Atresia Ani

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

ATRESIA ANI

PADA ANAK
RANI KAWATI DAMANIK, S.Kep,Ners,M.Kep
LEARNING OBJECTIVE

• MENJELASKAN DEFENISI ATRESIA ANI


• MENJELASKAN ETIOLOGI ATRESIA ANI
• MENJELASKAN PATOFISIOLOGI ATRESIA ANI
• MENJELASKAN PENATALAKSANAAN ATRESIA ANI
• MENJELASKAN MANIFESTASI KLINIS ATRESIA ANI
• MENJELASKAN KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
ATRESIA ANI
• MENJELASKAN DIAGNOSIS DIFERENSIAL ATRESIA
ANI
Defenisi

• Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal


sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau
batas di antara keduanya (Betz, 2002).
• Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003).
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus
secara abnormal (Suradi, 2001).
• Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak
terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang
anus yang tidak sempurna.
Etiologi

Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di


ketahui pasti, namun ada sumber yang mengatakan
bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :

1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal


secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi,
atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur,
sehingga bayi lahir tanpa lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab
atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
• 4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan
rektum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namum
demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin
tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih
jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi
penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah
mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan
dari kedua orang tua yang menjadi carier saat kehamilan
mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi yang
mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom,
atau kelainan kongenital lain juga beresiko untuk
menderita atresia ani (Purwanto, 2001).
• Faktor Predisposisi Atresia ani dapat terjadi disertai
dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir,
seperti :
• 1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan
perkembangan anomali pada gastrointestinal.
• 2. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada
genitourinari.
Patofisiologi
MANIFESTASI KLINIS

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah


kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada
bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus
yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi
usus (bila tdk ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya
membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)
KOMPLIKASI

a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal,
stenosis (akibat konstriksi
jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan
toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare,
pembedahan dan infeksi). (Ngastiyah, 2005).
KLASIFIKASI

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah


anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada
anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging
diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut
menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :

1. Anomali rendah / infralevator


Rektum mempunyai jalur desenden normal
melalui otot puborektalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang
baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis,
lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada.
Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius –
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
Penatalaksanaan

a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh
dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya
sementara atau permanen dari usus besar atau colon
iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostom beberapa
hari setelah lahir.
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda
9 sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk
memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot
untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badannya dan bertambah baik
status nutrisinya.
Penatalaksanaan

c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya
beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB
melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi
seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya
dan agak padat.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
• Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan
bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan
kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
• Digunakan untuk melihat fungsi organ internal
terutama dalam sistem pencernaan dan mencari
adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya
fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
DATA FOKUS
PENGKAJIAN
Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit
dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang
melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena
itu pada pasien atresia ani tidak terdapatnya lubang pada
anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam
defekasi.
Data Subjektif Data Objektif

 Ibu klien mengatakan anaknya  Perut klien kembung


muntah-muntah pada umur 24-  Tidak terdapat lubang
48 jam kelahiran anus/salah letak pada klien
 Ibu klien mengatakan anaknya  Terdapat feses yang keluar
tidak mengeluarkan mekonium bersama urin
melalui lubang anus
DATA FOKUS
PENGKAJIAN
• Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien
atresia ani biasanya anus tampak merah, usus
melebar, termometer yang dimasukkan melalui anus
tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengar
hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam waktu 24 jam
setelah bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi < dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan mencerna makanan (mual, muntah)
2. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik (atresia
ani), dysuria
3. Kecemasan orangtua b.d. kurangnya pengetahuan terkait
penyakit anak
4. Kerusakan integritas kulit b.d. pemasangan kolostomi

5. Nyeri akut b.d trauma jaringan pasca operasi


6. Inkontinensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rektal
7. Resiko infeksi b.d trauma jaringan pasca operasi, perawatan
NB:

• DAFTAR DIAGNOSA, INTERVENSI,


• IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
• DAPAT DILIHAT DI PDF YANG SAYA SHARE

Anda mungkin juga menyukai