Qasem Soleimani
Sardar Sarlashkar Pasdar Qasem Soleimani | |
---|---|
Nama asli | قاسم سلیمانی |
Julukan | "Haji Qassem" (di Timur Tengah)[1] "Komandan Bayangan" (di Barat)[2][3][4][5][6] |
Lahir | Qanat-e Malek, Kerman, Dinasti Pahlavi (kini Iran) | 11 Maret 1957
Meninggal | 3 Januari 2020[7] Bagdad, Irak | (umur 62)
Pengabdian | Iran |
Dinas/cabang | Pengawal Revolusi Iran |
Lama dinas | 1979–2020 |
Pangkat | Letnan Jenderal |
Kesatuan | Pasukan Quds |
Komandan | Divisi Tharallah ke-41 Kerman Korps Saheb-az-Zaman ke-7 Kerman Pasukan Quds |
Perang/pertempuran | Perang Iran-Irak Perang Irak Perang Lebanon 2006 Perang Saudara Suriah Perang Saudara Irak (2014–2017) Krisis Teluk Persia 2019–2020 |
Penghargaan | Medali Kehormatan Fath (3)[8] |
Mayor Jenderal Qasem Soleimani atau Ghasem Soleimani (bahasa Persia: قاسم سلیمانی), (11 Maret 1957 – 3 Januari 2020) merupakan perwira militer senior Iran dalam Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan sejak tahun 1998 menjadi komandan dari Pasukan Quds—sebuah divisi yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial dari Iran.[9] Ia adalah seorang veteran perang Iran–Irak, dan telah aktif dalam berbagai konflik Timur Tengah, terutama di Irak dan Syam. Pasukan Quds telah lama memberikan bantuan militer untuk Hizbullah di Lebanon dan Hamas di wilayah Palestina. Pada tahun 2012, Soleimani membantu pemerintah Suriah, sekutu penting Iran, selama perang melawan Daesh atau Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Soleimani juga ikut membantu komando gabungan pemerintah Irak dan pasukan milisi Syiah melawan ISIS pada 2014–2015.[10]
Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis tewas dalam serangan udara AS pada 3 Januari 2020 di dekat Bandar Udara Internasional Bagdad.[11][12] Serangan udara tersebut merupakan balasan terhadap penyerangan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bagdad yang diduga dilakukan oleh milisi yang didukung Iran.[13] Kematiannya dikonfirmasi oleh pejabat tinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat.[14]
Masa kecil dan pendidikan
[sunting | sunting sumber]Soleimani lahir di desa Qanat-e Malek, Provinsi Kerman, dari keluarga petani. Ketika ia masih muda, ia pindah ke Kota Kerman dan bekerja pada proyek konstruksi untuk membantu membayar utang ayahnya. Pada tahun 1975, ia bekerja sebagai kontraktor di Perusahaan Air Kerman.[15] Ketika ia sedang tidak bekerja, ia menghabiskan waktunya mengangkat beban di gimnasium dan mengikuti khutbah yang disampaikan oleh Hojjat Kamyab – anak didik dari Ayatollah Khomeini.[16] Menurut penuturan Sohrab Soleimani (saudara Qasem Soleimani), saudaranya yaitu Qasem Soleimani adalah salah seorang penggerak demo-demo menentang pemerintahan Syah Iran di Kerman. (https://bojnourd.iqna.ir/fa/news/3868517/)
Karier dan aktivitas
[sunting | sunting sumber]Soleimani bergabung dengan Pengawal Revoluis (IRGC) pada tahun 1979 setelah Revolusi Iran. Dikabarkan walau ia menjalani pelatihan yang sangat minim, ia naik pangkat dengan cepat. Di awal kariernya sebagai seorang pengawal, ia ditempatkan di barat laut Iran, dan ikut serta dalam penanganan pemberontakan separatis Kurdi di Provinsi Azerbaijan Barat.[16]
Pada tanggal 22 September 1980, ketika Saddam Hussein meluncurkan invasi ke Iran, menyebabkan Perang Iran–Irak (1980-1988), Soleimani terjun ke medan perang sebagai pemimpin kompi militer, yang terdiri dari lelaki dari Kerman yang ia kumpulkan dan latih secara pribadi.[17] Dia menjadi terkenal dengan cepat karena keberaniannya,[18] dan naik pangkat karena perannya dalam operasi merebut kembali wilayah yang sempat diduduki Irak, yang akhirnya membuat ia menjadi komandan Divisi Sarallah 41 saat masih berusia 20-an, yang ikut serta dalam sebagian besar operasi. Ia sering ditempatkan di front selatan[17][19]
