Papers by Ike Trismawanti
Diversity
Anguillid eels are widely acknowledged for their ecological and socio-economic value in many coun... more Anguillid eels are widely acknowledged for their ecological and socio-economic value in many countries. Yet, knowledge regarding their biodiversity, distribution and abundance remains superficial—particularly in tropical countries such as Indonesia, where demand for anguillid eels is steadily increasing along with the threat imposed by river infrastructure developments. We investigated the diversity of anguillid eels on the western Indonesian islands of Sumatra and Java using automated molecular classification and genetic species delimitation methods to explore temporal patterns of glass eel cohorts entering inland waters. A total of 278 glass eels were collected from monthly samplings along the west coast of Sumatra and the south coast of Java between March 2017 and February 2018. An automated, DNA-based glass eel identification was performed using a DNA barcode reference library consisting of 64 newly generated DNA barcodes and 117 DNA barcodes retrieved from BOLD for all nine Ang...
Indonesian Aquaculture Journal
Two-phase feeding trials were conducted to evaluate the effect of the carotenoid mixture on gonad... more Two-phase feeding trials were conducted to evaluate the effect of the carotenoid mixture on gonadal development and biochemical properties of several tissues of tiger shrimp. The treatments were diet enriched with (PC) and without carotenoid mixture (PO). Shrimp with an initial body weight of 31.7±1.3 g were allocated among four of 1,000 m2 concrete ponds with a density of 1 shrimp/m2 and fed tested diets for five months. Selected shrimps from the pond with a minimum weight of 80 g for females and 60 g for males were stocked into four 10-m3 concrete tanks at 15 pairs per tank. Natural mating rate and ovary development were not stimulated by the carotenoid supplement. However, it significantly improved (P<0.05) both ovary maturation and spermatophore formation of tiger shrimp from 76.7±1.4 to 86.7±0.0% and from 69.9 ±4.5 to 82.3±4.0%, respectively. Total carotenoid content in meat, oocyte and hepatopancreas of female tiger shrimp significantly (P<0.05) increased by supplementin...
Altifani Journal: International Journal of Community Engagement, 2021
Catfish (Mytus nemurus) is a local fish with high commercial value and used as a food raw materia... more Catfish (Mytus nemurus) is a local fish with high commercial value and used as a food raw material for the traditional food in South Sumatra called pindang. The training aimed to enhance the Fish Farmer Group (Pokdakan) skills in Palembang City, which is part of community service at the Muhammadiyah University of Palembang. The method is divided into two, i.e., presented material and demonstrations, followed by a training program on Mytus nemurus breeding. The training was to produce catfish larvae, increase Pokdakan skills to produce catfish fingerling that improves the economic welfare of aquaculture actors, and increase Pokdakan's awareness of sustainable local fish production.
Vibrio berpendar bersifat patogen pada pemeliharaan larva udang windu di hatchery. Pakan alami Ch... more Vibrio berpendar bersifat patogen pada pemeliharaan larva udang windu di hatchery. Pakan alami Chaetoceros sp. yang digunakan pada pemeliharaan larva diketahui mengandung bahan aktif anti bakteri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan Chaetoceros calcitran yang dapat menghambat pertumbuhan vibrio sp. patogen berpendar yang menyebabkan kematian massal mysis udang windu di hatchery. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Instalasi Perbenihan Udang Windu, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan kepadatan C. Calcitran yaitu A = 106 sel/mL + Vibrio sp. 105 CFU/mL, B = 105 sel/mL + Vibrio sp. 105 CFU/mL, C = 104 sel/mL + Vibrio sp. 105 CFU/mL, D = kontrol positif (Vibrio sp. 105 CFU/mL dan tanpa penambahan C. Calcitran) dan kontrol negatif (C. Calcitran 106 sel/mL dan tanpa penambahan Vibrio sp.). Masing-masing diulang 3 kali dengan...
