Dan anehnya, belum selesai aku melihat semua keanehan itu, tiba-tiba pandanganku teralihkan dengan suara panggilan yang terdengar sedang memanggil-manggil namaku dari arah luar rumahku.
"Mbak.....mbak Sukma.." teriak suara tersebut yang setelah kudengar lebih teliti lagi,
sumber suara tersebut adalah suara dari bu Wiji.
"Selamat pagi bu" jawabku sopan dengan seketika aku membuka pintu utama.
"Tadi malam pak Hendry pulang ya,,kalau pak Hendry pulang, suamiku kok gak pulang ya mbak. Kan sepertinya suamiku dan suami mbak Sukma ini satu shift kerja".
Ucap bu Wiji dengan langkah kakinya yang berjalan lebih mendekat kearah tempatku berdiri.
"Loh, enggak i bu, pak Hendry pulangnya masih nanti malam" jawabku bingung karena saat itu, aku memang sama sekali tidak merasa jika suamiku telah pulang dari tempat kerjanya.
"Kemarin malam aku kok liat pak Hendry pulang ya bu, malahan aku sempet nyapa juga," imbuh Bu Wiji meyakinkan.
"Hah, yang bener bu" sahutku kaget.
Hingga akhirnya, karena aku masih bingung dengan semua yang dikatakan oleh bu Wiji, bukannya menjawab pertanyaannya,
pagi itu aku seketika memanggil bu Wiji agar masuk kedalam rumahku.
"Sebentar bu, bu Wiji bisa kemari ?." Ucapku keras dengan tanganku yang melambai kearah bu Wiji yang menandakan, jika waktu itu aku berharap bu Wiji mau masuk kedalam rumahku.
Dan akhirnya, setelah bu Wiji berjalan sampai didepan rumahku dan masuk, akupun perlahan mulai menceritakan kejadian yang kudengar semalam.
"Kemarin malam suamiku gak pulang bu, tapi aku memang sempet denger seperti ada suara langkah kaki orang pincang didalam rumah ini.
Nah, tadi pagi waktu aku bangun tidur, aku malah lihat semua ini" terangku memulai percakapan dengan tanganku yang menunjuk kearah lantai rumahku yang waktu itu benar-benar sudah dipenuhi lumpur dan pecahan kaca.
Melihat semua itu, tanpa menjawab perkataanku, Bu Wiji seketika menatap wajahku dengan tatapan yang terlihat melotot seperti orang yang sedang terkejut.
Dan tidak hanya itu, beberapa saat setelah itu, bu Wijipun seketika pergi dengan langkah kaki yang terlihat sangat terburu2
"Waduh ncen bener jare mbok Minah pekoro omah iki."
(Waduh, sepertinya memang benar apa yang pernah dikatakan oleh mbok Minah tentang rumah ini)." Ucap bu Wiji dengan terus melangkah pergi dengan tidak sekalipun menoleh kearahku kembali.
"Loh bu, mau kemana" ucapku keras.
Melihat semua itu, akupun akhirnya hanya diam sambil kebingungan dengan sikap bu Wiji yang waktu itu benar-benar terlihat cukup mengherankan.
Hingga akhirnya, dengan mencoba tidak lagi memperdulikan sikap bu Wiji.
Akupun pagi itu mulai membersihkan kotoran-kotoran
yang ada dirumahku sembari melihat kearah pohon besar yang ada tepat disamping rumahku yang waktu itu sudah terlihat semakin miring kearah rumahku.
"Pohon tua ini sepertinya sudah mau roboh deh, kalu roboh pasti menimpa rumahku. Ini miringnya sudah parah.
Ya Allah jangan roboh dulu dong.. nanti kalau suamiku pulang, biar ku suruh cari orang buat nebang pohon ini lah, bahaya ini sudah miring banget." Keluhku dengan mataku yang melihat kearah pohon tersebut melalui jendela rumahku.
Tapi anehnya,. Belum selesai aku memandangi Pohon tua tersebut, pandanganku teralihkan dengan adanya bekas nisan, yang terlihat menumpuk tepat dibawah pohon tersebut berdiri.
Mengetahui semua itu, akupun seketika terkejut karena selama aku tinggal dirumah ini,
aku sama sekali tidak pernah melihat adanya tumpukan nisan tersebut sebelumnya.
