Epidemiological studies have shown that several factors, such as age, gender, tooth loss, socioec... more Epidemiological studies have shown that several factors, such as age, gender, tooth loss, socioeconomic status, cultural background, psychological stress of dental visit, and smoking can influence OHRQoL. Oral health is strongly age dependent, therefore OHRQoL differences are predicted to exist in the elderly group according to WHO. This condition is especially true for Rembang Regency due to the high population of the elderly and the shared ignorance on oral health given an overemphasis on other priorities, which will have an impact on their quality of life. The objective of this study is to know the OHRQOL difference in the elderly group in Rembang Regency with cross-sectional design. The research subjects were selected by inclusion and exclusion criteria with online informed consent. The questionnaire related to age and GOHAI was distributed and filled out online. Data were processed and analyzed using the Kruskall Wallis followed by Mann-Whitney post-hoc analysis and multiple li...
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 2019
Kanker paru merupakan penyakit keganasan dengan angka mortalitas tertinggi di dunia, yaitu sebesa... more Kanker paru merupakan penyakit keganasan dengan angka mortalitas tertinggi di dunia, yaitu sebesar 1.590.000 kematian di tahun 2012. Di Indonesia, kanker paru menempati peringkat ke-3 penyakit kanker terbanyak. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru dengan jumlah kejadian terbanyak, yaitu 40% dari seluruh kanker paru. Faktor risiko terjadinya kanker paru meliputi umur, merokok, terpapar oleh polusi udara di rumah atau tempat kerja, dan mempunyai riwayat keluarga dengan kanker paru. Kanker paru jenis adenokarsinoma sangat erat terkait dengan mutasi Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR), yaitu 15-20% dari kasus adenokarsinoma paru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan mengambil data dari rekam medik pasien RSUP Dr. Kariadi Semarang yang didiagnosis adenokarsinoma paru. Data tersebut kemudian disusun dan dilakukan analisis statistik dengan uji chi-square dan uji regresi logistik terkait hubungan faktor risiko terhadap mutasi EGFR. Hasil: Dari 97 sampel penderita adenokarsinoma paru, didapatkan 36 subjek dengan mutasi EGFR (37,1%) dan 61 subjek non mutasi EGFR (62,9%). Terjadinya mutasi EGFR berhubungan dengan jenis kelamin perempuan (p = 0,009) dan non perokok (p = 0,028). Tidak ada hubungan bermakna antara mutasi EGFR dengan faktor umur (p = 0,667), paparan pekerjaan (p = 0,418), dan riwayat keluarga (p = 0,371). Dari uji multivariat, didapatkan hasil bahwa jenis kelamin perempuan merupakan faktor paling berisiko terhadap kejadian mutasi EGFR (p = 0,010). Simpulan: Terdapat perbedaan faktor risiko pada penderita adenokarsinoma paru dengan mutasi EGFR dan non mutasi EGFR. Kelompok dengan jenis kelamin perempuan dan non perokok lebih berisiko terhadap terjadinya adenokarsinoma paru dengan mutasi EGFR, sedangkan kelompok dengan jenis kelamin laki-laki dan perokok lebih berisiko terhadap terjadinya adenokarsinoma paru non mutasi EGFR.
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 2017
Background: Thyroid dysfunction is commonly found. its prevalence increases with age. Abnormaliti... more Background: Thyroid dysfunction is commonly found. its prevalence increases with age. Abnormalities in the form of hyperthyroidism is characterized with increased of resting pulse rate, blood volume, stroke volume, myocardial contractility, ejection fraction and changes in the structure of the LV of the heart. In patients with hyperthyroidism, LV diastolic disfunction is found as well. In short term, hyperthyroidism is associated with increased left ventricular contractile function. Continuous Hyperthyroidism may cause an increased risk of arrhythmias, remodeling of the myocardium, cardiac impairment characterized by low cardiac output, and dilatation of heart chambers. Aim: To assess the relationship between the time period of hyperthyroidism as assessed clinically by questionare with dysfunction of the LV of the heart. To know which LV disfunction comes first in hyperthyroidism patients. Methods: This study was conducted with cross sectional method. Subjects were patients with hyperthyroidism who had undergone echocardiography at RSUP Dr Kariadi Semarang. Interview conducted with questionnaires upon subjects to determine the long-time period of hyperthyroidism. Results: 21 subjects were obtained with equal numbers of 8 men and 12 women with a mean long-time of hyperthyroidism of 18±3 months. The results of echocardiography showed only 6 subjects had systolic dysfunction, 11 subjects experienced diastolic function that can not be assessed, 5 subjects had diastolic dysfunction grade 1, and 5 subjects with grade 2 diastolic dysfunction. Long-time period of hyperthyroidism are not clinically significant associated with systolic dysfunction (p> 0.05) and diastolic dysfunction (p> 0.05). Conclusion: There is no correlation between length of suffered of hyperthyroidism with abnormality of LV function of the heart. LV diastolic disfunction occours before LV systolic dysfunction in hyperthyroidism patients.
