ISSN:2486-2563
IndahFitriani & Dewi Nurnasari
PENGART]H AUDIT INTERNAL TERIIADAP GOOD
GOVERNMENT GOWRNANCE DI KABI]PATEN GARUT
Oleh:
Indah Fitriani
(Dosefi Progrdn, Studt
Ahimo$
Fakultas Pendtdikan Ekorromt
Ilewi Nurnassari
(Alumni Progran Sudi Ahtntonsi Fafultas Pendidikott Ekonomi
&
Btslrls UPI BHMN Bantung)
&
Bisnis UPI BHMN
Banetdl
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai penganrh audit
iriternal terhadap good governtnerx governorrce. Penelitian ini berkaiEn dengan adanya
otonomi daerah dan desentalisasi fiskal memberikan keleluasaan bagi pemerintah
daerah dalam melakukan pongelolaan keuangan da€rah. Salah safr hal yang harus
diantisipasi adalah kemungkinan terjadinya perpindahan penyelewengan dan
penyimpangan dari pemerintatr pusat ke daorah. Kasus dibeberapa Negara berkembang
menuajukkan batrwa pemberian otonomi da€rah dan desentralisasi fiskal yang terlalu
cepat tanpa pengawasan internal yang cukup justru meningkatkan konrpsi didaerah.
Analisis dda menggunakan perhitungan uji koefisien korelasi dan uji koefisien
determinasi. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa audit intemal mempunyai
pengartrh terhadap goad goventmerrt gwernarre sebesar 26%.
Kata Kunci : Audit internal, Good Government Governsnce, Uji Koefisien Korelasi,
Uji Koefi sien Determinasi
Latar Bclakang Penelitian
Melalui Uu No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25
tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Dasratt, pemerintah dan DPR
telah jelas menunjukkan political will untuk melaksanakan otonomi daerah dan
desentralisasi. Dalam konteks otonomi daera,h, desentralisasi dimaksudkm agar dasrah
lebih mampu mengembangkan inisiatif dan krreativitas daerah dan sumber dayanya utuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat Penyelenggaraan otonomi
daerah
dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luag nyata dan berhnggungiawab
kepada daerah s@ara proporsional yang diwujudkan dengan pengatua4 pembagiao,
dan pemanfaatan sumber data nasional yang berkeadilan serta perimbangatr keuangan
antara pemerintatr pusat dan daerah. Namun semua
itu perlu diimbangi dengan
pengawasan yang memadai agar tidak menimbulkan Konrpsi, Kolusi, dan Nepotisme
6KI\D baru atau memindahkan KKN dari tingkat pusat ke daeratt, antara lain dengan
adanya UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Indah Fitriani & Dewi Nurnasari
ISSN : 2086 -2563
dari KKN, dan terbitnya UU No. 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantas Tidak
PidanaKorupsi.
UU teisebut telah mengakui keberadaan pengawas intem pemerintah dan
pengawas ekstern pemerinta[ baik pada tingkat pemerintah pusat maupun tingkat
pemerintah daeratr sebagai salah satu alat pengawasan yang mutlak diperlukan serta
tidak dapat mling menggantikan. Upaya tersebut adalah dalam rand<a menegakkan 2
pilar utama good governance yaitu transparansi dan akuntabilitas.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk dapat
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cia-citanya. Menunrt
Halim QO07:17) "good governance adatah tata kelola organisasi secara baik dengan
prinsipprinsip keterbukaaa keadilan, dan dapat dipertanggungiawabkan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi". hlam ran*a itu, diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungiawaban yang tepa! jelas dan nyata sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna
Perlunya sistem pertanggungiawaban daeratr atas segala prcses tindakan-tindakan yang
dibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen akuntabilitas daerah. Inilah bagian
terpenting untuk ditat4 yang pada akhimya menjadi instrumen god governance.
ftonomi daerah dan desentralisasi fiskal memberilcan keleluasaan bag
perrerintatr daeruh dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Salatr satu hal yang
harus diantisipasi adalah kemungkinan terjadinya perpindahan penyelewengan dan
penyimpaagan dari pemerintatr pwat ke daerah, Kasus dibeberapa Negara berkembang
menunjulkan bahwa pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang terlalu
cepat tanpa pengawasan yang cukup justru meningkatkan korupsi didaerah. Salah satu
cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan
oleh DPRD melalui pengawasan kinerja pemerintatr daerah dan mewujudkan tuntutan
akuntabilitas publik hgi masyarakat. Pemerintah daerah juga hanrs lebih
mengoptimalkan pengawasan intenral karena selang beberapa waktu tera*fiir ini peran
pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap panerintahan di da€rah cukup dominan Dengao
begttr, pengawxan secara internal pemerintahan itu, yakni p€ran Badan Pengawasan
atau Inspektorat saat ini terkeqah mulai melemah.
Paradigma
penyelenggaraan pemerintahan daerah telah bergeser
dari pemeriksaan dengan fitik berat pada ketaatan tffhadap perduran perundangundangan dan penneriksaan operasional ke pemeriksaan yang menitik teratt<an paaa
kinerja instansi, maka Inspektorat sebagai Aparat Pengawasan Intern Pmerintahan
dengan tugas pokok daq fungsi mengawasi dan membina SOPD melalui pemeriksaan
terhadap aspektupoksi, keuangan" SDM, sarana dan prasarana dan metode kerja dengan
penekanan pada prinsrp ekonomis, efektif dan efesien dapat mencegah terjadinya
penyimpangan serta penyalahgunaan wewenang yang dapat menrgikan da€rah dan
Negara. Dengan semakin jelasnya koridor dalam pelakmnaan pengawasan akan
semakin memperc€pat terwujudnya tata kelola penaerintahan yang baik (Cood
Governance).
Iumal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPL Vol. 1, No.