Vitalitas benur sangat menentukan keberhasilan budidaya udang windu. Oleh karena itu, kualitas la... more Vitalitas benur sangat menentukan keberhasilan budidaya udang windu. Oleh karena itu, kualitas larva udang windu harus diuji vitalitasnya baik secara fisik maupun kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas larva udang windu transgenik (Penaeus monodon) yang dipelihara di Broodstock Center Udang Windu (BCUW) Barru. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Desember 2012 sampai dengan 19 Desember 2012 di Instalasi Hatchery Broodstock Center Udang Windu (BCUW) Desa Lawallu Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Hewan uji yang digunakan untuk penelitian ini yakni larva udang windu (Penaeus monodon) transgenik dan kontrol (non-transgenik) dengan ukuran PL-14. Bak pemeliharaan yang digunakan berbentuk bulat dengan volume 1 ton/bak. Wadah yang digunakan untuk pengujian dengan perendaman air tawar dan larutan formalin 200 mg/L yakni baskom dengan volume air 5 L sedangkan untuk pengeringan menggunakan kertas saring. Uji vitalitas benih dilakukan secara fisik melalui p...
Kegiatan perbenihan udang windu memegang peranan sangat besar menentukan peningkatan produksi per... more Kegiatan perbenihan udang windu memegang peranan sangat besar menentukan peningkatan produksi perikanan khususnya perikanan budidaya, namun yang menjadi persoalan yang dihadapi untuk menghasilkan benih udang windu salah satunya adalah kualitas dan jumlah induk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas jumlah telur dan daya tetas induk asal Aceh dan Takalar. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) Barru, BPPBAP periode siklus bulan Mei dan bulan September 2013. Induk yang digunakan adalah induk asal Aceh sebanyak 50 pasang dan Induk Asal Takalar sebanyak 75 pasang. Hasil penelitian didapatkan jumlah telur induk Aceh rata-rata 330.748 butir setiap peneluran. Jumlah Induk yang bertelur sebanyak 70% dari 50 pasang induk, produksi naupli setiap peneluran rata-rata mencapai 170.608 ekor atau dengan tingkat hatcing rate sebesar 51,58%. Sedangkan Induk asal Takalar dihasilkan jumlah telur setiap peneluran rata-rata 343.993 butir. Induk yang bertelu...
Fitoplankton Chaetoceros sp. sebagai pakan alami membutuhkan salinitas optimum dalam pertumbuhann... more Fitoplankton Chaetoceros sp. sebagai pakan alami membutuhkan salinitas optimum dalam pertumbuhannya khususnya dalam kondisi terkontrol di laboratorium. Air destilasi merupakan sumber air yang umumnya digunakan untuk mengencerkan air laut hingga diperoleh salinitas optimum untuk pertumbuhan fitoplankton. Namun demikian, ketersediaan aquadest sangat terbatas khususnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau. Upaya untuk mendapatkan sumber air tawar alternatif perlu dilakukan sebagai pengganti aquades untuk mempertahankan salinitas optimum media kultur fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sumber air tawar sebagai pengencer air laut untuk media kultur terhadap pertumbuhan Chaetoceros sp. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Pembenihan Udang Windu Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, pada bulan April 2012. Perlakuan adalah empat sumber air sebagai pengencer yaitu air laut yang diencerkan dengan buangan air conditioner (A), air sumur bor (B), air kemasan i...
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaa... more Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak dengan sistem tradisional plus. Penelitian ini dilaksanakan di tambak rakyat Desa Lawallu, Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Terdiri atas dua kelompok pembudidaya yaitu Kelompok Vaname Jaya dengan jumlah peserta 14 orang masing-masing satu petak tambak dengan luas total 5,63 ha dan kelompok Kawan Sejahtera terdiri atas 10 peserta masing-masing satu petak tambak dengan luas total 4,37 ha. Penebaran benur udang vaname PL-10 setiap petakan tambak kepadatan 8 ekor/ m2, bobot rata-rata 0,01 g/ekor. Pemeliharaan selama 65 hari dan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10 hari mulai umur 35 hari. Pengamatan kualitas air setiap 10 hari. Pengukuran parameter seperti suhu, oksigen terlarut, pH, dan salinitas dilakukan langsung di lokasi petakan dan untuk parameter amoniak, BOT, alkalinitas, nitrit, nitrat, dan fosfat dianalisis di Laboratorium...