Semasa Perang Iran – Irak
Qasem Soleimani menjadi salah satu komandan operasi Wal Fajr 8, Karbala 4 dan Karbala 5. Operasi Karbala 5 disebut sebagai operasi Iran terpenting semasa perang yang dinilai berhasil melemahkan posisi politik tentara Ba’ts Irak dan menstabilkan posisi yang menguntungkan kekuatan militer Iran.( https://www.hedayatmizan.ir/site/content/17781/)
Komandan Pasukan Quds
[sunting | sunting sumber]Tanggal pelantikannya sebagai Komandan Pasukan Quds tidak diketahui secara pasti, tetapi Ali Alfoneh memperkirakan antara 10 September 1997 dan 21 Maret 1998.[15] Ia dianggap sebagai calon penerus dari Panglima IRGC, ketika Jenderal Yahya Rahim Safavi melepaskan jabatannya pada tahun 2007. Pada tahun 2008, ia memimpin sebuah kelompok yang menyelidiki kematian Imad Mughniyah. Soleimani membantu mengatur gencatan senjata antara Tentara Irak dan Tentara Mahdi di bulan Maret 2008.[20]
Soleimani digambarkan sebagai "perwira yang paling berpengaruh di Timur Tengah saat ini" dan ahli strategi dan taktik militer pada upaya Iran memerangi pengaruh Barat.[16] Di Irak, sebagai komandan Pasukan Quds, dia diyakini telah mempengaruhi organisasi di pemerintahan Irak, terutama mendukung Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki.[16][21] Soleimani bahkan digambarkan sebagai "Erwin Rommel-nya Iran".[22]
Menurut beberapa sumber, Soleimani adalah pemimpin utama dan sosok dibalik sayap militer partai Syiah Lebanon Hizbullah sejak pelantikannya sebagai Komandan Pasukan Quds pada tahun 1998.[16]
Qasem Soleimani saat memegang komando Pasukan Quds memiliki peran penting dalam memperkuat Hizbullah Lebanon dan kelompok-kelompok pejuang Palestina yang bukti konkritnya dapat disaksikan dalam berbagai peperangan, di antaranya perang 33 hari Hizbullah dan kemenangan para pejuang Palestina dalam perang 22 hari melawan Rezim Zionis.
Soleimani berhasil membentuk “Al-Hashad Al-Shabi” di Irak dan “Pasukan Pertahanan Nasional” di Suriah. Karena perannya dalam mengatur strategi kawasan dan menghadapi musuh, media-media dalam dan luar negeri memberikan banyak julukan kepadanya, seperti “The Shadow Commander”, “Jenderal Internasional”, “Komandan Hantu”, “Komandan Misterius”, “Mimpi Buruk Musuh”, “Malik Asytar masa kini”, “Jenderal Haj Qasem”.(https://www.khabaronline.ir/news/1338199/)
Perang Melawan ISIS di Suriah
[sunting | sunting sumber]Menurut beberapa sumber, termasuk Riad Hijab, mantan Perdana Menteri Suriah yang membelot pada Agustus 2012, Soleimani merupakan salah satu pendukung utama dari Bashar al-Assad selama melawan ISIS.[16][21] Pada akhir paruh 2012, Soleimani menyambut permohonan bantuan pemerintah Asad untuk mengusir ISIS di Suriah, ketika pemerintah Assad kurang mampu untuk melawan ISIS, dan dampaknya terhadap Iran jika pemerintah Suriah jatuh ke tangan ISIS. Ia dilaporkan mengkoordinasikan jalannya perang dengan komandan Hizbullah Lebanon dan milisi Syiah Irak dari markas di Damaskus, selain perwira Suriah dan Iran. Brigadir Jenderal Hossein Hamadani, mantan wakil komandan Basij turut membantu untuk mengerahkan milisi yang Soleimani harapkan untuk terus berjuang jika Assad jatuh.[16] Di bawah Soleimani, "serangan menjadi terkoordinasi, milisi lebih terlatih, dan mengatur sistem untuk memantau komunikasi pemberontak ISIS".
Di sinilah pasukan Quds pimpinan Soleimani dan beberapa pasukan muqawamah di kawasan melalui langkah-langkah konseling dan aksi medan tempur mencegah jatuhnya Suriah dan Irak sepenuhnya oleh kelompok teroris terjahat ini.