1
ISSN:2086-25i63
Indah Fitriani & Dewi Nurnasari
Perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi KKN
menjadi harapan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan mampu
menyediakan barang dan jasa serta pelayanan yang optimal.
Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan s@ara amanah dan
bertanggung jawab adalah sejalan dengan keinginan masyarakat. Implementasinya
adalah dengan mewujudkan prinsip-prinsip transparansi dalam penyelenggaraan tata
pemerintahan. Dalam good governance, akuntabilitas publik menjadi elemen terpenting
dan menrpakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah dan para aparatnya. IIal ini
makin mendorong lndonesia untuk menerapkan dan menyelenggarakan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih baik (good governance).
Pe*anggungiawaban keuangan daerah benrpa pertangg$ngiawaban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Memasuki era reformasi, masyarakat di
sebagian besar wilayah Indonesia, baik di propinsi, kota maupun kabupaten mulai
membahas laporan pertanggungiawabannya atas kegiatan yang telah dilakukan Seperti
halnya di Kabupaten Garut, beberapa kali tedadi pernyataan ketidakpuasan tethadap
pemerintah dalam melalokan pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belaqia
daeratr. Keingintahuan masyarakat tentang akuntabilitas pemerintah daat dipenuhi
misalnya dengan adanya inforrrasi keuangan yang lebih tansapran dan akuntabel.
Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi
dengan ekonomig efisie,n dan efektif. (www.garutkab.go.O
Informasi atil;- d*a dan penjelasan atas aktiva dan kinerja finansial pemerintah
kepada masyarakat atau publik selaku stakeholders daerah menjadi sangat penting bagi
terlaksananya akuntabilitas publilc Pengawasan dalam pengelolaan anggaran daelah
pada dasamya dimaksudlon agar setiap rupiah yang dibelarjakan pemerintah
berdampak terhadap ke,pentingan dan kebutuhan publik dan dapat
dipertanggungiawabkan kepada publdq artinya bahwa APBD hanrs mampu
merefleksikan tuntutan kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan fimgsi-ftngsi dan
tugas-tugas sesuai dengan tunfutan dan kebutuhan
Evaluasi dan penilaian akuntabilitas Madap kinerja pernerintah bertujuan untuk
memberikan informasi yang memadai dan bermanfaat baik dalam pengambilan
keputusan yang bersifat kebiiakan maupun yang berkepentingan dengan pengendalian
manajemen dan adminisnasi dalam suatu struktur organisasi pemerintah. Akuntabilitas
publik dan penyediaan informasi tanrbahan akan dapat dicapai apabila sistem infonnasi
keuangan dan manajemen di pemerintahan berjalan secara profesional. Pemerintah
hanrs menyajikan informasi pengelolaan keuangan untuk memberikan penjelasan yang
menyeluruh kepada seluruh kelompok stakeholders. Hal ini dilakukm sebagai
perwujudan fiaosparansi pengelolaan keuangan publik yang hrtujuan untuk
menciptakan akuntabilitas publik sehingga Pemda dapat mewujudkan good governance.
J. B Sumarlin (Mantan Ketua BPK) menyatakan bahwa dengan semakin
besarnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerinahan Negara yang
didasarkan pada prinsip good governance, maka kebutuhan teftadap peran pengawasan
akan semakin meningkat. (www.bpkp.go.i4 disampaikan dalam Half Day Seminar
Iurnal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPI, Vol.
1,
No.
1
Indah Fitriani & Dewi Numasari
ISSN : 2086 -2563
dengan tema'opengawasan dan governance keuangan Negara" yang diselenggarakan di
Jakarta 13 Januari 2004)
Mardiasmo menyatakan bahwa rerangka akuntabilitas publik dapat dibangun
atas empat dasar komponeq yaitu sistem pelaporan keuanga4 sistem pengukurart
kinerjq pengauditan sektor publih dan berfungsinya saluran akuntabilitas publik yang
tersistem dan terkoordinasi dengan baik serta menciptakan check and balance melalui
lembaga yang berfirngsi sebagai pelaksana, pengontrol, pemeriksa, dan penegak hukum.
Diperlukan juga sistem pengawasan keuangan Negara yang mampu mengatasi korupsi,
baik formal (oleh lembaga yang secara formal ditugaslcan untuk mengatasi), maupun
informal (oleh masyarakat/lernbaga independen dan media massa) yang dikaitkan
dengan keterbulaan infomrasi. (www.bpkp.go.l4 disampaikan dalam tlalfDay Seminar
dengan tema *pengawasan dan governance keuangan Negara" yang diselenggarakan di
Jakarta t3 Januari 2004)
Salah satu tuntutan masyarakat untuk menciptakan good govemance dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kiprah ins*itusi pengawas daerah.
Sehingga masyarakat bertanya dimana dan kemana lembaga itrr, sementara konrpsi
merajalela. Masyarakat sudah gerah melihat prilaku birokrasi korup, yang semakin hari
bukannya Uerlilrang tetapi semakin unjuk gigi dengan
itu. Batrkflr
masyarakat memberi label perbuatan korupsi itu sebagai kejahatan yang "luar biasa*,
karena diyakini hal itu akan menyengsarakan generasi dibelakang hari. Sarnpai-sarnpai
masyarakat berfikir untuk membubarkan institrsi pengawas daerah tsrsebut karena
dinilai tidak ada gunanyq batrkan ikut menyengsarakan rakyat dengan menggunakan
uang rakyat dalam juml& yang relatif tidak sedftit.