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres pada mahasiswa kedokteran Stres merupakan suatu respon non spes... more BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres pada mahasiswa kedokteran Stres merupakan suatu respon non spesifik tubuh terhadap paparan dari lingkungan, dimana individu berusaha melihat dan mengatasi keadaan yang terjadi. Segala kejadian baik internal maupun eksternal dari individu yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. 1 Tingkat stres pada mahasiswa cukup tinggi, dan jika respon terhadap stresor pada mahasiswa tidak terakomodasi dengan baik, maka dapat terjadi kondisi kecemasan. 2,3 Suasana belajar di institusi pendidikan dokter menciptakan kondisi dengan tingkat stres yang tinggi. Dibuktikan dalm satu studi bahwa terdapat prevalensi stres yang tinggi di antara mahasiswa kedokteran, dengan besaran 30% hingga 50%. 1 Perbedaan respon masing-masing mahasiswa kedokteran terhadap stresor yang ada dipengaruhi oleh : latar belakang budaya, sifat masing-masing individu, pengalaman, dan cara beradaptasi. Mahasiswa yang memiliki pengendalian yang baik akan merespon stresor yang ada dengan lebih baik , karena dalam hal ini stresor bukan merupakan ancaman. Studi membuktikan bahwa terdapat hubungan antara level stres yang berlebihan dengan tingkat kepecayaan diri yang kurang, kecemasan, dan depresi pada brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Background: Physical inactivity that happens recently increase the risk of various disease. Circu... more Background: Physical inactivity that happens recently increase the risk of various disease. Circuit training is an exercise that can be completed with a short amount of time and has varied movements. With circuit training, subject expected to have increase in physical fitness in the body’s dynamic balance. The purpose of this study to find out whether circuit training can produce different scores of the body’s dynamic balance of students at medical Faculty of Diponegoro University. Methods: This study used a quasi-experimental design with pre-test and post-test comparison group. The subjects were from the Medical Faculty of Diponegoro University (n = 46) which were divided into control group and treatment group. The treatment group (n = 24) was given circuit training for 6 weeks with increased number of circuits for every 2 weeks, while the control group (n = 22) carried out activities as usual without doing any sports. The measuring of body's dynamic balance was carried out bef...
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan... more Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Diperkirakan pada tahun 2025, akan ada 1.2 miliar orang dengan usia di atas 60 tahun dan akan meningkat menjadi 1.9 miliar pada tahun 2050. Di beberapa negara, semakin tingginya populasi kelompok usia lanjut menjadi masalah serius, dikarenakan proses natural penuaan mengakibatkan banyak masalah kesehatan yang timbul dan beban ekonomi menjadi lebih tinggi. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Pada masa ini, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya. Kualitas hidup lansia menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan, intervensi, atau terapi. Demensia dan terbatasnya mobilitas pada lansia berkaitan erat dengan disabilitas dan peningkatan dependensi, membatasi aktivitas, partis...
Background : Sedentary lifestyle makes people having less physical activities that may lead to th... more Background : Sedentary lifestyle makes people having less physical activities that may lead to the reduce lung function. Peak expiratory flow rate (PEFR) was used to measure lung function. High Intensity Interval Training (HIIT) is a high-intensity aerobic exercise, while brisk walking is an moderate-intensity aerobic exercise. The aim of this research is to determine the difference of PEFR between HIIT and brisk walking, that could depict lung function. Method : This research used quasi experimental with pre-test and post-test comparison group design. The samples were medical students at Diponegoro University, who had inclusion criteria and did not have exclusion criteria. This research used samples of 3 groups that contained of control group, HIIT, and brisk walking with 14 people in each group. Groups of HIIT and brisk walking got 3 times of intervention in each week, for 6 weeks. Measurement of PEFR was using Miniwright Peak Flow Meter. The normality of numerical scaled data was...
Background: Attention is an act of applying mind to an object, in clear and vivid form, to deal w... more Background: Attention is an act of applying mind to an object, in clear and vivid form, to deal with said object. There are three aspects of attention: alerting, orienting, and executive attention. Dehydration about 1-2% of body weight can impair cognitive function, attention is a case in point. Adequate rehydration is needed to prevent further effect of dehydration. One of the rehydration efforts is by drinking sports drink. Objective: To investigate the effect of rehydration using sports drink on attention. Method: This was true experimental research and the samples were students of Faculty of Medicine, Diponegoro University (n=31). The samples were randomly assigned into one of three groups: sports drink, mineral water, and without rehydration. The samples ran for 5 kilometers in 45 minutes to induce dehydration. The attention was measured using Attention Network Test software before being dehydrated, after being dehydrated and after being rehydrated. Results: There were improvem...