Pejabat-pejabat Irak dan wilayah Kurdistan serta Suriah berulang kali mengakui peran Iran dan Jenderal Soleimani dalam mencegah jatuhnya Erbil, Baghdad dan Damaskus. Dalam pembentukan dan pengaturan front muqawamah yang terdiri dari Pasdaran Revolusi Islam, Hizbullah Lebanon, Pejuang Fatimuyun Afghanistan, Zainabiyun Pakistan, Haidariyun dan Hashad Sha’bi Irak, peran Jenderal Syahid ini tidak tertandingi.
Foto-foto kehadiran sosok lelaki paruh baya di medan perang dengan pakaian berdebu dan bersahaja, tanpa atribut pangkat militer di tengah pasukan muqawamah dari berbagai negara hari ini menjadi kenangan abadi. Gambar tersebut merupakan simbol dan kehadiran Komandan Soleimani di barisan terdepan melawan ISIS. Pengulangan foto-foto tersebut berhasil melemahkan dan bahkan mengakhiri eksistensi ISIS. Dengan improvisasi oleh kelompok muqawamah, keadaan menjadi berbalik dan ISIS mengalami kekalahan demi kekalahan di berbagai medan perang.( http://hadese24.ir/news/28286)
Soleimani telah diakui memberikan strategi yang membantu Presiden Bashar al-Assad dalam melawan pasukan pemberontak dan merebut kembali beberapa kota.[24] Rincian keterlibatannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi banyak dilakukan pelatihan milisi dan koordinasi untuk serangan militer[16] hingga penampakan pesawat tanpa awak Iran di Suriah, menunjukkan bahwa Pasukan Quds sangat terlibat dalam perang tersebut.[16] Dalam kunjungan ke ibu kota Lebanon, Beirut, pada 29 Januari 2015, Soleimani berziarah ke makam anggota Hizbullah yang tewas, termasuk Emad Mughniyah, putra dari almarhum panglima Hizbullah Imad Mughniyah yang makin memperkuat kemungkinan tentang peranannya dalam aksi militer Hizbullah di Israel.[25]
Pada bulan Oktober 2015, dilaporkan bahwa ia telah berperan dalam merancang serangan Rusia-Iran-Suriah selama kunjungannya ke Moskwa di Juli 2015.[26]
Perang terhadap ISIS di Irak
[sunting | sunting sumber]Qasem Soleimani berada di kota Amerli, Irak, untuk bekerja dengan pasukan Irak melawan militan ISIS.[28][29] Menurut Los Angeles Times, Amerli adalah kota pertama berhasil menahan invasi ISIS berkat "kerjasama tentara Irak dan Kurdi, milisi Syiah yang didukung Iran".[30][31]
Soleimani memainkan peran penting dalam operasi untuk merebut kembali kota Tikrit di Irak dari ISIS. Kota Tikrit terletak di tepi kiri sungai Tigris dan merupakan kota terbesar dan utama di antara Bagdad dan Mosul, sehingga sangat strategis. Kota ini jatuh ke tangan NIIS pada tahun 2014. Setelah persiapan dan pengumpulan informasi selama beberapa bulan, penyerangan untuk mengepung dan merebut Tikrit diluncurkan pada awal Maret 2015.[33]
Janji Yang Harus Ditepati
Tepat di tanggal 30 November 2017, Mayjend Qasem Soleimani selaku komandan pasukan Quds mengumumkan berakhirnya pemerintahan kelompok teroris ISIS dalam sebuah surat kepada Pimpinan Tertinggi Iran Ayatullah Khamenei. Peristiwa penting ini secara final diumumkan ke khalayak dengan diturunkannya bendera ISIS di kota Al Bukamal, Suriah. Pada hakekatnya ini adalah bayar janji yang pernah disampaikan Soleimani dalam acara peringatan 40 hari kesyahidan Imam Husein.(https://www.yjc.ir/fa/news/7145493/)
Dalam budaya populer
[sunting | sunting sumber]Menurut sumber dari negara Barat, kepribadian Qasem Soleimani mirip dengan karakter fiksi Karla, Keyser Söze,[18] dan Scarlet Pimpernel.[34] Dia disebut-sebut memiliki pembawaan yang tenang,[35] "menarik perhatian dan jarang menaikkan suaranya", menunjukkan "karisma bersahaja".[18]
Menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Information and Public Opinion Solutions LLC (iPOS) pada Maret 2016, Soleimani disukai 38% responden dan 11% tidak menyukai, sementara 45% tidak tahu dia.[36]
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Qasem Soleimani adalah penduduk Kerman. Ayahnya adalah seorang petani dan sekarang tinggal di desa mereka. Ibunya, Fatemeh meninggal pada tahun 2013.[37] Ia memilik lima saudara perempuan dan satu saudara laki-laki, Sohrab, yang tinggal dan bekerja dengan Soleimani di masa mudanya.[38] Soleimani mahir bela diri Karate dan merupakan pelatih kebugaran di masa mudanya. Ia memiliki empat anak: dua putra dan dua putri.[39]
Karakter menonjol Qasem Soleimani adalah jiwa keikhlasan (ketulusan), tawakkal, dan ketaatan terhadap wali faqih. Ia juga memiliki kejeniusan dalam mengenal musuh dan operasi-operasi strategis melawan musuh. Keberanian dan kesiapan selalu menerjang bahaya juga menjadi kekhususannya. Pada saat yang sama, Soleimani adalah sosok karismatik di hadapan kawan dan bahkan lawan. Ucapan dan perilaku dibarengi dengan kerendahan hati menjadi faktor daya tariknya.
