifikasi dan akumulasi biaya per unit produk atau jasa. System tersebut digunakan untuk menghitung nilai persediaan dan data biaya harga pokok penjualan atau jasa yang diberikan untuk pelaporan keuangan ekternal. Tetapi, system biaya tradisional tidaklah sesuai untuk pengendalian manajemen yang efektif karena akumulasi data biaya historis semata-mata tanpa perbandingan dengan sasaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya tidak sesuai dengan konsep pengendalian kontemporer. Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini adalah bahwa persyaratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunit produk atau jasa memperhitungkan semua biaya; baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek biaya. Biaya periode atau kapasitas dan biaya yang terjadi untuk lebih dari satu objek satu produk atau segmen tidak dapat ditelusuri langsung ke unit jasa, produk, atau departemen tertentu. Kelemahan utama lainnya yang berkaitan dengan penggunaan system biaya tradisional untuk tujuan pengendalian adalah bahwa satu-satunya dasar untuk pengendalian adalah perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari periode sebelumnya. Membandingkan kinerja saat ini dengan periode sebelumnya dapat cukup menyesatkan karena tidak ada cara untuk mengetahui apakah biaya dari periode sebelumnya terlalu tinggi, terlalu rendah, atau hampir tepat. 2.1.3. System Biaya Standar 1. Ruang Lingkup Mengakui kelemahan dari system biaya tradisional, banyak organisasi mengadopsi “sistem biaya standar”. System biaya standar mencerminkan pencampuran yang potensial efektif dari akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi modern. Biaya standar adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara ilmiah, yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Biaya standar mencerminkan estimasi terinci dan canggih mengenai berapa biaya untuk melaksanakan suatu tugas tertentu atau menghasilkan suatu produk tertentu. System biaya standar bahkan mampu menentukan penyebab dari penyimpangan tersebut. Untuk menghasilkan manfaat pengendalian yang optimal dan untuk mempertahankan relevansi, biaya standar harus diperbarui secara kontinu. 2. Kompatibilitas dengan Konsep Teori Organisasi Modern Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk system biaya standar yang sesuai dengan konsep teori organisasi modern,langkah-langkah pengendalian berikut ini, sebagaimana dijelaskan oleh Edwin Caplain, adalah penting: a. Penetapan tujuan organisasi b. Penentuan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada masing-masing. c. Pengisian staf dari pusat pertanggungjawaban dengan individu-individu yang memiliki kemampuan,motivasi, dan pengetahuan yang mencukupi untuk melakukan fungsinya. d. Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggungjawaban dan unit organisasi lainnya serta, di mana perlu,lingkungan eksternal e. Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yang mencukupi, relevan, dan tepat waktu sepanjang jalur komunikasi. f. Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mengukur dan mengevaluasi kinerja dalam hal tujuan organisasi dan memberikan umpan balik mengenai penyesuain yang diperlukan dalam tujuan dan/atau kinerja. System biaya standar dirancang untuk berfungsi secara simultan sebagai suatu sumber informasi,jalur komunikasi, dan alat pengendalian serta evaluasi kinerja. System biaya standar memiliki potensi untuk digunakan baik sebagai alat bantu dalam meningkatkan motivasi dan keselarasan tujuan maupun sebagai alat untuk mencapai tingkat pengendalian yang otokratis dan koersif. Untuk mencapai nilai pengendalian terbesar yang mungkin,kebanyakan system harus melalui modifikasi-modifikasi tertentu. 2.1.4. Perhitungan Biaya Langsung atau Variabel 1. Filosofi yang mendasari Semua metode akuntansi biaya tradisional, sesuai dengan konsep biaya tersebut, membebankan unit produk atau jasa dengan biaya penuh. