Stunting remains a critical public health issue in Indonesia, particularly in the province of Eas... more Stunting remains a critical public health issue in Indonesia, particularly in the province of East Nusa Tenggara. This region, characterized by its archipelagic dryland geography, has reported the highest prevalence of stunting among children under five from 2007 to 2021. The study aimed to examine the relationship between various characteristics of children under five and household factors with the occurrence of stunting. This observational study, with a cross-sectional design, used secondary data from the 2021 Indonesian Nutrition Status Survey, covering 7,835 children under five. We analyzed the data to identify patterns and relationships, using univariate analysis to display percentage distributions and bivariate analysis through multiple binary logistic regression tests. The results of the multiple logistic regression test showed that indicators of family characteristics such as age, gender, low birth weight, body length, possession of birth certificates, and receiving complementary feeding were all related to stunting. Additionally, household factors such as toilet type, National Health Insurance coverage, ownership of a Prosperous Family Card, and residential area were significant determinants. Factors contributing to stunting in dryland areas include a range of elements from both family characteristics-such as age, gender, birth certification, low birth weight, and initial body length, to the introduction of supplementary feeding-and household indicators, including the use of specific types of latrines (Plengsengan and Cemplung types without covers), health insurance coverage, possession of Prosperous Family Cards, and the family's residential area.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering, Apr 28, 2023
Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Indonesia, terutama di w... more Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah pedesaan dan terpencil di Kabupaten Kupang. Provinsi Nusa Tenggara Timur, angka prevalensi stunting mencapai 40,6% pada tahun 2018. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan stunting di wilayah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Tokoh agama diharapkan dapat berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting pada anak. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 1 hari dengan materi utama tentang masalah stunting pada anak. Pelatihan dihadiri oleh 15 tokoh agama dari berbagai agama yang ada di Kecamatan Kupang Barat. Pelatihan dilaksanakan secara tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Pelatihan berhasil memberikan pemahaman yang cukup mendalam mengenai stunting pada anak kepada para peserta. Selain itu, para peserta juga memahami perbedaan antara anak stunting dan kerdil, penyebab stunting, dampak stunting pada anak, serta cara-cara mencegah stunting pada anak. Dalam pelatihan ini juga dihadirkan praktisi kesehatan sebagai narasumber yang memberikan wawasan mengenai stunting dan cara mencegahnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelatihan ini berhasil memberikan dampak positif pada para peserta, terlihat dari peningkatan pemahaman mereka tentang stunting pada anak. Kegiatan pelatihan tokoh agama tentang stunting pada anak di Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur, berhasil memberikan pemahaman yang cukup mendalam kepada para peserta mengenai stunting pada anak, perbedaannya dengan anak kerdil, penyebab, dampak, dan cara-cara mencegahnya. Pelatihan ini juga berhasil meningkatkan pemahaman dan kesadaran para tokoh agama dalam memainkan peran mereka dalam mencegah stunting pada anak di masyarakat.
The objective of this study was to analyze food intake and its cooking method in relation to iodi... more The objective of this study was to analyze food intake and its cooking method in relation to iodine status of pregnant women in an endemic goitre area. For this purposes 57 pregnant women of the second trimester were selected randomly in Saparua Sub-district, an endemic goitre area of Central Maluku. Iodine status measuerd based on urinary excretion of iodine (UEI). Iodine content of urine, water, salt and common food consumed were analyzed in analytical laboratory of the Center for Research and Development of Nutrition, Bogor. The results show that stir frying, boiling, frying, boiling and frying, and grill are common cooking methods used in the study area. Lost of iodine varies depend on cooking methods and type of foods cooked. Lost of iodine content from the first two cooking method was range from 20 to 50%; and applying the last three cooking method resulted in iodine lost from 57 to74%. The iodine lost from sea fish was higher than from the other foods. The iodine food sources commonly consumed are cassava, sea fish and A‚ÂiA‚Â¥gnetumA‚ÂiA‚¦ (melinjo) leaves with the iodine contents 42,0-94,6 A†â€™AƒÂg/100g. The mean intake of cassava, sea fish and gnetum leaves was 559,0; 133,3 and 42,0 g/cap/day respectively. The contribution of cassava, sea fish and vegetables on iodine intake of pregnant women was 52,6; 25,4 and 18,8% respectively. All pregnant women consumed salt with the mean intake 19,2 g/cap/day and mean iodine content o,41 ppm. The mean UEI of pregnant women was 64,9 A†â€™AƒÂg/l with median 47 A†â€™AƒÂg/l. Only 17,5% of pregnant women has UEI at normal category. The result of regression analysis showed about 50% variation of UEI was explained by iodine, calcium and iron intakes (r=0,68).