Bahkan, karena posisi genset yang berada tidak jauh dari pohon, membuat aku sangat yakin jika tumpukan nisan tersebut memang sebelumnya jelas-jelas tidaklah ada.
"Loh, kok ada banyak sekali nisan sih, sepertinya aku gak pernah lihat deh, kan aku setiap malam nyalain genset disitu, kok sekarang tiba-tiba ada banyak nisan gitu" fikirku dalam hati.
Dan puncaknya, karena perasaanku semakin tidak enak,
akupun akhirnya memutuskan untuk menutup semua pintu rumahku dan tidak melakukan apa-apa sembari menunggu kepulangan suamiku untuk segera membicarakan semuanya.
"Waduh gak beres ini, mending aku diam saja wes sampai suamiku pulang.
Fikiranku gak enak e" fikirku dalam hati dengan aku yang memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan aktifitasku.
....
Dan singkat cerita, hari itupun berlalu begitu saja.
.....
Malam harinya, tepat pukul 20.00 malam, akhirnya suamikupun pulang dari tempat kerjanya.
Karena perlu kalian tahu, jam kerja suamiku memang terbilang cukup menyita waktu, dengan 1 minggu bekerja, dia hanya pulang setiap hari rabu dan sabtu.
Hal itulah yang akhirnya membuat setiap kepulangannya, menjadi moment yang memang sudah ku tunggu-tunggu.
Setelah suamiku pulang malam itu, tentu saja akupun seketika membuatkan makanan dan menyiapkan pakaian ganti sembari mulai memijiti tubuhnya karena sebagai seorang istri, akupun harus siap melayani semua kebutuhannya.
Dan akhirnya, setelah semua kegiatan suamiku telah selesai,
akupun mulai menceritakan semua kejadian yang telah kualami dengan perlahan agar tidak sampai menyinggung perasaannya.
Perabotan pecah, lumpur, pecahan kaca berserakan, hingga suara langkah kaki, waktu itu benar-benar kuceritakan dengan tidak sedikitpun yang aku tutup-tutupi.
Mendengar semua ceritaku, suamikupun hanya diam sambil menatap mataku karena saat itu, matakupun juga sudah meneteskan air mata krn rasa takut yang memang sudah terasa semakin nyata.
"Yasudah, besuk kucarikan pembantu ya, nanti kamu biar ada temannya" ucap suamiku menenangkan..
"Iya mas" jawabku pelan.
Namun sayangnya, rencana mendatangkan seorang pembantu tidaklah semudah membalikan telapak tangan saja.
Sudah berbulan bulan lamanya aku dan suamiku mencari pembantu, waktu itu aku sama sekali tidak kunjung berhasil mendapatkannya.
Setiap ada orang yang kutawari bekerja dirumahku, waktu itu semua menolaknya dengan alasan rumahku terlihat menyeramkan.
Hingga akhirnya, sebelum berhasil mendapatkan seorang pembantu, waktu itu aku seolah-olah mulai terbiasa hidup dengan setiap keanehan-keanehan yang ada.
Hampir setiap hari, selalu ada saja perabotanku yang terlihat pecah, dan setiap malam, aku selalu mendengar suara langkah kaki pincang yang terdengar masuk kedalam rumahku.
Sebenarnya, aku sempat beberapa kali mengintip dari celah-celah dinding kayu rumahku
ketika suara langkah kaki pincang tersebut terdengar.
Namun sayangnya, setiap kali aku mengintip, suara langkah kaki pincang yang sebelumnya terdengar jelas tersebut, waktu itu seketika menghilang begitu saja seolah-olah sumber suara tersebut mengetahui,
jika saat itu aku sedang berusaha memperhatikannya.
Dan puncaknya, keesokan harinya, seperti biasanya rumahku kembali dipenuhi lumpur yang tercecer dimana-mana ditambah, waktu itu aku juga sempat melihat adanya bekas ceker ayam yang juga terlihat berceceran.
Dan tidak berhenti disitu saja, bu Wiji pun hampir setiap malam mengaku melihat suamiku pulang kerumahku meskipun pada kenyataannya aku sama sekali tidak pernah melihatnya.
Bahkan, bu Wiji juga sempat menuduhku jika aku menyembunyikan kepulangan suamiku.
Namun setelah kujelaskan kejadian yang kualami, bu Wiji seketika kembali pergi dengan tingkah aneh yang hingga kini tidak bisa kumengerti.
