Papers by Mohamad Ariansah
Jurnal Seni Nasional Cikini, 1970
Formalisme merupakan salah satu paradigma utama dalam sejarah pemikiran mengenai definisi dan kon... more Formalisme merupakan salah satu paradigma utama dalam sejarah pemikiran mengenai definisi dan konsep dasar tentang film. Argumen paling fundamental yang menjadi esensi pemikiranpara formalis adalah film sebagai seni. Berdasarkan premis dasar tersebut, kemudian muncul afirmasi terhadap perbedaan film dengan realitas. Namun seketat apapun argumen yangberusaha dikonstruksikan dalam sebuah paradigma, selalu terdapat anomali dan pertentangan antara pengusung-pengusung di dalamnya satu sama lain. Tulisan ini ingin menampilkan keunikan dari teori film Bela Balazs sebagai sebuah varian dalam tradisi formalis yang begitu mendominasi dinamika teori dan estetika sepanjang sejarah film.
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru, 2018
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru, 2016
Penelitian perihal kepenontonan (spectatorship) merupakan salah satu faktor penting dalam kajian ... more Penelitian perihal kepenontonan (spectatorship) merupakan salah satu faktor penting dalam kajian sinema. Makna penelitian kepenontonan film di Indonesia selama ini cenderung mengalami peyorasi. Umumnya, penelitian kepenontonan di Indonesia diarahkan untuk mengukur kuantitas penonton film dalam konteks kepentingan bisnis film, sehingga seringkali terjebak hanya kepada persoalanpersoalan bagaimana memperebutkan pangsa penonton. Sebagai suatu tujuan pragmatis dari sebuah penelitian hal tersebut tentu sah-sah saja. Namun, aspek-aspek lain seperti: psikologi kepenontonan dan kemampuan bentuk dan gaya sinematik tertentu dalam mempengaruhi penonton secara ideologis misalnya, tentu menjadi topik yang tak kalah penting untuk dipahami. Penelitian ini adalah sebuah usaha awal dalam membaca dan memahami kepenontonan film Indonesia.
Penanda sinematik adalah sistem yang bersifat internal dalam sebuah film. Sebagai sebuah konsep, ... more Penanda sinematik adalah sistem yang bersifat internal dalam sebuah film. Sebagai sebuah konsep, penanda sinematik merupakan salah satu aspek yang khas dari kajian sinema sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan. Sehingga analisis terhadap penanda sinematik merupakan sebuah langkah awal yang wajib dilakukan untuk memahami makna sebuah film. Sementara itu, teori film psikoanalisis berusaha memahami penanda sinematik melalui konsep kepenontonan yang berasal dari luar film itu sendiri.
Perubahan Nusantara sebagai wilayah kepulauan dengan gugusan pulau yang dikuasai oleh kerajaan-ke... more Perubahan Nusantara sebagai wilayah kepulauan dengan gugusan pulau yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan, menjadi sebuah negara bangsa bernama Indonesia yang dipimpin seorang presiden menghasilkan sebuah implikasi terkait persoalan identitas. Bila sebelumnya identitas seseorang yang tinggal di wilayah Nusantara merupakan hasil konstruksi budaya dan kesukuan, lantas muncul konsep baru dari identitas bersama sebagai orang Indonesia. Tetapi sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai 1949, rakyat Indonesia nyaris memusatkan seluruh perhatian menghadapi usaha Belanda yang ingin kembali melakukan penjajahan. Karena itulah proses integrasi masyarakat di Nusantara menjadi Indonesia sedikit tertunda, sehingga periode awal 1950-an merupakan masa paling krusial bagi pembentukan identitas nasional dalam sejarah Indonesia. Harimau Tjampa adalah sebuah film karya Djadoeg Djajakusuma yang lahir empat tahun setelah berakhirnya revolusi fisik di Indonesia sebagai akibat dari agresi militer Belanda kedua, dan dua tahun sebelum berlangsungnya konferesi Bandung yang mempertemukan negara-negara Asia-Afrika untuk membahas kondisi global pasca-perang dunia kedua yang melahirkan konflik perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni-Soviet. Film yang diproduksi tahun 1953 ini menempati salah satu posisi kunci dalam perjalanan sejarah sinema Indonesia bersama dengan karya-karya penting lainnya dari Usmar Ismail dan Nya Abbas Akup, khususnya dalam hal penawaran estetis pada periode awal perkembangan perfilman nasional Indonesia. Usmar Ismail berusaha mengangkat dilema yang dihadapi individu di tengah krisis revolusi fisik dengan nilai-nilai kemanusiaan universal melalui kecenderungan gaya realis dalam The Long March (Darah dan Doa) (1950), Enam
Penelitian perihal kepenontonan (spectatorship) merupakan salah satu faktor penting dalam kajian ... more Penelitian perihal kepenontonan (spectatorship) merupakan salah satu faktor penting dalam kajian sinema. Makna penelitian kepenontonan film di Indonesia selama ini cenderung mengalami peyorasi. Umumnya, penelitian kepenontonan di Indonesia diarahkan untuk mengukur kuantitas penonton film dalam konteks kepentingan bisnis film, sehingga seringkali terjebak hanya kepada persoalanpersoalan bagaimana memperebutkan pangsa penonton. Sebagai suatu tujuan pragmatis dari sebuah penelitian hal tersebut tentu sah-sah saja. Namun, aspek-aspek lain seperti: psikologi kepenontonan dan kemampuan bentuk dan gaya sinematik tertentu dalam mempengaruhi penonton secara ideologis misalnya, tentu menjadi topik yang tak kalah penting untuk dipahami. Penelitian ini adalah sebuah usaha awal dalam membaca dan memahami kepenontonan film Indonesia.