Produksi larva udang windu sejauh ini belum konsisten terutama kualitas dan kelangungan hidup lar... more Produksi larva udang windu sejauh ini belum konsisten terutama kualitas dan kelangungan hidup larva karena disebabkan serangan penyakit yang berasal dari sumber air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan sumber air yang baik pada pemeliharaan larva udang windu terhadap kelangsungan hidupnya. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pembenihan Udang Windu Balai Penelitian Budidaya Air Payau. Perlakuan yang diterapkan adalah pengelolaan air yaitu A air yang disterilisasi menggunakan kaporit bahan aktif 60% dengan dosis 50 ppm, B air yang disaring menggunakan membran filter ukuran 0,01 µm dan C air yang hanya diendapkan di reservoar (kontrol), masing-masing perlakuan terdiri tiga ulangan. Wadah pemeliharaan larva menggunakan bak fiber bulat volume 2000 L. Pemeliharaan larva dimulai dari stadia naupli sampai stadia post larva (PL-12). Selama pemeliharaan larva diberikan pakan alami jenis Chaetoceros sp., Skeletonema sp dan artemia, serta pakan buatan. Pergantian air di...
Beberapa mikronutrien mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses reproduksi ikan diantara... more Beberapa mikronutrien mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses reproduksi ikan diantaranya adalah karotenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi karotenoid dalam pakan maturasi ikan beronang terhadap fekunditas telur, total karotenoid dalam gonad serta profil asam lemak dalam gonad induk betina. Pakan maturasi yang diujikan adalah pakan tanpa suplementasi karotenoid (MD1) dan pakan yang disuplemen dengan karotenoid (MD2). Berat rerata ikan beronang, S.guttatus yang digunakan adalah 398±49 g (±STD) untuk jantan dan 455±43 g untuk betina. Jumlah induk yang ditebar sebanyak 8 ekor jantan dan 13 ekor betina. Induk dipelihara dalam bak beton berkapasitas 3 ton dan diberi pakan maturasi 2x sehari sebanyak 2.5% selama 3 bulan. Hasil menunjukkan bahwa fekunditas telur induk betina yang diberi pakan MD2 relatif lebih tinggi dibandingkan MD1 masing-masing sekitar 986.000±189,482 dan 969.000±109,325 butir/induk pada pemijahan ke-1. Pada pemijahan ke-2, fe...
Pembesaran calon induk udang windu, Penaeus monodon strain tumbuh cepat fase prematurasi dengan d... more Pembesaran calon induk udang windu, Penaeus monodon strain tumbuh cepat fase prematurasi dengan dasar bak berbeda sistim Indoor telah dilakukan di Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) di Barru, dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013. Pada penelitian ini perlakuan yang diujicoba adalah 3 jenis dasar bak yaitu ; dasar bak dengan sistim resirkulasi (A), dasar dilapisi pasir 5 cm (B), dan dasar bak tanpa lapisan (C), masing-masing dengan 3 ulangan. Pada penelitian ini diaplikasikan 3 tahap kegiatan pemeliharaan yaitu; pemeliharaan 2 bulan pertama dengan kepadatan 15 ekor/ton, pemeliharaan 2 bulan kedua dengan kepadaran 10 ekor/ton dan pemeliharaan 2 bulan ketiga dengan kepadatan 5 ekor/ton untuk ketiga perlakuan. Pakan yang diberikan selama penelitian adalah pelet dengan kandungan protein sekitar 40% pada pukul 08.00 dan 14.00, masing-masing sebanyak 1,5% dan pakan segar berupa cumi-cumi pada pukul 20.00 sebanyak 10% dari bobot total udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pert...