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan langsung ke unit produk atau jasa, sementara overhead tetap dan variable pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tariff yang didasarkan pada volume yang telah ditentukan sebelumnya. Metode akuntansi biaya tradisional juga mengabaikan fakta bahwa biaya overhead tertentu akan tetap konstan tanpa memdulikan kuantitas dari unit yang dihasilkan atau jasa yang diserahkan, sementara biaya overhead yang lainnya berfluktuasi terhadap volume. Untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dan pengendalian biaya tanpa perlu untuk menyusun laporan pelengkap yang menghabiskan banyak waktu, suatu filosofi perhitungan biaya baru diperkenalkan sejak tahun 1930. Perhitungan biaya langsung atau biaya variable membedakan antara biaya produksi (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan bagian variable dari overhead) dengan biaya untuk siap menghasilkan (overhead tetap atau biaya periode). Pendukung perhitungan biaya langsung mempertimbangkan pembagian overhead berdasar struktur biayanya sebagai kebutuhan dasar untuk mengendalian biaya yang efektif serta pengambilan keputusan yang berarti. 2. Dorongan Keperilakuan Konsep, prinsip, dan praktik akuntansi memengaruhi pengukuran kinerja manajerial dan, konsekuensinya, keputusan manajemen. Hal ini tidak selalu mengarah pada hasil yang diharapkan karena banyak ukuran kinerja memiliki bias yang terkandung di dalamnya, yang memotivasi manajer untuk memilih alternative tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan operasi dan/ atau keuangan perusahaan. Melalui badan yang berwenang, profesi akuntansi sekarang ini sedang menguji ulang konsep-konsep dasar, prinsip, dan praktik akuntansi dengan mempertimbangkan implikasi keperilakuan yang mungkin. Hawkins menyatakan bahwakonsep, prinsip, dan praktik akuntansi adalah bagus secara keperilakuan maupun teknis jika konsep, prinsip,atau praktik tersebut. a. Menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak menguntungkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternative akuntansi. b. Menghambat adopsi praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan ilusi kinerja. 3. Pengendalian Biaya Membagi biaya kedalam komponen variable dan tetap memberikan dasar yang lebih baik untuk pengendalian biaya. Hal tersebutmemungkinkan penyusunan laporan laba rugi menggunakan margin kontribusi, yang menekankan pada pola perilaku biaya dan memberikan kepada manajemen mengenai biaya teknik, biaya yang dikomitmenkan, dan biaya diskresioner. Biaya teknik meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variable, seperti bahan bakar dan listrik. Biaya tetap dikomitmenkan atau biaya kapasitas adalah ‘’seluruh biaya organisasi dan pabrik yang terus terjadi (tanpa memedulikan tingkat aktivitas) dan yang tidak dapat dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka panjang. Biaya diskresioner (juga disebut dengan biaya terprogram) adalah biaya yang muncul dari keputusan periodik (biasanya tahunan) mengenai jumlah maksimum yangakan dikeluarkan dan yang tidak memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara input (yang diukur oleh biaya) dan output (yang diukur oleh pendapatan atau tujuan lainnya). Biaya-biaya ini meliputi biaya seperti periklanan, audit, dan jasa konsultasi manajemen serta pelatihan sumber daya manusia. 4. Pengambilan Keputusan Di samping menekankan perbedaan antara biaya tetap dan biaya variable serta memberikan informasi biaya diferensial, dalam situasi pengambilan keputusan tertentu, perhitungan biaya langsung atau biaya variable memberikan informasi penting lainnya kepada manajer. Beberapa situasi pengambilan keputusan yang umum akan dijelaskan berikut ini. a. Keputusan Bauran Produk  ketika dihadapkan dengan keputusan mengenai bauran produk, manajer penjualan yang mengetaui margin kontribusi dari produk-produknya akan jauh lebih mampu untuk memutuskan produk mana yang akan didorong dan mana yang harus dikurangi atau ditolerir hanya Karena penjualannya menguntungkan produk yang lain. b. Penentuan Harga Produk Baru  Produk baru pada umumnya diterima dipasar hanya setelah diuji secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki reputasi dalam industry tersebut. Untuk mendorong perushaan-perusahaan