Dan kini, sudah beberapa bulan aku tinggal dirumah tersebut dengan segala keanehan yang ada.
Tumpukan batu nisan yang ada dibawah pohon,
waktu itu juga terlihat semakin banyak entah dari mana asalnya.
Hal itulah yang membuat setiap suamiku pulang, dia selalu menyempatkan diri untuk memendam semua nisan tersebut meskipun keesokan harinya, aku selalu kembali melihat nisan-nisa yang baru.
Dan dengan mencoba tidak terlalu memperdulikan semua itu, akupun akhirnya mulai terbiasa dengan semua keanehan yang ada dengan terus berfikir jika niatku hidup dirumah itu aku sama sekali tidak ingin mengganggu.
"Alah yasudah, yang penting disini aku tidak mengganggu.
Meski rumahku selalu dikotori dengan lumpur gak masalah, aku masih bisa bersihkan kok" fikirku dalam hati sambil terus membersihkan kotoran lumpur, kaca, ceker ayam dan sebagainya, yang rasanya semua kotoran itu hampir setiap pagi terlihat ada.
.....
Dan akhirnya, seiring berjalannya waktu,
Berawal dari informasi yang didapatkan dari rekan kerja suamiku, akhirnya, suamikupun berhasil mendapatkan seorang pembantu.
Benar, beliau adalah Bu Asih, seorang pembantu yang berasal dari banyuwangi.
"Ini dek, kenalkan, namanya bu Asih, beliau asli Banyuwangi. Mulai hari ini, beliau biar tinggal disini dan membantu pekerjaanmu sehari-hari. Capek aku denger kamu ngeluh ketakutan terus setiap ku tinggal kerja hehehehe. sekarang,
kamu sudah ada temannya, jadi jangan takut-takut lagi ya" Ucap suamiku jelas.
Namun anehnya, belum sampai aku menjawab ucapan suamiku, waktu itu bu Asih tiba -tiba terlihat berbicara dengan matanya yang terus melihat kesetiap bagian isi rumah.
"Ini rumah tusuk sate pak" Sahut Bu Asih singkat.
Mendengar hal itu, suamiku dan aku yang sebelumnya masih berbicara, waktu itu seketika terdiam dengan kami yang saling menatap mata
"Tusuk sate bagaimana ya bu maksudnya" jawabku penasaran.
"Eh enggak-enggak bu hehehe" jawab bu Asih sambil terlihat seketika diam dan bertingkah cukup aneh.
"Yasudah jadi begini ya bu, mulai sekarang, bu Asih tinggal dirumah ini. Temani istriku. Dia tinggal dirumah ini lebih banyak sendirinya karena aku pulang kerja
seminggu hanya 2 kali. Nanti kamar ibu ada di pojok belakang ya bu. Oh iya, disini masih belum ada listrik, jadi setiap jam 18.00. ibu harus nyalakan genset yang ada di bawah pohon samping rumah. Tapi, gensetnya hanya cukup sampai jam 23.00 malam,
nanti kalau sudah jam 23.00 malam, silahkan matikan gensetnya ya bu, biar hemat Bahan bakar, soalnya disini beli bahan bakar tempatnya jauh. Dan kalau mau mandi, kita belum ada kamar mandi. Kamar mandi disini pakai kamar mandi umum yang ada diujung jalan.
Air disini juga susah bu, jadi harap maklum ya. Tugas ibu sederhana kok, cuma nemani istriku dan bersih-bersih rumah saja" terang suamiku terdengar menjelaskan semua pekerjaan yang akan dilakukan oleh bu Asih selama tinggal serumah bersamaku.
Dan puncaknya, setelah semua penjelasan dari suamiku telah selesai diucapkan, waktu itu akhirnya bu Asih telah resmi bekerja dan tinggal bersamaku dirumah tersebut.
Tapi uniknya, masih sekitar 1 minggu bu Asih tinggal bersamaku,
aku sudah tidak lagi mendengar adanya suara langkah kaki pincang yang sebelumnya sering sekali kudengar hampir disetiap malam tersebut.
Dan tidak hanya itu, setiap pagi, kini aku juga tidak lagi melihat adanya kotoran lumpur yang sebelumnya selalu mengotori rumahku tersebut.
Mengetahui semua itu, tentu saja perasaankupun akhirnya bisa sangat tenang dan bisa dikatakan waktu itu aku sudah semakin betah tinggal dirumah tersebut.
