This series introduces, defines, describes and explores methods of developing new assessment tool... more This series introduces, defines, describes and explores methods of developing new assessment tools in educational and work environments which are increasingly characterised by use of digital technologies. Digital technologies simultaneously demand, reflect, and build student skills in many areas of learning, old and new. They can and will continue to adapt and facilitate the assessment of both traditional academic disciplines as well as those known as 21st century skills. These skills include creativity, critical thinking and problem solving, collaborative skills, information technology skills, and new forms of literacy, and social, cultural, and metacognitive awareness. The capacity of digital technologies to capture student learning as a process as well as student achievement is vast. New methods need to be developed to harness this capacity in a manner that can produce useful and accurate information to teachers for classroom interventions, and to education systems for policy development. The series includes innovative approaches to assessment in terms of their psychometrics and technology platforms; outcomes of implementation of assessments of generic skills at large scale in the classroom; and use of large scale assessment data to inform policy in education. The series explores the assessment of new and emerging skills required of graduates and how new forms of assessment inform teaching; it projects into the future the kinds of assessment possibility associated with technology and explores the assessment links between education and the workplace.
Europe with over 3,500 students registering each year. The MA in Education is designed for those ... more Europe with over 3,500 students registering each year. The MA in Education is designed for those with experience of teaching, the advisory service, educational administration or allied fields.
Pemberian Pekerjaan Rumah (PR) pada peserta didik cukup menarik perhatian bagi pemerhati pendidik... more Pemberian Pekerjaan Rumah (PR) pada peserta didik cukup menarik perhatian bagi pemerhati pendidikan. Sebenarnya PR itu apa?. Sesuai namanya, " Pekerjaan Rumah " , maka pekerjaan itu diselesaikan dirumah. Cooper (2001: 3) yang sering melakukan penelitian tentang PR memberi pengertian bahawa Pekerjaan rumah merupakan tugas yang diberikan oleh guru yang dimaksudkan untuk dikerjakan di luar jam sekolah pekerjaan rumah juga dikatakan menjadi suatu strategi pembelajaran yang disebabkan karena lebih banyak faktor yg mempengaruhi di dalam proses pembelajaran. Sehingga disini pekerjaan rumah masih menjadi salah satu pilihan strategi belajar yang banyak dipergunakan di dunia akademis. Hal ini karena pekerjaan rumah dapat memperpanjang waktu yang diperlukan dalam kegiatan akademis. Pemberian pekerjaan rumah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan belajar materi pelajaran tanpa batasan waktu dan tempat. Oleh karena itu, pekerjaan rumah dapat menjadi suatu instrumen pendidikan untuk menembus dinding sekolah dan bahkan masuk lingkungan fisik dan keluarga setiap siswa. Guru, orangtua, dan khususnya siswa menjadi kunci-kunci pelaksanaan terselenggaranya pekerjaan rumah, atau sering juga disebut sebagai " trilogy homework " (Cooper, 2001). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah ternyata menjadi suatu prediktor yang baik, dan bahkan menjadi faktor pendorong (promoter) prestasi akademis di sekolah.Namun demikian, disamping karena lama waktu yang dipergunakan mengerjakan pekerjaan rumah, beberapa peneliti lain menekankan perlunya kualitas dan ketepatan pemberian tugas sebagai dampak pekerjaan rumah pada hasil belajar mereka(Trautwein & Koller, 2003). PR juga dipandang sebagai pola kebiasaan belajar. pada saat anak masuk sekolah, kebiasaan belajar perlu ditanamkan didalam diri anak. Kebiasan belajar merupakan pola perilaku dalam dalam belajar yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. PR dipandang sebagai salah satu pola penanaman kebiasan belajar dimana guru memberi PR kepada anak dalam kerja sama dengan orang tua. Disini perlu diperhatikan tingkat pendidikan dan perkembangan anak dalam meberikan PR. PR bertujuan untuk merangsan kembali anak untuk belajar dirumah dan sebagai umpan balik pemahaman anak mengenai konsep yang diberikan oleh guru. PR bukan hanya berkaitan dengan tulis menulis atau hitungan tapi bisa berbentuk kegiatan/proyek. Soal-soal PR dapat dikategorikan dalam dua hal. Soal yang membahas materi yang sudah diberikan dan soal menganai materi yang belum diajarkan. Soal yang berkaitan dengan materi yang belum diajarkan bertujuan untuk memancinga anak untuk belajar mandiri dirumah. Bila dikaitkan dengan evaluasi belajar maka PR bisa bertujuan untuk perbaikan mau bertujuan untuk pengayaan. Dalam memberikan PR, seorang guru perlu strategi yang tepat. Siswa, guru dan orang tua mempunyai peran masing-masing. Peachock, dkk (2010) membagi peran siswa, guru dan orang
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting ka... more Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting karena guru bertugas untuk membangun manusia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu kealihan sendiri dalam menjalankan tugas untuk mendidik peserta didik, kealihan dalam menjalankan tugas sering dikenal dengan kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan, atau kapabilitas yang diterapkan dan menghasilkan kinerja (Performance) yang baik. Kemampuan tersebut melekat pada individu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Dalam memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Ketika guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran maka guru mampu menata ruang kelas,mengusai teori belajar, menciptakan iklim kelas yang kondusif, memotivasi siswa agar bergairah belajar, memberi penguatan verbal maupun non verbal, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, tanggap terhadap gangguan kelas, dan menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah. Kelas yang efektif adalah kelas yang dikelola dengan baik. Dalam dunia pendidikan dikenal pengelolaan kelas atau manejemen kelas. Mengelola kelas secara efektif akan memaksimal kesempatan pembelajaran murid. Dapat dipahami bahwa konsep umum mengenai mengelolah kelas identik dengan kedisiplinan dan mengontrol prilaku. Mengelola kelas yang dimaksud adalah strategi untuk mengendalikan perilaku siswa, menanggapi gangguan, mengambil tindakan pada kenakalan siswa, memberi hadiah dan hukuman yang sesuai, dan pada umumnya untuk menjaga kenyamanan siswa dalam belajar dikelas. Dari kegiatan pengelolaan kelas yang efektif ada dua manfaatnya secara umum. Pertama: membantu murid menghabiskan waktu belajar dan mengurangi waktu akvititas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Kedua: mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Pengelolaan kelas yang baik dapat bertanggung jawab dan dapat memberikan suasana positif dengan sedikit konflik, dimana energi terkonsentrasi dalam kegiatan dengan tujuan belajar. Praktek pengelohan kelas yang baik dimulai dari hari pertama sekolah. Pengolahan kelas merupakan bagian penting dari peran kepemimpinan guru secara keseluruhan. Perencanaan yang baik, penghargaan dan praktik hukuman, pengembangan kegiatan kelas, melibatkan siswa dalam pendekatan berpusat pada siswa, memperhatikan motivasi siswa, atau tugas-tugas pembelajaran yang berbeda. Semua elemenen dalam perspektif titik pengelolahan kelas untuk membangun lingkungan belajar yang positif untuk melibatkan siswa dalam belajar sehingga dapat meminimalkan masalah perilaku dan gangguan dalam pelajaran.
