Uji Tarik

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA

KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS


SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

ROBBY CAHYADI, S.T


2 ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh media pendingin air laut terhadap
sifat mekanik baja karbon medium yang disambung dengan las SMAW.
Dilakukan pengujian pada 2 jenis specimen yaitu baja karbon medium yang
dilas dan tanpa dilas, dilakukan quenching pada temperature 850 ⁰C, kemudian
dilakukan uji tarik. Hasil penelitian pengaruh media pendingin air laut terhadap
sifat mekanik baja karbon medium yang disambung dengan las SMAW pada uji
tarik diketahui bahwa rata-rata keuletan tarik pada spesimen yang dilas lebih
rendah daripada yang tidak dilas. Pada specimen yang diquenching baik yang
dilas maupun tidak dilas mengalami peningkatan rata-rata keuletan tarik (σu).
Akan tetapi rata-rata nilai keuletan tarik (σu) pada specimen yang dilas dan
diquenching lebih rendah dibanding yang tidak dilas. Kata kunci : Las SMAW,
Uji Tarik, Quenching dengan Air Laut.
3 SIFAT MEKANIK

• Pada proses mendesain produk, ketika memilih material harus


diperhatikan properti (sifat) dari material tersebut, sehingga
pada saat digunakan tidak mengalami kegagalan (mis:
deformasi yang berlebihan, patah)

• Sifat mekanik: kekuatan, keuletan, kekakuan, kelentingan,


ketangguhan, kekerasan, ketahanan terhadap impak, kekuatan
fatique

• Pengujian Mekanik :
Proses pengujian untuk mengetahui sifat mekanik dari
suatu material
TEGANGAN (STRESS)

• Tegangan : Gaya yang dikenakan pada benda dibagi


dengan luas penampang benda  
F
t
A

gaya
tegangan 
luas penampang

Satuan :
newton
2
atau Pascal (Pa)
meter

4
REGANGAN (STRAIN)

• Ketika suatu beban atau gaya dikenakan pada suatu benda, material akan
berdeformasi
• Batang sepanjang L diberi beban sebesar W  batang berdeformasi dan
mengalami perpanjangan sebesar ΔL

• Regangan batang (ε) : perpanjangan batang/ panjang batang


L semula

L

Satuan:
mm/mm atau m/m atau
%
5
PENGUJIAN TARIK (TENSILE TEST)
6
• Mudah, tidak mahal namun spesimen rusak ketika diuji
• Distandarkan (mis: ASTM Standard E8 dan E 8M “Standard Test
Methode for Tension Testing of Metallic Materials” )
• Diperlukan mesin untuk pengujian: mesin uji tarik
• Mesin uji tarik :
- Memberikan gaya tarik pada spesimen
- Mengukur perubahan panjang
- Merekam reaksi material ketika ditarik, ouput adalah kurva gaya
vs perubahan panjang
7 MESIN UJI TARIK

Pengukur regangan
DATA UJI TARIK
8
• Data spesimen

- Diameter (d), Hitung luas penampang Ao

- Panjang awal (lo)

• Data yang didapat dari mesin


- Besar gaya yang diberikan (F)
- Besar perubahan panjang yang terjadi (∆l)
Grafik yang didapat dari mesin:
Gaya vs perubahan panjang (F vs ∆l)
9

Grafik hasil perhitungan:


Tegangan vs regangan (σ vs ε)
Dinamakan kurva tegangan-
regangan teknik

F
 (tegangan teknik) 
A0
l l - l 0
 (regangan teknik)  
l0 l0
10
DEFORMASI ELASTIS

• Untuk metal yang diberi gaya tarik berlaku


hukum Hooke: tegangan proporsional
dengan regangan pada daerah elastis
  E
• E adalah modulus elastisitas

• Deformasi dimana hubungan tegangan dan


regangan adalah proporsional dinamakan
deformasi elastis

• Deformasi elastik sifatnya tidak permanen,


artinya jika beban yang telah diberikan
(loading) kemudian dihilangkan
(unloading), benda akan kembali
kebentuknya semula

11
12 MODULUS ELASTISITAS
• Modulus elastisitas (Young’s Modulus) merupakan ukuran
kekakuan bahan atau ketahanan material terhadap deformasi
elastis

• Satuan (SI): N/m2 (Pa)

• Semakin besar modulus elastisitas, semakin kaku material, atau


semakin kecil regangan elastis untuk suatu beban yang dikenakan

• Modulus elastisitas merupakan parameter desain yang penting.


Digunakan, misalnya pada perhitungan defleksi elastis batang
13
14 MODULUS ELASTISITAS

• Pada beberapa material,


misalnya besi cor kelabu,
polimer, beton, kurva
tegangan- regangan tidak
linier

• Modulus elastisitas :
secant modulus atau
tangent modulus
MODULUS ELASTISITAS
15
• E logam lebih rendah dari E keramik, namun lebih
tinggi dari E polimer
• Pada logam semakin tinggi temperatur, semakin
rendah E
16 DEFORMASI PLASTIK

• Ketika material berdeformasi melewati


daerah elastis, hubungan tegangan dan
regangan sudah tidak proporsional lagi
(hukum Hooke tidak berlaku lagi). Material
akan mengalami deformasi plastik.