Tapi anehnya, pemandangan aneh waktu itu berubah kedalam diri bu Asih
Setiap harinya, aku selalu melihat bu Asih mengunyah daun sirih dengan sesekali beliau terlihat membawa sesajen dan dibawa masuk kedalam kamarnya.
Dan tidak berhenti disitu saja, dimalam malam tertentu, aku juga mendengar bu Asih terdengar berdoa dengan bahasa jawa halusnya
dan tidak jarang pula diselingi dengan senandung-senandung jawa yang terdengar cukup menenangkan.
Mengetahui semua itu, akupun mencoba tidak menghiraukannya dengan catatan beliau tidak lupa dengan tugas utamanya yaitu bekerja sebagai pembantu dirumahku ini.
.....
Dan Hingga akhirnya, pagi itupun tiba.
Pagi itu, aku dibangunkan bu Asih dengan tergesa-gesa karena waktu itu, Pohon besar yang ada disamping rumahku, akhirnya tumbang dengan sendirinya.
Namun anehnya, pohon tersebut tumbang tidak kearah rumahku padahal nyatanya,
ketika pohon tersebut masih berdiri, pohon tersebut sangat miring kearah rumahku.
Melihat semua itu, tentu saja menimbulkan tanda tanya besar tidak hanya bagiku dan keluargaku, namun juga bagi tetangga kanan kiriku ditambah, ketika pohon tersebut tumbang,
banyak sekali batu nisan yang terlihat berceceran keluar tidak karuan.
(Pohon itu cukup aneh mas, ketika masih berdiri, pohonya miring kearah rumahku. Bahkan miringnya sangat parah dan jika ikut hukum gravitasi alam, jika pohon tersebut tumbang,
sudah bisa dipastikan akan menimpa rumahku. Tapi anehnya, pagi itu pohon tersebut tumbang ke arah berlawanan. Pemandangan itu sempat membuat heran semua warga yang ada disekitarku dan membuat mereka datang karena ingin melihat langsung bagaimana bisa pohon tersebut tumbang
kearah berlawanan seperti melawan hukum gravitasi bumi. Dan sayangnya, setelah pohon tersebut tumbang, tidak ada satupun orang yang berani mendekat apalagi membantu membersihkan sisa sisa pohon tersebut. Semuanya terlihat diam sambil memandangi kearah
pohon tumbang tersebut dengan pandangannya yang sesekali diarahkan ke arah nisan yang memang terlihat berceceran)." Ucap narasumber.
Dan puncaknya, setelah pohon tersebut tumbang, bukannya tenang, aku malah kembali mendapatkan terror yang sangat menakutkan.
Benar sekali, setiap malam, aku mendengar suara tangisan perempuan yang jika kudengar lebih teliti lagi, suara tangisan tersebut berasal dari atap rumahku.
Dan tidak hanya itu, selain suara tangisan, aku juga sering sekali mencium aroma bangkai yang tercium kuat
seperti berasal juga dari dalam rumahku.
Mengetahui hal itu, akupun beberapa kali mencoba membicarakannya kepada bu Asih, namun anehnya, bu Asih waktu itu hanya diam dengan tidak sedikitpun menanggapi semua omonganku.
....
Dan pada akhirnya, malam itupun tiba.
Benar, malam itulah yang akhirnya menjadi malam dimana aku akhirnya menyadari jika memang aku tidak seharusnya menempati rumah ini.
.....
Malam itu, hujan turun dengan cukup deras.
Setelah jam dinding sudah menunjukan pukul 23.00 malam,
bu Asihpun seperti biasanya berjalan kearah samping rumah untuk segera mematikan genset.
Tapi anehnya, setelah sampai disamping rumah, bukannya segera kembali kedalam rumah, bu Asih waktu itu tak kunjung kembali meski aku sudah memanggilnya berkali kali.
Mengetahui hal itu, akupun segera keluar dari kamarku dan mencari keberadaan bu Asih dengan lentera kecil yang ada ditanganku.
"Bu Asih kok gak kedengeran masuk kembali kerumah ya habis matiin gaenset" fikirku dalam hati sambil mulai berjalan kearah pintu utama rumah ini.
Dan sesampainya di pintu utama, akupun segera membukanya dan mondar mandir mencari keberadaan bu Asih.
