Wilayah kerja UPTD Puskesmas Nguntoronadi I, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Provinsi... more Wilayah kerja UPTD Puskesmas Nguntoronadi I, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 6 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 16.687 jiwa pada tahun 2016, terdiri atas 3883 Rumah Tangga dimana 1817 Rumah Tangga masuk kriteria miskin. Keadaan geografis sebagian besar terdiri dari pegunungan, terutama di bagian utara dan timur, sedangkan bagian barat berbatasan dengan genangan Waduk Gajah Mungkur. Tahun 2016 Kecamatan Nguntoronadi belum ditetapkan sebagai Kecamatan ODF (Open Defecation Free) karena masih terdapat 4 desa/kelurahan dimana kebiasaan BAB Sembarangan masih dilakukan sebagian masyarakat. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan sebagian rumah tangga miskin membangun jamban, sehingga mereka BAB di sungai atau sharing (Menumpang) yang masih berpeluang berperilaku BABS terutama anak-anak. Sebagian masyarakat masih menggunakan Jamban Cemplung (JC) karena biaya pembuatan lebih terjangkau, tetapi sebagian Cemplung tidak memenuhi syarat kesehatan dan konstruksinya tidak aman, lantai pijakan terbuat dari bahan bambu/kayu yang sewaktu-waktu dapat lapuk sehingga membahayakan. Ide utama inovasi SEJAM SEHAT (Sebar Jamban Sehat) adalah menyediakan akses sanitasi yang layak, sehat dan berkualitas dalam hal ini Jamban Sehat Permanen (JSP) dengan pemberdayaan zakat karyawan puskesmas (Komunitas Tim Sedekah Ungu/ TISU) yang bermitra dengan BAZ Kecamatan dan LAZ SOLO PEDULI. Dalam proses pembangunan berkolaborasi dengan personil TNI/ Koramil, kader PKK, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan warga sekitar dengan koordinator Sanitarian Puskesmas. Dalam rentang waktu 2016 sampai Mei 2019, secarta kuantitas jumlah kepemilikan JSP meningkat dari 91,99 % (2016) menjadi 94,79 % (2019) dimana 44 unit JSP dibangun dari inovasi ini. Terjadi peningkatanan kualitas 30 unit Jamban Cemplung direhab menjadi Jamban Sehat Permanen. Dengan meningkatnya kepemilikan JSP yang berkualitas secara tidak langsung mempengaruhi trend penurunan kunjungan pasien diare ke sarana kesehatan dalam kurun waktu tahun 2015-2018, yaitu 2,21% (2016) menjadi 1,6% (2018). Diare sudah tidak menduduki peringkat 10 besar penyakit kunjungan rawat jalan puskesmas setelah inovasi.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Nguntoronadi I, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Provinsi... more Wilayah kerja UPTD Puskesmas Nguntoronadi I, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 6 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 16.687 jiwa pada tahun 2016, terdiri atas 3883 Rumah Tangga dimana 1817 Rumah Tangga masuk kriteria miskin. Keadaan geografis sebagian besar terdiri dari pegunungan, terutama di bagian utara dan timur, sedangkan bagian barat berbatasan dengan genangan Waduk Gajah Mungkur. Tahun 2016 Kecamatan Nguntoronadi belum ditetapkan sebagai Kecamatan ODF (Open Defecation Free) karena masih terdapat 4 desa/kelurahan dimana kebiasaan BAB Sembarangan masih dilakukan sebagian masyarakat. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan sebagian rumah tangga miskin membangun jamban, sehingga mereka BAB di sungai atau sharing (Menumpang) yang masih berpeluang berperilaku BABS terutama anak-anak. Sebagian masyarakat masih menggunakan Jamban Cemplung (JC) karena biaya pembuatan lebih terjangkau, tetapi sebagian Cemplung tidak memenuhi syarat kesehatan dan konstruksinya tidak aman, lantai pijakan terbuat dari bahan bambu/kayu yang sewaktu-waktu dapat lapuk sehingga membahayakan. Ide utama inovasi SEJAM SEHAT (Sebar Jamban Sehat) adalah menyediakan akses sanitasi yang layak, sehat dan berkualitas dalam hal ini Jamban Sehat Permanen (JSP) dengan pemberdayaan zakat karyawan puskesmas (Komunitas Tim Sedekah Ungu/ TISU) yang bermitra dengan BAZ Kecamatan dan LAZ SOLO PEDULI. Dalam proses pembangunan berkolaborasi dengan personil TNI/ Koramil, kader PKK, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan warga sekitar dengan koordinator Sanitarian Puskesmas. Dalam rentang waktu 2016 sampai Mei 2019, secarta kuantitas jumlah kepemilikan JSP meningkat dari 91,99 % (2016) menjadi 94,79 % (2019) dimana 44 unit JSP dibangun dari inovasi ini. Terjadi peningkatanan kualitas 30 unit Jamban Cemplung direhab menjadi Jamban Sehat Permanen. Dengan meningkatnya kepemilikan JSP yang berkualitas secara tidak langsung mempengaruhi trend penurunan kunjungan pasien diare ke sarana kesehatan dalam kurun waktu tahun 2015-2018, yaitu 2,21% (2016) menjadi 1,6% (2018). Diare sudah tidak menduduki peringkat 10 besar penyakit kunjungan rawat jalan puskesmas setelah inovasi.
