Papers by Muhammad Nur Khalimuddin
Silahkan membaca sendiri agar dapat lebih memahami isi paper ini. terima kasih :)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Bahasa Dosen Pengampu: Dr. Ridwan, M.Si. Oleh: ... more Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Bahasa Dosen Pengampu: Dr. Ridwan, M.Si. Oleh: Muhammad Nur Khalimuddin (1420411143) PBA-C Mandiri PENDIDIKAN BAHASA ARAB PRODI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM PASCA SARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 Setelah perang dunia kedua (1945) filsafat analitik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ia tidak hanya diminati oleh kalangan akademisi dari Cambridge, tapi diminati pula oleh kalangan akademisi Oxford. Bahkan setelah itu, Oxford menjadi pusar filsafat analitik. Dari sini filsafat analitik merambah sampai ke Amerika Serikat. Kalangan akademisi Oxford ini adalah para pengikut Wittgenstein II yang membentuk aliran baru dalam filsafat analitik yaitu aliran yang lebih dikenal dengan sebutan "Ordinary Language Philosophy", dan orientasi kajian filsafatnya adalah pada bahasa bisasa. Mereka berpendapat bahwa filsafat harus berpegang pada prinsip "Don't ask for the meaning, ask for the use" (jangan menanyakan makna, tanyalah tentang pemakaian bahasa). Beberapa tokoh penting dari aliran ini adalah G. Ryle, J. Wisdom, J. Austin, R.B. Braithwhite, A. Flew, J. Searle, P. Strawon, SE. Toulmin, J. Urmson, dam G. Warnock. Kelompok Oxford itu menggunakan metode Wittgenstein untuk menyelidiki macammacam jenis bahasa. John Austin , misalnya, menyelidiki perbedaan antara constative utterances, yaitu bahasa yang mengatakan apa yang dilaksanakan, performative utterances, yaitu bahasa yang sekaligus melaksanakan apa yang dikatakan seperti ungkapan "saya minta maaf, karena pekerjaan ini belum diselesaikan". Atau seperti Gilbert Ryle yang sibuk dengan penyelidikannya di sekitar konsep-konsep yang menyangkut hidup psikis dengan category mistake-nya, yaitu kekeliruan kategori yang sering muncul dalam suatu penggunaan bahasa. Tokoh-tokoh lainnya membuat dari teori Wittgenstein suatu bahasa lengkap mengenai logical moods. Mereka membedakan di dalam setiap kalimat suatu isi netral dan suatu modal functor yang membuat isi kalimat ini indikatif, interogatif, performatif, imperatif, dubatif, dan seterusnya. 1
Silahkan membaca sendiri agar dapat lebih memahami isi paper ini. terima kasih :)
Uploads
Papers by Muhammad Nur Khalimuddin