Menciptakan Kawasan Timur Tengah Baru; Peta Makro Amerika
Tujuan dan program makro sistem yang berkuasa, tepatnya USA untuk wilayah Barat Asia (Timur Tengah menurut ungkapan mereka) adalah desain Timur Tengah baru. Rencananya, Suriah, Lebanon dan Irak akan menjadi poros utama peta ini. Maksud mereka adalah menaikkan beberapa negara di wilayah tersebut yang tunduk kepada USA supaya tidak muncul ancaman terhadap USA dan Israel dari wilayah ini. Pengaruh ini direncanakan bahkan tidak hanya terlihat secara lahiriah, namun secara hegemoni spiritual dan nyata. USA ingin merealisasikan tujuan makro ini dengan menciptakan ketidakstabilan di kawasan. Demi kepentingan USA, dilakukan beberapa langkah seperti menciptakan ketidakamanan, melemahkan negara-negara merdeka, ketidakstabilan, dukungan terhadap terorisme takfiri dan ekstrimis di kawasan. Namun rencana ini mengalami kegagalan karena strategi Qasem Soleimani.
Peran Anti-Terorisme Soleimani Menurut Sebagian Tokoh Penting
Peran Mayjen Qasem Soleimani dalam membasmi ISIS tidak dapat diingkari oleh musuh. Sosok dan kepribadian Soleimani menjadi objek analisis media-media Amerika dan Barat sebelum munculnya ISIS; namun peran kuncinya dalam menghancurkan ISIS lebih kental di media-media internasional dan petinggi-petinggi Barat dan Amerika. Jenderal Iran ini pernah menjadi sampul majalah Amerika Newsweek dengan berita utama “Musuh Abadi”. Dalam penjelasannya disebutkan, “Pertama ia berperang melawan USA, kini sedang membasmi ISIS”.
McChrystal, mantan komandan operasi khusus Amerika di Irak terkait peran Komandan Soleimani berkata, “Dengan munculnya fenomena jahat dan kejam bernama ISIS, kini Soleimani mengambil peran Ksatria Putih di hadapan mereka.”
“Menurut saya, Soleimani memiliki peran vital dalam menyelematkan Rezim Asad. Hampir tidak mungkin Asad memiliki kepercayaan diri dan dalam sebagian kasus, kemampuan bertahan menghadapi topan tersebut hingga 2 – 3 tahun karena realitanya pemerintahannya hampir runtuh,” tambahnya.
Ryan Crocker, mantan duta besar Amerika di Irak dan Timur Tengah juga menyinggung peran Soleimani dalam menghadapi ISIS, “Pemerintah Bashar Asad dalam sebagian kondisi menemui sandungan dan hampir jatuh. Pasukan Quds dan sebagian tentara Iran datang menolongnya.”
Scott Bennett, analis Amerika dan mantan pejabat perang psikologis tentara Amerika dalam sebuah wawancara menyebut peran Komandan pasukan Quds Iran dalam menghadapi terosisme, “Soleimani dalam operasi khusus militer melawan terorisme ISIS sangat tenang dan menunjukkan kepada dunia bahwa Iran menentang ISIS secara moral di semua bidang. Dunia akhirnya memahami bahwa Iran bukan saja tidak menjadi pendukung ISIS, namun menjadi solusi utama dan nyata untuk menghentikan ISIS.”
