Dokumen ini membahas evaluasi sediaan steril, terutama injeksi. Evaluasi ini meliputi evaluasi fisika kimia dan biologi, seperti uji pH, volume, partikulat, kejernihan, sterilitas, pirogen, dan kandungan zat antimikroba.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
103 tayangan16 halaman
Dokumen ini membahas evaluasi sediaan steril, terutama injeksi. Evaluasi ini meliputi evaluasi fisika kimia dan biologi, seperti uji pH, volume, partikulat, kejernihan, sterilitas, pirogen, dan kandungan zat antimikroba.
Dokumen ini membahas evaluasi sediaan steril, terutama injeksi. Evaluasi ini meliputi evaluasi fisika kimia dan biologi, seperti uji pH, volume, partikulat, kejernihan, sterilitas, pirogen, dan kandungan zat antimikroba.
Dokumen ini membahas evaluasi sediaan steril, terutama injeksi. Evaluasi ini meliputi evaluasi fisika kimia dan biologi, seperti uji pH, volume, partikulat, kejernihan, sterilitas, pirogen, dan kandungan zat antimikroba.
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16
Evaluasi Sediaan Steril
(Injeksi)
Apt Anna Yusuf, M. Farm
Syarat Sediaan Parenteral 1. Steril 2. Bebas Kontaminasi pirogenik dan endotoksin 3. Bebas Partikel partikulat 4. Stabil secara fisika, Kimia dan Mikrobiologi 5. Isotonitas
Tujuan Evaluasi Menjamin mutu sediaan obat
Evaluasi Sediaan Steril meliputi : 1. Evaluasi Fisika Kimia 2. Evaluasi Biologi A. Evaluasi Fisika 1. Penetapan pH Bertujuan untuk menetapkan pH suatu sediaan larutan agar sesuai dengan monografi. Nilai pH dalam darah normal 7,35 – 7,45 Cara kerja : Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel. Simpan dalam wadah, tertutup rapat, sebaiknya dari kaca. Larutan segar sebaiknya dibuat dengan interval tidak lebih dari 3 bulan. 2. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah Bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang dimaksudkan dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada penandaan (volume injeksinya itu harus dilebihkan. Cara kerja 1. Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 2. 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. 3. Ambil isi tiap wadah dngan alat suntik. 4. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik. Tanpa mengosongkan bagian jarum kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang). 3. Bahan Partikulat dalam Injeksi Bertujuan untuk larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari partikel yang dapat diamati pada pemeriksan secara visual. Cara pengerjaan : Dua prosedur untuk penetapan bahan partikulat dicantumkan berikut ini, berbeda sesuai dengan volume yang tertera pada etiket wadah. Semua injeksi volume besar untuk infuse dosis tunggal, dan injeksi volume kecil yang ditetapkan dalam persyaratan monografi, harus memenuhi batas bahan partikulat seperti yang tertera pada uji yang digunakan. 4. Uji Kebocoran Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan. Cara pembuatan : Pada pembuatan skala laboratorium hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka larutan metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam tersebut. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul larutan-larutan yang sudah berwarna. 5. Uji Kejernihan dan Warna Setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga diperlukan uji kejernihan secara visual. Prosedur : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari samping. Dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya di cat berwarna hitam dan separuhnya lagi di cat berwarna putih. Latar belakang berwarna hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran yang berwarna muda, sedangkan yang berlatar putih untuk kotoran-kotoran berwarna gelap. Jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan maka larutan tersebut sudah memenuhi syarat. 6. Kejernihan Larutan Bertujuan untuk sediaan infuse atau injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari kotoran, maka perlu dilakukan uji kejernihan secara visual. Cara pengerjaan : Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar berdiameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan suspense padanan yang sesuai secukupnya. Setelah itu, bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembutan suspense padanan, dengan dengan latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegal lurus kearah bawah tabung. 7. Uji Keseragaman Sediaan Ada 2 metode, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. a. Keseragaman bobot. Sediaan pada steril untuk parenteral : timbang secara seksama 10 vial satu persatu, beri identitas tiap vial. Keluarkan isi dengan cara yang sesuai. Timbang seksama tiap vial kosong, dan hitung bobot netto dari tiap isi vial dengan cara mengurangkan bobot vial dari masing-masing bobot sediaan (bobot vial yang ada isinya). b. Keseragaman kandungan. Sediaan pada steril dalam dosis tunggal : Tetapkan kadar 10 vial satu persatu, seperti pada penetapan kadar dalam masing-masing monografi kecuali dinyatakan lain dalam uji keseragaman kandungan. B. Evaluasi Biologi 1. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba Bertujuan untuk menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa air seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung, dan mata yang dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan. Cara pengerjaan : Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet. Lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptic, pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing- masing 5 tabung bakteriologik tertutup berukuran sesuai dan steril. 2. Uji Kandungan Zat Antimikroba Bertujuan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket. Cara pengerjaan : Benzyl alcohol. Larutan baku internal larutkan lebih kurang 380mg fenol p dalam 10 ml etnol p dalam labu ukur 200ml tambahkan air, sampai tanda. Larutan baku. Timbang seksamalebih kurang 180mg benzyl alcohol p. larutkan dalam 20 ml etanolP dalam labu ukur 100ml. tambahkan larutan baku internal sampai tanda. Prosedur : suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 5 mikroliter), larutan baku dan larutan uji, gunakan parameter oprasional kromatografi gas seperti yang tertera pada table. 3. Uji Sterilitas Bertujuan untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi yang tertera pada masing-masing monografi. Cara pengerjaan : 1. Uji fertilitas. Tetapkan sterilitas setiap lot media dengan mengikubasi sejumlah wadah yang mewakili, pada suhu dan selama waktu yang tertera pada uji. 2. Uji sterilitas. Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam media uji dan teknik penyaringan membran. 4. Uji Pirogen Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Cara pengerjaan: Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogan dan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap, sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Suhu tiap kelinci tidak boleh lebih dari 1°C dan suhu setiap kelinci tidak boleh > 39,8°C. 5. Penetapan Potensi Antimikroba (untuk zat aktif antibiotik) Bertujuan untuk mengetahui aktivitas (potensi) antibiotic Metode : Lempeng silinder atau tabung. Prinsip : Metode lempeng silinder berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri.sehingga mikroba yang di tamabahkan di hambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. 6. Uji Endokrin Bakteri Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada di dalam atau pada bahan uji. Prinsip : pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate (LAL). Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri, penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotosin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit endotoksin (UE). Sebelum melakukan pengujian dilakukan persiapan: Uji konfirmasi kepekaan reaksi LAL. Uji pengambatan atau pemacuan. Pengenceran maksimum yang absah (PMA). (Akfar PIM/2010)