Uploads
Papers by Celli Septiana
Tahun 2016 Kecamatan Nguntoronadi belum ditetapkan sebagai Kecamatan ODF (Open Defecation Free) karena masih terdapat 4 desa/kelurahan dimana kebiasaan BAB Sembarangan masih dilakukan sebagian masyarakat. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan sebagian rumah tangga miskin membangun jamban, sehingga mereka BAB di sungai atau sharing (Menumpang) yang masih berpeluang berperilaku BABS terutama anak-anak. Sebagian masyarakat masih menggunakan Jamban Cemplung (JC) karena biaya pembuatan lebih terjangkau, tetapi sebagian Cemplung tidak memenuhi syarat kesehatan dan konstruksinya tidak aman, lantai pijakan terbuat dari bahan bambu/kayu yang sewaktu-waktu dapat lapuk sehingga membahayakan.
Ide utama inovasi SEJAM SEHAT (Sebar Jamban Sehat) adalah menyediakan akses sanitasi yang layak, sehat dan berkualitas dalam hal ini Jamban Sehat Permanen (JSP) dengan pemberdayaan zakat karyawan puskesmas (Komunitas Tim Sedekah Ungu/ TISU) yang bermitra dengan BAZ Kecamatan dan LAZ SOLO PEDULI. Dalam proses pembangunan berkolaborasi dengan personil TNI/ Koramil, kader PKK, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan warga sekitar dengan koordinator Sanitarian Puskesmas.
Dalam rentang waktu 2016 sampai Mei 2019, secarta kuantitas jumlah kepemilikan JSP meningkat dari 91,99 % (2016) menjadi 94,79 % (2019) dimana 44 unit JSP dibangun dari inovasi ini. Terjadi peningkatanan kualitas 30 unit Jamban Cemplung direhab menjadi Jamban Sehat Permanen. Dengan meningkatnya kepemilikan JSP yang berkualitas secara tidak langsung mempengaruhi trend penurunan kunjungan pasien diare ke sarana kesehatan dalam kurun waktu tahun 2015-2018, yaitu 2,21% (2016) menjadi 1,6% (2018). Diare sudah tidak menduduki peringkat 10 besar penyakit kunjungan rawat jalan puskesmas setelah inovasi.
Tahun 2016 Kecamatan Nguntoronadi belum ditetapkan sebagai Kecamatan ODF (Open Defecation Free) karena masih terdapat 4 desa/kelurahan dimana kebiasaan BAB Sembarangan masih dilakukan sebagian masyarakat. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan sebagian rumah tangga miskin membangun jamban, sehingga mereka BAB di sungai atau sharing (Menumpang) yang masih berpeluang berperilaku BABS terutama anak-anak. Sebagian masyarakat masih menggunakan Jamban Cemplung (JC) karena biaya pembuatan lebih terjangkau, tetapi sebagian Cemplung tidak memenuhi syarat kesehatan dan konstruksinya tidak aman, lantai pijakan terbuat dari bahan bambu/kayu yang sewaktu-waktu dapat lapuk sehingga membahayakan.
Ide utama inovasi SEJAM SEHAT (Sebar Jamban Sehat) adalah menyediakan akses sanitasi yang layak, sehat dan berkualitas dalam hal ini Jamban Sehat Permanen (JSP) dengan pemberdayaan zakat karyawan puskesmas (Komunitas Tim Sedekah Ungu/ TISU) yang bermitra dengan BAZ Kecamatan dan LAZ SOLO PEDULI. Dalam proses pembangunan berkolaborasi dengan personil TNI/ Koramil, kader PKK, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan warga sekitar dengan koordinator Sanitarian Puskesmas.
Dalam rentang waktu 2016 sampai Mei 2019, secarta kuantitas jumlah kepemilikan JSP meningkat dari 91,99 % (2016) menjadi 94,79 % (2019) dimana 44 unit JSP dibangun dari inovasi ini. Terjadi peningkatanan kualitas 30 unit Jamban Cemplung direhab menjadi Jamban Sehat Permanen. Dengan meningkatnya kepemilikan JSP yang berkualitas secara tidak langsung mempengaruhi trend penurunan kunjungan pasien diare ke sarana kesehatan dalam kurun waktu tahun 2015-2018, yaitu 2,21% (2016) menjadi 1,6% (2018). Diare sudah tidak menduduki peringkat 10 besar penyakit kunjungan rawat jalan puskesmas setelah inovasi.