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit autoinflamasi yang terkait dengan autoimmun yang bias... more Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit autoinflamasi yang terkait dengan autoimmun yang biasa dijumpai para remaja di Indonesia. Permasalahannya, ternyata penyakit ini mempunyai prevalensi seumur hidup sebesar 85% dan menimbulkan dampak mekanisme inflamasi kompleks yang melibatkan imunitas bawaan. Bahkan bagi wanita yang berusia di atas usia 25 tahun, pengobatan jerawat menggunakan obat kimiawi mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi. Kebutuhan akan pengembangan obat tradisional menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, khususnya terkait dengan keamanan dan kemudahan dalam penggunaannya serta mempunyai efek samping yang lebih kecil. Tanaman herbal di Indonesia telah menarik banyak perhatian karena penggunaannya secara tradisional dalam kehidupan sehari-hari yang telah banyak memecahkan permasalahan terkait dengan beberapa penyakit kulit yang disebabkan oleh autoimun. Tujuan penelitian adalah menentukan aktivitas konsorsium tanaman herbal dalam menghambat...
Background: Aging process causes a decline in cognitive function. Physical activities such as exe... more Background: Aging process causes a decline in cognitive function. Physical activities such as exercise can maintain the cognitive function.MENPORA elderly gymnastic is one type of exercises which is suitable for elderly. Aim:To prove that MENPORAelderly gymnastictraining can improve cognitive function in Kemuning elderly group, Banyumanik, Semarang. Methods: The study was a Quasi Experimental with one group pretest and posttest without control design. This study included 20 elderly people, part ofKemuning elderly group, who met the inclusion criteria and no exclusion criteria. Samples were given a MENPORA elderly gymnastic training2 times a week for 8 weeks. Examination of cognitive function used MoCA-Ina test. Hypothesis testing used Mc Nemar test. Results: There were 17 people (85%) with cognitive impairment and 3 people (15%) with normal cognitive functionbefore given a MENPORA elderly gymnastic training. After MENPORA elderly gymnastic training, there were 4 people (20%) with co...
Latar Belakang Penurunan status kognitif pada lansia secara signifikan mempengaruhi fungsi indera... more Latar Belakang Penurunan status kognitif pada lansia secara signifikan mempengaruhi fungsi indera dalam menangkap dan merespon stimulus. Penurunan fungsi indera ini dapat membawa seorang lansia menjadi lebih rentan terhadap kecacatan, jatuh, dan kesakitan. Kondisi klinis inilah yang dikenal sebagai kerapuhan yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat membawa keluaran pasien lansia yang kurang baik. Tujuan Untuk membuktikan hubungan antara status kognitif dan skor kerapuhan pasien lansia. Metode penelitian observasional dengan pendekatan belah lintang selama bulan Mei – Juni 2013 di bangsal lansia RSUP dr.Kariadi Semarang. Status kognitif dinilai dengan skor MMSE dan skor Kerapuhan dinilai dengan skala kerapuhan Edmonton. Variabel perancu yakni komorbiditas diukur dengan Indeks Komorbiditas Charlson. Hasil Penelitian dilakukan terhadap 39 sampel dengan mayoritas subyek penelitian wanita (n= 22,56,2%) dan memiliki rerata usia 70,7± 6,81 tahun, nilai tengah status kognitif 22 (7 – 30), skor kerapuhan 7,9 ± 2,67 dan median skor komorbiditas 0 (0-2). Status kognitif berkorelasi lemah dengan skor kerapuhan r= -0.349, p = 0,03. Korelasi skor komorbid dan skor kerapuhan tidak bermakna secara statistik p = 0,307. Rasio prevalensi yang diuji dengan uji Fisher exact memiliki nilai RP = 1,416 dengan interval kepercayaan 0,901 – 1,718, hal ini berarti turunnya status kognitif belum diketahui sebagai penyebab terjadinya kerapuhan. Kesimpulan terdapat hubungan lemah antara status kognitif dengan skor kerapuhan. Kata Kunci : Status Kognitif, Kerapuhan, skor MMSE, skala kerapuhan Edmonton, lansia
Background: Atherosclerosis is the major health problem worldwide especially among developed and ... more Background: Atherosclerosis is the major health problem worldwide especially among developed and industrializing countries.Various risk factors of atherosclerosis needs to be studied for a preventive measure. Major risk factors of atheroslerosis in Coronary heart disease (CHD), ischemic stroke (IS), and peripheral arterial disease (PAD) remain absent in Dr. Kariadi Central Hospital Semarang. Objective: This study was aimed to know the major risk factors difference among various atherosclerosis diseases (coronary heart disease, ischemic stroke, and peripheral arterial disease) in Dr. Kariadi Central Hospital Semarang. Methode: This is a cross sectional study held by collecting data from medical record of CHD, IS, and PAD diagnosed patient in dr. Kariadi Central Hospital Semarang from January the 1st 2011 to December the 31st 2011. There were 300 samples consisting of 100 CHD patients, 100 IS patients, and 100 PAD patients. Risk factors, analyze in this study, were age, sex, smoking status, dyslipidemia status, hypertension status, and diabetes mellitus status. Statistical analysis was done using chi - square, prevalence ratio, and logistic regression by SPSS for Windows 17.0. Result: Multivariat analysis showed that major risk factors related to CHD incidence were age (OR= 3,53; 95% CI=1,461-8,541) and sex (OR=3,06; 95%CI=1,653-5,682). Major risk factor related to IS incidence was hypertension (OR=6,66; 95%CI=0,907-15,276). Major risk factor related to PAD was DM (OR=22,98; 95%CI=7,874-67,044). Conclusion: There were different major risk factors among various atheroscelrosis diseases. Keyword: major risk factor, coronary heart disease, ischemic stroke, peripheral arterial disease.