The processing of tuna fish in East Nusa Tenggara province is still very simple. For this reason,... more The processing of tuna fish in East Nusa Tenggara province is still very simple. For this reason, it needs a sort of processing which can increase the economic value and the variety of fishery products as well. One way is to make fish nugget. Experimental study had been applied in this research with steaming time on the fish nugget as treatment of the research. Completely Randomized Design (CRD) was used and there were 4 (four) treatments for the length of steaming time as followed: 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes and 60 minutes respectively. Each treatment has 3 (three) times replication. The parameters of the experiment that had been observed were: protein, fat and water content, while organoleptic test was used in order to know the people acceptance of the product in terms of aroma, color, and texture. Analysis of variance (Anova) and Least Real Different test was used to analysis the observed data. Based on the result of Anova and the Least Real Different test showed that the best treatment on organoleptic test was on 60 minutes steaming time treatment in terms of aroma, color, and texture The technique of data analysis uses ANOVA and the further testing uses the Real Smallest Different Test. While in terms of nutrient content, the highest protein content in fish nugget was in 45 minutes steaming time, the highest content of fat and water in fish nugget was in 15 minutes of steaming time treatment. Then, it may be concluded that there was a significant effect of steaming time length on the power of product acceptance and on protein and fat content of fish nugget.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk meme... more Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15—30%) kebutuhan gizi harian untuk mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas. Berbagai kajian membuktikan bahwa gizi yang cukup dari sarapan dapat membekali tubuh untuk berpikir, beraktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah, sarapan terbukti dapat meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak. Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memampukan siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang pentingnya sarapan pagi dan memampukan mereka dalam mengukur dan menentukan status gizi dan mengambil tindakan preventive yang baik dalam hal menyiapkan sarapan pagi. Pelaksanaan pengabdian ini menggunakan metode “Pendidikan dan Pelatihan kepada Masyarakat”. Dimana, para peserta didik (siswa/siswi) akan diberikan pengajaran dan praktek dengan tujuan agar mereka mampu memilih atau menentukan sendiri jenis sarapan sehat ...
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Keluarga merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penyakit termasuk pemberian sarapan ya... more Keluarga merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penyakit termasuk pemberian sarapan yang sehat dan bergizi, juga merupakan tempat pertama kali kehidupan sosial dan pendidikan didapatkan oleh anak. Mengingat betapa pentingnya peran sarapan sehat dan bergizi dalam mewujudkan generasi baru yang sehat dan berprestasi, maka anak perlu dibekali dengan pengetahuan tentang sarapan sehat dan bergizi. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada anak murid tentang pentingnya pemberian sarapan pagi yang sehat (beragam, bergizi, seimbang, dan aman dari cemaran mikroba). Metode pelaksanaan kagiatan ini adalah “Pendidikan Masyarakat” berbentuk penyuluhan yang bertujuan meningkatkan pemahaman siswa-siswi dalam bidang kesehatan. Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Agustus 2018 di SD INPRES NEOSOPU Desa Kolbano, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Populasinya seluruh siswa sedangkan yang...
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Kebutuhan tubuh setiap individu akan komponen gizi berbeda, oleh karena itu dengan memberikan mak... more Kebutuhan tubuh setiap individu akan komponen gizi berbeda, oleh karena itu dengan memberikan makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman dapat memenuhi semua kebutuhan. Pemerintah mengeluarkan program B2SA dengan tujuan utama gerakan konsumsi pangan beragam bergizi seimbang aman dalam meningkatkan kesadaran dan membudayakan pola konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Sekaligus program ini mendukung aksi konvergensi intervensi sensitive dalam percepatan penurunan stunting. Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memampukan ibu-ibu balita dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang pentingnya mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman serta memampukan mereka dalam mengukur dan menentukan status gizi dan mengambil tindakan preventive yang baik dalam hal menyiapkan makanan bagi konsumsi keluarga. Pelaksanaan pengabdian ini menggunakan metode “Pendidikan d...
