Kasus COPD Dan ASMA Revisi
Kasus COPD Dan ASMA Revisi
Kasus COPD Dan ASMA Revisi
Diskusikan
1. Apakah perlu menggunakan kortikosteroid dalam kasus ini?
2. Adakah kemungkinan COPD?
3. Buatlah rekomendasi pengobatan pada pasien tersebut
Penggunaan kortikosteroid
Pada pasien HA penggunaan kortikosteroid diperlukan, namun penggunaanya tidak dapat dilakukan secara tunggal.
karena terjadinya penurunan respon terhadap kortikosteroid inhalasi, dan kortikosteroid oral pada pasien asma yang
aktif merokok.
Kortikosteroid telah diketahui dapat menekan beragam gen inflamatori yang teraktivasi pada penyakit–penyakit
inflamasi kronis misalnya asma. Kerja kortikosteroid ini terutama dengan cara membalik asetilasi histon dari gen
inflamatori yang telah teraktivasi tadi melalui ikatan reseptor glukokortikoid (GR) dengan koaktivator dan perekrutan
histon deasetilase-2 (HDAC2)
Pada tingkat molekular, penurunan respon terhadap steroid ini terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas enzim
histon deasetilase (histone deacetylase,HDAC) oleh oksidan yang dihasilkan asap rokok sehingga penghambatan
transkripsi gen inflamasi oleh kortikosteroid tidak terjadi.
Teofilin dosis rendah dibuktikan secara in vitro dan in vivo akan meningkatkan aktivitas HDAC pada sel epitel dan
makrofag. HDAC ini akan tersedia untuk ditarik oleh kortikosteroid.
Sehingga penggunaan kortikosteroid dikombinasikan dengan teofilin dosis rendah akan meningkatkan efektivitas
penggunaannya.
Selain itu, penggunaan kombinasi kortikosteroid dengan obat long acting β2 agonist (LABA) dapat dianjurkan. Hal
ini dikarenakan LABA dapat meningkatkan kerja obat kortikosteroid yaitu dengan meningkatkan translokasi inti GR
dengan koaktivatornya.
Adakah kemungkinan copd
Diagnosis yang tepat pada pasien HA untuk saat ini bukanlah COPD, tetapi
Asma Parah Akut. COPD terjadi pada usia 40 tahun ke atas, namun pasien
masih berusia 32 tahun. Beberapa hasil dari tes pemeriksaan juga
menunjukkan adanya gejala yang sesuai dengan Asma Parah Akut. Asma
yang tidak terkontrol dapat berkembang menjadi keadaan akut di mana
peradangan, jalan napas edema, akumulasi lendir, dan bronkospasme yang
parah menyebabkan jalan napas yang dalam penyempitan yang kurang
responsif terhadap terapi bronkodilator. Pasien mungkin gelisah dalam
tekanan akut dan mengeluh dispnea berat, sesak napas, sesak dada, atau
terbakar. Mereka mungkin hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata
setiap nafas. Pasien HA mungkin akan mengalami COPD di kemudian hari
jika tidak dilakukan pemberhentian merokok.
Adapun gejala yang ditunjukkan pada Asma parah Akut
adalah sebagai berikut
Tanda-tanda Termasuk Mengi Ekspirasi Dan Inspirasi Pada Auskultasi;
Kering, Peretasan Batuk;
Takipnea;
Takikardia;
Pucat Atau Sianosis;
Dada Dengan Hiperinflasi Retraksi Interkostal Dan Supraklavikular.
Bunyi Nafas Mungkin Berkurang Obstruksi Berat.
COPD sendiri adalah penyakit yang ditandai dengan terbatasnya saluran
udara yang progresif, yang tidak sepenuhnya dapat pulih kembali. Kondisi
paling umum yang menyebabkan COPD adalah bronkitis kronik dan
emfisime. Faktor resiko yang menyebabkan COPD yaitu merokok, usia,
paparan asap polusi atau lingkungan perkerjaan dan riwayat keluarga yang
mengalami COPD . Pasien HA telah merokok selama 15 tahun dengan
jumlah batang rokok yang terhitung banyak setiap harinya. Jika hal ini tidak
di atasi dengan mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok maka
kemungkinan menderita COPD akan semakin besar.
Tujuan penanganan asma parah akut :
1. Melihat dari pasien merokok selama 15 th, maka erjadi kemungkinan COPD
2. Menggunakan beta agonis selektif
3. Pemeriksaan penunjang
4. Karena pasien obesitas, dosis salbutamol apakah tidak dinaikkan?
Tanggapan : karena pada penggunaan inhaler tidak