Dalam SINDO QZ jnli 2008) Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat) meminta
Badan Pengawas Daerah (nspektorat) provinsi dan kabupaten/kota lebih optimal
melaksanakan tugas pengawasan Atas permintaan tersehtr, 7at Zat Munazat (Kepala
Bidang Aparatur dan Pemerintahan lnspektorat Kabupaten Garut) menyebutkan bahwa
sebagai aparatur pengawasarL Inspektorat sudah berusaha optimal dalam melaksanakan
tu$s. Akan rcapi, bagaimana bisa tegaq kalau hasil laporan pengawasan tidak direspon
pimpinan. taporan p€xrgawasan lnspektorat yang dilaporlcan kepada Bupati, hasil
temuan-temuan Inspektorat temebut bukannya direspon apalagr ditindaklanjuti tetapi
Inspektorat diminta untuk tidak membuka temuannya, hasilnya dugaan korupsi yang
terjadi di sebuah SOPD malatr dibia*an dan kerrrgian kas daerah pun terjadi.
Kondisi itu terjadi mat Kabupaten Garut dipimpin Bupati Agus Supdadi yang
kini menjadi terpidana korupsi APBD Garut tahun 2004-.2A07. Inspektorat melaporkan
temuan hasil audit di selunrh SOPD. Bagaimana bisa ditindaklanjuti, karena dugnan
konrpsi yang Inspektorattemukan temyata sehgian uangnya disetorkan pada Bupati.
Adanya perintah pengawasan ketat dari Gubernur Heryawarq bisa dilakukan
dengan optimal, namun perlu komifinen yang kuat agar setiap pelanggaran atau temuan
Inspektorat di tingkat daerah bisaditindaklanjuti. Intiny4 Inspektorat sangat siap dan
bersedia. Tapi, akan lebih baik apabila gubernur juga melakukan tindakan yang bisa
mendorong pada arah good governance dengan mengedepankan pemerintahan yang
bersih dari korupsi.
fumal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPI, Vol. 1, No.
1
50
ISSN : 2086 -2563
Indah Fitriani & Dewi Nurnasari
Dalam Radar Ganrt (Rabu, 25 Juni 2008) Ketua BEM STAIM Moch Reza
Anshori menyebutkan bahwa ada unsur KKN di Inspektorat Hal tersebut dapat dilihat
dengan banyaknya kasus korupsi. Tidak terlihat adanya upaya perbaikan yang didorong
oleh lnspektorat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Inspektorat merupakan
lembaga pengawasan dan kontrol pemerintahan untuk pelayanan dan pengawasan
anggarail, akan tetapi jika anggaran semakin besar, masalah semakin menumpuk. Dari
sana dapat dilihat adanya unsur KKN.
Menurut Deni Susanto (Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan) saat ini
Inspektorat sudah brusaha melakukan yang tsbaik untuk mewujudkan good
government govemance, akan tetapi banyak kendala yang dihadapi oleh pihak
Inspektora! diantaranya adanya ancaman berupa fisik dan pemindatran jabaan jika
temuan-temuan adanya unsur KKN pada objek perneriksaan diungkaplon dalam
laporannya. Maka dari iat, untuk menciptakan suatu pemerintahan yang baik sangat
sulit dilakukan. Pengawasan intemal oleh Inspektorat lebih menekankan pada
bantuan kepada unit kerja perangkat daerah dalam melakukan pengelolaan
risiko-risiko yang dapat menghambat pencapaian misi dan tujuarL sekaligus
memberikan alternatif peningkatan efisiensi dan efektivitas, serta pencegahan atas
potensi kegagalan sistem manajemen pemqrintahan daerah.
Menurut Deni Susanto, pengawasan sebenarnya bukanlah tanggung jawab
institusi pcngawas semata melainkan tanggung jawab semua aparatur pemerintah dan
masyarakat pada semua elemen. Karena sebetulnya institusi pengawas seperti
lnspektorat DaeralU bukannya berdiam diri, tidak berbuat, tidak inovatif, adem dan
sebagainya tetapi jauh dari anggapan itu, instansi pengawas di da€rah telah bertindak
sejalan dengan apa yang dipikirkan masyarakat itu sendiri. Langkah pro aktif menuju
pengawasan yang efektif dan efisien dalam memenuhi tuntutan itu telah dilakulmn
seperti melakukan reorganisasi, pe$ail<an sistenr, membuat pedoman dan sebagainya
namun kondisinya sedang berproses dan hasilnya belum signifikan dan terwujud s€psrti
yang diinginkan oleh masyarakat. Guna mewujudkan good governance diperlukan
langkah-langkah pragmatis yang lebih ralistis dan sist€matis dalam penempatan
sumber daya manusia pada lembaga p€ogAwas da€rah. SDM pengawasan hanrs
memiliki kemampuan lebih baik secarateknis maupun operasional.
Me,nurgt Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (Antasari Azhar) jika lembaga
pengawas internal tematu pencegatrankorupsitidak efektif. Untuk itu pengawas internal
pemerintatr harus efektif dalam mencegah tindak pidana korupsi karena simpul dalart
manajemen pemerintatr itu adalah apard pengawasan (Media Indonesiq 28 Marst 2008)
Berdasar{<an latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan mengambil judul '?engaruh Audit Internal Terhadap Good
Government Governance di Kabupaten Garut''.
RumusanMasalah
Berdasadran latar belakang penelitian diatas, maka dapd dirumuskan beberap
masalah yang akan menjadi fokus penelitiarl yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran audit internal di Kabupaten Ganrt?
|urnal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPI VoL L, No.
L
51
hdah Fitriani &Dewi Nurnasari
ISSN : 20tt6 -?563
2. Bagaimana gambaran Good Governtnent Govemance di Kabupaten Garut?
3. Bagaimana pengaruh audit internal terhadap Good Gwernment Gwernonce di
Kabupaten Garut?
