Bioconversion of sago waste to value added product is of great interest. Solid substrate fermenta... more Bioconversion of sago waste to value added product is of great interest. Solid substrate fermentation is one of the method of choice for this purpose as it stimulates the natural environment of most microorganisms especially fungi. In this study, lignocellulosic sago waste_was treated using Aspergillus niger PAN I, Bacillus amyloliqueJaciens UMASI002 and Bacilllus licheniformis P7 in order to improve its quality as animal feed. The aims of this study are to develop and evaluate the animal feed produced from sago waste via solid substrate fermentation in terms of its fibre content. Five physiochemical analyses were conducted in order to characterize the sago wastes components which are cellulose, hemicelluloses, lignin, crude protein and nitrogen content. The cellulose and hemicelluloses shows a decrease in percentage while the crude protein and nitrogen content increased. The cellulase and xylanase enzymes produced were extracted and assayed using DNS method in order to determine the optimum enzymes activities.
Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Mipa Um, Jul 21, 2010
ABSTRAK Izzati, Nurul. 2010. Pengaruh Perlakuan Awal Penguapan dan Penguapan-Impregnasi Menggunak... more ABSTRAK Izzati, Nurul. 2010. Pengaruh Perlakuan Awal Penguapan dan Penguapan-Impregnasi Menggunakan H2SO4 dan Etanol terhadap Hasil Sakarifikasi Ampas Tebu secara Enzimatis. Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Evi Susanti, S.Si., M.Si. (II) Drs. Sumari, M.Si. Kata Kunci : Perlakuan awal, Impregnasi, Hasil Sakarifikasi Produksi bioetanol saat ini menjadi sangat penting mengingat cadangan minyak bumi mulai menipis. Penggunaan bioetanol dapat mengurangi penggunaan biofosil seperti bensin. Salah satu bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan bioetanol yang cukup berpotensi adalah selulosa khususnya dari ampas tebu. Ampas tebu mengandung selulosa hingga 52,7%. Ampas tebu dinilai berpotensi karena ketersediannya sangat melimpah terutama dihasilkan dari pabrik gula. Pemanfaatannya masih kurang dan belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tetapi konversi ampas tebu menjadi bioetanol belum optimum karena lignin merupakan struktur terluar melindungi selulosa dan hemiselulosa cukup kuat. Untuk itu, diperlukan tahap perlakuan awal sebelum ampas tebu tersebut disakarifikasi. Perlakuan awal bertujuan untuk merusak struktur lignoselulosa sehingga lebih mudah tersakarifikasi menjadi glukosa. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh lama penguapan terhadap hasil sakarifikasi ampas tebu secara enzimatis, (2) mengetahui pengaruh jumlah asam sulfat yang digunakan untuk impregnasi, (3) mengetahui pengaruh volume etanol yang digunakan untuk impregnasi, dan (4) mengetahui metode yang paling efektif sebagai tahap perlakuan awal. Tahap penelitian ini meliputi (1) preparasi ampas tebu, (2) penentuan waktu sakarifikasi optimum berdasarkan hasil sakararifikasi tertinggi, (3) pengaruh penguapan terhadap hasil sakarifikasi ampas tebu secara enzimatis, (4) pengaruh jumlah H2SO4 yang digunakan pada saat impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan ditentukan berdasarkan hasil sakarifikasinya, dan (5) pengaruh volume etanol pada saat impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan ditentukan berdasarkan hasil sakarifikasinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil sakarifikasi ampas tebu tanpa penguapan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan awal penguapan. Hasil sakarifikasi ampas tebu tanpa penguapan, penguapan selama 15 dan 30 menit pada suhu 121o C masing-masing adalah 6,75; 1,76 dan 3,42%. Jumlah H2SO4 dan etanol yang digunakan untuk impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan selama 15 menit kurang berpengaruh terhadap hasil sakarifikasinya sehingga rata-rata mengahasilkan ±7%. Penggunaan H2SO4 sebanyak 0,1; 0,25; dan 0,5 g untuk impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan selama 30 menit memberikan hasil sakarifikasi masing-masing 3,39; 17,83; dan 6,22%. Penggunaan etanol sebanyak 100, 200, dan 250 mL masing-masing menghasilkan hasil sakarifikasi sebanyak 4,60; 5,34; dan 3,19%. Untuk metode perlakuan awal yang paling efektif adalah sakarifikasi ampas tebu yang diuapkan selama 30 menit kemudian diimpregnasi dengan 0,25 g H2SO4 atau sama dengan H2SO4 0,01 M sebanyak 255 mL.
