Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wac... more Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wacana gender ke dalam Islam, beberapa pemikir muslim ikut terpengaruh isu tersebut, dan hendak memaksakan konsep kesetaraan gender ke dalam ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang datang pada masa Nabi itu memiliki kesamaan dengan konsep kesetaraan yang dibawa feminisme. Bahkan, aturan yang berlandaskan keadilan yang dibawa Islam itu, mengandung semangat kesetaraan. Akhirnya banyak dari teks-teks hukum dan ayat-ayat yang telah mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam Islam dikaji ulang, dibongkar, dan diubah agar sesuai dengan perspektif kesetaraan gender. Permasalahannya, konsep kesetaraan banyak yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep keadilan. Pertama, titik tekannya. Yang menjadi titik tekan dalam kesetaraan gender adalah persamaan kuantitas yang harus diperoleh, sehingga mengabaikan perbedaan antar laki-laki dan perempuan. Sementara dalam keadilan terpenuhinya kebutuhan tiap individu yang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas masing-masing. Kedua, orientasinya. Kesetaraan berupaya meruntuhkan budaya patriarkat dan menuntut persamaan dan kebebasan. Sementara keadilan berusaha menyeimbangkan budaya patriarkat dan matriarkat sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjalankan perannya secara harmonis sebagai khalifah dengan sangat baik. Ketiga, pandangan terhadap perempuan. Feminisme memandang laki-laki dan perempuan merupakan dua entitas yang berbeda. Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah kesatuan yang berpasangan. Atas dasar itulah, maka konsep kesetaraan tidak dapat disamakan dengan keadilan. Abstract Gender equality is one of the main agenda of the feminist movement. Since the inclusion of gender issues in Islam, some Muslim thinkers are affected by the issue, and want to impose the concept of gender equality in Islam. They argued that Islam which came to the Prophet's has common concept of equality which is brought feminism. In fact, the justice in Islam containing the spirit of equality. Finally, many of the legal texts and passages that had been governing the relationship between men and women in Islam are reviewed, dismantled, and altered to fit the perspective of gender equality. The problem is, the concept of equality is inconsistent and even contradictory to the concept of justice. First, the most stressed point in this case is the quantity which has to be obtained, thus ignoring the differences between men and women. While the fulfillment of the needs of each individual justice in accordance with the characteristics and capacity of each. Second is the orientation. The equality seeks to overcome patriarchal culture and demanding equality and freedom. While the justice is trying to balance fairness patriarchal and matriarchal culture so that men and women can perform its role as caliph in harmony very well. Third, the women view, feminism assumed that men and women are two different entities. While Islam regards men and women are paired unity. On this basis, the concept of equality cannot be equated with justice .
Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wac... more Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wacana gender ke dalam Islam, beberapa pemikir muslim ikut terpengaruh isu tersebut, dan hendak memaksakan konsep kesetaraan gender ke dalam ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang datang pada masa Nabi itu memiliki kesamaan dengan konsep kesetaraan yang dibawa feminisme. Bahkan, aturan yang berlandaskan keadilan yang dibawa Islam itu, mengandung semangat kesetaraan. Akhirnya banyak dari teks-teks hukum dan ayat-ayat yang telah mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam Islam dikaji ulang, dibongkar, dan diubah agar sesuai dengan perspektif kesetaraan gender. Permasalahannya, konsep kesetaraan banyak yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep keadilan. Pertama, titik tekannya. Yang menjadi titik tekan dalam kesetaraan gender adalah persamaan kuantitas yang harus diperoleh, sehingga mengabaikan perbedaan antar laki-laki dan perempuan. Sementara dalam keadilan terpenuhinya kebutuhan tiap individu yang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas masing-masing. Kedua, orientasinya. Kesetaraan berupaya meruntuhkan budaya patriarkat dan menuntut persamaan dan kebebasan. Sementara keadilan berusaha menyeimbangkan budaya patriarkat dan matriarkat sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjalankan perannya secara harmonis sebagai khalifah dengan sangat baik. Ketiga, pandangan terhadap perempuan. Feminisme memandang laki-laki dan perempuan merupakan dua entitas yang berbeda. Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah kesatuan yang berpasangan. Atas dasar itulah, maka konsep kesetaraan tidak dapat disamakan dengan keadilan.
Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wac... more Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wacana gender ke dalam Islam, beberapa pemikir muslim ikut terpengaruh isu tersebut, dan hendak memaksakan konsep kesetaraan gender ke dalam ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang datang pada masa Nabi itu memiliki kesamaan dengan konsep kesetaraan yang dibawa feminisme. Bahkan, aturan yang berlandaskan keadilan yang dibawa Islam itu, mengandung semangat kesetaraan. Akhirnya banyak dari teks-teks hukum dan ayat-ayat yang telah mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam Islam dikaji ulang, dibongkar, dan diubah agar sesuai dengan perspektif kesetaraan gender. Permasalahannya, konsep kesetaraan banyak yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep keadilan. Pertama, titik tekannya. Yang menjadi titik tekan dalam kesetaraan gender adalah persamaan kuantitas yang harus diperoleh, sehingga mengabaikan perbedaan antar laki-laki dan perempuan. Sementara dalam keadilan terpenuhinya kebutuhan tiap individu yang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas masing-masing. Kedua, orientasinya. Kesetaraan berupaya meruntuhkan budaya patriarkat dan menuntut persamaan dan kebebasan. Sementara keadilan berusaha menyeimbangkan budaya patriarkat dan matriarkat sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjalankan perannya secara harmonis sebagai khalifah dengan sangat baik. Ketiga, pandangan terhadap perempuan. Feminisme memandang laki-laki dan perempuan merupakan dua entitas yang berbeda. Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah kesatuan yang berpasangan. Atas dasar itulah, maka konsep kesetaraan tidak dapat disamakan dengan keadilan. Abstract Gender equality is one of the main agenda of the feminist movement. Since the inclusion of gender issues in Islam, some Muslim thinkers are affected by the issue, and want to impose the concept of gender equality in Islam. They argued that Islam which came to the Prophet's has common concept of equality which is brought feminism. In fact, the justice in Islam containing the spirit of equality. Finally, many of the legal texts and passages that had been governing the relationship between men and women in Islam are reviewed, dismantled, and altered to fit the perspective of gender equality. The problem is, the concept of equality is inconsistent and even contradictory to the concept of justice. First, the most stressed point in this case is the quantity which has to be obtained, thus ignoring the differences between men and women. While the fulfillment of the needs of each individual justice in accordance with the characteristics and capacity of each. Second is the orientation. The equality seeks to overcome patriarchal culture and demanding equality and freedom. While the justice is trying to balance fairness patriarchal and matriarchal culture so that men and women can perform its role as caliph in harmony very well. Third, the women view, feminism assumed that men and women are two different entities. While Islam regards men and women are paired unity. On this basis, the concept of equality cannot be equated with justice. A. Pendahuluan Sejak awal kedatangan islam telah menghapus diskriminasi terhadap perempuan. Praktek pembunuhan bayi perempuan yang lazim terjadi pada zaman Jahiliah, dilarang total setelah datangnya Islam. Akikah sebagai suatu tradisi syukuran setelah kelahiran
Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wac... more Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wacana gender ke dalam Islam, beberapa pemikir muslim ikut terpengaruh isu tersebut, dan hendak memaksakan konsep kesetaraan gender ke dalam ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang datang pada masa Nabi itu memiliki kesamaan dengan konsep kesetaraan yang dibawa feminisme. Bahkan, aturan yang berlandaskan keadilan yang dibawa Islam itu, mengandung semangat kesetaraan. Akhirnya banyak dari teks-teks hukum dan ayat-ayat yang telah mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam Islam dikaji ulang, dibongkar, dan diubah agar sesuai dengan perspektif kesetaraan gender. Permasalahannya, konsep kesetaraan banyak yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep keadilan. Pertama, titik tekannya. Yang menjadi titik tekan dalam kesetaraan gender adalah persamaan kuantitas yang harus diperoleh, sehingga mengabaikan perbedaan antar laki-laki dan perempuan. Sementara dalam keadilan terpenuhinya kebutuhan tiap individu yang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas masing-masing. Kedua, orientasinya. Kesetaraan berupaya meruntuhkan budaya patriarkat dan menuntut persamaan dan kebebasan. Sementara keadilan berusaha menyeimbangkan budaya patriarkat dan matriarkat sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjalankan perannya secara harmonis sebagai khalifah dengan sangat baik. Ketiga, pandangan terhadap perempuan. Feminisme memandang laki-laki dan perempuan merupakan dua entitas yang berbeda. Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah kesatuan yang berpasangan. Atas dasar itulah, maka konsep kesetaraan tidak dapat disamakan dengan keadilan. Abstract Gender equality is one of the main agenda of the feminist movement. Since the inclusion of gender issues in Islam, some Muslim thinkers are affected by the issue, and want to impose the concept of gender equality in Islam. They argued that Islam which came to the Prophet's has common concept of equality which is brought feminism. In fact, the justice in Islam containing the spirit of equality. Finally, many of the legal texts and passages that had been governing the relationship between men and women in Islam are reviewed, dismantled, and altered to fit the perspective of gender equality. The problem is, the concept of equality is inconsistent and even contradictory to the concept of justice. First, the most stressed point in this case is the quantity which has to be obtained, thus ignoring the differences between men and women. While the fulfillment of the needs of each individual justice in accordance with the characteristics and capacity of each. Second is the orientation. The equality seeks to overcome patriarchal culture and demanding equality and freedom. While the justice is trying to balance fairness patriarchal and matriarchal culture so that men and women can perform its role as caliph in harmony very well. Third, the women view, feminism assumed that men and women are two different entities. While Islam regards men and women are paired unity. On this basis, the concept of equality cannot be equated with justice .
Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wac... more Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wacana gender ke dalam Islam, beberapa pemikir muslim ikut terpengaruh isu tersebut, dan hendak memaksakan konsep kesetaraan gender ke dalam ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang datang pada masa Nabi itu memiliki kesamaan dengan konsep kesetaraan yang dibawa feminisme. Bahkan, aturan yang berlandaskan keadilan yang dibawa Islam itu, mengandung semangat kesetaraan. Akhirnya banyak dari teks-teks hukum dan ayat-ayat yang telah mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam Islam dikaji ulang, dibongkar, dan diubah agar sesuai dengan perspektif kesetaraan gender. Permasalahannya, konsep kesetaraan banyak yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep keadilan. Pertama, titik tekannya. Yang menjadi titik tekan dalam kesetaraan gender adalah persamaan kuantitas yang harus diperoleh, sehingga mengabaikan perbedaan antar laki-laki dan perempuan. Sementara dalam keadilan terpenuhinya kebutuhan tiap individu yang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas masing-masing. Kedua, orientasinya. Kesetaraan berupaya meruntuhkan budaya patriarkat dan menuntut persamaan dan kebebasan. Sementara keadilan berusaha menyeimbangkan budaya patriarkat dan matriarkat sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjalankan perannya secara harmonis sebagai khalifah dengan sangat baik. Ketiga, pandangan terhadap perempuan. Feminisme memandang laki-laki dan perempuan merupakan dua entitas yang berbeda. Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah kesatuan yang berpasangan. Atas dasar itulah, maka konsep kesetaraan tidak dapat disamakan dengan keadilan.
Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wac... more Abstrak Kesetaraan gender merupakan salah satu agenda utama gerakan feminisme. Sejak masuknya wacana gender ke dalam Islam, beberapa pemikir muslim ikut terpengaruh isu tersebut, dan hendak memaksakan konsep kesetaraan gender ke dalam ajaran Islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang datang pada masa Nabi itu memiliki kesamaan dengan konsep kesetaraan yang dibawa feminisme. Bahkan, aturan yang berlandaskan keadilan yang dibawa Islam itu, mengandung semangat kesetaraan. Akhirnya banyak dari teks-teks hukum dan ayat-ayat yang telah mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam Islam dikaji ulang, dibongkar, dan diubah agar sesuai dengan perspektif kesetaraan gender. Permasalahannya, konsep kesetaraan banyak yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep keadilan. Pertama, titik tekannya. Yang menjadi titik tekan dalam kesetaraan gender adalah persamaan kuantitas yang harus diperoleh, sehingga mengabaikan perbedaan antar laki-laki dan perempuan. Sementara dalam keadilan terpenuhinya kebutuhan tiap individu yang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas masing-masing. Kedua, orientasinya. Kesetaraan berupaya meruntuhkan budaya patriarkat dan menuntut persamaan dan kebebasan. Sementara keadilan berusaha menyeimbangkan budaya patriarkat dan matriarkat sehingga laki-laki dan perempuan dapat menjalankan perannya secara harmonis sebagai khalifah dengan sangat baik. Ketiga, pandangan terhadap perempuan. Feminisme memandang laki-laki dan perempuan merupakan dua entitas yang berbeda. Sementara Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah kesatuan yang berpasangan. Atas dasar itulah, maka konsep kesetaraan tidak dapat disamakan dengan keadilan. Abstract Gender equality is one of the main agenda of the feminist movement. Since the inclusion of gender issues in Islam, some Muslim thinkers are affected by the issue, and want to impose the concept of gender equality in Islam. They argued that Islam which came to the Prophet's has common concept of equality which is brought feminism. In fact, the justice in Islam containing the spirit of equality. Finally, many of the legal texts and passages that had been governing the relationship between men and women in Islam are reviewed, dismantled, and altered to fit the perspective of gender equality. The problem is, the concept of equality is inconsistent and even contradictory to the concept of justice. First, the most stressed point in this case is the quantity which has to be obtained, thus ignoring the differences between men and women. While the fulfillment of the needs of each individual justice in accordance with the characteristics and capacity of each. Second is the orientation. The equality seeks to overcome patriarchal culture and demanding equality and freedom. While the justice is trying to balance fairness patriarchal and matriarchal culture so that men and women can perform its role as caliph in harmony very well. Third, the women view, feminism assumed that men and women are two different entities. While Islam regards men and women are paired unity. On this basis, the concept of equality cannot be equated with justice. A. Pendahuluan Sejak awal kedatangan islam telah menghapus diskriminasi terhadap perempuan. Praktek pembunuhan bayi perempuan yang lazim terjadi pada zaman Jahiliah, dilarang total setelah datangnya Islam. Akikah sebagai suatu tradisi syukuran setelah kelahiran
Uploads
Papers by Husnul Hotimah