Kerangka Pemikiran
Pemberian otonomi dan desentralimsi yang luas, nyata dan bertanggungjawab
kepada daerah kabupaten/kota akan membawa konsekuensi perubatran pada pola dan
sistem pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan-perubatran tersebut j.rga memberikan
dampak pada unit-unit kerja pemerintah daerah, seperti tuntutan kepada
pegawai/aparatur pemerintatr daerah untuk lebih terbuka, transpara4 dan
bertanggungiawab atas keputusan yang dibuat
Perubahan pola pengawasan yang mendasar adalah dengan diboinya
keleluasaan kepada pemerintatr daorah untuk mengatur dan mengunrsi rumah tangganya
sendiri, maka diperlukan peningkatan peran DPRD dan masyarakat I'ns dalam
pengawasm penyelenggaraan pe,merintahan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengawasan dan pemeritcsaan dalam ranglo
memberantas praktik KKN, pemerintah bersama DPR kemudian me,ngesahkan UU No.
28 Tahun 1999 tenang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, danNepotisme.
'?engawasan merupakan talrap integral dengan keselunrhan talrap pada pen)ru$man
dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada
tahap waluasi saja-". (Isma Coryanat42007)
Audit intern pernerintah merupakan kegiatan pemastian dan konsulansi yang
indepeirden dan objektifyang didisain untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi. Membantu organisasi mencapi tujuannya dengan mernbawa pendekatan
yang sisitematis dan disipliner untuk mengevaluasi keefektifan proses manajemen
risikq pengendalian, dan pemerintahan
Audit internal bertujuan membantu seluruh anggota manajemen agr
melaksanakan tanggungiawab secara efektit dengan jalan memberikan analisig
penilaian, rekomendasi" saran dan keterangan dari operasi objek yang diperiksanya(Mahrisa Kusumamelati)
Irmbaga pengawasan internal pemerintah (dalam hal ini adalah lnspektorat)
diperlukan untuk
manajemen pemerintahan yang bersih,
efektif, dan efisien. Hal tersebut sangat tergantung pada perhatian dari manajemen
instansi untuk membangun sistem pengendalian yang andal. Jika perhatian yang
diberikan *urang maka akan mengurangi kualitas pelaksanaan pengawasan dan tindak
lanjuthasil pengawasao. Begitu pula sebaliknya (Ismail Mohama{ 2AM)
Seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan
kualitas' profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalanlcan aktivitasqra,
diperlukan audit pada keuangan" kepatrrhaq dan diperluas dengan melakukan audit
terhadap kinerja seltor publik.
lumal Akuntansi RiseL Prodi Akuntansi UPL Vol.
L,
No.
1
IndahFitriani & Dewi Nurnasari
ISSN:20{36-?,5163
Hari sabarno (Mantan Mendagri) menyatakan bahwa permasalahan yang terl€it
dengan pengelolan keuangan daerah adalah lemahnya sistem pembukuan atau
akuntansi, pengendalian, pengawasan, dan sistem informasi keuangan daerah yang
menyebabkan rendahnya unsur fiansparansi dan akuntabilitas sebagi dua pilar utama
dalam membentuk good governance. (www.bplcgo.i4 disajikan dalam Siminar dan
Open House BPKP dengan tema "Aspek Etika Dalam Akselerasi Pembahanran
Manajemen Publik", 30 Juli 20OZ)
united Nation Development Program (uNDp) pada tahun 1997 dalam
Mardiasmo Q002:23) mendefinisilCIn Good Gwernance sebagai pelatrsanaan
kewenangan/kekuasaan di bidang ekonomi politilq dan adminishatif untuk mengelola
berbagai urusan negara pada semua tingkatan dan merupakan instrurnen kebfiatcan
negara untuk
tercipanya kondisi kesejahteraan, dan integritas
Berdasarkan definisi tersebut, UNDP dalam Ildardiasmo Q002:23)
mengemukakan 9 karakteristik prinsipprinsip Good Governarce yang saling mengait
sebagai berikut :
1. Partisipasi (Paticipaion), setiap warga mempunyai hak suara dalam pembuatan
kepufusan;
Taat Hukum (futle of LanL hukum keadilan dilaksanakan anpa pandang bulu;
Transparansi (Troxpoancy), kebebasan informasi untuk dipahami dan dimonitor;
?.
3.
4. Responsif (Responsivercss),
5.
6.
7.
8-
9.
lembaga-lembaga benrsaha melayani setiap
stakeholdersnya dan responsif terludap aspirasi masyarakat;
Berorieltasi pada Kesepakatan (Consensus Orientation), menjadi perantaraterhadap
kepelrtingan yang berbeda untuk mendapatkan pilihan terbaik-bagi kepelrtingan
bersama;
Kese-taraan (Equity), semua warga mempunyai kesempakn
meningkatkan kesejahteraan;
yang sama dalam
Efektif dan Efisien (Effectiveness urd Effrcienq'),proses dan lembaga menghasilkan
sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber sebaik
mungkin;
Akuntabilitas (Accoutability), pemettntata swasta, masyaraka! bertanggung jawab
kepada publik dan lembaga stakeholders;
Yisi Stnatejrk(Straegic tlisioA, pemimpin dan publik mempunyai perspeldif Good
Governance yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan yang diperlulmn untuk
pembangunan.
setyo Dwi Herwanto dalam seminar Nasional Islam mengenai GNd
Govetnance ond Poverty in Indorcsia Q007) menyebutkan bahwa junrlul, komponen
atau pun prinsip yang melandasi good governance sangat bervariasi dari satu institusi ke
institusi laiq dari satu pakar kc pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip
yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good gwe.nane, yaitll
akuntabilitas, dan transparansi. Dan keduanya tidak bisa -berdiri senOiri-senOid
sehingga mengesampingkan prinsip-prinsip yang lain.
Dalam gaveflurrrce ada 3 kompone,n yang sejajar, setara, saling mengontnol,
untuk menghindari terjadinya eksploitasi satu terhadap lainnya, yaitu: pemerintatu dunia
lumal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPL Vol. 1., No.
