Formasi Rohani Pemimpin

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

FORMASI KEHIDUPAN ROHANI

PEMIMPIN
#1
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN FORMASI KEHIDUPAN ROHANI

• Menurut Lynn E. Samaan & Dunnam


Formasi Kehidupan Rohani adalah proses dinamis dimana
seseorang pemimpin-pelayan Kristen menerima kehidupan
Kristus dengan iman dan menerapkannya dalam
komitmen, disiplin dan perilaku/perbuatan, dimana
kehidupannya mengungkapkan Kristus yang hidup di
dalamnya sebagai kesaksian kepada dunia.
• Sasaran dari formasi kehidupan rohani ialah KUALITAS
HIDUP
ROHANI YANG BERPUSATKAN KRISTUS.
• Kualitas hidup ini dipengaruhi oleh pekerjaan Roh Kudus
dalam semua aspek dan peristiwa hidup, serta respon
atau komitmen (sikap) terhadap peristiwa serta
pengalaman hidup tersebut.
• Formasi rohani seorang pemimpin-pelayan TUHAN ditandai
oleh beberapa hal berikut:
1. Memiliki karakter Kristus (C hristlike).
2. Memiliki pengetahuan yang komprehensif – kemampuan
serta ketrampilan (knowledge – skill) yang bersifat sosial
(hubungan dengan orang) dan teknis (yang
berhubungan dengan kerja/pelayanan).
3. Memiliki tanggung jawab tinggi (sense of responsibility)
kepada: Allah, diri, gereja, dunia, dan
kerja/pelayanan.
4. Hidup bersasaran (sense of mission), yang memberi
motivasi
dan dinamika bagi hidup dan kerja/pelayanan).

• Seorang pemimpin-pelayan TUHAN yang memiliki


kedisiplinan dalam kehidupan rohaninya tidak lagi
berfokus pada diri sendiri.
• Setiap pemimpin Kristen membutuhkan disiplin dalam
bidang disiplin rohani. Disiplin rohani merupakan
salah satu sarana utama untuk intim dengan Allah.
• Ketekunan dalam melakukan disiplin rohani
menjadi usaha menentukan dalam mencapai
pelayanan yang tuntas. Mempraktikkan
disiplin rohani memampukan pemimpin untuk
memusatkan perhatian pada prioritas Allah
dan menjaga perilaku dan sikap mereka
yang berpotensi menghancurkan pelayanan.
• Menurut Rasul Paulus, mendisiplinkan kehidupan
diri adalah sarana untuk tekun dalam
pelayanan (1 Korintus 9:24-27).
• Richard Foster menegaskan bahwa disiplin
rohani bertujuan untuk mencapai suatu
kebaikan yang lebih besar, yaitu belajar hidup
bersama Tuhan,
bersekutu dengan Kristus, dan berubah oleh
kuasa Allah
• Menurut Andrew Brake (Spiritual Formation),
yang dimaksud dengan pembentukan rohani
adalah:

• Seseorang yang menjadi semakin serupa


dengan
Yesus (1 Yohanes 3:2-3)
• Seseorang yang menjalani kehidupan yang
serupa dengan Yesus.
• Seseorang yang sedang bertumbuh dalam
kehidupan rohaninya.
• Seseorang yang menginginkan Roh Kudus
memperbaharui kehidupannya secara rohani.
• Seseorang yang hidup sesuai dengan
harapan
Yesus, Tuhan kita.
 Menurut John Calvin kehidupan spiritual bukan
sebagai rangkaian pengalaman yang
menggetarkan jiwa, namun lebih sebagai suatu
“kebiasaan hati” (habits of the heart) sehari-hari.
 Karena itu, menurut C alvin, orang Kristen yang
sangat
efektif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bergantung pada Roh Kudus
• Rahasia terbesar dari kekudusan ialah karya internal
Roh Kudus di dalam diri kita.
• Karya Roh Kudus ialah membawa kita ke dalam
kesatuan dengan Kristus (union with Christ), yakni
pada suatu kesatuan relasional seperti dalam
pernikahan yang di dalamnya Roh Kudus
memainkan peran signifikan, sebagai pengikat yang
olehnya Kristus mempersatukan kita dengan diriNya.
• Kesatuan dengan Kristus itu tidak pernah bersifat
statis, sebaliknya akan menghasilkan dua tindakan
internal, yakni: mortifikasi (mematikan kehidupan
lama)dan vivifikasi (membangkitkan kehidupan
 Karena itu, menurut C alvin, orang Kristen yang
sangat efektif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bergantung pada Roh Kudus