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis yang efektif pada penambahan ekstrak cabai hi... more Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis yang efektif pada penambahan ekstrak cabai hijau besar pada Artemia, sebagai bahan pakan alami larva patin (Pangasius hypophthalmus) untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan ikan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu penambahan ekstrak cabai dengan dosis 25 mg/L, 50 mg/ L, dan 75 mg/L, serta sebuah kontrol (tanpa perlakuan). Tiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah sintasan hidup, laju pertumbuhan panjang, dan bobot mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan hidup (SR) tertinggi yaitu pada perlakuan A (penambahan ekstrak cabai hijau besar dengan dosis 25 mg/L) terlihat sangat nyata (P 0,05) dari perlakuan A. Dilihat dari segi pertumbuhan yang terbaik adalah kontrol dengan bobot mutlak 0,032 g dan panjang mutlak 1,63 cm.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan vitamin E dalam pakan k... more Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh suplementasi vitamin C dan vitamin E dalam pakan komersial yang dimodifikasi terhadap profil asam lemak hepatopankreas dan gonad udang windu, Penaeus monodon . Perlakuan yang dicobakan adalah pakan komersial yang dimodifikasi dan disuplementasi dengan vitamin C (500 mg/kg) dan E (300 mg/kg) (PS) dan pakan komersial yang dimodifikasi tanpa disuplementasi dengan vitamin C dan E (PK). Hewan uji yang digunakan adalah udang windu hasil budidaya dengan bobot awal 43,1±5,1 g untuk betina dan 41,9±4,4 g untuk jantan, dipelihara pada 2 petak tambak beton bekururan 1000 m 2 /petak dengan kepadatan 0,1 ekor/m 2 . Selama 3 bulan pemeliharaan di tambak diberi pakan uji sebanyak 3% biomassa. Udang windu yang telah berukuran > 90 g untuk betina dan > 70 g untuk jantan, selanjutnya dipindahkan ke bak beton untuk dimatangkan gonadnya. Selama pemeliharaan di bak beton diberi pakan uji pellet dan pakan segar (cumi-cumi) sebanyak 3% bobot kering dari...
Antibiotik pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) sudah dilarang oleh pemerintah dikarenakan... more Antibiotik pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) sudah dilarang oleh pemerintah dikarenakan meninggalkan residu. Alternatif pengganti antibiotik diperlukan agar dapat meningkatkan status kesehatan udang windu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bubuk bawang putih pada pemeliharaan larva udang windufase naupli sampai Post Larva 12 (PL-12) terhadap pertumbuhan dan vitalitas larva. Hewan uji yang digunakan adalah naupli udang windu dengan kepadatan 50 ekor/L. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu penambahan ekstrak bawang putih dengan dosis 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm dan 15 ppm dengan tiga ulangan. Penggunaan bubuk bawang putih sebagai antibiotik alami diberikan setiap 3 hari sekali. Pengamatan lanjutan setelah panen yakni uji vitalitas larva udang windu secara fisik melalui pengeringan selama 5 dan10 menit sedangkan perendaman dengan air tawar selama 15 menit serta uji kimiawi dengan menggu...
Indonesian Aquaculture Journal, 2021
The development of cryopreservation technique on tiger shrimp Penaeus monodon broodstock spermato... more The development of cryopreservation technique on tiger shrimp Penaeus monodon broodstock spermatophore has been carried out to support the artificial insemination. This study aims to determine the effect of three cyoprotectants (methanol, dimetylsulphoxide (DMSO), and glycerol) for long term storage of tiger shrimp Penaeus monodon spermatozoa. Spermatophores were collected from the wild broodstocks through electrical shock. Spermatozoa were obtained by homogenizing the spermatophores using a Radnoti micro homogenizer in Ca-free saline solution containing one of three cryoprotectans (methanol, dimetylsulphoxide, and glycerol) separately at the concentration of 5%. One mL of each cryoprotectant containing spermatozoa with the density of 1.02 x 106 cell/mL was transferred into a cryovial and cryopreserved at room temperature, -20°C and -196°C for 5, 10, and 30 days. The apparent sperm viability (ASV) of cryopreserved spermatozoa was monitored after treated. Thawing of cryopreserved spe...