guna menggunakan produk itu secara percobaab, manajemen dapat menjualnya pada biaya variable. Setelah produk diuji coba secara mencukupi dan diterima oleh pemakai, maka produk tersebut akan ditetapkan harganya pada biaya penuh plus mark-up yang konsisten dengan tujuan laba perusahaan secara keseluruhan. c. Penetrasi Pasar  Manajer dapat menggunakan biaya variable sebagai dasar untuk penentuan harga ketika bermaksud untuk memasuki pasar baru (misalnya pasar luar negeri) dengan produk yang sudah ada atau ketika mereka terpaksa menghadapi persaingan yang semakin meningkat selama periode di mana permintaan menurun. d. Pengapusan Produk  Margin kontribusi akan membantu manajemen dalam menentukan apakah akan menghentkan suatu produk atau hanya berhenti menjualnya di pasar tertentu. Dengan mengetahui hubungan biaya-volumelaba, mereka dapat menyadari bahwa selama suatu produk (lini produk) atau pasar tertentu menghasilkan pendapatan jangka pendek yang melebihi biaya variabelnya, maka produk (lini produk) atau pasar tersebut memberikan kontribusi terhadap penyerapan biaya tetap atau terhadap laba, jika penjualan sudah melebihi titik impas. e. Pesanan Khusus  Perusahaan juga dapat dihadapkan pada dua jenis situasi pesanan khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi untuk pelanggan istimewa atau persyaratan khusus untuk ukuran, metode pengiriman, atau pengepakan. Sepanjgan pesanan khusus tidak melibatkan perubahan utama dalam proses produksi dan sepanjang perusahaan memiliki kapasitas yang belum digunakan, maka harga penjualan berapa pun di atas biaya variable akan memperbaiki profitabilitas secara keseluruhan. f. Kampanye Iklan dan Promosi  Untuk meningkatkan volume penjualan saat ini perusahaan dapat meluncurkan kampanye iklan dan promosi khusus. Jika perusahaan menggunakan system perhitungan biaya tradisional, maka keputusan tersebut kemungkinan besar hanya akan didasarkan pada perbandingan antara tambahan biaya dengan prospek peningkatan dalam volume penjualan. g. Keputusan Mengurangi Biaya  Jika harga jual suatu perusahaan ditetapkan oleh pesaing,maka manajemen akan mengetahui seberapa besar biaya variable yang diperkenakan pada volume operasi saat inijika tujuan laba tertentu harus dicapai. 2.2 Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih Dalam bagian tersebut akan diuji apakah langkah-langkah tersebut dapat memicu respons manusia yang disfungsional dan jika ya, bagaimana langkah-langkah tersebut dapat dimodifikasi agar lebih efektif dalam mendorong perilaku karyawan yang diinginkan. 2.2.1. Penetapan Standar Elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kega^ slstem biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja. Standar yai memiliki fungsi ganda, yaitu berfungsi sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat evaluasi kinerja. Standar akan menghasilkan perilaku pekeric yang efisien hanya jika standar tersebut diterima sebagai tingkat aspirasi oleh individu untuk siapa standar pengendalian dan evaluasi kinerja tersebut didesain. Raymond Miles dan Roger Vern mengemukakan empat prasyarat utama bagi sistem pengendalian yang unggul secara keperilakuan: 1. Standar haruslah ditetapkan dalam cara yang sedemikian rupa sehingga orang menerimanya sebagai sesuatu realistis dan bukannya arbitrer. 2. Orang-orang harus merasa bahwa mereka memiliki pengaruh dalam menetapkan tujuan mereka sendiri. 3. Orang-orang harus yakin bahwa mereka tidak akan dihukum secara tidak adil untuk variasi normal yang terjadi secara kebetulan dalam kinerja. 