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting ka... more Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting karena guru bertugas untuk membangun manusia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu kealihan sendiri dalam menjalankan tugas untuk mendidik peserta didik, kealihan dalam menjalankan tugas sering dikenal dengan kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan, atau kapabilitas yang diterapkan dan menghasilkan kinerja (Performance) yang baik. Kemampuan tersebut melekat pada individu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Dalam memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Ketika guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran maka guru mampu menata ruang kelas,mengusai teori belajar, menciptakan iklim kelas yang kondusif, memotivasi siswa agar bergairah belajar, memberi penguatan verbal maupun non verbal, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, tanggap terhadap gangguan kelas, dan menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah. Kelas yang efektif adalah kelas yang dikelola dengan baik. Dalam dunia pendidikan dikenal pengelolaan kelas atau manejemen kelas. Mengelola kelas secara efektif akan memaksimal kesempatan pembelajaran murid. Dapat dipahami bahwa konsep umum mengenai mengelolah kelas identik dengan kedisiplinan dan mengontrol prilaku. Mengelola kelas yang dimaksud adalah strategi untuk mengendalikan perilaku siswa, menanggapi gangguan, mengambil tindakan pada kenakalan siswa, memberi hadiah dan hukuman yang sesuai, dan pada umumnya untuk menjaga kenyamanan siswa dalam belajar dikelas. Dari kegiatan pengelolaan kelas yang efektif ada dua manfaatnya secara umum. Pertama: membantu murid menghabiskan waktu belajar dan mengurangi waktu akvititas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Kedua: mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Pengelolaan kelas yang baik dapat bertanggung jawab dan dapat memberikan suasana positif dengan sedikit konflik, dimana energi terkonsentrasi dalam kegiatan dengan tujuan belajar. Praktek pengelohan kelas yang baik dimulai dari hari pertama sekolah. Pengolahan kelas merupakan bagian penting dari peran kepemimpinan guru secara keseluruhan. Perencanaan yang baik, penghargaan dan praktik hukuman, pengembangan kegiatan kelas, melibatkan siswa dalam pendekatan berpusat pada siswa, memperhatikan motivasi siswa, atau tugas-tugas pembelajaran yang berbeda. Semua elemenen dalam perspektif titik pengelolahan kelas untuk membangun lingkungan belajar yang positif untuk melibatkan siswa dalam belajar sehingga dapat meminimalkan masalah perilaku dan gangguan dalam pelajaran.