Media Akuakultur, 2018
Probiotik RICA kemasan cair telah diaplikasikan pada pemeliharaan udang windu P. monodon maupun v... more Probiotik RICA kemasan cair telah diaplikasikan pada pemeliharaan udang windu P. monodon maupun vaname Litopenaeus vannamei. Namun, probiotik kemasan cair dirasa banyak mengalami kendala dalam hal pengiriman. Alternatif bentuk kemasan yang saat ini sedang dikaji adalah bentuk kemasan serbuk. Penelitian ini bertujuan mengetahui viabilitas probiotik RICA setelah dikemas dalam bentuk serbuk, waktu penyimpanan, serta pengaruhnya terhadap sintasan dan pertumbuhan benih udang windu yang dipelihara dalam bak terkontrol. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yakni penepungan probiotik, pengamatan populasi probiotik, dan aplikasinya pada pemeliharaan udang windu. Wadah pemeliharaan udang windu menggunakan bak fiber volume 500 liter. Udang uji yang digunakan adalah udang windu PL-12 dengan kepadatan 200 ekor per bak. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap empat perlakuan tiga ulangan. Perlakuan menggunakan probiotik serbuk RICA-4 (A), (B) probiotik RICA-5, (C), probiotik RICA-1, dan (D...
Media Akuakultur, Oct 30, 2018
Penggunaan induk pada pembenihan udang windu pada dasarnya hanya untuk periode yang singkat dan s... more Penggunaan induk pada pembenihan udang windu pada dasarnya hanya untuk periode yang singkat dan selanjutnya induk udang windu diapkir baik betina maupun jantan. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efek injeksi hormon kombinasi salmon gonadotrophin releasing hormone analogue (sGnRH-a) dan domperidone terhadap karakteristik spermatofor induk udang windu, Penaeus monodon yang telah diapkir dari unit pembenihan tanpa ablasi tangkai mata. Dua tahap penelitian dilakukan pada udang windu jantan yang diapkir dari unit pembenihan. Tahap pertama terdiri atas dua dosis 0,1 (OV-1) dan 0,2 (OV-2) mL/kg bobot udang dan ablasi mata (AB) sebagai kontrol. Pada tahap ke-2, dosis yang diaplikasikan adalah dosis terbaik dari tahap ke-1 (OV-3) dan ablasi sebagai kontrol (AB). Induk jantan apkir ditebar masing-masing dengan kepadatan 14 ekor untuk tahap ke-1 dan 12 ekor pada tahap kedua. Injeksi dilakukan tiga kali dengan interval satu minggu untuk kedua percobaan tersebut. Seminggu setelah suntikan terakhir, induk jantan diberi kejutan listrik untuk mengeluarkan spermatofornya. Pada percobaan pertama, jumlah induk jantan yang mengeluarkan spermatofor pada maturasi dan rematurasi pertama lebih banyak ditemukan pada perlakuan OV-2 daripada OV-1 dan AB. Induk jantan pada perlakuan OV-3 pada tahap ke-2 menghasilkan lebih banyak spermatofor (58,3%) dibandingkan dengan AB (50%). Hubungan antara bobot badan dan bobot spermatofor untuk total data pada tahap ke-1 sifatnya linier dengan nilai r= 0,74 sedangkan hubungan antara bobot spermatofor dan jumlah spermatozoa sifatnya tidak linier dengan nilai r= 0.14. Induk apkiran jantan udang windu masih dapat memproduksi spermatofor melalui stimulasi injeksi hormon sGnRH-a pada dosis 0,2 mL/kg bobot udang relatif lebih banyak dibandingkan ablasi.