John Maguire, mantan perwira CIA tentang perang Al-Qusair di Suriah yang menyebabkan direbutnya kembali kota strategis tersebut oleh tentara Suriah, berkata, “Soleimani inilah yang secara langsung mengomandoi operasi yang berhasil meraih kemenangan besar.”
Kerendahan hati Soleimani di tengah sahabat-sahabat seperjuangan dan pasukan muqawamah yang bertempur adalah topik lain yang menarik perhatian para pejabat dan pakar USA. Maguire dalam pernyataan lain menyampaikan, “Tentara biasa yang masih berusia 25 tahun dan sedang berperang tanpa rompi anti peluru di tengah pasukan paramiliter, bagaimana mungkin tidak termotifasi dan melakukan tugasnya dengan baik ketika ia melihat komandannya yang seusia kakeknya sedang berjalan dengan 1 baju biasa di medan perang dan di tengah tembakan peluru? Hal tersebut menjadi sebuah pesan inspiratif bagi seorang tentara bahwa orang seperti itu tidak memiliki rasa takut dan kitapun harus demikian.”
“Saya benar-benar meyakini bahwa orang-orang seperti Qasem Soleimani merasa sedang menentukan takdirnya sendiri dan bila terbunuh, akan terbunuh dengan baik dan terhormat. Pandangan mereka dalam hal ini berbeda dengan misalnya kita orang USA. Mereka meyakini sedang melaksanakan sebuah perintah Ilahi,” tambahnya.
Mantan Presiden USA Barack Obama dalam salah satu pertemuannya dengan Haedar Al Ebadi, PM Irak pada tahun 2014 menyebutkan tentang Mayjend Soleimani, “Meskipun ia musuhku, tapi aku memberikan penghormatan khusus kepadanya.”
Presiden Donald Trump yang memasukkan Jenderal Soleimani dan pasukannya dalam list kelompok teroris dan yang memerintahkan pembunuhannya tidak mampu untuk tidak mengakui Soleimani sebagai sosok anti-terorisme. Ia berkata, “Orang-orang Iran bahkan lebih memusuhi ISIS dibandingkan kita.”(http://hadese24.ir/news/28286)
Pembunuhan
[sunting | sunting sumber]Soleimani tewas dibunuh pada 3 Januari 2020 akibat serangan rudal yang menyerang rombongan dirinya di Bandara Bagdad.[14] Tubuhnya berhasil diidentifikasi dari cincin yang ia gunakan, sedangkan tes DNA masih menunggu hasil.[40] Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bahwa serangan tersebut dilakukan atas arahan dari Presiden Donald Trump.[41]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Qassem Suleimani not Just a Commander! – Taking a Closer Look at Religious Character of Iranian General". 10 March 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-10. Diakses tanggal 14 July 2016.
- ^ Dexter Filkins (30 September 2013). "The Shadow Commander". The New Yorker. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ Joanna Paraszczuk (16 October 2014). "Iran's 'Shadow Commander' Steps Into the Light". The Atlantic. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ Kambiz Foroohar. "Iran's Shadow Commander". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ "RealClearWorld - Syria's Iranian Shadow Commander". Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ "Iran's 'shadow commander' steps into the spotlight". The Observers. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-08. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ "Qasem Soleimani among those killed in Baghdad Airport attack – report". Reuters. 3 Januari 2020.
- ^ "عکس/ مدال های فرمانده نیروی قدس سپاه". Diakses tanggal 11 February 2015.
- ^ "Iran's Spymaster Soleimani Counters U.S. Moves in the Mideast - WSJ". WSJ. 6 April 2012.
- ^ "From the east, Iran-backed force advances on Tikrit". The Daily Star. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-03. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ "Trump Orders Strike Killing Top Iranian General Qassim Suleimani in Baghdad". The New York Times. 3 Januari 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Januari 2020. Diakses tanggal 3 Januari 2020.
- ^ "U.S. kills top Iranian commander Qasem Soleimani". Axios.
- ^ "Top Iranian general killed in US airstrike in Baghdad, Pentagon confirms". CNBC. 2 Januari 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Januari 2020. Diakses tanggal 3 Januari 2020.
- ^ a b "Iraq Militia Officials, Iran's Quds Force Head Killed in U.S. Drone Strike". Newsweek.com. Diakses tanggal 3 Januari 2020.
- ^ a b Alfoneh, Ali (January 2011). "Brigadier General Qassem Suleimani: A Biography" (PDF). Middle Eastern Outlooks. 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-07-25. Diakses tanggal 18 February 2013.