Usia dua tahun merupakan usia yang masih sangat muda. Dalam tumbuh kembang manusia usia dua tahun... more Usia dua tahun merupakan usia yang masih sangat muda. Dalam tumbuh kembang manusia usia dua tahun berada pada periode bayi. Tentunya kita tahu bersama pada periode bayi tumbuh kembang fisik dan psikis manusia belum matang secara sempurna oleh karena itu dalam ilmu perkembangan manusia seorang harus melalui serangkaian tugas-tugas perkembangan dasar manusia untuk bisa memasuki periode kehidupan selanjutnya. Bila tugas perkembangan pada masa bayi tidak dijalankan dengan sempurna maka dalam menjalani periode kehidupan selanjutnya akan mengalami kendala. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Weetebula tahun ini genap berusia dua tahun sejak diakreditasi tahun 2013 tepatnya tanggal 25 Oktober 2013 dengan surat keputusan Mendikbud Nomor 524/E/O/2013. Bila dikaitkan dengan tumbuh kembang manusia diatas maka STKIP Weetebula berada pada periode bayi. Pada usia ini STKIP Weetebula mempunyai tugas yang sangat berat dalam mengembangkan keberadaannya di pulau Sumba sebagai salah satu kampus swasta yang menciptakan tenaga pendidik. Untuk bisa mengembangkan keberadaan STKIP Weetebula menurut hemat saya ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, Yayasan pengelola harus " kuat ". Yayasan yang " kuat " ditandai dengan kepengurusan atau struktur yayasan yang jelas, aturan-aturan, dan serta keberadaan yayasan diakui secara hukum. Kedua, tidak terjadi konflik internal. Sesuai dengan motto STKIP Weetebula " Bersama Kita Bisa " maka harus dimaknai sebagai suatu ajakan bahwa dalam membangun dan mengembangankan STKIP Weetebula dilandasi oleh spirit tersebut. Jabatan yang melekat pada setiap organ dilingkup kampus hanyalah sebagai bentuk tugas dalam menumbuh kembangkan kampus. Seperti yang dikatakan oleh Prof. I Nengah Astawa selaku ketua Kopertis VII dalam seminar pendidikan " bekerjalah dengan senang dan penuh semangat ". Dapat dimaknai kata Prof. I Nengah Astawa tersebut dalam melaksanakan tugas baik sebagai dosen dan pegawai harus mengabdikan diri dengan kerja cerdas, kerja keras, kerja tuntas, kerja lugas, dan kerja iklas. Ketiga, Sumber Daya Manusia (SDM). Bila kedua hal diatas berjalan dengan baik maka dalam mengembangkan STKIP Weetebula menuju kampus unggul faktor penentu yang sangat utama yang harus diperhatikan adalah SDM. Disini saya akan akan menyorot SDM dari dua sisi. Sisi pertama, SDM yang berkaitan dengan tenaga pendidik. Kualifikasi dosen dan rasio antara dosen dan mahasiswa harus betul-betul diperhatikan. Empat program studi yang dibuka bila disandingkan dengan aturan yang berlaku maka minimal setiap program studi harus memiliki enam orang dosen dengan kaulifikasi akademik S2 sehingga total 24 orang dosen. Sehingga pantaslah ketua STKIP Weetebula, Wilhelmus Yape Kii, M.Phil dalam pidato dies natalis II mengatakan bahwa STKIP Weetebula pada saat ini berada dalam periode pembangunan. Periode pembangunan dalam pembenahan dan penambahan dosen untuk keberlanjutan perguruan tinggi dari sekolah tinggi menuju universitas. Sisi kedua, SDM mahasiswa. Perguruan tinggi yang unggul adalah perguruan tinggi yang mampu membentuk mahasiswa yang memiliki kemampuan yang holistic. Itu artinya bahwa mahasiswa tidak saja dibentuk hanya kecerdasan akademiknya saja, tapi kecerdasan spiritual, sosial dan rohani turut dibentuk. Sisi ini akan berjalan dengan baik bila faktor-faktor diatas terpenuhi. Dirgayahu STKIP Weetebula dan " BERSAMA KITA BISA " .
Dalam melaksanakan tugas guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaa... more Dalam melaksanakan tugas guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaan. Indikator kinerja guru dalam penyelenggaraan pendidikan ditandai dengan adanya pengelolaan kelas, dan sumber belajar, dan menggunakan metode pembelajaran. Guru harus dapat memahami karekteristik peserta didik baik dari aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal ini akan berimplikasi bagi guru untuk memahami cara belajar peserta didik, perkembangan belajar peserta didik, dan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
Metakognisi mencantumkan pengetahuan dan kemampuan sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana kemam... more Metakognisi mencantumkan pengetahuan dan kemampuan sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana kemampuan belajar dan memori yang dimilikinya sendiri dan tugas-tugas pembelajaran apa yang dapat diselesaikan dengan realistis (Misal, akuilah bahwa tidak mungkin untuk menghafalkan 200 halaman dari teks dalam waktu satu malam), 2. Mengetahui mana yang merupakan strategi pembelajaran efektif dan tidak (Misal, sadarilah bahwa pembelajaran bermakna lebih efektif daripada pembelajaran yang dihafalkan tanpa berpikir), 3. Merencanakan suatu pendekatan yang aktif untuk tugas pembelajaran baru (Misal, menemukan suatu tempat yang sunyi untuk belajar), 4. Menyesuaikan strategi-strategi pembelajaran dengan keadaan sekitar (Misal, membuat catatan yang lengkap ketika materi pelajaran susah untuk diingat), 5. Memonitor keadaan pengetahuan sekarang ini (Misal, menentukan apakah informasi telah dipelajari dengan sukses atau tidak), 6. Mengetahui strategi-strategi yang efektif untuk mendapatkan kembali informasi yang tersimpan sebelumnya (Misal, memikirkan tentang konteks di mana suatu informasi tertentu mungkin dipelajari).