• Menurut C alvin spiritualitas sejati itu
sesungguhnya adalah suatu proses pertobatan
dan pergumulan melawan dosa yang
berlangsung seumur hidup – “kesungguhan
berbaliknya kita kepada Allah, suatu perubahan
yang timbul dari takut akan Allah yang tulus dan
murni; dan ini terdiri dari mematikan kedagingan
dan manusia lama kita, dan munculnya hidup
baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”
• Dengan demikian, suatu persatuan iman
dengan Kristus yang dihasilkan melalui karya
Roh Kudus ini merupakan hal yang sangat
vital bagi spiritualitas sejati.
2. Penyangkalan Diri
• Penyangkalan diri yang sejati memiliki makna
yang jauh lebih dalam daripada sekadar hal-hal
yang bersifat superfisial (pendisiplinan diri, dsb.)
• Penyangkalan diri sejati berkaitan dengan
kesadaran akan “kepemilikan” atas hidup, bahwa
kita bukanlah milik kita sendiri, sebaliknya kita
adalah milik Allah.
• Calvin menegaskan bahwa sebagai makhluk
kepunyaan Allah, kita harus menyadari bahwa “kita
bukanlah milik diri kita sendiri: maka biarlah bukan
pikiran dan kehendak kita yang mengendalikan
rencana dan karya kita. Kita bukanlah milik diri
kita sendiri: maka biarlah kita tidak menjadikan
kenikmatan daging sebagai tujuan hidup kita.
Kita bukanlah milik diri kita sendiri: maka sedapat
mungkin, biarlah kita
menyangkal diri dan segala milik kita.”
• Penyangkalan diri membawa kita kepada
penyangkalan yang lebih khusus, yaitu
penyangkalan terhadap kepentingan dan
kehendak diri yang akan mengubah cara kita
dalam berelasi dengan sesama.
• Penyangkalan diri memimpin kita untuk
menikmati kepuasan dalam Allah
(contentedness) dan penuh dengan syukur.
• C alvin menyimpulkan bahwa orang yang telah
belajar untuk menyangkal diri itu akan senantiasa
mengucap syukur atas “segala sesuatu yang
terjadi, karena meyakininya sebagai ketetapan
Allah; ia akan menjalaninya dengan pemikiran
yang melimpah dengan ucapan syukur dan damai
sejahtera, sehingga ia tidak lagi memberontak
terhadap perintah Allah, yang pada kuasa-Nya itu
ia telah mempercayakan seluruh keberadaan dan
segala milik kepunyaan-Nya.”
3. Memikul Salib
• Calvin menegaskan bahwa peperangan rohani yang
sejati bukan diwujudkan dalam penyerangan
ataupun pergumulan melawan berbagai roh jahat,
tetapi sebuah peperangan rohani yang terjadi di
dalam hati yakni “bergumul tak habis-habisnya
dengan keragu-
raguannya sendiri”, dimana Iblis berupaya untuk
menggoyahkan iman kita kepada Kristus.
• Menurut Calvin, senjata rahasia orang percaya
untuk dapat memenangkan peperangan rohani
adalah
“penderitaan.” Penderitaan yang Calvin
maksudkan berbeda dengan konsep penderitaan
yang diajarkan oleh kaum Stoik (Stoisisme), tetapi
penderitaan yang didasarkan pada kesadaran
bahwa “Bapa kita yang penuh kasih juga telah
menghibur kita ketika Ia menyatakan bahwa
melalui jalan penderitaan salib itulah, Ia
menyediakan keselamatan bagi kita.”
• Apakah manfaat khusus dari penderitaan
dalam kehidupan orang Kristen?
• Penderitaan membawa kita kepada keserupaan
dengan Kristus. Ia menghancurkan kesombongan
kita dan memampukan kita untuk mengalihkan
keyakinan pada diri kita sendiri kepada Allah.

4. Memfokuskan diri pada kekekalan


• Memfokuskan diri pada hal kekekalan megarahkan
kita kepada realitas sorgawi. C alvin
menyebutnya sebagai “meditasi atas kehidupan
di masa yang akan datang.”
• Berorientasi pada kekekalan tidak bermaksud
mengajarkan kepada kita untuk memandang
rendah realitas kehidupan kini. Namun, perlu
diingat bahwa kasih kita kepada dunia adalah
kasih yang sekunder, sehingga tidak menjadikan kita
kehilangan kerinduan kehidupan kekal.
• Mengikut Kristus dengan terfokus pada kehidupan
kekal akan mentransformasi kehidupan kita di
masa kini.
5. Memanfaatkan seluruh aspek kehidupan bagi
kemuliaan Allah
• Menurut C alvin, kita hendaknya memanfaatkan
kehidupan yang baik ini bagi kemuliaan Allah.
Semua hal yang baik dalam kehidupan ini akan
berfungsi sebagai makanan rohani bila
dimanfaatkan sesuai dengan maksud dan
tujuannya masing-masing (keindahan dan
kegunaan)
• Ada empat hal penting yang harus kita pahami
bagaimana kita dapat memanfaatkan ciptaan
dan budaya sehingga Allah tetap menjadi pusat
hidup kita, yaitu:
a. Ketidakterikatan (detachment) yang berarti
mengembangkan sikap tidak terikat oleh
segala sesuatu yang ada di atas bumi ini.
b. Merasa puas (contentment) dengan yang sedikit,
akan memampukan kita memiliki sukacita yang
stabil, baik dalam kelimpahan maupun
kekurangan.
c. Pertanggungjawaban (accountability) yang berarti
kita menyadari bahwa Allah akan menghakimi
kita sehubungan dengan cara-cara kita
memanfaatkan karunia c iptaan maupun
budaya.
d. Kerajinan (diligence) yang membuat kita bertekun
dalam melaksanakan panggilan kita dengan
bekerja keras.