1
53
kdahFitriani & Dewi Nurnasari
ISSN : 2086 -2563
usahq dan masyarakat Dalam realisasinya peran pemerintah masih lebih dominaru
karena permasalalran yang ditangani
makin meningkat
Dengan melihat prinsip dasar pelaksanaan good govemance, akar persoalan dari
korupsi dan pelayanan birokrasi yaitu ftanspamnsi. Implementasinya tidak cukup
sekadar me'rnbuat pengumuman setiap proyek di media masa- Namun ada yang jauh
lebih strategis dari rtu, yaitu adanya dasar hukum bagi masyarakat dan aparatur
pemerintah dalam bentuk sebuah aturan Gerda) yang mengatur masalah transparansi.
Maka dalam Perda transparansi penting terutama kaitannya dengan implementasi good
govemance, karena satah safu tujuan good goyenranc€ adalah meningkafkan
akuntabilitas pemerintalrag sehingga bisa mencegah terjadi korupsi.
Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Anwar Nasution dalam KominfoNewsroom (2009) mengatal<an bahwa transparansi dan akuntabilitrs pengelolaan
keuangan negara
pondasi utama bagi terciptanya good govemance yang
merupakan persyaratan mutlak dalanr dernokrasi dan ekonomi yang sesungguhnya
Transparansi dan akuntabilitas juga menrpakan faktor utama agar Indonesia tidak
dalam krisis sepefri 1997-1998.
Dedi Syaputra (dalam makalahnya) me,nyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
fansparansi adalah kepemimpinan yang terbul<a dengan pengungkapan informasi
organisasi yang berhubungan dengan semua kegiatan ekonomi dan yang lainnya. Satah
satu ukuran penyelenggaraan Negara yang baik adalah adanya tansparansi dalam setiap
kebiiakan baik yang dilaksanakan maupun tidal(, hal ini salah satu bentuk keikutsertaan
masyarakat publik dalam melihat dan berapresiasi didalam setiap aktifitas kenegaraan
sebagai impleinentasi dari sistem pemerintatran demokrasi.
Tranparansi merupakan salah sdu syarat penting untuk menciptakan good
goverrurne. Dengan adanya transpafiansi di setiap kebliakan dan keputusan di
tingkungan organisasi, maka keadilan (fairuess) dapat ditumbuhlnnTransparansi akan me,ndorong diungkapkannya kondisi yang sebenarnya
sehingga setiap pihak yang berlrepentingan (stakeholders) dapat mengukur dan
mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut organisasi. Penerapan prinsip
transparansi menunfirt pemerintah untuk selalu terbuka dan mencegah upaya
penyembunyian informasi yang menyangkut kepentingan publik
Penerapn transparansi bisa dimulai melalui penyajian s@ara terbuka laporan
keuangan yang akurat dan tepat waktq penetapan laiteria seleksi personil secara
terbukq penyediaan informasi tentang pengelolan keuangan daerall. Dalam menerapkan
prinsip ini, perlu ada penyamaan persepsi tcntang hal-hal apa dan seberapabanyakyang
perlu diinformasikan, standar apa yang digunakan sebagai acua&
Gara
mempublikasikannya dan media apa yang akan digunakaq tolok ukur penilaiannya,
serta bagaimana mengatasi kendala-kendala yang mungkin t€rjadi.
Sebagai wqiud akuntabilitas, selain diharuskan menyusun laporan pengelolaan
keuangan organisasi daerah juga hanrs menyusun laporan Akuntabilitas Kinerja
lnstansi Pemerintah (LAKP). Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintatr (AKIP) terdiri
dari komponen komponen yang mempakan safu kesatuan , yaitu perencanaan stategis
Jumal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPI, Vol. 1, No.
1
IndahFitriani & Dewi Numasari
ISSN : 2086 -2563
perencafflan kinerja , pengukuran dan evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja . Salah
satu unsur akuntabilitas tersebut adalah finansial , komponen-satu-kesatuan, kine.jq
Tatag Wiranto dalam artikelnya menyebutkan bahwa akuntabilitas
keuangan/akuntansi finansial fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat
waktu tentang penggunaan dana publik, yang biamnya dilakukan melalui laporan yang
telah diaudit secara profesional. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa dana
publik telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan s€cara efisie,n dan
efektif. Masalah pokoknya adalah keteptan waldu dalam menyiapkan laporan, proses
audit, serta kualitas audit
Berdasarkan hal-hal telah diungkapkan maka dapat dihipotesiskan bahwa
terdapat penganrh antara audit internal good government govenurrree di Kabupaten
Garut.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunalcan dalam penelitian ini adalah metode studi
kasus dengan pendekatan deskripif dan verifikatif, Adapun trjuan penelitian ini adalah
unfuk mengetahui gambaran tentang audit intemal dan gambaran good goverrurunt
govefl,rroe di Kabupaten Garut dan untuk menguji apakah audit internal berpengaruh
terhadap good govertment govem*re di Kabupaten Garut. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka dilakukan pengumpulan data primer melalui teknik survey, yaitu dengan
cara melakukan wawancara terlebih dahulu kemudian menyebarkan kuesioner kepada
25 SOPD yang diperiksa oleh Inspektorat Kabupaten Garut.
Teknik sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling sampling jenuh
Pada penelitian ini, sernua anggota populasi yang akan dijadikan mnrpel adalah 25
SOPD (Satuan Organisasi Perangkat Da€rah) yang di audit oleh Inspektorat Kabupaten
Garut Sebenamya terdapat 34 soPD di Kabupaten Garut, akan tetapi, menurut
Inspektorat hanya ada,25 SOPD yang diaudit oleh Inspektorat Adapun daftar 25 SOPD
yang dijadikan populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No.