"Bu.....Bu Asih...." Teriakku keras.
Karena teriakanku yang tak kunjung mendapatkan jawaban, akhirnya akupun memutuskan untuk hendak kembali masuk kedalam rumahku
mengingat hujan yang waktu itu turun semakin deras disertai petir yang sesekali menyambar mengejutkan.
Namun sayangnya, masih beberapa saat aku memutar badanku, waktu itu pandanganku teralihkan dengan adanya sosok perempuan yang berdiri tepat tidak jauh dari rumahku.
Sosok perempuan tersebut, terlihat berdiri ditengah tengah guyuran hujan sembari melihat kearahku dengan tangannya yang sesekali melambai-lambai seperti sedang memanggilku.
Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut bukan main karena meskipun sedikit jauh,
namun aku masih bisa melihat dengan jelas jika sosok perempuan tersebut terlihat tidak mengenakan pakaian sama sekali.
"Loh, kok ada perempuan telanjang sih malam-malam begini" fikirku dalam hati sambil sesekali mengarahkan lenteraku kearah perempuan tersebut.
Dan tidak hanya itu, disudut-sudut lain tanpa disangka-sangka, ternyata aku juga melihat adanya sosok perempuan lain yang juga terlihat berdiri menatapku.
Bahkan, jika kulihat dengan lebih teliti lagi, sosok perempuan tersebut,
berjumlah lebih dari 7 dan terlihat sedang mengelilingi rumahku.
Melihat semua itu, akupun seketika terkejut bukan main sembari nafasku yang tiba-tiba terasa sesak karena rasa takut yang terasa semakin menekan.
Dan tidak berhenti disitu saja, kaki dan tubuhku waktu itu juga seketika seolah-olah tidak bisa digerakkan mungkin karena rasa syok yang memang sedang kurasakan.
Tapi untungnya, beberapa saat setelah itu, aku tiba-tiba merasakan ada seseorang yang menarik tubuhku dari belakang
yang setelah kutoleh, orang tersebut adalah Bu Asih yang ternyata tiba-tiba sudah berada didalam rumahku.
Disitu, setelah menarik tubuhku, bu Asih seketika memasukan daun sirih kedalam mulutku dan akupun diajak untuk duduk jongkok disalah satu sudut ruangan rumahku.
"Nurut ya bu, demi keselamatan ibu" ucap Bu Asih lirih.
Mendengar hal itu, akupun hanya mengangguk sembari melihat tingkah bu Asih yang waktu itu terlihat sangat ketakutan tidak karuan.
"Sebenarnya ini ada apa sih bu.." tanyaku lirih.
"Nanti saya jelaskan bu, sekarang kunyah terus daun sirihnya ya biar aman" jawab bu Asih pelan.
Dan anehnya, belum lama setelah itu, tiba-tiba aku mendengar suara lompatan yang terdengar menggelegar dari arah kamar tidurku dan terdengar melompat keluar.
"Blek..blek..blek"
Mendengar hal itu, rasa takutkupun rasanya sudah sampai pada puncaknya.
Bagaimana tidak, waktu itu aku sudah sangat yakin jika sumber suara lompatan tersebut adalah lompatan Pocong.
Hal itu dapat kupastikan selain dengan adanya lompatan,
bau didalam rumahku waktu itu tercium kuat bau bunga melati khas bau orang mati.
Merasakan semua itu, akupun seketika memejamkan mata dengan terus meremas baju bu Asih yang saat itu ada tepat disamping tubuhku.
Dan tidak hanya itu, selain suara lompatan,
waktu itu aku juga mendengar suara seretan, suara anak kecil berlari lari hingga suara orang pincang berjalan wara-wari didalam rumahku ini.
Disitu, rasa takutku benar-benar sudah sampai pada puncaknya, tubuhku bergetar hebat,
nafasku tersendak dan keringatku juga sudah keluar tidak karuan.
"Bu Sukma harus kuat ya bu, istigfar. Ini memang tempat mereka, kita yang salah. Sudah,,, terus pejamkan mata, jangan sekali-kali membuka mata. Insyaallah kita akan tetap aman disini selama kita tidak bergerak"
ucap Bu Asih menenangkanku sembari memeluku erat.
