RQD Dan PLT 2020

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK

RQD dan Point Load Test


TIM KKN 63 UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
6 – 8 APRIL 2020

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
1
2020
Outline

• RQD,

• Point Load Test,

2
ROCK QUALITY DESIGNATION
(RQD)
• RQD (Rock Quality Designation) yaitu suatu penandaan atau
penilaian kualitas batuan berdasarkan spasi dan frekuensi bidang
diskontinuitas (Deere 1964).

• Spasi bidang diskontinuitas adalah jarak tegak lurus antar kekar

• Kehadiran bidang diskontinuitas didalam masa batuan sering


memberi pengaruh buruk pada sifat mekaniknya.

• Besaran kuantitatif bidang diskontinuitas atau RQD dapat


dilakukan pada INTI BATUAN dan SINGKAPAN BATUAN

• RQD penting dalam PEMBOBOTAN MASSA BATUAN (RMR) dan

PEMBOBOTAN MASSA LERENG (SMR) 3


MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari RQD adalah untuk memperoleh nilai


persentase yang menggambarkan nilai kualitas massa
batuan.

Tujuannya adalah untuk memperoleh panjang batuan


yang memiliki panjang lebih dari 100mm pada core.

4
Parameter

Parameter yang berpengaruh terhadap nilai RQD:


1. Orientasi dan Kondisi bidang diskontinuitas
• Kondisi Persistensi Kekar
• Kondisi Kekasaran Kekar ( Joint Roughness)
• Kondisi Bukaan Apertur Kekar
• Kondisi Isian Kekar
• Kondisi Kuat Geser Bidang Kekar
2. Tingkat pelapukan
3. Orientasi core

5
Bidang Diskontinu

Secara umum, bidang diskontinu adalah bidang yang memisahkan massa batuan menjadi bagian yang
terpisah. Menurut Priest (1993), pengertian budang diskontinu adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada
bagian yang memiliki kuat tarik paling lemah dalam batuan. Menurut Gabrielsen (1990), keterjadian bidang
diskontinu tidak terlepas dari masalah perubahan tegangan, temperatur, regangan, mineralisasi dan rekristalisasi
yang terjadi pada massa batuan dalam waktu yang panjang.
Beberapa jenis bidang diskontinu berdasarkan komposisinya:
1. Fault: bidang diskontinu yang secara jelas memperlihatkan tanda- tanda bidang tersebut mengalami
pergerakan
2. Joint: bidang diskontinu yang telah pecah namun tidak mengalami pergerakan, atau walaupun bergerak,
pergerakan sangat sedikit sehingga bisa diabaikan
3. Bedding: terdapat pada permukaan batuan yang mengalami perubahan ukuran dan orientasi butir dari batuan
serta perubahan mineralogi selama proses pembentukan batuan sedimen
4. Fissure: bidang diskontinu yang membagi suatu material utuh tanpa memisahkannya menjadi bagian terpisah
6
Tabel Kondisi Bidang Diskontinu

7
Kondisi Kekasaran Bidang Diskontinu

Tabel Joint Rock (Jr) pada Q- System (Barton, 1987)

8
RQD
Gambar 1.
Prosedur perhitungan RQD
(Deere, 1989 dalam
Palstrom, 2005)

9
ALTERNATIF RQD

Gambar 2. metode scanline


(Palmstrom, 2005)

10
KELEMAHAN RQD

• Arah orientasi pengambilan data core sangat berpengaruh


terhadap nilai RQD

Gambar 3. Pengambilan data core pada lokasi yang sama dengan orientasi yang berbeda
(Palmstrom, 2005)

11
KELEMAHAN RQD

• Nilai RQD hanya bisa dihitung pada batuan yang memiliki tingkat pelapukan
maksimal Moderately Weathered (Modifikasi Deere dan Deere, 1989; ISRM, 1981b
dalam Bieniawski, 1989)

12
Kesesuaian dihitung
Tingkat Jenis Pelapukan Deskripsi
Nilai RQD

I Fresh
Tidak tampak adanya tanda batuan yang lapuk.
Terkadang ditemukan perubahan warna pada bidang
RQD Ya
diskontinuitas.
Perubahan warna mengindikasikan pelapukan dari

II Slighty Weathered material batuan dan bidang diskontinuitas. Semua Ya


material batuan berubah warna akibat pelapukan

Kurang dari setengah material batuan telah


Moderately
III terdekomposisi menjadi tanah. Batuan segar atau yang Ya*
Weathered
berubah warnanya masih tampak sebagai inti batuan.