4. Umpan balik atas kinerja haruslah bertujuan untuk koreksi maupun evaluasi. Dua dari prasyarat yang dianjurkan di atas secara langsung berkaitan dengan penetapan standar. Standar masih sering kali ditetapkan oleh metode akuntansi dan teknik yang gagal memberikan kesempatan untuk partisipasi yang berarti dari individuindividu yang dikendalikannya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, individu akan menerima tujuan kinerja yang realistis dan dapat dicapai hanya jika mereka dilibatkan dalam proses penetapan standar. Tanpa itu, mereka akan menolak atau melakukan sabotasenya. Jika mereka benar-benar percaya bahwa partisipasi mereka memiliki dampak terhadap standar, maka mereka tidak lagi merasa tidak mampu untuk memengaruhi lingkungan kerja mereka, dan mereka akan lebih termotivasi untuk berjuang mencapai tujuan. Partisipasi dalam Penetapan Standar Pentingnya partisipasi dalam penetapan stadar telah dibahas secara ektensif dalam literature akuntansi keperilakuan. Michael Foran dan Don DeCoster meringkas logika yang mendasari seluruh argumen yang mendukung partisipasi menjadi, "jika seorai^g pekerja berpartisipasi dalam menetapkan standar kinerjanya sendiri, maka ia akan membuat komitmen yang tegas terhadap standar tersebut, dan oleh karena itu, akan bekerja keras untuk mencapainya." Dalam salah satu studi empiris mereka, mereka menggunakan teori disonansi kognitif untuk mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai kenapa partisipasi lebih efektif dalam penetapan standar kinerja. Teori disonansi kognitif terpusat pada tiga konsep kunci: kemauan, disonansi, dan komitmen. Dalam konteks penetapan standar, teori ini mengimplikasikan bahwa jika manajemen menginginkan komitmen yang pasti terhadap standar, maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan (kemauan). Jika hasilnya biak, maka keraguan (disonansi) mereka akan hilang dan komitmen yang meningkat akan terjadi. Resolusi disonansi atau peningkatan komitmen akan terjadi bahkan dalam situasi penetapan tujuan yang nonpartisipatif sekalipun. Umpan balik yang tidak menguntungkan dalam situasi yang nonpartisipatif dapat menimbulkan penolakan terhadap standard dan kurangnya komitmen lebih lanjut. Standar yang Ketat vs Standar yang Longgar Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang akan digunakan haruslah tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat akan lebih sering tidak tercapai daripada dipenuhi. Variasi yang dihasilkan mungkin tidak secara adil berhubungan dengan kinerja yang buruk dan tidak diidentifikasikan sebagai sesuatu yang disebabkan oleh standar yang terlalu ketat. Standar yang ketat adalah tantangan yang berguna (penghargaan intrinsic) hanya bagi mandor atau manajer yang termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi yang luar biasa. Bagi individu-individu semacam ini, pencapaian atas tugas yang sangat sulit menghasilkanperasaan kebanggaan dan penghargaan diri sendiri yang kuat. Bagi kebanyakan individu, standar yang terlalu ketat dan kemungkinan kegagalan menimbulkan frustasi dan kecil hati. Kinerja mereka akan mengalami penurunan lebih lanjut karena mereka berhenti mencoba untuk melakukan perbaikan. Sementara itu, standar yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional apa pun karena standar tersebut begitu mudah dicapai, sehingga mandor dan manajer akan mengabaikan standar tersebut karena dianggap tidak berarti. Tingkat keketatan yang diharapkan haruslah dievaluasi dalam setiap situasi berdasarkan jenis proses produksi, produk atau jasa yang akan diserahkan, dan kepribadian dari orang=orang yang terlibat di dalamnya. Tanpa memedulikan tingkat partisipasi atau keketannya,setelah standar ditetapkan, maka standar itu harus terus diperbarui sehingga dapat mempertahankan relevansinya. Penyerapan Overhead Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional ad alah penyerapan overhead. Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan variabel ke produk pada tarif estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dengan yang telah ditentukan sebelumnya, maka varians yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah akan terijadi, Ukuran dari varians ini juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang dipilih sebagai penyebut dalam penentuan tarif tersebut. Aspek kapitalisasi biaya tetap dalam persediaan juga memengaruhi interpretasi orang laba rugi dari bisnis yang bersifat musiman. Perusahaan-perusahaan dengan fluktuasi musiman dalam penjualan sering kali memproduksi lebih banyak waktu senggang untuk menimbun persediaan yang mencukupi selama penjualan tinggi. Walaupun laporan laba rugi kuartalan dari