Bioconversion of sago waste to value added product is of great interest. Solid substrate fermenta... more Bioconversion of sago waste to value added product is of great interest. Solid substrate fermentation is one of the method of choice for this purpose as it stimulates the natural environment of most microorganisms especially fungi. In this study, lignocellulosic sago waste_was treated using Aspergillus niger PAN I, Bacillus amyloliqueJaciens UMASI002 and Bacilllus licheniformis P7 in order to improve its quality as animal feed. The aims of this study are to develop and evaluate the animal feed produced from sago waste via solid substrate fermentation in terms of its fibre content. Five physiochemical analyses were conducted in order to characterize the sago wastes components which are cellulose, hemicelluloses, lignin, crude protein and nitrogen content. The cellulose and hemicelluloses shows a decrease in percentage while the crude protein and nitrogen content increased. The cellulase and xylanase enzymes produced were extracted and assayed using DNS method in order to determine the optimum enzymes activities.
Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Mipa Um, Jul 21, 2010
ABSTRAK Izzati, Nurul. 2010. Pengaruh Perlakuan Awal Penguapan dan Penguapan-Impregnasi Menggunak... more ABSTRAK Izzati, Nurul. 2010. Pengaruh Perlakuan Awal Penguapan dan Penguapan-Impregnasi Menggunakan H2SO4 dan Etanol terhadap Hasil Sakarifikasi Ampas Tebu secara Enzimatis. Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Evi Susanti, S.Si., M.Si. (II) Drs. Sumari, M.Si. Kata Kunci : Perlakuan awal, Impregnasi, Hasil Sakarifikasi Produksi bioetanol saat ini menjadi sangat penting mengingat cadangan minyak bumi mulai menipis. Penggunaan bioetanol dapat mengurangi penggunaan biofosil seperti bensin. Salah satu bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan bioetanol yang cukup berpotensi adalah selulosa khususnya dari ampas tebu. Ampas tebu mengandung selulosa hingga 52,7%. Ampas tebu dinilai berpotensi karena ketersediannya sangat melimpah terutama dihasilkan dari pabrik gula. Pemanfaatannya masih kurang dan belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tetapi konversi ampas tebu menjadi bioetanol belum optimum karena lignin merupakan struktur terluar melindungi selulosa dan hemiselulosa cukup kuat. Untuk itu, diperlukan tahap perlakuan awal sebelum ampas tebu tersebut disakarifikasi. Perlakuan awal bertujuan untuk merusak struktur lignoselulosa sehingga lebih mudah tersakarifikasi menjadi glukosa. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh lama penguapan terhadap hasil sakarifikasi ampas tebu secara enzimatis, (2) mengetahui pengaruh jumlah asam sulfat yang digunakan untuk impregnasi, (3) mengetahui pengaruh volume etanol yang digunakan untuk impregnasi, dan (4) mengetahui metode yang paling efektif sebagai tahap perlakuan awal. Tahap penelitian ini meliputi (1) preparasi ampas tebu, (2) penentuan waktu sakarifikasi optimum berdasarkan hasil sakararifikasi tertinggi, (3) pengaruh penguapan terhadap hasil sakarifikasi ampas tebu secara enzimatis, (4) pengaruh jumlah H2SO4 yang digunakan pada saat impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan ditentukan berdasarkan hasil sakarifikasinya, dan (5) pengaruh volume etanol pada saat impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan ditentukan berdasarkan hasil sakarifikasinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil sakarifikasi ampas tebu tanpa penguapan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan awal penguapan. Hasil sakarifikasi ampas tebu tanpa penguapan, penguapan selama 15 dan 30 menit pada suhu 121o C masing-masing adalah 6,75; 1,76 dan 3,42%. Jumlah H2SO4 dan etanol yang digunakan untuk impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan selama 15 menit kurang berpengaruh terhadap hasil sakarifikasinya sehingga rata-rata mengahasilkan ±7%. Penggunaan H2SO4 sebanyak 0,1; 0,25; dan 0,5 g untuk impregnasi ampas tebu yang telah diuapkan selama 30 menit memberikan hasil sakarifikasi masing-masing 3,39; 17,83; dan 6,22%. Penggunaan etanol sebanyak 100, 200, dan 250 mL masing-masing menghasilkan hasil sakarifikasi sebanyak 4,60; 5,34; dan 3,19%. Untuk metode perlakuan awal yang paling efektif adalah sakarifikasi ampas tebu yang diuapkan selama 30 menit kemudian diimpregnasi dengan 0,25 g H2SO4 atau sama dengan H2SO4 0,01 M sebanyak 255 mL.
Uploads
Papers by nurul izzati