R e v o l u s i P e r t a n i a n K a b. S B D _ 2 0 1 6 _ p i n g g e r o n i | 1 REVOLUSI PERTA... more R e v o l u s i P e r t a n i a n K a b. S B D _ 2 0 1 6 _ p i n g g e r o n i | 1 REVOLUSI PERTANIAN DAN KONTES TERNAK (Sebuah analisis untuk program pemerintah Sumba Barat Daya.NTT) Saya menulis topik diatas karena berangkat dari sebuah poster yang dipasang disalah satu sudut pasar Radamata, Sumba Barat Daya. Tulisan tersebut sempat menggelitik bagi saya selaku masyarakat karena di poster tertulis " Revolusi Pertanian melalui kontes ternak sapi dan kerbau " serta ditulis juga besaran hadiah bagi pemenangnya. Menggelitik bagi saya karena melihat hampir tidak ada hubungan sama sekali antara revolusi pertanian yang diusung oleh pemerintah Sumba Barat Daya dengan ternak. Sempat terlintas dalam pikiran, kenapa musti kontes ternak?, inikan revolusi pertanian?, seharusnya kontes labu terbesar, ubi terbesar, terong terpanjang dan besar, atau singkatnya kontes atau perlombaan yang berkaitan langsung dengan hasil pertanian masyarakat. Kontes ini dilakasanakan tepatnya pada bulan Mei tahun dua ribu enam belas Setelah melakukan permenungan dan diskusi, akhirnya saya menemukan jawaban dari program Revolusi pertanian melalui kontes ternak tersebut. Pertama, Pertanian Terpadu. Model pertanian terpadu tersebut merupakan pola integrasi antara tanaman dan ternak, memadukan kegiatan pertanian dan kegiatan peternakan. Pola tersebut sangat cocok bagi daerah atau pedesaan. Ciri dari pengintegrasian pertanian dan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan. Petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tananam, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan. Petani mengatasi permasalahan ketersedian pakan untuk ternak pada musim kering dan menghemat tenaga dalam kegiatan mencari rumput, sehingga petani dapat meninggkatkan skala pemeliharaan ternak. Keuntungan lain dari pola terpadu tersebut adalah ternak dapat membantu petani tradisional dalam pengolahan lahan dan alat transportasi untuk mengangkut hasil pertanian. Dengan kontes tersebut sebagai salah satu cara bagi pemerintah untuk mensosialisakan model pertanian terpadu sehingga program revolusi pertanian dapat dirasakan oleh masyarakat. Kedua, membantu kegiatan ekonomi atau kebutuhan daging. Pulau Sumba merupakan daerah dengan masyarakat yang mengkonsumsi daging dengan jumlah banyak lewat kegiatan " pesta adat " yang mengorbankan hewan banyak. Dengan kerbau dan sapi yang sehat maka secara otomatis ketebalan daging dari ternak tersebut akan mampu menyumplai/memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat. Maka jumlah hewan korbanpun dapat dikurangi sehingga ketersedian daging atau hewan potong tetap tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi lainnya, misalnya dijual/dieskpor untuk keperluan rumah tangga atau untuk biaya pendidikan anak maupun investasi. Hewan yang sehat serta gemuk merupakan hewan yang mengkonsumsi pakan yang layak, pakan yang layak tersebut bersumber dari limbah pertanian. Lewat kontes ini pula dapat memacu peternak lain dalam meningkatkan skala pemiliharan ternak.
This series introduces, defines, describes and explores methods of developing new assessment tool... more This series introduces, defines, describes and explores methods of developing new assessment tools in educational and work environments which are increasingly characterised by use of digital technologies. Digital technologies simultaneously demand, reflect, and build student skills in many areas of learning, old and new. They can and will continue to adapt and facilitate the assessment of both traditional academic disciplines as well as those known as 21st century skills. These skills include creativity, critical thinking and problem solving, collaborative skills, information technology skills, and new forms of literacy, and social, cultural, and metacognitive awareness. The capacity of digital technologies to capture student learning as a process as well as student achievement is vast. New methods need to be developed to harness this capacity in a manner that can produce useful and accurate information to teachers for classroom interventions, and to education systems for policy development. The series includes innovative approaches to assessment in terms of their psychometrics and technology platforms; outcomes of implementation of assessments of generic skills at large scale in the classroom; and use of large scale assessment data to inform policy in education. The series explores the assessment of new and emerging skills required of graduates and how new forms of assessment inform teaching; it projects into the future the kinds of assessment possibility associated with technology and explores the assessment links between education and the workplace.
Europe with over 3,500 students registering each year. The MA in Education is designed for those ... more Europe with over 3,500 students registering each year. The MA in Education is designed for those with experience of teaching, the advisory service, educational administration or allied fields.
Pemberian Pekerjaan Rumah (PR) pada peserta didik cukup menarik perhatian bagi pemerhati pendidik... more Pemberian Pekerjaan Rumah (PR) pada peserta didik cukup menarik perhatian bagi pemerhati pendidikan. Sebenarnya PR itu apa?. Sesuai namanya, " Pekerjaan Rumah " , maka pekerjaan itu diselesaikan dirumah. Cooper (2001: 3) yang sering melakukan penelitian tentang PR memberi pengertian bahawa Pekerjaan rumah merupakan tugas yang diberikan oleh guru yang dimaksudkan untuk dikerjakan di luar jam sekolah pekerjaan rumah juga dikatakan menjadi suatu strategi pembelajaran yang disebabkan karena lebih banyak faktor yg mempengaruhi di dalam proses pembelajaran. Sehingga disini pekerjaan rumah masih menjadi salah satu pilihan strategi belajar yang banyak dipergunakan di dunia akademis. Hal ini karena pekerjaan rumah dapat memperpanjang waktu yang diperlukan dalam kegiatan akademis. Pemberian pekerjaan rumah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan belajar materi pelajaran tanpa batasan waktu dan tempat. Oleh karena itu, pekerjaan rumah dapat menjadi suatu instrumen pendidikan untuk menembus dinding sekolah dan bahkan masuk lingkungan fisik dan keluarga setiap siswa. Guru, orangtua, dan khususnya siswa menjadi kunci-kunci pelaksanaan terselenggaranya pekerjaan rumah, atau sering juga disebut sebagai " trilogy homework " (Cooper, 2001). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah ternyata menjadi suatu prediktor yang baik, dan bahkan menjadi faktor pendorong (promoter) prestasi akademis di sekolah.Namun demikian, disamping karena lama waktu yang dipergunakan mengerjakan pekerjaan rumah, beberapa peneliti lain menekankan perlunya kualitas dan ketepatan pemberian tugas sebagai dampak pekerjaan rumah pada hasil belajar mereka(Trautwein & Koller, 2003). PR juga dipandang sebagai pola kebiasaan belajar. pada saat anak masuk sekolah, kebiasaan belajar perlu ditanamkan didalam diri anak. Kebiasan belajar merupakan pola perilaku dalam dalam belajar yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. PR dipandang sebagai salah satu pola penanaman kebiasan belajar dimana guru memberi PR kepada anak dalam kerja sama dengan orang tua. Disini perlu diperhatikan tingkat pendidikan dan perkembangan anak dalam meberikan PR. PR bertujuan untuk merangsan kembali anak untuk belajar dirumah dan sebagai umpan balik pemahaman anak mengenai konsep yang diberikan oleh guru. PR bukan hanya berkaitan dengan tulis menulis atau hitungan tapi bisa berbentuk kegiatan/proyek. Soal-soal PR dapat dikategorikan dalam dua hal. Soal yang membahas materi yang sudah diberikan dan soal menganai materi yang belum diajarkan. Soal yang berkaitan dengan materi yang belum diajarkan bertujuan untuk memancinga anak untuk belajar mandiri dirumah. Bila dikaitkan dengan evaluasi belajar maka PR bisa bertujuan untuk perbaikan mau bertujuan untuk pengayaan. Dalam memberikan PR, seorang guru perlu strategi yang tepat. Siswa, guru dan orang tua mempunyai peran masing-masing. Peachock, dkk (2010) membagi peran siswa, guru dan orang
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting ka... more Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting karena guru bertugas untuk membangun manusia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu kealihan sendiri dalam menjalankan tugas untuk mendidik peserta didik, kealihan dalam menjalankan tugas sering dikenal dengan kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan, atau kapabilitas yang diterapkan dan menghasilkan kinerja (Performance) yang baik. Kemampuan tersebut melekat pada individu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Dalam memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Ketika guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran maka guru mampu menata ruang kelas,mengusai teori belajar, menciptakan iklim kelas yang kondusif, memotivasi siswa agar bergairah belajar, memberi penguatan verbal maupun non verbal, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, tanggap terhadap gangguan kelas, dan menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah. Kelas yang efektif adalah kelas yang dikelola dengan baik. Dalam dunia pendidikan dikenal pengelolaan kelas atau manejemen kelas. Mengelola kelas secara efektif akan memaksimal kesempatan pembelajaran murid. Dapat dipahami bahwa konsep umum mengenai mengelolah kelas identik dengan kedisiplinan dan mengontrol prilaku. Mengelola kelas yang dimaksud adalah strategi untuk mengendalikan perilaku siswa, menanggapi gangguan, mengambil tindakan pada kenakalan siswa, memberi hadiah dan hukuman yang sesuai, dan pada umumnya untuk menjaga kenyamanan siswa dalam belajar dikelas. Dari kegiatan pengelolaan kelas yang efektif ada dua manfaatnya secara umum. Pertama: membantu murid menghabiskan waktu belajar dan mengurangi waktu akvititas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Kedua: mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Pengelolaan kelas yang baik dapat bertanggung jawab dan dapat memberikan suasana positif dengan sedikit konflik, dimana energi terkonsentrasi dalam kegiatan dengan tujuan belajar. Praktek pengelohan kelas yang baik dimulai dari hari pertama sekolah. Pengolahan kelas merupakan bagian penting dari peran kepemimpinan guru secara keseluruhan. Perencanaan yang baik, penghargaan dan praktik hukuman, pengembangan kegiatan kelas, melibatkan siswa dalam pendekatan berpusat pada siswa, memperhatikan motivasi siswa, atau tugas-tugas pembelajaran yang berbeda. Semua elemenen dalam perspektif titik pengelolahan kelas untuk membangun lingkungan belajar yang positif untuk melibatkan siswa dalam belajar sehingga dapat meminimalkan masalah perilaku dan gangguan dalam pelajaran.
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting ka... more Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting karena guru bertugas untuk membangun manusia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu kealihan sendiri dalam menjalankan tugas untuk mendidik peserta didik, kealihan dalam menjalankan tugas sering dikenal dengan kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan, atau kapabilitas yang diterapkan dan menghasilkan kinerja (Performance) yang baik. Kemampuan tersebut melekat pada individu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Dalam memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Ketika guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran maka guru mampu menata ruang kelas,mengusai teori belajar, menciptakan iklim kelas yang kondusif, memotivasi siswa agar bergairah belajar, memberi penguatan verbal maupun non verbal, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, tanggap terhadap gangguan kelas, dan menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah. Kelas yang efektif adalah kelas yang dikelola dengan baik. Dalam dunia pendidikan dikenal pengelolaan kelas atau manejemen kelas. Mengelola kelas secara efektif akan memaksimal kesempatan pembelajaran murid. Dapat dipahami bahwa konsep umum mengenai mengelolah kelas identik dengan kedisiplinan dan mengontrol prilaku. Mengelola kelas yang dimaksud adalah strategi untuk mengendalikan perilaku siswa, menanggapi gangguan, mengambil tindakan pada kenakalan siswa, memberi hadiah dan hukuman yang sesuai, dan pada umumnya untuk menjaga kenyamanan siswa dalam belajar dikelas. Dari kegiatan pengelolaan kelas yang efektif ada dua manfaatnya secara umum. Pertama: membantu murid menghabiskan waktu belajar dan mengurangi waktu akvititas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Kedua: mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Pengelolaan kelas yang baik dapat bertanggung jawab dan dapat memberikan suasana positif dengan sedikit konflik, dimana energi terkonsentrasi dalam kegiatan dengan tujuan belajar. Praktek pengelohan kelas yang baik dimulai dari hari pertama sekolah. Pengolahan kelas merupakan bagian penting dari peran kepemimpinan guru secara keseluruhan. Perencanaan yang baik, penghargaan dan praktik hukuman, pengembangan kegiatan kelas, melibatkan siswa dalam pendekatan berpusat pada siswa, memperhatikan motivasi siswa, atau tugas-tugas pembelajaran yang berbeda. Semua elemenen dalam perspektif titik pengelolahan kelas untuk membangun lingkungan belajar yang positif untuk melibatkan siswa dalam belajar sehingga dapat meminimalkan masalah perilaku dan gangguan dalam pelajaran.