Latar Belakang Kerapuhan merupakan keadaan klinis pada usia tua, menyebabkan seseorang lebih rent... more Latar Belakang Kerapuhan merupakan keadaan klinis pada usia tua, menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap penurunan status fungsional dan menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan seperti kecacatan, jatuh dan lama rawat inap. Kondisi tersebut menimbulkan implikasi yang tidak baik pada kualitas hidup terkait kesehatan (HRQOL). Tujuan Untuk membuktikan hubungan antara skor kerapuhan dan skor HRQOL pada pasien lansia yang dirawat di Bangsal Geriatri, RSUP Dr.Kariadi, Semarang. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain belah lintang selama bulan Mei – Juni 2013. 39 subjek menjadi responden penelitian dari 29 jumlah sampel minimum. Kerapuhan dinilai dengan skala kerapuhan Edmonton dan HRQOL dinilai dengan SF-36. Uji regresi logistik digunakan untuk menilai variabel perancu. Rasio prevalensi diuji dengan Fisher Exact. Hasil Subyek penelitian memiliki rerata usia 70,7±6,81 tahun, rerata skor kerapuhan 7,9 ± 2,67 dan rerata skor HRQOL adalah 43,1±16,09. Sebagian besar subyek penelitian adalah wanita (n= 22; 56,2%). Skor kerapuhan sangat berhubungan dengan skor kualitas hidup (r= -0.912; p<0.001). Kerapuhan merupakan faktor resiko terjadinya kualitas hidup yang rendah (RP=7.5 ; 95%IK 3.3-17.1). Kesimpulan skor kerapuhan memiliki korelasi yang sangat kuat dengan skor HRQOL. Kata Kunci : Kerapuhan, skala kerapuhan Edmonton, Lansia, HRQOL, SF-36
v 6. dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, Sp.PD, KPTI selaku ketua TIM HIV/AIDS RSUP Dr. Kariadi yang m... more v 6. dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, Sp.PD, KPTI selaku ketua TIM HIV/AIDS RSUP Dr. Kariadi yang memberikan saran-saran yang berharga dan berkenan memberikan izin kepada peneliti. 7. Ayahanda tercinta dr. Joko Suyatno, Ibunda tercinta Retno Sulistyowati, mas Wawan, dan dek Akbar yang senantiasa memberikan dukungan serta doa hingga peneliti tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini. 8. Mas Eko, Mbak Watik, dan Bapak Darmono selaku staf klinik VCT RSUP dr. Kariadi yang telah banyak membantu dengan penuh kesabaran menghubungakan peneliti dengan sampel penelitian. 9. Segenap residen ilmu penyakit dalam, khususnya sub bagian tropik infeksi dan kardiologi yang telah membantu pelaksanaan penelitian 10. Teman-teman satu kelompok yaitu Arif, Shila, Erasta, Dimas, dan Rizky. 11. Teman-teman seperjuangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah yaitu segenap angkatan 2008. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan, mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak Amin.
Latar belakang: Banyak air minum beroksigen yang dijual di pasaran yang diyakini mempunyai banyak... more Latar belakang: Banyak air minum beroksigen yang dijual di pasaran yang diyakini mempunyai banyak manfaat, salah satunya untuk meningkatkan ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Tes cooper merupakan salah satu cara untuk mengukur ketahanan kardiorespirasi secara tidak langsung. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian air minum beroksigen terhadap VO2Max dan tekanan darah. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan parallel group pre and post design. Dilaksanan di stadion Undip Tembalang pada bulan Mei sampai Juni 2014. Subjek penelitian adalah mahasiswa Kedokteran FK Undip dengan rentang usia 20-25 tahun dan dibagi menjadi kelompok perlakuan (n=19) dan kelompok kontrol (n=19). Volume oksigen maksimal (VO2Max) diukur menggunakan metode cooper dan tekanan darah diukur menggunakan tensimeter digital sebelum latihan fisik dan setelah latihan fisik pada menit 0, 3, dan 6. Data normal diuji menggunakan uji t yang tidak berpasangan dan data tidak normal diuji dengan Mann-Whitney. Hasil: Uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada volume oksigen maksimal (VO2Max) antara kedua kelompok (p=0,53). Sedangkan penurunan tekanan sistolik menit 0 dan 3 antara kedua kelompok didapat nilai p=0,4 dan penurunan tekanan sistolik menit 3 dan 6 antara kedua kelompok didapatkan nilai p=1,0. Didapatkan nilai p=0,1 pada penurunan tekanan diastolik menit 0 dan 3 antara kedua kelompok dan nilai p=0,6 pada penurunan tekanan diastolik menit 3 dan 6 antara kedua kelompok. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap nilai VO2Max dan penurunan tekanan darah pasca latihan fisik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Epidemiological studies have shown that several factors, such as age, gender, tooth loss, socioec... more Epidemiological studies have shown that several factors, such as age, gender, tooth loss, socioeconomic status, cultural background, psychological stress of dental visit, and smoking can influence OHRQoL. Oral health is strongly age dependent, therefore OHRQoL differences are predicted to exist in the elderly group according to WHO. This condition is especially true for Rembang Regency due to the high population of the elderly and the shared ignorance on oral health given an overemphasis on other priorities, which will have an impact on their quality of life. The objective of this study is to know the OHRQOL difference in the elderly group in Rembang Regency with cross-sectional design. The research subjects were selected by inclusion and exclusion criteria with online informed consent. The questionnaire related to age and GOHAI was distributed and filled out online. Data were processed and analyzed using the Kruskall Wallis followed by Mann-Whitney post-hoc analysis and multiple li...