6. Bertekun dalam doa


• Doa tidak dapat mengubah kehendak Allah, tetapi
doa menolong kita untuk dapat memahami
kehendak Allah.
• Calvin menyebut doa sebagai “latihan iman
yang paling utama ... yang melaluinya kita
setiap hari menerima berkat-berkat Allah.”
• Menurut C alvin ada empat syarat untuk
memiliki efektivitas dalam berdoa, yaitu:
a. Penghormatan kepada Allah – hal ini memimpin
kita untuk lebih bersandar pada Roh Kudus yang
adalah Penolong kita dalam berdoa.
b. Kebutuhan yang tulus – menolong kita
untuk memanjatkan permohonan dengan
penuh ketulusan di dalam hati, sekaligus
dengan penuh kepercayaan akan
menerima jawaban doa dari pada-Nya.
c. Roh kerendahan hati dan pertobatan –
didapatkan dalam kesatuan dengan
Kristus dalam iman.
d. Iman yang penuh keyakinan –
menjadikan Allah sebagai motivasi
sekaligus tujuan dari pengharapan yang
penuh iman.
Kebiasaan #1
Bergantung
pada Roh
Kudus

Kebiasaan #6
Kebiasaan #2
Bertekun
M enyangkal
dalam doa
diri

Kebiasaan #5
Memanfaatkan
seluruh aspek Kebiasaan
kehidupan #3 M emikul
bagi salib
kemuliaan
Allah

Kebiasaan
#4
M emfokuska
n diri pada
kekekalan
B. HAKIKAT FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN
• Hakikat formasi kehidupan rohani seorang
pemimpin-pelayan TUHAN dapat dilihat
dalam beberapa aspek penting berikut ini:

1. Individu mengenal dan mengalami Allah


secara
intim melalui persekutuan.
2. Individu mengalami perkembangan holistik
yang
mengarah pada kesucian hidup Kristen.
3. Individu berketetapan untuk taat kepada
Allah
dalam kehidupan dan pelayanannya.

• Hakikat formasi kehidupan rohani di atas


mencakup segala aspek hidup, dan
B. HAKIKAT FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN

• Pembentukan rohani seorang pelayan


Tuhan didasarkan pada kesadaran akan
kebutuhan mutlak akan firman Allah.
• Dalam Matius 4:1-11, kita diperhadapkan pada
konteks ketika Yesus dicobai oleh Iblis di
padang gurun.
• Berdasarkan narasi “pencobaan di padang
gurun”, maka kita dapat mengklasifikasikan
pencobaan tersebut dalam tiga
pencobaan umum yang dihadapi umat
manusia:
a. Keinginan daging
b. Keinginan mata
c. Keangkuhan hidup
B. HAKIKAT FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN

• D.A. Carson menjelaskan bahwa fokus peristiwa


pencobaan di padang gurun adalah status
Yesus yang sebelumnya disebut sebagai Anak
Allah (Matius 3:17; 4:3, 6), dan implikasinya
terhadap hubungan Dia dengan Bapa-Nya:
> Ia harus siap untuk menerima kepapaan
dalam memenuhi tugas-Nya yang diberikan
Allah tanpa harus menarik peringkat (pasal
2-4).
> untuk mempercayai pemeliharaan Bapa-
Nya tanpa perlu menguji hal itu dengan
memaksa tangan Allah (pasal 5-7)
> menolak jalan pintas untuk penggenapan misi-
Nya yang akan dicapai dengan
mengorbankan dan mengompromikan
B. HAKIKAT FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN

• Apa yang dapat kita pelajari dari


pencobaan yang dialami Yesus? Apa yang
dikatakan-Nya tentang pentingnya firman
Allah bagi kita? ... “Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah.”

• Terdapat beberapa cara agar kita dapat


mempelajari dan memperoleh manfaat
dari firman Allah:
1) Mendengarkan Firman (Yesaya 1:2).
• Melalui perenungan pribadi.
• Media (audio-visual).
• Dll.
B. HAKIKAT FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN

2) Membaca Firman (Wahyu 1:3; 1 Tes. 5:27;


Kolose 4:16)
• Pembacaan pribadi
• Mempraktikkan
• Dll.
3) Berinteraksi dengan Firman (Kolose 3:16; 2
Tim.
2:15).
• Mempelajari/mencermati firman Tuhan
• Menimbulkan kepekaan rohani
4) Merenungkan Firman (Yosua 1:8)
• Mencerna dan menikmati firman Allah
• Merenungkan kebenaran yang tersirat di
dalamnya
• Berpikir mendalam tentang makna
B. HAKIKAT FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN

5) Menghafal firman Allah (Mazmur 119:9, 11)


• Menyimpan hukum Allah di dalam
hati/pikiran.
• Mengingatkan kita agar tidak jatuh ke
dalam dosa (bandingkan dengan
peristiwa ketika Yesus dicobai Iblis di
padang gurun).

Pertanyaan untuk didiskusikan:


1. Apa penghalang terbesar Anda untuk
mengembangkan sebuah pola disiplin rohani?
2. Bacalah Ibrani 4:12 dan 2 Timotius 3:16
dengan saksama. Bagaimana
menghubungkannya dengan disiplin
C. ASPEK-ASPEK FORMASI ROHANI KEPEMIMPINAN
• Aspek-aspek formasi kehidupan rohani
pemimpin- pelayan Kristen dapat dipahami
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Formasi rohani merangkum peran kooperatif
antara Allah dan umat-Nya/pemimpin-pelayan
Kristen (II Korintus 7:1; Yohanes 4:8; I Petrus 1:22; I
Yohanes 3:3).
2. Formasi kehidupan rohani terlaksana dalam
mekanisme hidup bersama (I Korintus
12:12-27; Efesus 1:23; Kolose 2:19), yang
terjadi secara bersinambung dalam sejarah
hidup seseorang.
3. Formasi kehidupan rohani adalah suatu proses
dimana di dalamnya melibatkan pemrosesan
(faktor manusia dan peristiwa), waktu
(pengalaman) serta penanggapan terhadap
faktor-faktor tersebut yang terjadi dalam
D. RANGKUMAN
• Formasi rohani kepemimpinan setiap pemimpin-
pelayan TUHAN merupakan suatu proses
menuju suatu hakikat hidup pemimpin Kristen
yang bersifat dinamis, serta merupakan proses
pendewasaan hidup rohani sebagai bagian
integral kepemimpinan individu tersebut.
• Formasi kehidupan rohani merupakan proses
yang terus berjalan ke arah sasaran formatif
yang merupakan hakikat guna
mengekspresikan diri dalam bentuk karakter
yang lebih matang dan memuliakan Allah.
• Ekspresi hakikat ini menggambarkan sifat, sikap
(perilaku), serta tipe diri seseorang yang adalah
bagian integral dari diri serta pelayanannya,
yang mewarnai seluruh aspek hidup dan
pelayanannya secara utuh.
#2
FORMASI KEHIDUPAN ROHANI PEMIMPIN-PELAYAN

• Seorang pemimpin-pelayan TUHAN haruslah


seorang yang memiliki formasi kehidupan
rohani yang memuliakan Allah dalam setiap
aspek hidupnya.
• Beberapa aspek penting yang merupakan
syarat yang hakiki bagi setiap pemimpin-
pelayan TUHAN adalah sebagai berikut:

1. Pertobatan
• Syarat pertama yang harus ada pada diri
seorang
pelayan Kristen adalah bahwa ia telah
sungguh- sungguh bertobat, yang ditandai
oleh adanya komitmen tinggi untuk hidup
memuliakan Allah.
• Pertobatan pada dasarnya berarti
meninggalkan atau berbalik dari dosa, dan
berpaling kepada Kristus Juruselamat satu-
satunya, dengan penuh percaya dan
kepatuhan mutlak.
• Dalam kaitan ini, pertobatan menjadi dasar
untuk memampukan seseorang untuk
menghayati arti ketundukan pada Kristus hari
demi hari, berpegang teguh pada Alkitab,
mengesampingkan ide-ide sendiri dan
membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh Allah.
• Pengalaman pertobatan adalah prasyarat
mutlak dan utama, yang akan memberikan
kesadaran akan ketergantungan mutlak pada
anugerah Allah, dan sekaligus memotivasinya
untuk mengasihi Allah dan sesama.
2. Pembaruan Budi
• Syarat lainnya yang juga harus nampak adalah
mengalami pembaharuan budi yang
berlangsung secara terus menerus dalam diri
pemimpin- pelayan Kristen.
• Pekerjaan pembaharuan ini hanya dapat
dilakukan oleh campurtangan Allah semata
(bnd. Efesus 4:17-24).
• Pembaruan akal budi tidak terjadi secara
otomatis. Akal budi adalah pemberian
yang sangat berharga dari Allah bagi
semua orang.
• Allah mengaruniakan kepada setiap orang
percaya “akal budi Kristus” yang merasuki
pikiran dan tindakan mereka dengan suatu
dimensi rohani.
• Allah menghendaki agar kita menggunakan
akal budi secara bertanggungjawab.
Dengan demikian, pembaruan budi yang
dikerjakan Allah akan memampukan kita
menghasilkan perilaku hidup yang
mencerminkan sifat-sifat khas Allah, yaitu
kebenaran (keinginan untuk memiliki hubungan
yang harmonis dengan Allah dan sesama),
dan kekudusan hidup.

3. Ketaatan
• Syarat penting yang harus ada dan dimiliki
oleh
setiap pelayan TUHAN adalah c ara hidup
yang dikuasai oleh ketaatan kepada Tuhan.
• Tuhan Yesus menuntut para murid agar
melayani dengan ketaatan mutlak. Melayani
• Ketaatan seorang pelayanan TUHAN juga
harus nampak dalam keteladanan dalam
sikap penyesalan dan pengakuan dosa.
• Keteladanan sikap tersebut merupakan
tanda sebuah proses pertumbuhan dan
kedewasaan rohani.

4. Kerendahan Hati
• Kerendahan hati bagi dunia merupakan
“barang
langka”, dan bahkan dianggap sesuatu
kebodohan.
• Dalam dunia pelayanan Kristen, kerendahan hati
merupakan bagian penting yang harus
mewarnai kehidupan setiap pelayan Tuhan.
• Prinsip ajaran Yesus: “siapa yang meninggikan
diri
• Kerendahan hati seorang pemimpin-
pelayan Tuhan, sama seperti
kerohaniannya, harus menjadi sifat yang
terus bertumbuh.