perusahaan-perusahaan ini kemungkinan besar akan menunjukkan laba yang lebih tinggi pada kuartal dengan penjualan rendah dibandingkan dengan pada kuartal dengan penjualan tinggi. Fakta ini tidak hanya memberikan ilusi kinerja yang sebenarnya tidak ada, tetapi juga mengarah pada tindakan ekonomi yang buruk. Undang-undang pajak penghasilan juga memberikan dorongan menggunakan tingkat kapasitas aktual yang dapat dicapai sebagai penyebut dalam perhitungan tarif. Meskipun perusahaan dicegah untuk menggunakan perhitungan biaya langsung atau biaya variable untuk menentukan laba kena pajak, perusahaan diperbolehkan untuk menggunakan kapasitas yang sekarang dapat dicapai sebagai dasar untuk menentukan tariff yang digunakan dalam menyerap overhead tetap ke produk. Alokasi Biaya Tidak Langsung Salah satu keputusan paling kontroversial yang dihadapi oleh setiap organisasi adalah apakah akan mengalokasikan biaya tidak langsung pada produk dan / atau pusat pertanggungjawaban dan dasar alokasi apa yang akan digunakan? Dalam riset yang didukung oleh National Association of Accountants (NAA), James Fremgen dan Shu S. Liao menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan tegas dua jenis biaya tidak langsung biaya jasa korporat dan biaya administrative korporat. Biaya jasa korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat korporat dan berbagai pusat pertanggungjawaban. Biaya ini termasuk biaya akuntansi, pengolahan data, WATSline, penelitian dan pengembangan, serta memiliki beberapa hubungan yang dapat diidentifikasikan dengan tingkat aktivitas dari berbagai pusat tanggung jawab. Biaya administrative korporat adalah biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan kantor korporat. Biaya ini termasuk gaji, hubungan masyarakat, dan biaya korporat lainnya terjadi untuk menjalankan perusahaan secara keseluruhan. Bila ditanyakan mengenai tujuan alokasi biaya tidak langsung, responden survey menyebutkan pelaporan keuangan eksternal, evaluasi kinerja internal, penentuan harga berbasis biaya, dan pengambilan keputusan. Literaratur mengenai alokasi biaya tidak langsung kebanyakan berhubungan dengan aspek perhitungan alokasi. Literature tersebut benar-benar mengabaikan sensitivitas keperilakuan, yang merupakan komponen terbesar ketika digunakan dalam evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan. Jika dikaitkan dengan skema intensif, alokasi biaya ini mendorong manajer untuk memrhatikan biaya yang dilaporkan dan membantu untuk memecahkan beberapa masalah pengendalian dan koordinasi. Alokasi biaya bukanlah desentralisasi maupun alat untuk menghilangkan konsumsi berlebihan dari seorang penyelia, dan bukan juga alat untuk mengukur degradasi maupun penundaan biaya yang ditimbulkan dari sumber daya atau jasa yang digunakan bersama. Tetapi, tidak ada keraguan bahwa hal tersebut berfungsi situasi tertentu sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mengendalikan manajer. 2.3 Analisis Varians Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodik antara biaya actual dengan sasaran biaya yang sudah ditentukan sebelumnya,baik dalam bentuk anggaran maupun standar. Perbandingan tersebut jugaakan menghasilkan sejumlah varians karena mustahil bahwa biaya actual yang terjadi akan setara dengan standar atau anggaran dari elemen operasioanal yang akan dikendalikan. Varians tersebut dapat merupakan hasil dari berbagai penyebab, beberapa di antaranya dapat dijelaskan dan dikendalikan, sementara yang lain tidak dapat dijelaskan maupun dikendalikan. 