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 2019
Kanker paru merupakan penyakit keganasan dengan angka mortalitas tertinggi di dunia, yaitu sebesa... more Kanker paru merupakan penyakit keganasan dengan angka mortalitas tertinggi di dunia, yaitu sebesar 1.590.000 kematian di tahun 2012. Di Indonesia, kanker paru menempati peringkat ke-3 penyakit kanker terbanyak. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru dengan jumlah kejadian terbanyak, yaitu 40% dari seluruh kanker paru. Faktor risiko terjadinya kanker paru meliputi umur, merokok, terpapar oleh polusi udara di rumah atau tempat kerja, dan mempunyai riwayat keluarga dengan kanker paru. Kanker paru jenis adenokarsinoma sangat erat terkait dengan mutasi Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR), yaitu 15-20% dari kasus adenokarsinoma paru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan mengambil data dari rekam medik pasien RSUP Dr. Kariadi Semarang yang didiagnosis adenokarsinoma paru. Data tersebut kemudian disusun dan dilakukan analisis statistik dengan uji chi-square dan uji regresi logistik terkait hubungan faktor risiko terhadap mutasi EGFR. Hasil: Dari 97 sampel penderita adenokarsinoma paru, didapatkan 36 subjek dengan mutasi EGFR (37,1%) dan 61 subjek non mutasi EGFR (62,9%). Terjadinya mutasi EGFR berhubungan dengan jenis kelamin perempuan (p = 0,009) dan non perokok (p = 0,028). Tidak ada hubungan bermakna antara mutasi EGFR dengan faktor umur (p = 0,667), paparan pekerjaan (p = 0,418), dan riwayat keluarga (p = 0,371). Dari uji multivariat, didapatkan hasil bahwa jenis kelamin perempuan merupakan faktor paling berisiko terhadap kejadian mutasi EGFR (p = 0,010). Simpulan: Terdapat perbedaan faktor risiko pada penderita adenokarsinoma paru dengan mutasi EGFR dan non mutasi EGFR. Kelompok dengan jenis kelamin perempuan dan non perokok lebih berisiko terhadap terjadinya adenokarsinoma paru dengan mutasi EGFR, sedangkan kelompok dengan jenis kelamin laki-laki dan perokok lebih berisiko terhadap terjadinya adenokarsinoma paru non mutasi EGFR.
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 2017
Background: Thyroid dysfunction is commonly found. its prevalence increases with age. Abnormaliti... more Background: Thyroid dysfunction is commonly found. its prevalence increases with age. Abnormalities in the form of hyperthyroidism is characterized with increased of resting pulse rate, blood volume, stroke volume, myocardial contractility, ejection fraction and changes in the structure of the LV of the heart. In patients with hyperthyroidism, LV diastolic disfunction is found as well. In short term, hyperthyroidism is associated with increased left ventricular contractile function. Continuous Hyperthyroidism may cause an increased risk of arrhythmias, remodeling of the myocardium, cardiac impairment characterized by low cardiac output, and dilatation of heart chambers. Aim: To assess the relationship between the time period of hyperthyroidism as assessed clinically by questionare with dysfunction of the LV of the heart. To know which LV disfunction comes first in hyperthyroidism patients. Methods: This study was conducted with cross sectional method. Subjects were patients with hyperthyroidism who had undergone echocardiography at RSUP Dr Kariadi Semarang. Interview conducted with questionnaires upon subjects to determine the long-time period of hyperthyroidism. Results: 21 subjects were obtained with equal numbers of 8 men and 12 women with a mean long-time of hyperthyroidism of 18±3 months. The results of echocardiography showed only 6 subjects had systolic dysfunction, 11 subjects experienced diastolic function that can not be assessed, 5 subjects had diastolic dysfunction grade 1, and 5 subjects with grade 2 diastolic dysfunction. Long-time period of hyperthyroidism are not clinically significant associated with systolic dysfunction (p> 0.05) and diastolic dysfunction (p> 0.05). Conclusion: There is no correlation between length of suffered of hyperthyroidism with abnormality of LV function of the heart. LV diastolic disfunction occours before LV systolic dysfunction in hyperthyroidism patients.