Usia dua tahun merupakan usia yang masih sangat muda. Dalam tumbuh kembang manusia usia dua tahun... more Usia dua tahun merupakan usia yang masih sangat muda. Dalam tumbuh kembang manusia usia dua tahun berada pada periode bayi. Tentunya kita tahu bersama pada periode bayi tumbuh kembang fisik dan psikis manusia belum matang secara sempurna oleh karena itu dalam ilmu perkembangan manusia seorang harus melalui serangkaian tugas-tugas perkembangan dasar manusia untuk bisa memasuki periode kehidupan selanjutnya. Bila tugas perkembangan pada masa bayi tidak dijalankan dengan sempurna maka dalam menjalani periode kehidupan selanjutnya akan mengalami kendala. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Weetebula tahun ini genap berusia dua tahun sejak diakreditasi tahun 2013 tepatnya tanggal 25 Oktober 2013 dengan surat keputusan Mendikbud Nomor 524/E/O/2013. Bila dikaitkan dengan tumbuh kembang manusia diatas maka STKIP Weetebula berada pada periode bayi. Pada usia ini STKIP Weetebula mempunyai tugas yang sangat berat dalam mengembangkan keberadaannya di pulau Sumba sebagai salah satu kampus swasta yang menciptakan tenaga pendidik. Untuk bisa mengembangkan keberadaan STKIP Weetebula menurut hemat saya ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, Yayasan pengelola harus " kuat ". Yayasan yang " kuat " ditandai dengan kepengurusan atau struktur yayasan yang jelas, aturan-aturan, dan serta keberadaan yayasan diakui secara hukum. Kedua, tidak terjadi konflik internal. Sesuai dengan motto STKIP Weetebula " Bersama Kita Bisa " maka harus dimaknai sebagai suatu ajakan bahwa dalam membangun dan mengembangankan STKIP Weetebula dilandasi oleh spirit tersebut. Jabatan yang melekat pada setiap organ dilingkup kampus hanyalah sebagai bentuk tugas dalam menumbuh kembangkan kampus. Seperti yang dikatakan oleh Prof. I Nengah Astawa selaku ketua Kopertis VII dalam seminar pendidikan " bekerjalah dengan senang dan penuh semangat ". Dapat dimaknai kata Prof. I Nengah Astawa tersebut dalam melaksanakan tugas baik sebagai dosen dan pegawai harus mengabdikan diri dengan kerja cerdas, kerja keras, kerja tuntas, kerja lugas, dan kerja iklas. Ketiga, Sumber Daya Manusia (SDM). Bila kedua hal diatas berjalan dengan baik maka dalam mengembangkan STKIP Weetebula menuju kampus unggul faktor penentu yang sangat utama yang harus diperhatikan adalah SDM. Disini saya akan akan menyorot SDM dari dua sisi. Sisi pertama, SDM yang berkaitan dengan tenaga pendidik. Kualifikasi dosen dan rasio antara dosen dan mahasiswa harus betul-betul diperhatikan. Empat program studi yang dibuka bila disandingkan dengan aturan yang berlaku maka minimal setiap program studi harus memiliki enam orang dosen dengan kaulifikasi akademik S2 sehingga total 24 orang dosen. Sehingga pantaslah ketua STKIP Weetebula, Wilhelmus Yape Kii, M.Phil dalam pidato dies natalis II mengatakan bahwa STKIP Weetebula pada saat ini berada dalam periode pembangunan. Periode pembangunan dalam pembenahan dan penambahan dosen untuk keberlanjutan perguruan tinggi dari sekolah tinggi menuju universitas. Sisi kedua, SDM mahasiswa. Perguruan tinggi yang unggul adalah perguruan tinggi yang mampu membentuk mahasiswa yang memiliki kemampuan yang holistic. Itu artinya bahwa mahasiswa tidak saja dibentuk hanya kecerdasan akademiknya saja, tapi kecerdasan spiritual, sosial dan rohani turut dibentuk. Sisi ini akan berjalan dengan baik bila faktor-faktor diatas terpenuhi. Dirgayahu STKIP Weetebula dan " BERSAMA KITA BISA " .