Salah satu persoalan utama dalam setiap seni adalah memberikan perspektif baru dalam memandang du... more Salah satu persoalan utama dalam setiap seni adalah memberikan perspektif baru dalam memandang dunia. Berdasarkan itu ambisi untuk menghasilkan berbagai kemungkinan baru, secara isi, struktur ataupun bentuk menjadi ambisi utama sepanjang sejarah seni. Dalam sinema ide ten tang kebaruan terwujud dalam diskursus ten tang Sinema modern. Masalahnya kemudian ide ten tang yang modern bukanlah sebuah tema eksklusif dan temuan dari bidang seni semata, tetapi menyebar dalam perdebatan di semua disiplin ilmu pengetahuan dan filsafat. Lantas model seperti apakah yang tepat untuk menjadi definisi modern dalam sinema. Yang diyakini sepenuhnya telah muncul dalam perjalanan sejarah sinema.
Dalam usianya yang re latif muda dibanding seni-seni yang loin, film mampu membuktikan diri sebag... more Dalam usianya yang re latif muda dibanding seni-seni yang loin, film mampu membuktikan diri sebagai salah satu medium ekspresi yang otonom. Meski demikian, perjalanan film untuk mencapai pengakuan sebagai medium estetik tersebut tid aklah mela lui suatu proses yang sederhana. Berbagai keraguan dan kritik telah ikut mewarnai catatan seja rah yang dilalui oleh medi um ini. Semen jak kelah irannya pada sekitar 1895, film telah menjadi fenomena yang mengundang perdebata n hangat, yang pada akhirnya meluas bukan hanya di kalangan para pe laku seni. Pada tu lisa n ini diulas mengenai perjalanan fi lm dalam mencapa i pengakuan sebagai medium estetik. Mela lui beberapa kilos balik yang mencoba mengomparasikan antara film dengan lukisan dan fotografi, hingga dialektika pendapat beberapa praktisi dan teoritikus seperti Andre Bazin, Serge i Eisenstein dan Bela Balasz.
Terdapat kecenderungan umllm bahwa sebuah usaha llntuk mengklaim film sebagai sebuah seni menuntu... more Terdapat kecenderungan umllm bahwa sebuah usaha llntuk mengklaim film sebagai sebuah seni menuntut eksistensi dari cara bertutur yang khas dalam berekspresi. Dari sinilah maka konsep bahasa/ilm menjadi syarat Imlt/ak lIntuk ditawarkan sebagai sesuatu yang unik hasil kOlltemplasi para senimannya. Tapi seandainya konsep berekspresi tersebut justru mempersempit potensi yang mungkn dicapai oleh mediumnya maka seni tersebut tidak akan berkembang. Malah menjadikan setiap tawaran estetik bam akan mandek, karena paradigma lama berubah menjadi doktrin yang tidak bisa dtkritisi walaupun ia lahir dari kesalahan sejarah semata. Padahal bahasa film tidak harus melayani naratV dan mengtkuti model seperti sent lukis yang berorientasi pada imaji semata.
Abstraksi: Marxisme te/ah mengantarkan sebuah pemahaman bahwa bisa jadi film ada/ah sebuah ideolo... more Abstraksi: Marxisme te/ah mengantarkan sebuah pemahaman bahwa bisa jadi film ada/ah sebuah ideologi, yang mel ibatkan pemikiran dari para pembuatnya. Da/am ideologis yang dikandungnya, film diklaim sebagai sudut pandang (ideologi) kaum borjuis dim ana perangkat pembentuk film te/ah dikonstruksikan sedemikian rupa agar dapat mewakili pandangan kaum borjuis. Dengan keadaan ini muncul gerakan-gerakan yang berupaya menyadarkan masyarakat bahwa konstruksi realita yang ditawarkan oleh kaum borjuis ini hanya/ah utopis, sebuah realita yang dibangun untuk kepentingan kelompok tertentu saja. The crucial task of the Communist movement in theory is to struggle against the bourgeois and petty bourgeois world outlook which a lways threatens Marxist the ory, and which deeply impregnates it today. Louis Althusser, Lenin and Philosophy and Other Essays S ejak tahun 1968 teori film masuk dalam kecenderungan baru ditandai dengan menguatnya pendekatan interdisipliner dan tidak lagi bersifat monolitik. Jika pad a awal 1960-an semiologi muncul menjadi satu satunya pendekatan yang dominan dalam menganalisa film, maka akhir dekade tersebut tidak lagi. Berbagai aliran yang berkembang dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora dipakai sebagai pisau ana lisa untuk menginterpretasi film, seperti Psikoanalisa, Marxisme, Pasca-Strukturalisme dan Feminisme. Praktis sejak saat itu khazanah teori film menjadi sangat beragam dan tidak lagi dikuasai oleh sebuah pendekatan tunggal macam semiologi yang begitu Agustus 2007
Perkembangan sejarah film selama satu abad lalu dan mungkin terus berlanjut, berada dalam dominas... more Perkembangan sejarah film selama satu abad lalu dan mungkin terus berlanjut, berada dalam dominasi close up (CU) dan medium close up (MCU). Tujuan dari tipe-tipe shot tersebut untuk menampilkan wajah manusia sebagai subyek. Terutama CU yang menjadikan wajah manusia lebih mendominasi dalam layar. Persoalannya mengapa dalam sejarah film, CU dan MCU yang terfokus pada wajah manusia menjadi salah satu bahasa film yang dominan? Bahkan bila dibandingkan dengan tipe shot-tipe shot lain, ia menjadi salah satu diskursus yang paling subur dalam estetika film.