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018-2020) mencatat bahwa kasus stunting pada anak mengalami pen... more Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018-2020) mencatat bahwa kasus stunting pada anak mengalami penurunan dari 30,8 persen pada tahun 2018 menjadi 20,6% di tahun 2020 (menurun sebesar 12,2%). Walaupun mengalami penurunan, angka ini masih sangat mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan cut of point prevalensi stunting di Indonesia dan badan kesehatan dunia (WHO). Tidak mengherankan jika Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting terbanyak. Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) merupakan salah satu wilayah yang mempunyai prevalensi Stunting yang cukup tinggi (38,2%) dengan jumlah anak stunting (pendek dan sangat pendek) sebanyak 6.074 jiwa. Berdasarkan riview kinerja oleh Tim Pokja Stunting Propinsi NTT diketahui bahwa kinerja Kabupaten SBD masih sangat rendah. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan konvergensi dilevel pemerintah daerah bersama semua stakeholder (pihak non pemerintah/swasta) masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pendampingan ini dirasak...
Background: Cervical cancer is the second most common malignancy in women worldwide. Cervical can... more Background: Cervical cancer is the second most common malignancy in women worldwide. Cervical cancer is caused by sexually acquired infection with certain types of Human Papilloma Virus (HPV). This study aimed to examine the determinants of the use of visual acetyc acid (VIA) tests using Theory of Planned Behavior (TPB) and path analysis model. Subjects and Method: This was a cross sectional study carried out at 25 community health centers (puskesmas) in Karanganyar and Surakarta, Central Java, January to March. A sample of 225 women of reproductive age was selected by random sampling. The dependent variable was the use of VIA test. The independent variables were intention, self efficacy, imitation, belief, distance to health center, and spare time to attend health facility. The data were collected by questionnaire and analyzed by path analyzed. Results: The use of VIA test was directly affected by intention (b= 1.58; 95%CI= 0.89 to 2.25; p<0.001), imitation (b= 1.30; 95%CI= 0.59 to 2.01; p<0.001), distance to health center (b= 1.38; 95%CI= 0.62 to 2.13; p<0.001), self efficacy (b= 1.05; 95%CI= 0.38 to 1.73; p= 0.002), health belief (b= 1.57; 95%CI= 0.84 to 2.29; p<0.001), and spare time to attend health facility (b= 0.86; 95%CI= 0.18 to 1.54; p= 0.012). It was indirectly affected by attitude, outcome expectation, knowledge, and employment. Conclusion: The use of VIA test is directly affected by intention, imitation, distance to health center, self efficacy, health belief, and spare time to attend health facility. It is indirectly affected by attitude, outcome expectation, knowledge, and employment.
Stunting remains a critical public health issue in Indonesia, particularly in the province of Eas... more Stunting remains a critical public health issue in Indonesia, particularly in the province of East Nusa Tenggara. This region, characterized by its archipelagic dryland geography, has reported the highest prevalence of stunting among children under five from 2007 to 2021. The study aimed to examine the relationship between various characteristics of children under five and household factors with the occurrence of stunting. This observational study, with a cross-sectional design, used secondary data from the 2021 Indonesian Nutrition Status Survey, covering 7,835 children under five. We analyzed the data to identify patterns and relationships, using univariate analysis to display percentage distributions and bivariate analysis through multiple binary logistic regression tests. The results of the multiple logistic regression test showed that indicators of family characteristics such as age, gender, low birth weight, body length, possession of birth certificates, and receiving complementary feeding were all related to stunting. Additionally, household factors such as toilet type, National Health Insurance coverage, ownership of a Prosperous Family Card, and residential area were significant determinants. Factors contributing to stunting in dryland areas include a range of elements from both family characteristics-such as age, gender, birth certification, low birth weight, and initial body length, to the introduction of supplementary feeding-and household indicators, including the use of specific types of latrines (Plengsengan and Cemplung types without covers), health insurance coverage, possession of Prosperous Family Cards, and the family's residential area.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering, Apr 28, 2023
Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Indonesia, terutama di w... more Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah pedesaan dan terpencil di Kabupaten Kupang. Provinsi Nusa Tenggara Timur, angka prevalensi stunting mencapai 40,6% pada tahun 2018. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan stunting di wilayah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Tokoh agama diharapkan dapat berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mencegah stunting pada anak. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 1 hari dengan materi utama tentang masalah stunting pada anak. Pelatihan dihadiri oleh 15 tokoh agama dari berbagai agama yang ada di Kecamatan Kupang Barat. Pelatihan dilaksanakan secara tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Pelatihan berhasil memberikan pemahaman yang cukup mendalam mengenai stunting pada anak kepada para peserta. Selain itu, para peserta juga memahami perbedaan antara anak stunting dan kerdil, penyebab stunting, dampak stunting pada anak, serta cara-cara mencegah stunting pada anak. Dalam pelatihan ini juga dihadirkan praktisi kesehatan sebagai narasumber yang memberikan wawasan mengenai stunting dan cara mencegahnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelatihan ini berhasil memberikan dampak positif pada para peserta, terlihat dari peningkatan pemahaman mereka tentang stunting pada anak. Kegiatan pelatihan tokoh agama tentang stunting pada anak di Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur, berhasil memberikan pemahaman yang cukup mendalam kepada para peserta mengenai stunting pada anak, perbedaannya dengan anak kerdil, penyebab, dampak, dan cara-cara mencegahnya. Pelatihan ini juga berhasil meningkatkan pemahaman dan kesadaran para tokoh agama dalam memainkan peran mereka dalam mencegah stunting pada anak di masyarakat.