• Titik dimana garis pada kurva tegangan-


regangan mulai tidak linear dinamakan
batas proporsional (titik P)

• Deformasi plastik bersifat permanen,


artinya jika beban dihilangkan, material
tidak akan kembali kebentuknya semula
17 KEKUATAN LULUH (YIELD
STRENGTH)
• Pada logam material mulai mengalami
luluh setelah batas proporsional tercapai

• Batas proporsional (titik P) kadang-


kadang sulit ditentukan dengan tepat

• Konvesi: dibuat garis yang pararel dengan


garis linear pada kurva tegangan-regangan
pada suatu nilai offset regangan yang
ditentukan (0.002). Nilai tegangan yang
didapatkan dari perpotongan garis yang
dibuat tersebut dengan kurva tegangan-
regangan pada daerah plastik, dinamakan
kekuatan luluh (yield strength)
18 KEKUATAN LULUH

• Beberapa baja dan material


menunjukkan titik luluh
yang berbeda-beda pada
kurva tegangan-regangan

• Kekuatan luluh : tegangan


rata-rata yang berhubungan
dengan titik yield yang
terbawah (lower yield
point)
19 KEKUATAN TARIK
• Kekuatan tarik (Tensile
Stregth/TS): tegangan
maksimum yang terjadi
pada kurva tegangan-
regangan

• Merupakan tegangan
maksimum yang dapat
ditahan oleh material
ketika ditarik

• Pada tegangan maksimum


necking mulai terbentuk.

• Tegangan pada saat patah


dinamakan tegangan patah
DUKTILITAS

• Keuletan (Ductility): ukuran


derajat deformasi plastik yang
dapat ditahan pada saat patah

• Suatu material yang sedikit atau


tidak mengalami deformasi plastik
sebelum patah dinamakan material
getas (brittle)

• Duktilitas dinyatakan secara


kuantitas dalam persen
perpanjangan (percent elongation)
atau persen reduksi luas
penampang (percent area
reduction)

20
DUKTILITAS

 l f  l0   A0  A f 
% E.L   .100 % AR   .100
 l0   A0 
dimana : dimana :
l f  panjang pada saat patah A0  luas penampang awal
l0  panjang semula ( gauge length) A f  luas penampang pada saat patah

21
DUKTILITAS
22
DUKTILITAS
23
• Duktilitas:
- menunjukkan pada perancang seberapa besar deformasi plastik
yang terjadi sebelum patah pada struktur
- menunjukkan besarnya deformasi yang diijinkan selama
proses fabrikasi
24 DUKTILITAS
• Duktilitas meningkat dengan naiknya temperatur
25
KELENTINGAN
• Kelentingan (resilience): kapasitas
material untuk mengabsorbsi energi
ketika berdeformasi elastis (loading)
dan memberikan energi tersebut ketika
beban dilepaskan (unloading)

• Modulus kelentingan Ur adalah energi


regangan per unit volume yang
dibutuhkan untuk memberikan
tegangan pada material mulai dari
keadaan tidak ada beban sampai
dengan luluh

• Modulus kelentingan merupakan luas


di bawah titik luluh pada kurva
tegangan-regangan

y
1  y   y
2
1
U r    .d   y  y   y    Joule/m 3
0
2 2  E  2E

26
27 KETANGGUHAN
• Ketangguhan (Toughness): ukuran
kemampuan material untuk
mengabsorbsi energi sampai dengan
patah
• Merupakan luas sampai dengan
patah di bawah kurva tegangan-
regangan
• Material tangguh: kuat dan duktil
• Meskipun material getas mempunyai
tegangan luluh dan tarik yang lebih
besar daripada material duktil,
material getas mempunyai
ketangguhan lebih rendah
Luas ABC > Luas A’B’C’
Material ductile lebih tangguh
daripada material brittle
KURVA TEGANGAN-REGANGAN
SEBENARNYA (TRUE STRESS-STRAIN
CURVE)
• Setelah terjadi necking, luas
penampang material menurun
dengan cepat
• Kurva Tegangan-regangan teknik
didasarkan pada luas penampang
awal (A0)
• Kurva tegangan-regangan
sebenarnya didasarkan pada luas
penampang sesaat

F li
T   T  ln
Ai l0
Ai li  A0l0
 T   (1   )
 T  ln(1   )
28
HASIL DATA UJI TARIK NON PERLAKUAN
PANAS TANPA DILAS

29
HASIL DATA PENGUJIAN NON
PERLAKUAN PANAS DILAS

30
HASIL DATA PENGUJIAN DILAS DAN
QUENCHING 850°C

31
HASIL DATA PENGUJIAN TANPA DILAS
DAN DI QUENCING 850°

32
KESIMPULAN

• Perbandingan secara analisis bahwa pengaruh media pendingin


air laut terhadap sifat mekanik baja karbon medium yang
disambung dengan las SMAW pada uji tarik dapat diketahui
bahwa rata-rata keuletan tarik pada specimen yang dilas lebih
rendah daripada yang tidak dilas. Pada specimen yang
diquenching baik yang dilas maupun tidak dilas mengalami
peningkatan rata-rata keuletan tarik (σu). Akan tetapi rata-rata
nilai keuletan tarik (σu) pada specimen yang dilas dan
diquenching lebih rendah.

33
REFERENSI

• ASM International. (1991). ASM International Volume 4 ; ” Heat treating”.USA :


ASM International.
• Tata,Surdia.,1989 Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradian Paramita, Jakarta.
• Wiryosumarto H dan Okumura T, 2000, Teknologi pengelasan logam, Cetakan
kedelapan, Pradnya Paramita, Jakarta.
• Murtiono, A. 2012. Pengaruh Quenching dan Tempering terhadap kekerasan dan
kekuatan tarik serta struktur mikro baja karbon sedang untuk mata pisau pemanen
sawit. Jurnal eDinamis volume 11 No.2 Fak. Teknik USU ISSN 2338 – 1035.
• Rahman, A.F dan Soeharto.2013. Pengaruh waktu temper perlakuan panas
Quenching Temper terhadap umur lelah baja St 41 pada pembebanan lentur putar
siklus tinggi. Jurnal Teknik Pomits Vol.2, No.1.1SSN: 2337-3539; 21-25

34

Anda mungkin juga menyukai