Dalam melaksanakan tugas guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaa... more Dalam melaksanakan tugas guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaan. Indikator kinerja guru dalam penyelenggaraan pendidikan ditandai dengan adanya pengelolaan kelas, dan sumber belajar, dan menggunakan metode pembelajaran. Guru harus dapat memahami karekteristik peserta didik baik dari aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal ini akan berimplikasi bagi guru untuk memahami cara belajar peserta didik, perkembangan belajar peserta didik, dan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
Metakognisi mencantumkan pengetahuan dan kemampuan sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana kemam... more Metakognisi mencantumkan pengetahuan dan kemampuan sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana kemampuan belajar dan memori yang dimilikinya sendiri dan tugas-tugas pembelajaran apa yang dapat diselesaikan dengan realistis (Misal, akuilah bahwa tidak mungkin untuk menghafalkan 200 halaman dari teks dalam waktu satu malam), 2. Mengetahui mana yang merupakan strategi pembelajaran efektif dan tidak (Misal, sadarilah bahwa pembelajaran bermakna lebih efektif daripada pembelajaran yang dihafalkan tanpa berpikir), 3. Merencanakan suatu pendekatan yang aktif untuk tugas pembelajaran baru (Misal, menemukan suatu tempat yang sunyi untuk belajar), 4. Menyesuaikan strategi-strategi pembelajaran dengan keadaan sekitar (Misal, membuat catatan yang lengkap ketika materi pelajaran susah untuk diingat), 5. Memonitor keadaan pengetahuan sekarang ini (Misal, menentukan apakah informasi telah dipelajari dengan sukses atau tidak), 6. Mengetahui strategi-strategi yang efektif untuk mendapatkan kembali informasi yang tersimpan sebelumnya (Misal, memikirkan tentang konteks di mana suatu informasi tertentu mungkin dipelajari).
R e v o l u s i P e r t a n i a n K a b. S B D _ 2 0 1 6 _ p i n g g e r o n i | 1 REVOLUSI PERTA... more R e v o l u s i P e r t a n i a n K a b. S B D _ 2 0 1 6 _ p i n g g e r o n i | 1 REVOLUSI PERTANIAN DAN KONTES TERNAK (Sebuah analisis untuk program pemerintah Sumba Barat Daya.NTT) Saya menulis topik diatas karena berangkat dari sebuah poster yang dipasang disalah satu sudut pasar Radamata, Sumba Barat Daya. Tulisan tersebut sempat menggelitik bagi saya selaku masyarakat karena di poster tertulis " Revolusi Pertanian melalui kontes ternak sapi dan kerbau " serta ditulis juga besaran hadiah bagi pemenangnya. Menggelitik bagi saya karena melihat hampir tidak ada hubungan sama sekali antara revolusi pertanian yang diusung oleh pemerintah Sumba Barat Daya dengan ternak. Sempat terlintas dalam pikiran, kenapa musti kontes ternak?, inikan revolusi pertanian?, seharusnya kontes labu terbesar, ubi terbesar, terong terpanjang dan besar, atau singkatnya kontes atau perlombaan yang berkaitan langsung dengan hasil pertanian masyarakat. Kontes ini dilakasanakan tepatnya pada bulan Mei tahun dua ribu enam belas Setelah melakukan permenungan dan diskusi, akhirnya saya menemukan jawaban dari program Revolusi pertanian melalui kontes ternak tersebut. Pertama, Pertanian Terpadu. Model pertanian terpadu tersebut merupakan pola integrasi antara tanaman dan ternak, memadukan kegiatan pertanian dan kegiatan peternakan. Pola tersebut sangat cocok bagi daerah atau pedesaan. Ciri dari pengintegrasian pertanian dan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan. Petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tananam, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan. Petani mengatasi permasalahan ketersedian pakan untuk ternak pada musim kering dan menghemat tenaga dalam kegiatan mencari rumput, sehingga petani dapat meninggkatkan skala pemeliharaan ternak. Keuntungan lain dari pola terpadu tersebut adalah ternak dapat membantu petani tradisional dalam pengolahan lahan dan alat transportasi untuk mengangkut hasil pertanian. Dengan kontes tersebut sebagai salah satu cara bagi pemerintah untuk mensosialisakan model pertanian terpadu sehingga program revolusi pertanian dapat dirasakan oleh masyarakat. Kedua, membantu kegiatan ekonomi atau kebutuhan daging. Pulau Sumba merupakan daerah dengan masyarakat yang mengkonsumsi daging dengan jumlah banyak lewat kegiatan " pesta adat " yang mengorbankan hewan banyak. Dengan kerbau dan sapi yang sehat maka secara otomatis ketebalan daging dari ternak tersebut akan mampu menyumplai/memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat. Maka jumlah hewan korbanpun dapat dikurangi sehingga ketersedian daging atau hewan potong tetap tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi lainnya, misalnya dijual/dieskpor untuk keperluan rumah tangga atau untuk biaya pendidikan anak maupun investasi. Hewan yang sehat serta gemuk merupakan hewan yang mengkonsumsi pakan yang layak, pakan yang layak tersebut bersumber dari limbah pertanian. Lewat kontes ini pula dapat memacu peternak lain dalam meningkatkan skala pemiliharan ternak.
Education in Popular Culture explores what makes schools, colleges, teachers and students an endu... more Education in Popular Culture explores what makes schools, colleges, teachers and students an enduring focus for a wide range of contemporary media. What is it about the school experience that makes us wish to relive it again and again? The book provides an overview of education as it is represented in popular culture, together with a framework through which educators can interpret these representations in relation to their own professional values and development. The analyses are contextualised within contemporary, historical and ideological frameworks, and make connections between popular representations and professional and political discourses about education. Through its examination of film, television, lyrics and fiction, this book tackles educational themes that recur in popular culture, and demonstrates how they intersect with debates concerning teacher performance, the curriculum and young people's behaviour and morality. Chapters explore how experiences of education are both reflected and constructed in ways that sometimes reinforce official and professional educational perspectives, and sometimes resist and oppose them. The book addresses issues relating to: • the characterisation of teachers • sexual relationships in educational contexts • race, gender and bullying • resistance to educational processes and institutions • lifelong learning. Education in Popular Culture aims to stimulate critical reflection on the popular myths and professional discourses that surround teachers and teaching. It will serve to deepen analyses of teaching and learning and their associated institutional and societal contexts in a creative and challenging way.