Lebih dari setengah material batuan telah

IV Highly Weathered terdekomposisi menjadi tanah. Batuan segar atau yang Tidak
berubah warnanya masih tampak sebagai inti batuan.

Completely Keseluruhan material batuan terdekomposisi menjadi


V Tidak
Weathered tanah. Struktur batuan masih utuh.
Semua material berubah menjadi tanah. Struktur massa

VI Residual Soil dan kemas material hancur. Terjadi berubahan volume Tidak
secara signifikan, tetapi belum tertansport.
13
PENGERJAAN

1. Hitunglah nilai RQD dari setiap Core Run !

Rumus Core Recovery dan RQD

14
15
POINT LOAD TEST

Point load test ( test Franklin ) adalah

suatu test yang bertujuan untuk

menentukan kekuatan (strength) dari

percontohan batu yang di uji.

Uji Point Load merupakan uji indeks

untuk mengklasifikasikan massa

batuan berdasarkan ketahanannya

(Galvan et al., 2014).


16
POINT LOAD TEST

Keunggulan point load test antara lain adalah :


• Sampel batuan yang digunakan dapat berupa tabung hasil
coring atau berupa potongan batuan.
• Uji ini hanya mengukur dari satu arah gaya, berbeda
halnya dengan uji uniaxial compressive strength (Broch,
1983).

17
POINT LOAD TEST

Parameter yang berpengaruh terhadap nilai PLT:

1. Genesa batuan

2. Tingkat pelapukan

3. Bentuk dan ukuran sampel

18
POINT LOAD TEST
Contoh yang digunakan untuk

pengujian dapat berupa silender

ataupun suatu bongkah batuan.

Disarankan untuk pengujian

berbentuk silender dengan diameter

50 mm dan tidak boleh kurang dari 30

mm dan tidak boleh lebih dari 85 mm

(ISRM, 1985)

(Lama & Vutukuri, 1978)


19
POINT LOAD TEST

Apabila ukuran sampel tidak sesuai dengan standar yang


telah ditentukan, yaitu 50 mm, maka harus dilakukan koreksi.
Bila perbedaan ukuran sampel tidak signifikan, sebagai
contoh sampel berukuran 54 mm, maka koreksi tidak perlu
dilakukan (ASTM D5731-02). Bila ukuran sampel lebih dari 50
mm atau kurang, dapat dikoreksi dengan beberapa
persamaan.

20
POINT LOAD TEST

Indeks Point Load (Broch & Franklin, 1972) :


 

Indeks Point Load (Greminger, 1982) :


  0,45

0,45
   0,45
Is (50) = koreksi ukuran indeks point load test

F = koreksi faktor ukuran

d = diameter ekuivalen
σc = 23 Is (50) D = J arak antar konus penekan
21
POINT LOAD TEST

Point load test dianggap valid jika retakan yang ada


melalui seluruh sampel dan sejajar dengan beban yang
diberikan (Gaines dan Sterling, 2009). Sedangkan, uji
dianggap tidak valid bila sampel pecah hanya sebagian saja

22
POINT LOAD TEST

Uji dianggap valid apabila pecahan batuan memenuhi kriteria


sebagai berikut:

23
POINT LOAD TEST
Tabel Nilai-Nilai Khas Uji Beban Titik (Bell)

Is (50) U.C.S
MATERIAL
(Mpa) (Mpa)

Granit eskdale 12.0 198.3

Andesit (somerset) 14.8 204.3

Basalt (derbyshire) 16.9 321.0

Sabak ( north – wales) 7.9 96.4

Skiss (aberdeenshire) 7.2 82.7

Gneiss 12.7 162.0

Batupasir aneka warna (edwinstone) 0.7 11.6

Kapur karbon (buxton) 3.5 106.2

24
Terimakasih.

Neal Creative © Neal Creative | click & Learn more

Anda mungkin juga menyukai