- ^ a b c d e f g h i Filkins, Dexter (30 September 2013). "The Shadow Commander". The New Yorker. Diakses tanggal 6 February 2014.
- ^ a b "The enigma of Qasem Soleimani and his role in Iraq". 13 October 2013. Diakses tanggal 14 July 2016.
- ^ a b c Weiss, Michael (2 July 2014). "Iran's Top Spy Is the Modern-Day Karla, John Le Carré's Villainous Mastermind". Diakses tanggal 14 July 2016.
- ^ Alfoneh, Ali (March 2011). "Iran's Secret Network: Major General Qassem Suleimani's Inner Circle" (PDF). Middle Eastern Outlooks. 2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-07-24. Diakses tanggal 18 February 2013.
- ^ "Iranian who brokered Iraqi peace is on U.S. terrorist watch list". McClatchy Newspapers. 31 March 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-18. Diakses tanggal 7 April 2008.
- ^ a b Abbas, Mushreq (12 March 2013). "Iran's Man in Iraq and Syria". Al Monitor. Diakses tanggal 13 March 2013.
- ^ Bret Stephens (16 March 2015). "Bret Stephens: What Assad Knows - WSJ". WSJ. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ Dexter Filkins (30 September 2013). "The Shadow Commander". The New Yorker.
- ^ "BBC News - Iran's Qasem Soleimani wields power behind the scenes in Iraq". BBC News.
- ^ "Iran's Soleimani pays tribute to fallen Hezbollah fighters". MehrNews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 2016-11-30.
- ^ "How Iranian general plotted out Syrian assault in Moscow". Reuters. 6 October 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-17. Diakses tanggal 14 October 2015.
- ^ "Suleimani was present during battle for Amerli". Business Insider. 3 September 2014.
- ^ "Iraqi and Kurdish troops enter the sieged Amirli". BBC News. 31 August 2014. Diakses tanggal 31 August 2014.
- ^ "So hilft Israels Todfeind den USA im Kampf gegen ISIS!". Diakses tanggal 4 September 2014.
- ^ Bengali, Shashank (2 September 2014). "In Iraq, residents of Amerli celebrate end of militant siege". Diakses tanggal 5 September 2014.
- ^ "Soleimani: Iran to help Iraq as needed". 28 May 2016. Diakses tanggal 14 July 2016.
- ^ "Iranian General Again in Iraq for Tikrit Offensive". defensenews.com. 2 March 2015. Diakses tanggal 3 March 2015.
- ^ a b Rasheed, Ahmad (3 March 2015). "Iraqi army and militias surround Isis in major offensive in the battle for Tikrit". The Independent. Diakses tanggal 31 March 2015.
- ^ Black, Ian; Dehghan, Saeed Kamali (16 June 2014). "Qassem Suleimani: commander of Quds force, puppeteer of the Middle East". Diakses tanggal 14 July 2016.
- ^ Gorman, Jay Solomon And Siobhan (6 April 2012). "Iran's Spymaster Counters U.S. Moves in the Mideast". Diakses tanggal 14 July 2016.
- ^ "ظریف محبوبترین چهره سیاسی ایران". Information and Public Opinion Solutions LLC (dalam bahasa Persian). 24 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-17. Diakses tanggal 24 May 2016.
- ^ "مادر حاج قاسم سلیمانی درگذشت". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-13. Diakses tanggal 2016-11-30.
- ^ "پاسخ پرمعنای پدر سردار قاسم سلیمانی به استاندار". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-27. Diakses tanggal 2016-11-30.
- ^ "رازهای زندگی سردار ایرانی/ حاج قاسم چگونه زندگی میکند". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-05. Diakses tanggal 2016-11-30.
- ^ "Iraqi TV Says Top Iranian Military Leader Killed In Rocket Strikes on Iraqi Airport". NPR.org. Diakses tanggal 3 Januari 2020.
- ^ "Statement by the Department of Defense". United States Department of Defense. 2 Januari 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Januari 2020. Diakses tanggal 3 Januari 2020.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- David Ignatius, At the Tip of Iran's Spear Diarsipkan 2013-09-28 di Wayback Machine., Washington Post, 8 June 2008
- Martin Chulov, Qassem Suleimani: the Iranian general 'secretly running' Iraq, The Guardian, 28 July 2011
- Dexter Filkins, The Shadow Commander, The New Yorker, 30 September 2013
- Ali Mamouri, The Enigma of Qasem Soleimani And His Role in Iraq, Al-Monitor, 13 October 2013