5. Pertumbuhan Rohani
• Setiap pelayan Tuhan haruslah
memastikan
mengalami pertumbuhan rohani.
• Kerohanian seorang pelayan Tuhan
dianalogikan seperti benih yang memiliki hidup
dan kekuatan untuk bertumbuh menjadi pohon
besar yang akan menghasilkan buah.
• Untuk dapat mengalami pertumbuhan rohani,
maka kita harus memiliki hubungan integral
dengan Dia, Sumber Kehidupan itu sendiri
(Bnd. Mzr. 1:1-3; Yer. 17:7-8).
• Dalam Matius 5:1-12, Tuhan Yesus
menunjukkan sifat atau karakteristik hidup
Pelayanan Tuhan yang sesuai dengan
standar Kerajaan Allah:

1. Memiliki hati yang hancur, rendah hati, dan


miskin
rohani di hadapan Allah.
• Apa arti miskin di hadapan Allah?
• Miskin di hadapan Allah ada hubungannya
dengan kerendahan hati yang tulus,
pengakuan pribadi akan kebobrokan rohani.
• Miskin di hadapan Allah adalah bentuk
terdalam
dari pertobatan.
• Miskin di hadapan Allah adalah pengakuan
bahwa kita tidak memiliki apa-apa dari diri
• Miskin di hadapan Allah adalah kesadaran
bahwa kita benar-benar membutuhkan
kehadiran-Nya, dan sebaliknya kita tak berdaya
tanpa Allah.
• Bandingkan kisah Gideon yang senantiasa
bergantung hanya kepada Allah (Hakim-
Hakim 6:1-40 - *14-16).
• Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Surga
adalah milik mereka yang rendah hati. Dalam
pasal 5, Ia mengatakan bahwa jika kebenaran
kita tidak melebihi kebenaran orang Farisi, kita
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga,
yang berarti bahwa kita harus menyingkirkan
kesombongan kita.
• Di sini, Yesus mengingatkan kita untuk
mengakui kebobrokan rohani kita,
mengosongkan diri dari upaya pembenaran
2. Meratap dan berdukacita karena kesadaran akan
keberdosaannya
• Kata “berdukacita” menunjuk pada kesedihan
pribadi akibat dosa pribadi. Hal ini
merupakan padanan emosional dari miskin di
hadapan Allah.
• Bnd. Mazmur 51 – ketika hati Daud
remuk/hancur
karena dosanya dengan Batsyeba, dan
Lukas 18:13 – ketika pemungut c ukai
merendahkan dirinya di hadapan Allah di
Bait Allah.
• Ketika kita melihat betapa berdosanya kita,
kita semua akan semakin mampu melihat
betapa dalamnya kasih Allah itu.
• Orang yang miskin di hadapan Allah
adalah orang yang rendah hati dan
mengakui ketidakberdayaannya untuk
3. Memiliki kelemahlembutan.
• Apa artinya lemah lembut?
• Kelemahlembutan berbeda dengan miskin di
hadapan Allah. Miskin di hadapan Allah
berkaitan dengan penilaian seseorang akan
dirinya sendiri, terutama dengan hubungannya
dengan Allah, sementara kelemahlembutan
lebih berkaitan dengan hubungannya dengan
Allah dan manusia.
• Matius 11:29 - Kelemahlembutan adalah
kerinduan hati yang terkendali untuk
mendahulukan kepentingan orang lain
daripada kepentingan diri sendiri.
• Bilangan 12:3 – Musa disebut orang yang sangat
lembut hati. Ketika Harun dan Miryam
menentang kepemimpinannya, ia bukannya
membela diri, tetapi memercayakan dirinya
4. Memiliki sifat lapar dan haus akan kebenaran.
• Kita harus memiliki kesadaran bahwa ia
tidak dapat hidup tanpa kebenaran,
layaknya makanan jasmani bagi
tubuhnya.
• Hal itu diibaratkan ketika Anda mampu
menyantap makanan favorit Anda dan tidak
pernah merasa kenyang, namun selalu
dipuaskan olehnya.
• Kebenaran di sini mengacu pada
menyesuaikan dengan kehendak Allah.
Mereka yang lapar dan haus akan kebenaran
ingin agar hidup mereka sesuai dengan
kehendak Allah.
• Yang dimaksudkan di sini bukanlah mengejar
pengalaman pribadi atau kehidupan rohani
“tingkat tinggi”, melainkan mengejar
5. Memiliki kemurahan hati.
• Murah hati berkaitan erat dengan belas
kasihan yang sesuai dengan hati Allah.
Belas kasihan adalah respons kasih yang
muncul dari
penderitaan dan ketidakberdayaan orang lain.
• Belas kasihan kita terhadap orang lain ada
kaitannya dengan penerimaan kita akan belas
kasihan dari Allah. Ketika kita menunjukkan
belas kasihan kepada orang lain, kita
menerima lebih banyak c ontoh belas kasihan
dari Allah, yang memungkinkan kita
menunjukkan belas kasihan lebih banyak lagi
kepada orang lain.
• Bnd. Lukas 10:25-37 – perumpamaan tentang
orang Samaria yang baik hati. Allah
memanggil kita untuk berbelas kasih pada
6. Memiliki kesucian hidup.
• Orang yang suci hatinya akan melihat Allah.
• Mazmur 15 – mereka yang memiliki tangan
yang bersih dan hati yang murni akan masuk
dalam hadirat Allah.
• Kemurnian hati merupakan kebutuhan
mutlak dalam persekutuan dengan Allah
(bnd. Ibrani 12:14).
• Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan,
tindakan pencegahan, keputusan, pilihan, dan
disiplin. Namun, kemurnian seutuhnya,
yaitu pengudusan, adalah karya iman, pada
saat kita mengizinkan Roh Kudus
mengendalikan keberadaan batiniah kita.
7. Menjadi pembawa damai.
• Setiap orang percaya bertanggung jawab
sebagai pembawa dan menyebarkan Injil
damai sejahtera, yang membawa rekonsiliasi
dengan
Allah (bnd. Yesaya 52:7).
• Membawa damai dan melakukan rekonsiliasi
adalah hal yang dilakukan Yesus di atas kayu
salib bagi umat manusia. Ia memulihkan
hubungan kita dengan Allah, meruntuhkan
tembok pemisah.