The objective of this study was to analyze food intake and its cooking method in relation to iodi... more The objective of this study was to analyze food intake and its cooking method in relation to iodine status of pregnant women in an endemic goitre area. For this purposes 57 pregnant women of the second trimester were selected randomly in Saparua Sub-district, an endemic goitre area of Central Maluku. Iodine status measuerd based on urinary excretion of iodine (UEI). Iodine content of urine, water, salt and common food consumed were analyzed in analytical laboratory of the Center for Research and Development of Nutrition, Bogor. The results show that stir frying, boiling, frying, boiling and frying, and grill are common cooking methods used in the study area. Lost of iodine varies depend on cooking methods and type of foods cooked. Lost of iodine content from the first two cooking method was range from 20 to 50%; and applying the last three cooking method resulted in iodine lost from 57 to74%. The iodine lost from sea fish was higher than from the other foods. The iodine food sources commonly consumed are cassava, sea fish and A‚ÂiA‚Â¥gnetumA‚ÂiA‚¦ (melinjo) leaves with the iodine contents 42,0-94,6 A†â€™AƒÂg/100g. The mean intake of cassava, sea fish and gnetum leaves was 559,0; 133,3 and 42,0 g/cap/day respectively. The contribution of cassava, sea fish and vegetables on iodine intake of pregnant women was 52,6; 25,4 and 18,8% respectively. All pregnant women consumed salt with the mean intake 19,2 g/cap/day and mean iodine content o,41 ppm. The mean UEI of pregnant women was 64,9 A†â€™AƒÂg/l with median 47 A†â€™AƒÂg/l. Only 17,5% of pregnant women has UEI at normal category. The result of regression analysis showed about 50% variation of UEI was explained by iodine, calcium and iron intakes (r=0,68).
The processing of tuna fish in East Nusa Tenggara province is still very simple. For this reason,... more The processing of tuna fish in East Nusa Tenggara province is still very simple. For this reason, it needs a sort of processing which can increase the economic value and the variety of fishery products as well. One way is to make fish nugget. Experimental study had been applied in this research with steaming time on the fish nugget as treatment of the research. Completely Randomized Design (CRD) was used and there were 4 (four) treatments for the length of steaming time as followed: 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes and 60 minutes respectively. Each treatment has 3 (three) times replication. The parameters of the experiment that had been observed were: protein, fat and water content, while organoleptic test was used in order to know the people acceptance of the product in terms of aroma, color, and texture. Analysis of variance (Anova) and Least Real Different test was used to analysis the observed data. Based on the result of Anova and the Least Real Different test showed that the best treatment on organoleptic test was on 60 minutes steaming time treatment in terms of aroma, color, and texture The technique of data analysis uses ANOVA and the further testing uses the Real Smallest Different Test. While in terms of nutrient content, the highest protein content in fish nugget was in 45 minutes steaming time, the highest content of fat and water in fish nugget was in 15 minutes of steaming time treatment. Then, it may be concluded that there was a significant effect of steaming time length on the power of product acceptance and on protein and fat content of fish nugget.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk meme... more Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15—30%) kebutuhan gizi harian untuk mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas. Berbagai kajian membuktikan bahwa gizi yang cukup dari sarapan dapat membekali tubuh untuk berpikir, beraktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah, sarapan terbukti dapat meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak. Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memampukan siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang pentingnya sarapan pagi dan memampukan mereka dalam mengukur dan menentukan status gizi dan mengambil tindakan preventive yang baik dalam hal menyiapkan sarapan pagi. Pelaksanaan pengabdian ini menggunakan metode “Pendidikan dan Pelatihan kepada Masyarakat”. Dimana, para peserta didik (siswa/siswi) akan diberikan pengajaran dan praktek dengan tujuan agar mereka mampu memilih atau menentukan sendiri jenis sarapan sehat ...