Formalisme merupakan salah satu paradigma utama dalam sejarah pemikiran mengenai definisi dan kon... more Formalisme merupakan salah satu paradigma utama dalam sejarah pemikiran mengenai definisi dan konsep dasar tentang film. Argumen paling fundamental yang menjadi esensi pemikiran para formalis adalah film sebagai seni. Berdasarkan premis dasar tersebut, kemudian muncul afirmasi terhadap perbedaan film dengan realitas. Namun seketat apapun argumen yang berusaha dikonstruksikan dalam sebuah paradigma, selalu terdapat anomali dan pertentangan antara pengusung-pengusung di dalamnya satu sama lain.
Perkembangan digital sejak awal 1990-an sampai hari ini telah memberikan perubahan yang revolusio... more Perkembangan digital sejak awal 1990-an sampai hari ini telah memberikan perubahan yang revolusioner di semua aspek dalam industri perfilman. Mulai dari tahap pra-produksi, produksi, pasca-produksi hingga eksbisi film mengalami perubahan secara besar-besaran. Pada tahap pra-produksi berkembang program-
Dalam berbagai diskusi tentang perfilman secara umum, digital mungkin adalah sebuah isu yang pali... more Dalam berbagai diskusi tentang perfilman secara umum, digital mungkin adalah sebuah isu yang paling akrab dan sering diperbincangkan sejak beberapa dekade terakhir, terlebih semenjak era 1990-an. Isu digital terkesan hadir sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari dan nampak akrab, tetapi sekaligus merupakan sesuatu yang tidak pernah memiliki sebuah pemahaman secara tuntas.
Fondasi ontologis yang kokoh tidak akan mematikan vitalitas dari teori film menghadapi realita ke... more Fondasi ontologis yang kokoh tidak akan mematikan vitalitas dari teori film menghadapi realita kebudayaan kontemporer, namun hal itu berperan untuk menjadi stimulus dan kesinambungan dari setiap premis dalam sebuah teori. Sehingga konsep dasar tersebut merupakan modal yang sangat berharga menuju berbagai tawaran perspektif baru tentang film di masa depan.
Mise en scene merupakan sebuah agenda dan metode kritik film dari Cahiers du Cinema. Konsep terse... more Mise en scene merupakan sebuah agenda dan metode kritik film dari Cahiers du Cinema. Konsep tersebut lahir berdasarkan aksentuasi yang khas di tangan para kritikus Perancis, sebagai wakil penting dalam memberikan argumentasi atas kemandirian sinema sebagai seni. Namun sesahih apapun konsep tersebut dalam mempropagandakan sebuah program, ia muncul dari disiplin kesenian lain dengan manifestasinya yang khas.
Kemunculan film pada akhir abad ke-19 merupakan klaim terhadap perwujudan obsesi manusia terhadap... more Kemunculan film pada akhir abad ke-19 merupakan klaim terhadap perwujudan obsesi manusia terhadap gerak selama berabad-abad sebelumnya. Di mana penciptaan kamera sebagai alat perekam gerak merupakan jawaban, terhadap solusi permasalahan yang mengusik peradaban Barat sejak zaman Yunani Kuno. Meskipun kamera mampu menghadirkan gerak secara visual dengan sempurna, tetapi masih terdapat sesuatu yang mengganjal kesempurnaan penemuan medium (film) tersebut. Sebab seandainya sinema terlalu hanya mengandalkan gambar serta menegasikan eksistensi suara, maka rangkaian proses sangat panjang dari penemuan film terkesan percuma. Lalu mengapa tuntutan terhadap suara dalam film ini menjadi sesuatu yang krusial? Padahal tujuan film hanya merekam gerak yang bersifat visual semata.
Uploads
Papers by Mohamad Ariansah