8. Siap menderita aniaya karena kebenaran.


• 2 Timotius 3:12 – mereka yang ingin hidup
saleh di
dalam Kristus Yesus akan mengalami aniaya.
• Penganiayaan itu dapat berupa penghinaan,
#3
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PERTUMBUHAN ROHANI
• Beberapa faktor yang sering menjadi
penghambat pertumbuhan rohani
seorang Kristen, sbb.:
a) Kompromi – melepaskan sebagian
prinsip demi
tercapainya persetujuan.
b) Ambisi – sikap atau pikiran untuk memanfaatkan
peluang yang ada hanya untuk membesarkan
diri sendiri.
c) Iri hati – sikap hati yang ambisius yang selalu
ingin
diakui melebihi orang lain.
d) Kesombongan – sikap subordinat yang
berlebihan atas diri, sehingga tidak ada
penghargaan bagi sesama.
A. Transformasi Karakter Pelayan Tuhan

• Pembentukkan karakter (transformasi) adalah


proses, bukan peristiwa. Hal tersebut adalah
suatu proses perubahan dari manusia duniawi
menjadi gambaran Kristus (bnd. Roma 12:1-
2).
• Proses perubahan itu dimulai dari peristiwa
ketika kita percaya kepada Kristus dan
dijadikan ciptaan
baru (2 Kor. 5:17) serta Roh Kudus tinggal di
dalam
kita. Para teolog menyebutnya sebagai
pembenaran.
• Setelah dilahirkan kembali sebagai c iptaan
baru
di dalam Kristus, Roh Kudus melakukan
A. Transformasi Karakter Pelayan Tuhan

• Kunci transformasi rohani seorang pelayan Tuhan


adalah pada kedekatan dengan Kristus
(Yohanes 15:1-8).
• Kedekatan itu menjamin banyaknya buah yang
dihasilkan di dalam kehidupan. Buah itu
terutama adalah buah Roh (Galatia 5:22-23),
yaitu kualitas
yang ditunjukkan dalam kehidupan orang
percaya yang berkarakter Kristus.
• Allah menggunakan berbagai c ara, yang
dikombinasikan dengan kekuatan Roh, untuk
mengerjakan proses perubahan di dalam diri
kita (faktor respon, situasi, dan intervensi Roh
Kudus).
A. Transformasi Karakter Pelayan Tuhan

• Sarana transformasi yang digunakan Allah


untuk pembentukan rohani kita:
1) Firman Allah
• Firman Allah adalah sarana utama yang
digunakan Allah untuk membentuk karakter
anak-
anak-Nya.
• Roh Kudus menggunakan firman untuk
mengingatkan kita akan dosa, melembutkan
hati, dan mengerti kebenaran Allah (Yoh. 16:8).
• Melalui firman kita dapat memikirkan apa yang
dikehendaki Allah bagi kita yang didasrkan
pada prinsip-prinsip Kerajaan Allah.
• Kita perlu mendisiplinkan diri untuk
mendengar, membaca, mempelajari,
A. Transformasi Karakter Pelayan Tuhan

2) Doa
• Kesungguhan kita dalam berdoa
mendemonstrasikan kebergantungan kita
kepada Allah dan kekuatan-Nya untuk bekerja
di dalam serta melalui kita.
• Kita perlu mengembangkan pola doa yang
strategis (bagi pertumbuhan dan
pengembangan karakter rohani kita). Kita
mungkin sering berdoa hanya merupakan
respons terhadap situasi yang kita hadapi.
• Berdoa meminta agar Roh Kudus menjadikan
kita peka terhadap berbagai kesempatan
untuk bertumbuh dan mengaplikasikan
kebenaran dalam kehidupan dan pelayanan.
A. Transformasi Karakter Pelayan Tuhan

3) Keteladanan hidup orang lain.


• Secara sadar atau tidak, kita juga
dibentuk/dipengaruhi oleh faktor
keteladanan seseorang yang ada di dekat
kita (orang tua, guru, pendeta, mentor, dll.)
• Bnd. Amsal 13:20; 27:17)
• Kita juga dapat dipengaruhi secara positif oleh
teladan negatif dari orang lain dan belajar
dari kesalahan mereka (bnd. Kisah Daniel,
Yusuf, Ester, Nehemia).
• Satu c ara yang dapat kita lakukan untuk
belajar dari teladan orang lain adalah
dengan membaca biografi tokoh-tokoh yang
sukses dan dipakai Allah dalam
kehidupannya.
A. Transformasi Karakter Pelayan Tuhan

4) Mentor Rohani
• Pengajaran dan teladan dari seorang mentor
rohani adalah unsur penting lainnya dalam
membentuk dan membangun karakter dan
nilai- nilai Kristus di dalam hidup seorang
pelayan Tuhan.
• Paulus memilih Timotius untuk menjadi partner
kerja, dan selama itu ia menanamkan nilai-
nilai Kerajaan Allah ke dalam kehidupan
Timotius (2 Tim. 3:10-14).
• Mintalah agar mereka memonitor dan
membantu pengembangan kerohanian Anda.
Adakanlah pertemuan secara berkala untuk
mendiskusikan hal-hal yang dapat menolong
Anda bertumbuh secara rohani.
#4 – STRATEGI PENGEMBANGAN FORMASI
KEHIDUPAN
ROHANI

