Jalan Jaksa
Jalan Jaksa adalah sebuah jalan pendek sepanjang 400 meter di Jakarta Pusat, Indonesia. Jalan ini terletak sekitar 1 km di selatan Monas dan sebelah barat stasiun kereta api Gondangdia.
Asal nama jalan ini berawal pada zaman Belanda, ketika mahasiswa Rechts Hogeschool Batavia (Akademi Hukum Jakarta) menetap di daerah ini ketika sedang menuntut ilmu di sana.[1] Karena itu jalan ini secara resmi dikenal sebagai Jalan Jaksa.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada akhir 1960-an, Jalan Jaksa mulai dikenal secara internasional di antara para petualang melalui International Youth Hostel Federation (IYHF). Tahun 1968, Nathaniel Lawalata, sekretaris jenderal Asosiasi Pemuda Indonesia mengubah rumahnya menjadi hotel bernama Wisma Delima. Hotel ini adalah hotel pertama di Jalan Jaksa dan satu-satunya hotel di Jakarta yang secara internasional terdaftar di IYHF.
Jalan ini terus mengalami perkembangan banyak hostel dan tercatat di berbagai buku panduan perjalanan terkenal seperti Lonely Planet. Jalan Jaksa kemudian menjadi titik transit untuk menjelajah seluruh Indonesia dan secara resmi ditetapkan sebagai kawasan pariwisata oleh dewan kota Jakarta.[butuh rujukan]
Tahun 1993, Dinas Pariwisata Jakarta mencatat 57.201 wisatawan mancanegara telah menetap di hotel dan hostel di sepanjang jalan ini dan sekitarnya, termasuk 29.676 warga Eropa, 9.309 warga Australia, 4.215 warga Amerika dan 649 warga Afrika. Lama menginap rata-rata wisatawan asing di Jalan Jaksa adalah tiga hari.
Pada 5-7 Agustus 1994, Festival Jalan Jaksa tahunan diadakan pertama kalinya.[2] Festival jalanan ini ditujukan untuk meningkatkan popularitas jalan ini dan merayakan budaya penduduk asli Jakarta yang dikenal sebagai suku Betawi.
Krisis moneter 1998, pengeboman Bali 2002, pengeboman kedutaan besar Jakarta 2004 dan keputusan tahun 2005 untuk mengurangi visa standar turis dari 60 menjadi 30 hari telah mengurangi jumlah turis beranggaran rendah di Jalan Jaksa. Banyak pelancong memutuskan untuk menetap di daerah lain di Indonesia daripada menghabiskan 10% dari visa 30 hari mereka di Jakarta.[butuh rujukan]
Pada 2007, Jalan Jaksa masih menjadi jalan berakomodasi rendah dan tempat hiburan murah di Jakarta. Jalan ini masih terkenal di antara penduduk setempat, guru bahasa Inggris, ekspatriat, dan pelancong. Meski kurang modern dan berkembang seperti Kuta, Bali atau Khaosan Road di Bangkok, jalan ini masih menawarkan serangkaian pelayanan untuk membantu turis beranggaran rendah termasuk agen perjalanan, toko buku, tempat penukaran mata uang, binatu, pub, dll.[butuh rujukan]
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "Jalan Jaksa, Saksi Kejayaan Backpacker di Jakarta". kumparan. Diakses tanggal 2022-02-02.
- ^ Susianty, Lenah. The Jakarta Post, 02 August (1994)