(Malam itu, posisi saya jongkok dibalik kursi ruang tamu mas, saya jongkok tepat dibelakang bu Asih dengan mulutku yang terus mengunyah daun sirih. Disitu, aku mendengar semuanya, dan apa yang kudengar benar-benar terasa sangat
dekat dan berada didalam satu ruangan. Suara orang nangis, suara langkah kaki pincang, suara lompatan, suara anak kecil berlarian Dan masih banyak lagi yang sepertinya sangat sulit jika harus kujelaskan disini)." Ucap narasumber.
Tapi sayangnya, setelah mendengarkan ucapan bu Asih, bukanya menuruti, malam itu aku malah sedikit membuka mataku karena rasa penasaran yang juga sudah sangat tinggi.
Hingga akhirnya, ketika aku membuka mataku, aku benar-benar melihat semua itu.
Mungkin kalian yang belum pernah melihat langsung, tidak akan percaya dengan apa yang aku lihat malam itu.
Benar..
Karena selain tidak masuk diakal, malam itu, aku melihat pemandangan yang sepertinya tidak bisa dilihat oleh semua orang.
Dengan mata kepalaku sendiri, malam itu aku melihat rumahku tiba-tiba berubah menjadi seperti bukan rumahku sendiri.
Kursi, meja dan pernak pernik yang seharusnya ada, malam itu benar-benar berubah dengan sendirinya.
Semuanya terlihat kosong melompong dengan tidak adanya satupun perabotan yang seharusnya ada.
Dan tidak hanya itu, akupun juga melihat rasanya rumahku terlihat jauh lebih luas daripada sebelumnya.
Disitu, dengan cukup sadar, aku melihat ada sekitar 4 anak kecil yang terlihat sedang berlarian dengan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan lumpur. Disisi lain, aku melihat orang tua yang terlihat sibuk memakan potongan kaca hingga ada juga sosok perempuan kerdil
yang membawa ceker ayam ditanganya.
(Meskipun tidak lama, namun semua yang kulihat waktu itu cukup jelas mas. Disitu, ketika aku melihat semua itu, aku ingin berteriak tapi aku tidak bisa, aku ingin berdiri dan berlaripun juga tidak bisa.
Rasanya persis seperti orang yang sedang bermimpi dan ketindihan)." Ucap narasmber.
Hingga akhirnya, beberapa saat setelah itu akupun kembali memejamkan mataku dengan tubuhku yang terasa dielus elus oleh bu Asih sembari beliau yang terdengar sedang membisikan sesuatu.
"Uwes rausah didelok maneh. Merem wae.(sudah tidak usah dilihat lagi, ayo, pejamkan matanya lagi)." Ucap bu Asih lirih.
Hingga akhirnya, setelah aku memejamkan mata, malam itu aku tiba-tiba tidak lagi bisa mengingat apa yang terjadi selanjutnya.
Yang jelas, ketika aku membuka mata, waktu itu keadaan sudah pagi hari dengan keadaan dirumahku sudah dalam posisi berantakan tidak karuan.
Meja, kursi dan semua perabotan, waktu itu sudah terlihat seperti diacak acak oleh seseorang.
Mengetahui semua itu, akupun seketika kebingungan dan berteriak memanggil bu Asih yang waktu itu juga tiba-tiba tidak terlihat ada.
"Bu, bu Asih" teriakku keras.
Namun sayangnya, karena teriakanku yang tak kunjung mendapatkan jawaban,
akupun akhirnya perlahan mulai menata perabotan yang sebelumnya acak-acakan, waktu itu kutata kembali agar semuanya kembali terlihat rapi.
Dan akhirnya, beberapa jam setelah itu, tiba-tiba bu Asih terlihat datang namun tidak sendirian.
Waktu itu, bu Asih terlihat datang bersama suamiku yang sepertinya, kepergian bu Asih adalah untuk memanggil suamiku.
Disitu, sesampainya suamiku tepat didepanku, tiba-tiba dia seketika memelukku dan meminta maaf karena sudah menempatkanku dirumah tersebut.
"Maaf ya dek, aku gak tau kalau semuanya bisa begini. Tadi bu Asih sudah menceritakan semuanya" ucap suamiku jelas
Mendengar hal itu, akupun hanya diam sambil masih kebingungan dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Kalau kata orang, rumah ini rumah tusuk sate, posisinya pas diujung pertigaan jalan. Konon katanya, rumah tusuk sate adalah rumah yang banyak dihuni makhluk halus. Awalnya aku sudah sempat dengar tentang mitos rumah tusuk sate tersebut, namun karena aku tidak terlalu percaya,
akhirnya aku tetap beli rumah ini" terang suamiku menambahkan.