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres pada mahasiswa kedokteran Stres merupakan suatu respon non spes... more BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres pada mahasiswa kedokteran Stres merupakan suatu respon non spesifik tubuh terhadap paparan dari lingkungan, dimana individu berusaha melihat dan mengatasi keadaan yang terjadi. Segala kejadian baik internal maupun eksternal dari individu yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. 1 Tingkat stres pada mahasiswa cukup tinggi, dan jika respon terhadap stresor pada mahasiswa tidak terakomodasi dengan baik, maka dapat terjadi kondisi kecemasan. 2,3 Suasana belajar di institusi pendidikan dokter menciptakan kondisi dengan tingkat stres yang tinggi. Dibuktikan dalm satu studi bahwa terdapat prevalensi stres yang tinggi di antara mahasiswa kedokteran, dengan besaran 30% hingga 50%. 1 Perbedaan respon masing-masing mahasiswa kedokteran terhadap stresor yang ada dipengaruhi oleh : latar belakang budaya, sifat masing-masing individu, pengalaman, dan cara beradaptasi. Mahasiswa yang memiliki pengendalian yang baik akan merespon stresor yang ada dengan lebih baik , karena dalam hal ini stresor bukan merupakan ancaman. Studi membuktikan bahwa terdapat hubungan antara level stres yang berlebihan dengan tingkat kepecayaan diri yang kurang, kecemasan, dan depresi pada brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Background: Physical inactivity that happens recently increase the risk of various disease. Circu... more Background: Physical inactivity that happens recently increase the risk of various disease. Circuit training is an exercise that can be completed with a short amount of time and has varied movements. With circuit training, subject expected to have increase in physical fitness in the body’s dynamic balance. The purpose of this study to find out whether circuit training can produce different scores of the body’s dynamic balance of students at medical Faculty of Diponegoro University. Methods: This study used a quasi-experimental design with pre-test and post-test comparison group. The subjects were from the Medical Faculty of Diponegoro University (n = 46) which were divided into control group and treatment group. The treatment group (n = 24) was given circuit training for 6 weeks with increased number of circuits for every 2 weeks, while the control group (n = 22) carried out activities as usual without doing any sports. The measuring of body's dynamic balance was carried out bef...
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan... more Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Diperkirakan pada tahun 2025, akan ada 1.2 miliar orang dengan usia di atas 60 tahun dan akan meningkat menjadi 1.9 miliar pada tahun 2050. Di beberapa negara, semakin tingginya populasi kelompok usia lanjut menjadi masalah serius, dikarenakan proses natural penuaan mengakibatkan banyak masalah kesehatan yang timbul dan beban ekonomi menjadi lebih tinggi. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Pada masa ini, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya. Kualitas hidup lansia menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan, intervensi, atau terapi. Demensia dan terbatasnya mobilitas pada lansia berkaitan erat dengan disabilitas dan peningkatan dependensi, membatasi aktivitas, partis...
Background : Sedentary lifestyle makes people having less physical activities that may lead to th... more Background : Sedentary lifestyle makes people having less physical activities that may lead to the reduce lung function. Peak expiratory flow rate (PEFR) was used to measure lung function. High Intensity Interval Training (HIIT) is a high-intensity aerobic exercise, while brisk walking is an moderate-intensity aerobic exercise. The aim of this research is to determine the difference of PEFR between HIIT and brisk walking, that could depict lung function. Method : This research used quasi experimental with pre-test and post-test comparison group design. The samples were medical students at Diponegoro University, who had inclusion criteria and did not have exclusion criteria. This research used samples of 3 groups that contained of control group, HIIT, and brisk walking with 14 people in each group. Groups of HIIT and brisk walking got 3 times of intervention in each week, for 6 weeks. Measurement of PEFR was using Miniwright Peak Flow Meter. The normality of numerical scaled data was...
Background: Attention is an act of applying mind to an object, in clear and vivid form, to deal w... more Background: Attention is an act of applying mind to an object, in clear and vivid form, to deal with said object. There are three aspects of attention: alerting, orienting, and executive attention. Dehydration about 1-2% of body weight can impair cognitive function, attention is a case in point. Adequate rehydration is needed to prevent further effect of dehydration. One of the rehydration efforts is by drinking sports drink. Objective: To investigate the effect of rehydration using sports drink on attention. Method: This was true experimental research and the samples were students of Faculty of Medicine, Diponegoro University (n=31). The samples were randomly assigned into one of three groups: sports drink, mineral water, and without rehydration. The samples ran for 5 kilometers in 45 minutes to induce dehydration. The attention was measured using Attention Network Test software before being dehydrated, after being dehydrated and after being rehydrated. Results: There were improvem...