A. Membangun Fondasi Dasar bagi Formasi


Kehidupan Rohani
• Beberapa strategi yang perlu
dikembangkan berkaitan dengan
pengembangan formasi kehidupan rohani
hamba Tuhan, sbb.:
1. Membangun kedisiplinan yang bersifat
internal.
• Membangun kedisiplinan internal
merupakan
disiplin yang bertujuan untuk membentuk
kesadaran/kepekaan rohani untuk
berinteraksi dengan Allah.
1) Disiplin Batin
• Bertujuan untuk melatih kepekaan rohani
dan membentuk karakter Kristen yang
penuh penyerahan secara total.
• Mendisiplin diri dalam pengembangan
komunikasi
bersama dengan Allah, belajar untuk dapat
berkonsentrasi/berpikir terfokus.
• Konsep meditasi Kristen berbeda dengan
konsep meditasi agama Timur (zen, yoga,
dll.)
• Meditasi agama Timur menekankan perlunya
melepaskan pikiran dari dunia, merupakan
pelarian dari roda keberadaan manusia yang
penuh sengsara. Yang dipentingkan ialah
kehilangan kepribadian dan individualitas
serta menyatu dengan Pikiran Kosmis (alam)
guna mengendalikan gelombang otak agar
• Sedangkan meditasi Kristen membawa kita
kepada keutuhan batin yang perlu agar
kita dapat memberi diri dengan leluasa
kepada Tuhan, dan juga kepada persepsi
rohani yang perlu untuk menyerang
kejahatan dalam masyarakat (bnd. Lukas
11:24-26)

2) Disiplin perilaku
• Disiplin perilaku merupakan pendisiplinan
yang
akan menghasilkan pola hidup yang
bertanggung jawab.
• Disiplin perilaku dapat berupa kehidupan tulus
dan sederhana.
• Disiplin perilaku juga dapat berupa
ketundukan guna memahami diri (tunduk
kepada Allah, firman, keluarga, hubungan
3) Disiplin Pelayanan
• Disiplin pelayanan bertujuan untuk
mengembangkan kesadaran akan tanggung
jawab dalam melayani.
• Disiplin pelayanan dapat berupa:
> mengoreksi motivasi pelayanan
> mempersiapkan pelayanan
> meningkatkan keterampilan melayani
> meningkatkan kemampuan bekerja dalam
tim
> dll.
• Perhatikan nasihat Rasul Paulus kepada
Timotius agar tetap setia, terfokus, dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas pelayanan yang dipercayakan (1 Tim.
4:1-16; 2 Tim. 2: 1-26).
B. Langkah-langkah pengembangan spiritualitas
• Terdapat beberapa tahapan penting yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan
spiritualitas:
1) Tahap penyelidikan diri
• Menyelidiki keberadaan diri guna mengenal diri
secara objektif (melihat kekuatan dan
kelemahan diri).
2) Tahap mengerti diri
• Tahap untuk mengakui dan menerima diri
apa adanya sebagai anugerah Tuhan.
3) Tahap melangkah
• Tahap untuk mulai melangkah secara
sistematis guna pengembangan kepribadian
dalam mengembangkan kekuatan diri, dan
mengatasi kelemahan diri kearah perubahan
• Dibutuhkan lima (5) sikap untuk
pengembangan kepribadian:
a) Sikap emphatic – kesanggupan untuk
merasakan dan mengerti dengan tepat kondisi
apa dan bagaimana yang dialami.
b) Sikap otentik – sikap jujur dan terbuka
untuk mengungkapkan yang
sebenarnya.
c) Sikap respek – sikap hormat dan
menghargai diri
apa adanya dengan penuh tanggung
jawab.
d) Sikap konfrontir – sikap keterbukaan dan
berani menghadapi dan menerima kekuatan
dan kelemahan diri.
e) Sikap pewujudan diri – sikap pemenuhan diri
untuk memastikan potensi diri yang ada untuk
• Beberapa hambatan pendewasaan rohani yang
bersifat internal:

> gambaran yang keliru tentang Allah.


> gambaran yang keliru tentang diri sendiri.
> menghargai diri secara salah (berdasar
prestasi,
dll.)
> sikap perfection (sempurna)
> sikap hati yang keliru
> Luka batin (frustasi, kecewa, dll.)
> keterikatan pada kebiasaan-kebiasaan
tertentu.
> kecemasan/kekuatiran yang berlebihan.
> dll.
• Langkah-langkah praktis bagi pengembangan
spiritual:

1) Membangun hubungan/relasi dengan


lingkungan (komunitas) masyarakat.
2) Penyelidikan Alkitab secara khusus dan teratur.
3) Retreat sebagai bentuk “pengasingan diri secara
khusus” bagi pembinaan kerohanian.
4) Membangun kehidupan ibadah.
5) Lakukan piknik (tour) secara terencana.
6) Latihan/praktik dalam menyelesaikan
persoalan secara sehat dan bertanggung
jawab.
C. Saat Teduh (SA-TE)