2.3.1. Keputusan Investigasi Varians Ketika menghadapi keputusan apakah akan melakukan investigasi terhadap varians, manajemen sebaiknya menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting berikut ini; varians manakah yang harus saya investigasi? Apakah hasil saya sesuai dengan biaya untuk melakukan investigasi? Apalah investigasi tersebut akan mengungkapkan penyebab yang dapat dikendalikan untuk seluruh atau sebagian dari varians tersebut? Beraoa besar peluang bahwa investigasi saya tidak akan mengungkapkan apa pun (karena pada waktu itu proses atau elemen biaya kembali terkendali)? Bagaimana saya mengetahui apakah suatu varians adalah signifikan atau tidak? Keputusan manajemen semata-mata bergantung pada penilaiannya atas signifikansi diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikasi pengendalian hanya jika varians tersebut berasal dari penyebab yang dapat ditentukan atau, dengan kata lain, tidak bersifat acak dan rentan terhadaptindakan perbaikan. Tetapi, kerumitan permasalahan yang sebenarnya terletak pada fakta bahwa tanpa investigasi,manajemen tidak memiliki dasar untuk menentukan apakah varians tertentu ditimbulkan dari penyalahgunaan yang dapat diidentifikasikan dan dikendalikan, atau apakah varians tersebut bersifat acak atau tidak dapat dikendalikan. Meskipun ada beberapa model keputusan yang direkomendasikan, tetapi tidak ada satu pun di antaranya yang digunakan secara luas dalam membuat keputusan investigasi. Sebaliknya, manajemen masih menggunakan penilaian subjektif dan anturan-aturan berdasarkan pengalaman ketika memutuskan apakah investigasi dan tindakan perbaikan diinginkan atau dapat dibenarkan secara ekonomi. 2.3.2. Aspek Keperilakuan Semua model akuntansi untuk investigasi varians biaya didasarkan pada pandangan pengendalian structural. Pandangan ini lebih melihat pengendalian sebagai ‘’mesin homostatis yang mengatur dirinya sendiri.’’ Pendukungnya tidak melihat perbedaan antara regulator mekanis dalam suatu system sibernetika dengan regulator manusia. Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat memengaruhi respons manusia adalah faktor-faktor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan balik, keketatan pemaksaan, dan penghargaan serta sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian. 1. Batas pengendalian  Kisaran hasil kinerja yang dianggap dapat diterima oleh manajer adalah batasan pengendalian. Batasan ini menentukan seberapa mudah atau sulit bagi seseorang yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan berapa banyak ruang yang mereka miliki untuk gagal sekali waktu. 2. Hasil Umpan Balik  Tidak seperti mesin, informasi umpan balik mengenai kinerja manusia akan menimbulkan perasaan keberhasilan atau kegagalan dalam diri individu yang dikendalikan. Umpan balik yang positif akan memberitahu mereka bahwa mereka ada pada jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama. 3. Keketatan Pemaksaan  Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan menimbulkan tekanan dalam diri individu yang dikendalikan. Sementara tekanan dapat menyegarkan individu-individu tertentu, tekanan tersebut dapat mengintimidasi yang lain dan menurunkan kinerja mereka yang sudah buruk lebih jauh lagi. 4. Struktur Penghargaan  Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebut disertai dengan penghargaan intrinsic maupun ekstrinsik. Oleh karena terdapat efek umpan balik psikologi antara berbagai faktor dari kebijakan pengendalian dengan kinerja masa depan, maka kebijakan pengendalian yang ideal dibuat khusus dan bervariasi dari situasi ke situasi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada materi ini telah ditunjukkan bahwa system biaya tradisional tidaklah bagus secara keperilakuan dan dapat mendorong respons yang tidak diinginkan maupun destruktif ketika digunakan dalam mengendalikan dan mengevaluasi kinerja individual. Walaupun system biaya standar memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi dan keselarasan tujuan, system tersebut juga dapat digunakan untuk mencapai tingkat pengendalian otokratis dan koersif yang tinggi. Metode yang unggul secara keperilakuan adalah system perhitungan biaya langsung (variable), yang dengan mengisolasikan biaya produk dan biaya periode, memberikan informasi yang lebih relevan untuk mengendalikan berbagai jenis biaya dan mengarahkan manajemen kepada keputusan yang lebih menguntungkan. Pada materi ini telah dianalisis aspekaspek keperilakuan dari langah-langkah akuntansi biaya dan menyarankan pendekatanpendekatan yang dapat mendorong perilaku karyawan yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak, 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:Salemba Empat.