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit autoinflamasi yang terkait dengan autoimmun yang bias... more Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit autoinflamasi yang terkait dengan autoimmun yang biasa dijumpai para remaja di Indonesia. Permasalahannya, ternyata penyakit ini mempunyai prevalensi seumur hidup sebesar 85% dan menimbulkan dampak mekanisme inflamasi kompleks yang melibatkan imunitas bawaan. Bahkan bagi wanita yang berusia di atas usia 25 tahun, pengobatan jerawat menggunakan obat kimiawi mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi. Kebutuhan akan pengembangan obat tradisional menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, khususnya terkait dengan keamanan dan kemudahan dalam penggunaannya serta mempunyai efek samping yang lebih kecil. Tanaman herbal di Indonesia telah menarik banyak perhatian karena penggunaannya secara tradisional dalam kehidupan sehari-hari yang telah banyak memecahkan permasalahan terkait dengan beberapa penyakit kulit yang disebabkan oleh autoimun. Tujuan penelitian adalah menentukan aktivitas konsorsium tanaman herbal dalam menghambat...
Background: Aging process causes a decline in cognitive function. Physical activities such as exe... more Background: Aging process causes a decline in cognitive function. Physical activities such as exercise can maintain the cognitive function.MENPORA elderly gymnastic is one type of exercises which is suitable for elderly. Aim:To prove that MENPORAelderly gymnastictraining can improve cognitive function in Kemuning elderly group, Banyumanik, Semarang. Methods: The study was a Quasi Experimental with one group pretest and posttest without control design. This study included 20 elderly people, part ofKemuning elderly group, who met the inclusion criteria and no exclusion criteria. Samples were given a MENPORA elderly gymnastic training2 times a week for 8 weeks. Examination of cognitive function used MoCA-Ina test. Hypothesis testing used Mc Nemar test. Results: There were 17 people (85%) with cognitive impairment and 3 people (15%) with normal cognitive functionbefore given a MENPORA elderly gymnastic training. After MENPORA elderly gymnastic training, there were 4 people (20%) with co...
Latar Belakang Penurunan status kognitif pada lansia secara signifikan mempengaruhi fungsi indera... more Latar Belakang Penurunan status kognitif pada lansia secara signifikan mempengaruhi fungsi indera dalam menangkap dan merespon stimulus. Penurunan fungsi indera ini dapat membawa seorang lansia menjadi lebih rentan terhadap kecacatan, jatuh, dan kesakitan. Kondisi klinis inilah yang dikenal sebagai kerapuhan yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat membawa keluaran pasien lansia yang kurang baik. Tujuan Untuk membuktikan hubungan antara status kognitif dan skor kerapuhan pasien lansia. Metode penelitian observasional dengan pendekatan belah lintang selama bulan Mei – Juni 2013 di bangsal lansia RSUP dr.Kariadi Semarang. Status kognitif dinilai dengan skor MMSE dan skor Kerapuhan dinilai dengan skala kerapuhan Edmonton. Variabel perancu yakni komorbiditas diukur dengan Indeks Komorbiditas Charlson. Hasil Penelitian dilakukan terhadap 39 sampel dengan mayoritas subyek penelitian wanita (n= 22,56,2%) dan memiliki rerata usia 70,7± 6,81 tahun, nilai tengah status kognitif 22 (7 – 30), skor kerapuhan 7,9 ± 2,67 dan median skor komorbiditas 0 (0-2). Status kognitif berkorelasi lemah dengan skor kerapuhan r= -0.349, p = 0,03. Korelasi skor komorbid dan skor kerapuhan tidak bermakna secara statistik p = 0,307. Rasio prevalensi yang diuji dengan uji Fisher exact memiliki nilai RP = 1,416 dengan interval kepercayaan 0,901 – 1,718, hal ini berarti turunnya status kognitif belum diketahui sebagai penyebab terjadinya kerapuhan. Kesimpulan terdapat hubungan lemah antara status kognitif dengan skor kerapuhan. Kata Kunci : Status Kognitif, Kerapuhan, skor MMSE, skala kerapuhan Edmonton, lansia
Background: Atherosclerosis is the major health problem worldwide especially among developed and ... more Background: Atherosclerosis is the major health problem worldwide especially among developed and industrializing countries.Various risk factors of atherosclerosis needs to be studied for a preventive measure. Major risk factors of atheroslerosis in Coronary heart disease (CHD), ischemic stroke (IS), and peripheral arterial disease (PAD) remain absent in Dr. Kariadi Central Hospital Semarang. Objective: This study was aimed to know the major risk factors difference among various atherosclerosis diseases (coronary heart disease, ischemic stroke, and peripheral arterial disease) in Dr. Kariadi Central Hospital Semarang. Methode: This is a cross sectional study held by collecting data from medical record of CHD, IS, and PAD diagnosed patient in dr. Kariadi Central Hospital Semarang from January the 1st 2011 to December the 31st 2011. There were 300 samples consisting of 100 CHD patients, 100 IS patients, and 100 PAD patients. Risk factors, analyze in this study, were age, sex, smoking status, dyslipidemia status, hypertension status, and diabetes mellitus status. Statistical analysis was done using chi - square, prevalence ratio, and logistic regression by SPSS for Windows 17.0. Result: Multivariat analysis showed that major risk factors related to CHD incidence were age (OR= 3,53; 95% CI=1,461-8,541) and sex (OR=3,06; 95%CI=1,653-5,682). Major risk factor related to IS incidence was hypertension (OR=6,66; 95%CI=0,907-15,276). Major risk factor related to PAD was DM (OR=22,98; 95%CI=7,874-67,044). Conclusion: There were different major risk factors among various atheroscelrosis diseases. Keyword: major risk factor, coronary heart disease, ischemic stroke, peripheral arterial disease.