• Saat teduh merupakan metode renungan


pribadi kita untuk mendapatkan makanan
rohani dari firman Tuhan bagi pertumbuhan
dan pemeliharaan rohani secara pribadi.
• Kepentingan dari melakukan perenungan
pribadi:
1) Bertujuan untuk memuaskan hati Allah yang
menghendaki persekutuan dengan anak-
anak- Nya (Lukas 19:10).
2) Diperlukan untuk pertumbuhan rohani Kristen
(1
Petrus 2:2); Ibrani 5:11-14)
3) Dilakukan/diteladankan oleh Tuhan Yesus
(Markus 1:35; Lukas 4:42; 5:16).
4) Sebagai persiapan yang terbaik untuk melayani
C. Saat Teduh (SA-TE)

• Terdapat beberapa alasan/penghalang


mengadakan renungan pribadi:

a) Tidak ada waktu/terlalu sibuk (persoalan


prioritas).
b) Malas (persoalan kedagingan)
c) Tidak mau (persoalan kehendak)
d) Tidak mengerti apa yang dilakukan (persoalan
metode)
e) Tidak mendapat berkat (persoalan sasaran)
f) Dibalik semua hal di atas, Iblis sedang bekerja.

• Mengadakan renungan pribadi (sate)


bukan sebatas metode, tetapi sebuah
peperangan rohani.
C. Saat Teduh (SA-TE)

• C ara mengadakan renungan pribadi


1. Persiapan
> miliki sikap yang layak (1 Sam. 16:7)
> memilih waktu yang tepat – “aku ingin
mendengar suara Tuhan sebelum aku
mendengar suara siapapun pada pagi
hari”
(Stephen Alford).
> memilih tempat yang khusus supaya
dapat
membaca dan berdoa tanpa terganggu.
2. Langkah-langkah
> berdiam dengan Allah (Mzr. 46:11)
> berdoa (Mzr. 139:23-24; 119:18)
> Bernyanyi (bila suasana memungkinkan)
C. Saat Teduh (SA-TE)

> membaca dengan merenungkan suatu


bagian
Alkitab.
a. Membaca
> baca berurutan menurut rencana
* bagian demi bagian dalam satu kitab
* seluruh Alkitab
* Mazmur dan Amsal
> baca dengan perlahan
> ulangi pembacaan tersebut
> baca dengan konsentrasi
> jika menggunakan buku renungan,
selalu baca Alkitab terlebih dahulu.
b. ...
C. Saat Teduh (SA-TE)

b. Merenungkan apa yang dibaca


> amatilah dan pikirkanlah bagian yang
dibaca dengan mengajukan
pertanyaan- pertanyaan (lebih baik
dengan catatan)
* siapakah yang terlihat dalam bagian
ini?
* apa yang dikatakannya?
* apakah yang dilakukannya?
* kapan ini terjadi?
* dimana ini terjadi?
* mengapa ia melakukan hal itu?
* dsb.
C. Saat Teduh (SA-TE)
> Renungkan beberapa hal berikut:
* adakah dosa yang harus diakui dan
ditinggalkan?
* adakah janji untuk saya? Janjinya
bersyarat atau tidak?
* apakah ada sikap yang harus diubah?
* apakah ada perintah yang harus ditaati?
* apakah ada teladan yang harus diikuti?
* adakah contoh negatif yang harus
ditinggalkan?
* adakah kebenaran yang harus
dipercayai?
* apakah yang saya harus ucapkan
syukur?
* perhatikan hubungan dengan Tuhan –
Diri sendiri – Orang lain.
C. Saat Teduh (SA-TE)

3. Penerapan
• Penerapan adalah maksud dari bagian yang
direnungkan untuk pribadi saya lakukan hari
ini.
• Kepentingan penerapan:
> kita belum sungguh-sungguh mengerti
firman
Tuhan apabila belum menerapkannya.
> mempelajari firman Tuhan tanpa
melakukan adalah hal menipu diri sendiri
(Matius 7:24-27; Yakobus 1:22)
> menerapkan firman Allah perjuangan
melawan
Iblis, kedagingan, dan dunia.
> kita tidak dapat menerapkan segala
• Beberapa petunjuk tentang penerapan:
1. penerapan perlu bersifat pribadi (aku/saya)
2. penerapan perlu bersifat praktis
3. penerapan perlu bersifat spesifik
* apakah yang akan dilakukan?
* kapan itu akan dilakukan?
* dimana itu dilakukan?
* dengan siapa itu dilakukan?

4. Berdoa
• Uc apan syukur atas apa yang Tuhan berikan
• Mengakui dosa dan mohon Tuhan menyucikan
hati kita
• Mendoakan penerapan dari bagian yang
dibaca
• Mendoakan orang lain dan pelayanan
pekerjaan Tuhan
KESIMPULAN

1. Allah menghendaki agar setiap kita, para


pelayan-umat-Nya mengalami kehidupan
rohani yang terus bertumbuh menuju kepada
kedewasaan penuh di dalam Kristus.
2. Untuk dapat bertumbuh kita membutuhkan
pertolongan Roh Kudus sebagai sumber
kekuatan dan ditandai dengan adanya
komitmen diri sebagai wujud kesadaran dan
tanggung jawab kita atas kasih karunia yang
dianugerahkan-Nya bagi kita melalui karya
Kristus yang membebaskan.
3. Selamat bertumbuh menuju kedewasaan
rohani bagi kejayaan Kerajaan Allah dan
memberkati sesama.

Anda mungkin juga menyukai