I
2
3
4
5
6
7
8
9
l0
11
t2
l3
SOPD
Badan KB llan Pemberdayaan Perempuan
Badan Kepegawaian Dan Diklat
Badan Lingkungan Hidup
Badan Pemberdayaan lvlasyaralmt dan
Pemerintah Desa@PMD)
Badan Pengelola RSU dr. Slamet
Dinas Bina Marga
Dinas Kehutanan
Dinas Kependudukan, dan Pencatatan Sipil
Dinas Kesehatan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Pendidikan
Dinas Perhubungan
furnal Akunhnsi Riset, Prodi Akuntansi UPI, Vol.
1,
No.
1
55
Indah Fitriani & Dewi Numasari
t4
15
l6
t7
18
l9
20
2L
22
23
24
25
26
27
28
29
ISSN: 2085 -2563
Dinas Perkebunan
Dinas PerumaharU Tata Ruang dan Cipta
Karya
Dinas Petemakan, Perikanan" dan Kelautan
Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Dinas Tenaga Kerlq Sosial dan
Transmigrasi
Kantor Arsip
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu
Kantor Penanaman Modal
Kantor Perpustakaan
Kantor Satuan Polisi Parnong Praja
Sekertariat Badan Narkotik
Sekretaris DPRI)
Penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif karena tidak memerlu}an
penggeneralisasian. Adapun t€knik statistik yang digunakan adalah korelasi Ra*
Spannm untuk menghitung pengaruh audit internal teftadap good govemment
govenumce. Dan koefisien determinasi untuk mengetahui besamya penganrh audit
internal terhadap goo d gwernmerrt goyen once.
Hasil Penelitian
Pengujian yang dilakulen dalam penelitian ini terdiri dari pengujian validitas
dan reliabilitas t€rlebih dahutu, ke,nrudian diuji dengan menggunakaruji korelasi dan uji
koefi sien deterrrinasi.
Pengujian Validitas
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS
l2.0forwindows. Adapun variabel yang diuji adalah audit internal sebagai variabel X
dan good goverlfirent govenurwe sebagai variabel sebagai variabel y.
Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada 25 responden dengan tingkat
signifikansi sebesar 5o/o dan derqiat kebebasan (df) sebesar n-2 Q5-213) maka aiaapat
nilai rtuur sebesar 0,413.
Dari hasil pengujian validitas audit internal (tercantum pda lampiran), butir
pertanyaan dikatakan valid jika &ihmc > &n6s1. Pada pengujian tersebut terdapat 6 butir
pertanyaan yang dinyatakan tidak valid Gn** < rau). Pada dimensi audit keuangan
tedapat 3 butir pertanyaan yang tidak valid yaiar pertanyaan butir ke-5, 6 dan I l. Pada
audit kinerja hanya terdapat I butir pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan ke-14,
dan pada dimensi audit kepatuhan terdapat 2 butir yang tidak valid yaitu butir ke-18 dan
19. Butir perhnyaan yang dinyatakan tidak valid al€n dipisaltkan karenabgtir
JurnalAkuntansiRiset, Prodi Akuntansi
LJPL
VoI. 1, No.
1
ISSN:2086-2563
kdah Fitriani & Dewi Nurnasari
pertanyaan
tersebut tidak akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas sedangkan butir
pertanyaan yang dinyatakan valid akan dilaqiutkan dengan uji reliabilitas.
validitas untuk good governnent governonce (tercantum
Oari trasit pengujian
-pe.tanyaan
dikaakan valid jika q6,,* > fta*t. Pada pengUjian
pada lampiran), butir
iersebut ti.Aup"t 8 butir pertanyaan yang dinyatakan tidak valid Gnin g < rar.r). f.&
dimensi akuntabilitas tedapat 6 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan butir
ke-1,7,9,10,11, dan 14. Pada dimensi tansparansi terdapat 2 butir perhnyaan yang
tidak valid yaitu pertanyaan ke-18 dan 19.
Pen
guiian
Reliabilitas
-Pengujian
-
roliabititas untuk variabel audit intemal dihitung dengan
Butir
-erggunaLa, cronbach Alplu, maka yang menjadi rnitrmg adalah rarpra.
butir
semua
pengUjian
diatas,
jika
Dari
hasil
rhiamc> 16661.
p"tt rryual dinyataftan reliabel
pertanyaan dinyatalcan reliabel karena rtrmg>
rtabet.
Pengujian reliabilitas untuk variabel good govemuent gwernurce dihitung
dengan menggunakan Cronbach Alphaiagadan yang menjadi rrrimg adalarh rapta. Butir
perta"yua" dinyatakan reliabel jika rrrinmg) rta*r. Dari hasil pengujian diaAs, se,mua butir
pertanyaan dinyatakan reliabel karena rrriune> rtatet.
Penguiian
- -ttri Korelasi
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi rank spearman
Pengujian korelasi ini dilakukan dengan m$nggunakan SPSS 12.0 for windows.
Ada;;n variabel yang diuji adalah audit in{ernal sebagai variabel X dwr good
government g*e*arre sebagai variabel sebag:fi variabel Y. Berikut adalah hasit uji
korelasi dengan menggunakan SPSS 12.0/or wildows.
Audit
lnternal
Spearman's Audit Intemal
rho
Good
Govemment
Correlation
Coefficient
Sig. (l-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Good
Government
Governance
1.000
.509(*t)
25
.005
25
.509(**)
1.000
.005
25
25
Governance
Sig. (l-tailed)
**
N
Correlation is significant atthe 0.01 level (l-tailed)Sumber: tlasil Perhitungan SPSS I 2.0/o r w indow s, 20W
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
variabel Y maka digunakan koefisien determinasi sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi RiseL Prodi Akuntansi LIPI, VoL L, No-
1
X
terhadap
57
kdah Fitriani & Dewi Numasari
ISSN:20ffi-2563
Kd:l xl}}Yo
:0,50t' x 100 %o :26Yo
Pembahasan
Hasil penelitian mengenai pengaruh audit internal terlradap good government
govemance di Kabupaten Garut, d[ielaskan sebagai berikut:
l.