publish authored or edited volumes that (1) offer novel perspectives and insightful reviews, thro... more publish authored or edited volumes that (1) offer novel perspectives and insightful reviews, through the lens of ecological wisdom, on emerging or enduring topics pertaining to urban socio-ecological sustainability research, planning, design, and management; (2) showcase exemplary scientific and engineering projects, and policy instruments that, as manifestations of ecological wisdom, provide lasting benefits to urban socio-ecological systems across all temporal and spatial scales; or (3), ideally, coalesce and under a cohesive overarching framework. The series provides a forum, the first of its kind, for the broad international community of scholars and practitioners in urban socio-ecological systems research, planning, design, and management. Books in the EcoWISE series will cover, but not be limited to, the following topical areas:
This book is the outcome of a lengthy and exciting journey into the various objects, disciplines,... more This book is the outcome of a lengthy and exciting journey into the various objects, disciplines, and debates that form the bridges between contemporary design and anthropology. Many of the contributors are colleagues from academia, industry, and design with whom I have shared discussions, or simply listened to intently, at conferences, workshops, and events over the years. Design Anthropology is a testament to the generosity of the contributing authors, whose articles arose from a genuine collective interest in disseminating knowledge beyond the tight parameters of their disciplines to specifically address the phenomenon of design anthropology.
Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun II, telah digariskan kebijakan pembinaan dan pengembangan ke... more Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun II, telah digariskan kebijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam garis haluan ini , masalah kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah dapat dicapai. Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan itu. antara lain. adalah meningkatkan mutu kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nasionaL sebagaimana digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan seperti ( 1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan; (2) penyusunan berbagai kamus bahasa Indonesia dan kamus bahasa daerah serta kamus istilah dalam berbagai bi dang ilmu ; (3) penyusunan buku-buku pedoman; ( 4) penerjemahan karya kebahasaan dan buku acuan serta karya sastra daerah dan karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia ; (5) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media. antara lain melalui televisi dan radio; (6) pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui inventarisasi , penelitian. dokumentasi , dan pembinaan Jaringan informas1 kebahasaan ; dan (7) pengembangan tenaga. bakat, dan prestasi dalam bi dang bahasa dan sastra Ill
ucatioExecutive Summary The long standing achievement gap of Native Hawaiian students in the stat... more ucatioExecutive Summary The long standing achievement gap of Native Hawaiian students in the state's public schools represents a significant concern, one that diverse stakehold-ers are committed to resolving. New research and developments in education provide fresh opportunities to reexamine the teaching and learning of Native Hawaiian students in ways other than the conventional models many schools have used, most of which have failed to make significant differences in student outcomes. A recent study, Hawaiian Cultural Influences in Education (HCIE), provides new quantitative data about Hawaiian students and their peers from both private and public schools. The study used hierarchical linear models to conduct multilevel statistical analyses of the data. Results are consistent with prior qualitative studies, indicating that culture-based educational strategies positively impact student outcomes, particularly Native Hawaiian student outcomes. Specifically, the study found a set of nested relationships linking the use of culture-based educational strategies by teachers and by schools to student educational outcomes. First, culture-based education (CBE) positively impacts student socio-emotional well-being (e.g., identity, self-efficacy, social relationships). Second, enhanced socio-emotional well-being, in turn, positively affects math and reading test scores. Third, CBE is positively related to math and reading test scores for all students, and particularly for those with low socio-emotional development, most notably when supported by overall CBE use within the school. The study also found that students of teachers using culture-based educational strategies report greater Hawaiian cultural affiliation, civic engagement, and school motivation than do students of other teachers. For example, the survey data show that students of teachers using CBE are more likely to have strong community ties as exemplified by working to protect the local environment and attending public meetings about community affairs. They are also more likely to put cultural skills to use in their communities and report higher levels of trusting relationships with teachers and staff, underscoring a deeper sense of belonging at school. The strength of these connections is critical to producing engaged and successful learners as they prepare for the future. This research project is the first large-scale empirical study of its kind among high school students. The results are based on survey data from 600 teachers, 2,969 students, and 2,264 parents at 62 participating schools, including conventional public schools, charter schools, schools with Hawaiian-immersion programs, and private schools. It is a collaborative effort of the Kamehameha Schools, Hawai'i Department of Education, and Nā Lei Na'auao, an alliance of Hawaiian-focused public charter schools.
This series emerges out of recent rapid advances in creativity-and arts-informed research in educ... more This series emerges out of recent rapid advances in creativity-and arts-informed research in education that seeks to reposition creativity studies within (and in conversation with) education as a multi-and interdisciplinary fi eld.
Advances in Creativity and Gifted Education (ADVA) is the first internationally established book ... more Advances in Creativity and Gifted Education (ADVA) is the first internationally established book series that focuses exclusively on the constructs of creativity and giftedness as pertaining to the psychology, philosophy, pedagogy and ecology of talent development across the milieus of family, school, institutions and society. ADVA strives to synthesize both domain specific and domain general efforts at developing creativity, giftedness and talent. The books in the series are international in scope and include the efforts of researchers, clinicians and practitioners across the globe.
Uploads
Papers by Pingge Roni
Other by Pingge Roni
Books by Pingge Roni