Indonesian Aquaculture Journal, 2019
Disease surveillance programs will provide updated information on the distribution of diseases wh... more Disease surveillance programs will provide updated information on the distribution of diseases which allows proper development of mitigation and prevention strategies. WSSV and IMNV viruses are the most threatening diseases in shrimp and have affected the global shrimp farming industries. The present study was conducted to investigate the prevalence of WSSV and IMNV in three different locations of shrimp farms of South Sulawesi, West Nusa Tenggara and West Jawa. Samples of shrimp Litopenaeus vannamei were randomly collected from 20 active shrimp farms in the locations and five samples of postlarvae (PL) that were stocked in ponds. Tissue samples of the shrimp and whole body of PL were preserved in ethanol 90% for analysis. Determination of WSSV and IMNV were carried out by the mobile IQTM WSSV and IQTM IMNV Kit POCKIT Systems. The results showed that the prevalence of WSSV was 30% (6/20) and IMNV was 20% (4/20), while on PL was 40% (2/5). The result revealed that the South Sulawesi ...
Indonesian Aquaculture Journal, 2017
Carotenoids, besides as a natural pigment, may have vital roles in the growth of crustacean. The... more Carotenoids, besides as a natural pigment, may have vital roles in the growth of crustacean. The aim of this study was to clarify the influence of combined carotenoids given since pre-maturation stage on the growth performances, pigmentation and biochemical composition of the whole body of pond-reared tiger shrimp, Penaeus monodon. Two experimental diets were supplemented with or without carotenoid mixture consisting of astaxanthin, canthaxanthin and other carotenoids contained in Spirulina. The carotenoid mixture was supplemented in the commercial diet normally used as a starter feed for tiger shrimp, re-pelleted and fed to tiger shrimp with an initial body weight of 31.7±1.3 g. Shrimp were stocked in four 1,000 m2 concrete ponds with a density of 1 shrimp/m2 and fed until the shrimp reached maturation stage (broodstock size). Variables observed were growth performances and pigmentation properties during the pre-maturation stage and total carotenoid content in several tissues of t...
Aquacultura Indonesiana, 2019
The aim of this study was to evaluate the effect of vitamin C and E supplementation in modified-c... more The aim of this study was to evaluate the effect of vitamin C and E supplementation in modified-commercial diet on the fatty acids profile of hepatopancreas and oocyte of tiger shrimp, Penaeus monodon. The experimental treatments were: modifiedcommercial diet by supplementing vitamin C (500 mg/kg) and E (300 mg/kg) (PS), and modified-commercial diet without vitamins supplementation (PK). Cultured tiger shrimp with initial weight of 43.1±5.1 g/ind for females and 41.9±4.4 g for males (rasio 4:6) were cultured in two of 1000 m 2 concrete ponds with a density of 100 shrimp/pond. They were fed the test diet at rate of 3% biomass/day for three months in pond, then they were transferred to concrete tanks for oocyte maturation evaluation. The shrimp reaching oocyte development stage III were dissected and sampled for hepatopancreas and oocytes for analysis of fatty acid profile. The results showed that the hepatopancreas and oocyte fatty acids contents were higher in the tiger shrimp fed PS compared to the tiger shrimp fed PK. The poly unsaturated fatty acid (PUFA) especially for arachidonic, docosahexaenoic, and eicosapentaenoic acid were higher in shrimp fed with PS than the shrimp fed PK. Despite higher total fatty acid contents in hepatopancreas than in oocyte for the both treatments, the esensial fatty acid arachidonic, docosahexaenoic, and eicosapentaenoic acid were higher in oocyte than in hepatopancreas of the shrimp. This suggested that these three types of PUFA played important role for oocyte development for female reproduction. Supplementation of vitamin C and E in the test diet had an effect on increasing PUFA content in hepatopancreas and oocytes of tiger shrimp.
Uploads
Papers by Ike Trismawanti