"Tapi sepertinya, bu Sukma ini ada yang melindungi pak. Jika bukan bu Sukma, pasti tidak akan bisa bertahan disini sampai selama ini. Dan satu lagi, Waktu itu, aku juga sempat melihat ada sosok nenek tua
yang terlihat terus mengikuti kemanapun bu Sukma pergi loh pak" sahut bu Asih
Hingga akhirnya, setelah obrolan panjang waktu itu, akhirnya suamiku memutuskan untuk menjual rumah tersebut dan akan mencarikanku tempat tinggal yang baru.
Dan akhir cerita, setelah kejadian waktu itu, Bu Asihpun juga memilih untuk berhenti kerja bersamaku. Entah apa alasannya, hingga kini akupun juga masih tidak tau.
Padahal nyatanya, akupun tidak bisa memungkiri jika bu Asih sudah banyak sekali membantuku selama aku
masih tinggal dirumah tusuk sate tersebut.
Andai saja tidak ada bu Asih, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.
Kini, setelah suamiku sudah tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut dan aku sudah kembali hidup di kampung halamanku lagi, aku masih saja bisa mengingat
semua kengerian itu dengan sesekali, aku mencari cari informasi dimana tempat tinggal bu Asih karena selain ingin bersilaturahmi, aku juga ingin sekali membalas budi.
Terimakasih teman2 semoga cerita ini menemani hari-hari kalian.
@bacahorror_id
....
Cerita pendaki datang bulan versi Novel, benar-benar berbeda dengan versi thread yang ada di akun twitter Lakon Story.
Karena kenapa, di versi novel ini, kami mengajak kalian untuk ikut melihat dan merasakan lebih jauh apa yang waktu itu dilihat oleh tokoh Intan yang semuanya, tentu saja tidak ada didalam versi thread.
Narasumber cerita ini melibatkan pelaku langsung, beberapa saksi hingga tetua desa yang ada tepat di kaki gunung tersebut.
Jika diajak mengenang kembali pengalaman waktu itu, tentu saja aku masih bisa dg jelas mengingatnya.
Karena selain sangat menyeramkan, sejak adanya pengalaman tersebut, hingga saat ini, aku tetap memegang teguh budaya adat yg ada dipulau kalimantan maupun yang ada dipulau jawa.
Hal itu tentu saja bukanlah tanpa alasan, karena asal kalian tau, cerita yang ku alami dalam kurun waktu kurang lebih selama 5 tahun tersebut, akhirnya benar-benar merubah perilaku dan kebiasaan hidupku hingga saat ini.
" KULIAH MALAM "
( Semua nama, tempat dan waktu dalam cerita ini disamarkan. Mohon maaf jika ada kesamaan ).
.....
Kamis, pukul 19.00 malam.
Alarm kecil yang kuletakkan disamping ranjang kosku, waktu itu tiba tiba bergetar dan berbunyi dengan suara yang sangat keras.
" Kriiiiiiiiiinggggggg "
Mendengar hal itu, aku yang sebelumnya hanya sibuk mengotak atik ponselku, malam itu tentu saja seketika bersiap mengingat, bunyi alarm tersebut menandakan jika tepat 1 jam lagi, aku ada jadwal baru mata kuliah yang harus kulakukan.
( Semua nama dan tempat dalam cerita ini disamarkan, mohon maaf bila ada kesamaan ).
............
Entah bagaimana awalnya,
Sejak aku kecil, aku memang selalu takut jika harus melihat kearah bawah ranjang.
Karena kenapa,
Selain gelap, dibawah ranjang didalam fikiranku adalah sebuah tempat yang terlihat memang sangatlah menakutkan.
Bahkan, jika aku boleh menebak,
Mungkin disini kalian juga banyak yang memiliki fikiran yang sama denganku.
Bawah ranjang = Setan
....
"Pak sepertinya bapak akan menang, selisih suaranya sudah 3 ribu suara" ucapku pelan sambil berbisik ketelinga bapakku yang saat itu duduk tepat disampingku.
"Iyo nduk berdoa saja ya, semoga perjuangan kita membawa hasil" sahut bapakku dengan raut wajah yang terlihat cukup tenang.