Latar Belakang Kerapuhan merupakan keadaan klinis pada usia tua, menyebabkan seseorang lebih rent... more Latar Belakang Kerapuhan merupakan keadaan klinis pada usia tua, menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap penurunan status fungsional dan menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan seperti kecacatan, jatuh dan lama rawat inap. Kondisi tersebut menimbulkan implikasi yang tidak baik pada kualitas hidup terkait kesehatan (HRQOL). Tujuan Untuk membuktikan hubungan antara skor kerapuhan dan skor HRQOL pada pasien lansia yang dirawat di Bangsal Geriatri, RSUP Dr.Kariadi, Semarang. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain belah lintang selama bulan Mei – Juni 2013. 39 subjek menjadi responden penelitian dari 29 jumlah sampel minimum. Kerapuhan dinilai dengan skala kerapuhan Edmonton dan HRQOL dinilai dengan SF-36. Uji regresi logistik digunakan untuk menilai variabel perancu. Rasio prevalensi diuji dengan Fisher Exact. Hasil Subyek penelitian memiliki rerata usia 70,7±6,81 tahun, rerata skor kerapuhan 7,9 ± 2,67 dan rerata skor HRQOL adalah 43,1±16,09. Sebagian besar subyek penelitian adalah wanita (n= 22; 56,2%). Skor kerapuhan sangat berhubungan dengan skor kualitas hidup (r= -0.912; p<0.001). Kerapuhan merupakan faktor resiko terjadinya kualitas hidup yang rendah (RP=7.5 ; 95%IK 3.3-17.1). Kesimpulan skor kerapuhan memiliki korelasi yang sangat kuat dengan skor HRQOL. Kata Kunci : Kerapuhan, skala kerapuhan Edmonton, Lansia, HRQOL, SF-36
v 6. dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, Sp.PD, KPTI selaku ketua TIM HIV/AIDS RSUP Dr. Kariadi yang m... more v 6. dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, Sp.PD, KPTI selaku ketua TIM HIV/AIDS RSUP Dr. Kariadi yang memberikan saran-saran yang berharga dan berkenan memberikan izin kepada peneliti. 7. Ayahanda tercinta dr. Joko Suyatno, Ibunda tercinta Retno Sulistyowati, mas Wawan, dan dek Akbar yang senantiasa memberikan dukungan serta doa hingga peneliti tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini. 8. Mas Eko, Mbak Watik, dan Bapak Darmono selaku staf klinik VCT RSUP dr. Kariadi yang telah banyak membantu dengan penuh kesabaran menghubungakan peneliti dengan sampel penelitian. 9. Segenap residen ilmu penyakit dalam, khususnya sub bagian tropik infeksi dan kardiologi yang telah membantu pelaksanaan penelitian 10. Teman-teman satu kelompok yaitu Arif, Shila, Erasta, Dimas, dan Rizky. 11. Teman-teman seperjuangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah yaitu segenap angkatan 2008. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan, mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak Amin.
Latar belakang: Banyak air minum beroksigen yang dijual di pasaran yang diyakini mempunyai banyak... more Latar belakang: Banyak air minum beroksigen yang dijual di pasaran yang diyakini mempunyai banyak manfaat, salah satunya untuk meningkatkan ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Tes cooper merupakan salah satu cara untuk mengukur ketahanan kardiorespirasi secara tidak langsung. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian air minum beroksigen terhadap VO2Max dan tekanan darah. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan parallel group pre and post design. Dilaksanan di stadion Undip Tembalang pada bulan Mei sampai Juni 2014. Subjek penelitian adalah mahasiswa Kedokteran FK Undip dengan rentang usia 20-25 tahun dan dibagi menjadi kelompok perlakuan (n=19) dan kelompok kontrol (n=19). Volume oksigen maksimal (VO2Max) diukur menggunakan metode cooper dan tekanan darah diukur menggunakan tensimeter digital sebelum latihan fisik dan setelah latihan fisik pada menit 0, 3, dan 6. Data normal diuji menggunakan uji t yang tidak berpasangan dan data tidak normal diuji dengan Mann-Whitney. Hasil: Uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada volume oksigen maksimal (VO2Max) antara kedua kelompok (p=0,53). Sedangkan penurunan tekanan sistolik menit 0 dan 3 antara kedua kelompok didapat nilai p=0,4 dan penurunan tekanan sistolik menit 3 dan 6 antara kedua kelompok didapatkan nilai p=1,0. Didapatkan nilai p=0,1 pada penurunan tekanan diastolik menit 0 dan 3 antara kedua kelompok dan nilai p=0,6 pada penurunan tekanan diastolik menit 3 dan 6 antara kedua kelompok. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap nilai VO2Max dan penurunan tekanan darah pasca latihan fisik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Uploads
Papers by YOSEF PURWOKO