Audit internal (variabel X) dibagi mer{adi tiga dimensi yaitu dimensi audit
keuangan, dimensi audit kinerjq dan dimensi audit keptuhan- Secara keseluruhan
penilaian responden audit intemal di Kabupaten Garut sudah cukup baik.
a-
Penilaian karyawan terhadap audit internal dengan dimensi audit keuangan
menunjukkan bahwa SOPD sudah mengelola keuangan sesuai dengan
Pennendagri No. 59 tahun 2007 yang menyatakan batrwa sopD hanrs
mengelola keuangan secara tertib, efektit efisien" ekonomis, transparan, dan
giawab. AlCIn tetapi, SOPD masih hanrs meningkatkan fansparansi.
juga menilai bahwa SOPD sudah melaksanakan kewajibannya
dalam mengelola keuangan daerah yaitu dengan membuat RKA-sopD, DpASOPD, dan laporan keuangan SOPD.
Responden
b.
Dilihat dari penilaian responden terhadap dimensi audit kinerja, responden
menilai bahwa SOPD sudah cukup ekonomis dan efisien dalam menjalankan
kegiatannya, dan sudah cukup efektifdalam mencapai hasil yang diinginkan.
c. Sedanglmn untuk dimensi audit kinerj4 responden menilai bahwa dalam
melaksanakan seluruh aktivitasnya (dalam hal penyusunan RKA-sopD DpASOPD, dan laporan
SOPD), SOPD sudah mentaati keb[iakaa
peraturan, dam undang-undang yang berlaku
2. Sedanglon untuk good gwerrunent goverruilce (variabel Y), dibag menjadi dua
dimensi yaitu dimensi akuntabilitas dan &ansparansi. Secara keseluruhaq reiponden
menilai Mhwa good govetnncnt goveftxnre di Kabupaten Garut sudah cukup baib
de'lrgan responden mayoritas berjeniskelamin laki-laki usia responden yang rata-rata
berusia 4l-50 tahun, dan dengan tinglst pendidikan yang mayoritas Sl.
a. Mengenai dimensi akuntabilitas, responden menilai bahwa SOPD sudah cukup
bertanggungiawab dalam hal mengelola keuangan. Responden menilai balma
SOPD dapat mempertanggungiawabkan seluruh aldivitas yang dilakukannya
mengenai keuangan da€rah dengan menyajikan laporan keuangan dan laporan
akuntabilitas. Penyajian laporan tersebut sudah cukup sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
b. Dan untuk dimensi
3.
transparansi, responden menilai bahwa SOPD belum
ma*simal dalam momhikan akses informasi terhadap publik. Misalnya SOPD
masih belum maksimal dalam penyediaan akses informasi lewat media massa
ataumedia lainnyayang mudah diakses publik.
Dari hasil pengujian korelasi menunjukkan bahwa rriamg setresar 0,509 lebih besar
dari rta*ryaitu sebesar 0,409 dengan df sebesar 23 padatatuf signifikas sebesar 5%.
Karena rninms ) r66s6 trlakn tloditerima Itu berarti balrwa audit internal berpenganrh
|urnalAkuntansiRiset ProdiAkuntansiUPl, Vol.
1,
No.l
58
hdah Fitriani & Dewi Nurnasari
positif
4.
ISSN : 2086 -2563
terhadap good gavernment goverrunce
di
Kabupaten Garut Dikatakan
berpengaruh positif karena nilai q,iq,o, mendekati 1. Akantetapi, jika dilihat dari
tabel interpretasi koefisien korelasi, penganrh tidakt€rlalu kuat (sedang).
Sedangkan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y,
dapat dilihat dengan menggunakan koefisien determinasi. Dari hasil perhitungan
menunjukkan bahwa hanya sebesar 260/o good governnent governonce dipengaruhi
oleh audit internal. Sedangkan 74o/onya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Simpulan
a. Berdasarkan hasil penelitian diketatrui bahwa gambaran audit internal di Kabupaten
Garut sscara keselunrhan memenuhi dimensi audit keuangarg audit kinerja, dan audit
Akan tetapi pada audit keuangau masalah pengelolaan keuangan secara
transparan harus lebih ditingkatkan l€i. Sedangkan pada audit kioojn, penggunaan
sumber daya manusia SOPD secara efisien sulit dilalarkan karena pengaturan
banyaknya pegawai ditetapkan oleh pemerintah pusa! sehingga sering terjadi
pengangguran pegawai. Dan pada audit keptuha4 SOPD sudah melaksanakan
kewajibannya untuk membuat RKA-SOPD, DPA-SOPD, dan laporan keuangan ,
serta laporan tersebut sudah disqiikan sesuai dengan Permendagri No. 59 tatrun 2007
tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
b. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran good goverrailent
govenoue di Kabupaten Garut secara keseluruhan memenuhi dimensi akuntabilitas
dan transparansi. Pada beberapa SOPD ada yang
bahwa SOPD tidak
memberikan laporan pertanggungiawaban bendahara penerimaan karena pada SOPD
tersebut tidak ada bendahara penerimaan Dan menge,nai penyampaian laporan
peranggungiawaban atar:pun laporan keuangan, SOPD belum dapat melakukan
secara tepat waktu. Sedangkan mengenai transparansi, SOPD masih kurang
hansparan. tlal tenebut dapt dilihat dari kurangnya fasilibs-fasilitas yang
disediakan oleh SOPD untuk memberikan informasi
kinerja SoPDtersebut
dan saluran komunikasi yang berjalan untuk akomodasi partisipasi publik baru
sebatas fonnalitas saja.
c. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa audit intemal berpengaruh positif
terhadap good government governtrnce di Kabupaten Garut dengan tfuEkat
interpretasi korelasi sedang. Sedangkan besarnya pengaruh audit internal t€rhadap
good governmerrt governance adalah sebesar 26% sedrangkorn'l4o/o nya dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Seran
a. Bagr Pernda Kabupateir Garut
Inspektorat perlu meningkatkan kinerjanya untuk menumbuhkan kepencayaan
masyarakat tethadap Pemda agar tercipta good government goverrurre. Akao tetapi,
hal ini bukan hanya tanggungiawab tnspektorat saja SOPD selaku objek
Iumal Akuntansi Riset Prodi Akuntansi UPI, Vot.