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Keluarga merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penyakit termasuk pemberian sarapan ya... more Keluarga merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penyakit termasuk pemberian sarapan yang sehat dan bergizi, juga merupakan tempat pertama kali kehidupan sosial dan pendidikan didapatkan oleh anak. Mengingat betapa pentingnya peran sarapan sehat dan bergizi dalam mewujudkan generasi baru yang sehat dan berprestasi, maka anak perlu dibekali dengan pengetahuan tentang sarapan sehat dan bergizi. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada anak murid tentang pentingnya pemberian sarapan pagi yang sehat (beragam, bergizi, seimbang, dan aman dari cemaran mikroba). Metode pelaksanaan kagiatan ini adalah “Pendidikan Masyarakat” berbentuk penyuluhan yang bertujuan meningkatkan pemahaman siswa-siswi dalam bidang kesehatan. Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Agustus 2018 di SD INPRES NEOSOPU Desa Kolbano, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Populasinya seluruh siswa sedangkan yang...
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Kebutuhan tubuh setiap individu akan komponen gizi berbeda, oleh karena itu dengan memberikan mak... more Kebutuhan tubuh setiap individu akan komponen gizi berbeda, oleh karena itu dengan memberikan makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman dapat memenuhi semua kebutuhan. Pemerintah mengeluarkan program B2SA dengan tujuan utama gerakan konsumsi pangan beragam bergizi seimbang aman dalam meningkatkan kesadaran dan membudayakan pola konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Sekaligus program ini mendukung aksi konvergensi intervensi sensitive dalam percepatan penurunan stunting. Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memampukan ibu-ibu balita dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang pentingnya mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman serta memampukan mereka dalam mengukur dan menentukan status gizi dan mengambil tindakan preventive yang baik dalam hal menyiapkan makanan bagi konsumsi keluarga. Pelaksanaan pengabdian ini menggunakan metode “Pendidikan d...
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Kepulauan Lahan Kering
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018-2020) mencatat bahwa kasus stunting pada anak mengalami pen... more Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018-2020) mencatat bahwa kasus stunting pada anak mengalami penurunan dari 30,8 persen pada tahun 2018 menjadi 20,6% di tahun 2020 (menurun sebesar 12,2%). Walaupun mengalami penurunan, angka ini masih sangat mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan cut of point prevalensi stunting di Indonesia dan badan kesehatan dunia (WHO). Tidak mengherankan jika Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting terbanyak. Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) merupakan salah satu wilayah yang mempunyai prevalensi Stunting yang cukup tinggi (38,2%) dengan jumlah anak stunting (pendek dan sangat pendek) sebanyak 6.074 jiwa. Berdasarkan riview kinerja oleh Tim Pokja Stunting Propinsi NTT diketahui bahwa kinerja Kabupaten SBD masih sangat rendah. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan konvergensi dilevel pemerintah daerah bersama semua stakeholder (pihak non pemerintah/swasta) masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pendampingan ini dirasak...
Background: Cervical cancer is the second most common malignancy in women worldwide. Cervical can... more Background: Cervical cancer is the second most common malignancy in women worldwide. Cervical cancer is caused by sexually acquired infection with certain types of Human Papilloma Virus (HPV). This study aimed to examine the determinants of the use of visual acetyc acid (VIA) tests using Theory of Planned Behavior (TPB) and path analysis model. Subjects and Method: This was a cross sectional study carried out at 25 community health centers (puskesmas) in Karanganyar and Surakarta, Central Java, January to March. A sample of 225 women of reproductive age was selected by random sampling. The dependent variable was the use of VIA test. The independent variables were intention, self efficacy, imitation, belief, distance to health center, and spare time to attend health facility. The data were collected by questionnaire and analyzed by path analyzed. Results: The use of VIA test was directly affected by intention (b= 1.58; 95%CI= 0.89 to 2.25; p<0.001), imitation (b= 1.30; 95%CI= 0.59 to 2.01; p<0.001), distance to health center (b= 1.38; 95%CI= 0.62 to 2.13; p<0.001), self efficacy (b= 1.05; 95%CI= 0.38 to 1.73; p= 0.002), health belief (b= 1.57; 95%CI= 0.84 to 2.29; p<0.001), and spare time to attend health facility (b= 0.86; 95%CI= 0.18 to 1.54; p= 0.012). It was indirectly affected by attitude, outcome expectation, knowledge, and employment. Conclusion: The use of VIA test is directly affected by intention, imitation, distance to health center, self efficacy, health belief, and spare time to attend health facility. It is indirectly affected by attitude, outcome expectation, knowledge, and employment.
Uploads
Papers by intje picauly