Papers by Dita Melinda Hermawati
Menurut MacDonald (1957) sebagaimana yang dikutip Strinati (2009) budaya massa berasal dari atas.... more Menurut MacDonald (1957) sebagaimana yang dikutip Strinati (2009) budaya massa berasal dari atas. Budaya rakyat merupakan pranata rakyat senidiri yang mempunyai nilai keagungan, sementara itu budaya massa menghancurkan dinding (keagungan) tersebut dengan mengintegrasikan massa ke dalam suatu bentuk budaya tinggi yang menurunkan nilai dan kemudian menjadi salah satu instrumen dominasi politik (Strinati, 2009: 35). Dalam hal ini saya mempunyai pemahaman bahwa budaya massa merupakan bagian dari sebuah kebudayaan yang bersifat 'sakral' atau budaya yang dianggap tinggi (hanya dikonsumsi oleh masyarakat elit) namun kemudian karena kebudayaan tersebut disebarkan secara massal maka nilai-nilai 'kesakralannya' menjadi hilang dengan tujuan memperoleh keuntungan. Strinati (2009) mengungkapkan bahwa budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik indutrial dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan, sehingga dengan kata lain menjelaskan bahwa jika sebuah budaya tidak memberikan keuntungan, maka budaya tersebut tidak akan diproduksi (Strinati, 2009: 37). Pernyataan tersebut seolah memberikan anggapan bahwa budaya yang tidak dapat 'dikomersialkan' atau memberikan keuntungan pada akhirnya akan terkikis oleh kebudayaan massa. Saya berpendapat bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena sebagian budaya atas yang kemudian menjadi budaya massa justru mendapatkan tempat juga 'penghargaan' tersendiri dalam masyarakat. Seperti halnya batik, yang pada mulanya hanya dipakai oleh lingkungan kerajaan dan bukan menjadi konsumsi khalayak setelah diproduksi secara massal batik kini diakui oleh dunia sebagai hasil kebudayaan Indonesia. Menurut saya disahkannya batik sebagai kebudayaan milik Indonsia tidak akan terlepas dari peran serta budaya massa yang telah membantu memassalkan batik hingga kemudian dikenal bukan hanya di Indonesia, namun juga di berbagai negara belahan dunia.
Menurut MacDonald (1957) sebagaimana yang dikutip Strinati (2009) budaya massa berasal dari atas.... more Menurut MacDonald (1957) sebagaimana yang dikutip Strinati (2009) budaya massa berasal dari atas. Budaya rakyat merupakan pranata rakyat senidiri yang mempunyai nilai keagungan, sementara itu budaya massa menghancurkan dinding (keagungan) tersebut dengan mengintegrasikan massa ke dalam suatu bentuk budaya tinggi yang menurunkan nilai dan kemudian menjadi salah satu instrumen dominasi politik (Strinati, 2009: 35). Dalam hal ini saya mempunyai pemahaman bahwa budaya massa merupakan bagian dari sebuah kebudayaan yang bersifat 'sakral' atau budaya yang dianggap tinggi (hanya dikonsumsi oleh masyarakat elit) namun kemudian karena kebudayaan tersebut disebarkan secara massal maka nilai-nilai 'kesakralannya' menjadi hilang dengan tujuan memperoleh keuntungan. Strinati (2009) mengungkapkan bahwa budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik indutrial dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan, sehingga dengan kata lain menjelaskan bahwa jika sebuah budaya tidak memberikan keuntungan, maka budaya tersebut tidak akan diproduksi (Strinati, 2009: 37). Pernyataan tersebut seolah memberikan anggapan bahwa budaya yang tidak dapat 'dikomersialkan' atau memberikan keuntungan pada akhirnya akan terkikis oleh kebudayaan massa. Saya berpendapat bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena sebagian budaya atas yang kemudian menjadi budaya massa justru mendapatkan tempat juga 'penghargaan' tersendiri dalam masyarakat. Seperti halnya batik, yang pada mulanya hanya dipakai oleh lingkungan kerajaan dan bukan menjadi konsumsi khalayak setelah diproduksi secara massal batik kini diakui oleh dunia sebagai hasil kebudayaan Indonesia. Menurut saya disahkannya batik sebagai kebudayaan milik Indonsia tidak akan terlepas dari peran serta budaya massa yang telah membantu memassalkan batik hingga kemudian dikenal bukan hanya di Indonesia, namun juga di berbagai negara belahan dunia.
Uploads
Papers by Dita Melinda Hermawati