Paradigm A
Paradigm A
Paradigm A
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Kritisisme (Immanuel Kant : Kritik atas Rasio
Murni; Kritik atas Rasio Praktis; Kritik atas
Daya Pertimbangan)
4. Intuisionisme
Aliran Kefilsafatan Rasionalisme
• Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia
tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia,
sehingga diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat
tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber
dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari
pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung
pada prinsip-prinsip ini. Prinsip-prinsip ini kemudian
dikenalkan oleh Descartes dengan istilah substansi atau
ide bawaan (innates ideas) yang sudah ada dalam jiwa
sebagai kebenaran yang clear dan distinct, tak bisa
diragukan lagi (Muslih, 2008).
• Aliran ini menekankan pentingnya peran akal, idea,
substansi, form, kausalitas dan kategori dalam proses
keilmuan.
• Memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber
pengetahuan.
Aliran Kefilsafatan Empirisme
• Aliran ini menekankan pengalaman sebagai sumber
utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah
(sensation) maupun pengalaman batiniyah (reflexion).
• Pengalaman inderawi sebagai permulaan segala
pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari
semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan
data-data inderawi yang sama, dengan cara yang
berlainan (Thomas Hobbes).
• John Locke : Rasio mula-mula harus dianggap sebagai
“as a white paper” yang seluruh isinya berasal dari
pengalaman.
Aliran Kefilsafatan Kritisisme
• Adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu
menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya. Langkah ini
dimulai oleh Immanuel Kant dengan kritik atas rasio murni, lalu
kritik atas rasio praktis, dan terakhir adalah kritik atas daya
pertimbangan.
• Dikembangkan oleh Immanuel Kant, berusaha mengatasi
perdebatan soal “objektivitas pengetahuan” yang berasal dari
pemikiran rasionalisme dengan empirisme (aliran pengalaman)
dengan menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran manusia
yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat
dalam akal. Kant mengubah wajah filsafat secara radikal dengan
memberikan tempat yang sentral pada manusia sebagai subjek
berpikir. Ia tidak mulai dengan penyelidikan benda-benda sebagai
objek, melainkan menyelidiki struktur-struktur subjek yang
memungkinkan mengetahui benda-benda sebagai objek.
• Lahirnya pengetahuan karena manusia dengan akalnya aktif
mengkonstruksi gejala-gejala yang dapat ia tangkap.
Aliran Kefilsafatan Intuisionisme
• Menurut aliran ini sumber pengetahuan adalah
pengalaman pribadi, dan sarana satu-satunya adalah
intuisi.
• Bergson (Muslih, 2008) : Intuisi adalah suatu sarana
untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Intuisi
sebenarnya adalah naluri (instinct) yang menjadi
kesadaran diri sendiri dan dapat menuntun kita kepada
kehidupan dalam (batin). Jika intuisi dapat meluas
maka ia dapat memberi petunjuk dalam hal-hal yang
vital sehingga dapat menemukan elan vital atau
dorongan yang vital dari dunia yang berasal dari dalam
dan langsung, bukan dengan intelek.
Paradigma
• Seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-
tindakan kita, baik tindakan keseharian maupun dalam
penyelidikan ilmiah (Thomas Kuhn dalam Muhammad Muslih,
2008). Atau (a) A set of assumption and (b) beliefs of
concerning (asumsi yang “dianggap” benar, secara given)
• Seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang
menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan
sehari-hari.
• Suatu citra fundamental dari pokok permasalahan suatu ilmu.
• Merupakan kerangka logis dari teori karena itu sering
disamakan dengan kerangka teori (theoretical framework).
Fungsi Paradigma