1,
No.
1
59
kdah Fitriani & Dewi Numasari
ISSN:20f35 -2563
pemeriksaan lnspektorat juga perlu meningkatkan kinerjanya dalam pembuatan
laporan keuangan, laporan pertanggungiawaban, serta seluruh aktivitas SOPD
dilalekan secara ekonomis, efektif, efisien, sesuai dengan peratuftul yang berlakrl
dan transparan.
b. Bagi penelitian selaqiutnya
Indikator-indikator untuk menyusun kuesioner bisa ditambah lagi sehingga
instnrmen bisa mengukur fenomena secara tepat. Selain itu dalam penelitian
selaqiutnya disarankan untuk menambah variabel-variabel lainnya misalnya audit
eksternal sehingga hasil penelitian dapat maksimal.
Penelitian ini hanya dilakukan pada satu Pemda saja yaitu Pernda Kabupaten Garut
Untuk penelitian selaqiufirya disarankan untuk memperlrras area penelitian sehingga
hasil penelitian mempunyai daya generalisasi.
Daftar Pustaka
AMul Halim. QWz).Ahotansi Keu(mg(m Dwah. Jakarta: Satemba Empat
. Q0il4). Bunga Ranpai Manojemen Keuongot Drerah. Jogiakarta:
UPPAMP YKPN.
QW7). Pengelolaor Keuangan Daerah. Yoryakarta: UPP SIIM
YKPN.
Andi S Mukfitar. Q007). Urgensi Perda Transparorci dalam Implementosi Good
Governarna Batam: Siiori Mandiri.
Arfan lkfisan. (2008). Metodologi Penelitian Ahtntansi Perilalat Akantansi. Medan:
Grahallmu.
Hiro Tugiman (1997). Stondor Profesional Audit Internat.Yoryalcarta: Kanisius
Husein Umar. (2004). Metode Penelitian Unt* Sbipsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: R4ia
Grafindo Persada.
B Sumarlh (2(M). uPengans,asan dan Gwernore KetnngonNegud', disampaikan
dalam Half Day Seminar (Jakarta 13 Januari 20B).Tersedia:
www.bp(p.go.id
M. Iqbal Hasan. (2003). Pokok-Pokok Materi Stotistiks I (stdistik Desbifiifl. Jakarta:
J.
Bumi Aksara.
. (2003).
\avvJ r. Pokok-Pokak Materi Statistika I (Statistik Yeifikatifl. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mahmudi. Q007). Analisis laporan keuotgon pemerintah daerah. Yoyakarta: UPP
slII\A YKPN.
Mardiasmo. QWz). Otorwmi dm lv{oujemen Ketnngor Daerah (Good Goverrunt
Governore). Yoryakarta: ANDI.
Q004). Afuntansi Sebor Publi*. Yoryakarta: ANDI.
. (2004). oPengawasan dan Governance Keuangan Negara', disampaikan
dalam Half Dry seminw (Jakarta 13 Januari 20aq.Tersedia: www.bpko.go.id
Margono. (1996). Metafulogi Perulitian Pendidiksrr.Jakarta: pr. Rineka cipta
]umal AkuntansiRiset, Prodi Akuntansi UPL Vol.
1,
No.
L
60
Indah Fitriani & Dewi Numasari
ISSN: 2086 -2563
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
telah diubah menjadi Permendagri No. 59 Tahun 2007.
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor
3
Tahun 2005 Tentang Pokok-Pokok
Pen gelolaan Keuan gan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Transparansi dan
Partisipasi Publik
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 19 tahun 2008 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan flaerah Kabupaten Garul
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 tahun 2008 tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspekforat Kabupaten Garul
Pusat Data Depkominfo. (2009). Transporansi don Afuntabilitas Keuotgan Pondasi
Utana Good Governorce. Jakarta: Departerren Komunikasi dan Informasi.
Santosa, Purbayu Budi. (2005). Analisis Statistik dengon Microsofi Fxcel dan SPSS.
Yogyakarta: ANDI.
Sedamuyanti. (2004). Good Governorce, Kepemerintahan yang Baik, Bagian Dtn.
Bandung: MandarMaju
Setyo Dwi Herwanto. Q0AT. Good Governance, ond Pwerty in Indorpsia. Surakartu
Maarif Institute.
Sudjana (1997). Staistika mtuk Ekornmi danNiaga.I/. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. (1999\. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
. (2002). Metode Perclitiwt A&ninistrasi. Bandung: Alfabota.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitiwt Suau Pendekaton Prahik Jakarta:
Rineka Cipta
Tatag Wiranto. Q0A4. Ahmtabilitas dan Troxporansi Dalam Pelaymon Publik.
Jakartil Bappenas.
Trihendradi, Cornelius. (2004). Memecahkan Kasus Statistik: Desbiptif,, Parametrih
dan Non-Paranetrik &ngan SPSS I 2.0. Yoryakarta: ANDI.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tenang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Ne,potisme.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2OM TentangPemerintahan Daerah.
Undang-UndangNo. 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan Antara Pusat Dan
Daerah.
W{iaya (2001). Stottstika rnn porometrik (Aplikasi Program SPSS/. Bandrmg:
Alfabeta-
Yuliawan. (2009). Hubungan Penerapan Akuntansi Keuangan Daerah
dengan
Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten
Ciamis. Sfuipsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetatruan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Iumal Akuntansi Riset, Prodi Akuntansi UPL Vol.
1",
No.
L
6t