Pertemuan Ke 4 HUKUM TAKLIFI

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

HUKUM TAKLIFI

Oleh :
DR. Nazaruddin,. MA
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Lhokseumawe
Ushul fiqh adalah metodologi mujtahid
untuk menggali hukum syara’ dari
sumbernya.
-hukum syara’ terbagi dua :
1.Hukum syara’ dari aspek khitab
(seruan)
a. Hukum Taklifi
b. Hukum Wadh’i
2.Hukum syara’ dari aspek lafadz
HUKUM SYARA’ DARI
ASPEK KHITAB (seruan)

1. Hukum Taklifi
2. Hukum Wadh’i
POKOK BAHASAN HUKUM
TAKLIFI
-Macam-Macam Hukum Taklifi :
(1) Wajib,
(2) Mandub,
(3) Mubah
(4) Makruh,
(5) Haram
MACAM-MACAM
HUKUM TAKLIFI
DEFINISI HUKUM TAKLIFI

 Seruan Allah SWT yang berkaitan dengan perbuatan


manusia, baik yang berkaitan dengan tuntutan (iqtidha’)
maupun pilihan (takhyir) adalah seruan yang menjelaskan
hukum-hukum perbuatan manusia

(Hafidz Abdurrahman MA, Ushul Fiqih, 2003: hlm. 33)

-Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum


syara’, oleh karena itu tiap Muslim wajib mengetahui hukum
syara’ mengenai setiap perbuatan sebelum melakukannya,
baik itu wajib, sunah, mubah, makruh maupun haram.
Hukum Taklifi ada 5:
1. CATATAN TENTANG WAJIB
 (1) Wajib dan Fardhu menurut jumhur ulama
(selain ulama mazhab Hanafi) artinya sama.
 Menurut ulama Hanafiyah, fardhu adalah apa-
apa yang ditetapkan berdasarkan dalil qath’I-
pasti- (qath’i tsubut dan qath’i dalalah).
 Sedangkan wajib, adalah apa-apa yang
ditetapkan berdasartkan dalil zhanni (tidak
pasti).
 M. Husain Abdullah, Al Wadhif fi Ushul Al Fiqh, hlm. 221
CATATAN TENTANG WAJIB
 (2) Wajib atau Fardhu dapat juga didefinisikan apa-apa yang
diberi pahala atau dipuji bagi yang melaksanakannya dan yang
akan disiksa dan dicela bagi yang meninggalkannya.
 (3) macam-macam wajib menurut waktu pelaksanaannya : hlm.37
 (3.1) wajib mutlak = waktunya tidak terikat (waktunya bebas)
 Misal : mengganti puasa ramadhan karena sakit atau berpergian,
bisa menggantinya kapan saja. Atau membayar nadzar bisa
dilakukan kapan saja.
 Mengqadha puasa Ramadhan (menurut Hanafiyah)
CATATAN TENTANG WAJIB
 (3.2) wajib muqayyad = waktunya terikat/tertentu, kalau
dikerjakan di luar waktunya maka berdosa.
 Misal : sholat lima waktu, puasa Ramadhan, ibadah haji.
 Wajib muqayyad dibagi lagi menjadi dua :
 (3.2.1) wajib muwassa’ = yaitu kewajiban yg waktu
pelaksanaanya longgar. Co sholat Isya, bisa dikerjakan diawal
maupun pertengahan malam
 (3.2.2) wajib mudhayyaq = kewajiban yg waktu
pelaksanaanya sempit, misal puasa Ramadhan waktunya
tetap mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari,
waktunya tdk bisa digeser
CATATAN TENTANG WAJIB
 (4) Pembagian wajib berdasarkan aspek Substansinya-isi :
 (4.1) wajib mu’ayyan : yaitu kewajiban yang sudah tertentu dan
tak bisa digantikan yang lain.
 Misal ; sholat lima waktu, tak bisa digantikan dengan qiraatul
Qur`an atau berdo’a.
 (4.2.) wajib mukhayyar atau wajib ghair mu’ayyan = yaitu
kewajiban yang tidak tertentu dan bisa digantikan yang lain.
 Kafarah untuk sumpah, bisa memilih memberi makan 10 orang
miskin, memerdekakan budak, atau melakukan puasa 3 hari.
 Misal : kaffarah melanggar sumpah (QS Al Maidah : 89)
CATATAN TENTANG WAJIB
 (5) Pembagian wajib berdasarkan mukallaf pelakunya
(berdasarkan subjek yg terkena tanggung jawab):
 (5.1) wajib ‘ain : yaitu kewajiban yang berlaku untuk setiap
mukallaf, bukan sebagian saja dari mukallaf.
 Misal ; sholat lima waktu, puasa ramadhan, zakat, dll
 (5.2.) wajib kifayah = yaitu kewajiban yang jika sudah
dilaksanakan oleh sebagian, gugur kewajiban sebagian lainnya
yang tidak mengerjakan, kecuali jika kewajiban tersebut belum
tertunaikan maka dosanya akan menimpa semua orang.
 Misal : mengurus dan sholat jenazah
CATATAN TENTANG WAJIB
 (6) Pembagian wajib berdasarkan penetapan kadarnya
(ukurannya):
 (6.1) wajib muhaddadul miqdar : yaitu kewajiban yang sudah
ditetapkan kadarnya atau ukurannya,
 Misalnya sholat lima waktu, sudah ditetapkan jumlah
rekaatnya, membayar zakat, diyat (denda)
 (6.2.) wajib ghair muhaddad al miqdar = yaitu kewajiban
yang tidak ditetapkan kadarnya atau ukurannya.
 Misal : infaq fi sabilillah , kadar nafkah kepada keluarga, dlm
hal ini diserahkan ukurannya kpd mukalaf sesuai dengan
kemampuan dan kelayakan.
CATATAN TENTANG WAJIB
 (7) Kaidah : maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa
waajib (al-Ghazali, al-Mustashfa:57; al-Amidi, al-Ihkam
juz 1 hlm. 110-111)
 Artinya : sesuatu kewajiban tidak akan sempurna
kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib.
 Misal : belajar bahasa Arab wajib, karena tak mungkin
memahami Al Qur`an dengan sempurna kecuali dengan
bahasa Arab.
 Misal : menegakkan Khilafah wajib, karena tak mungkin
menerapkan syariah secara kaffah (totalitas) kecuali
dalam negara Khilafah.
2. CATATAN TENTANG
MANDUB/SUNNAH
 Mandub dapat juga ddefinisikan apa-apa yang pelakunya
dipuji dan diberi pahala dan tidak dicela bagi yang tidak
melakukannya
 Istilah lain dari mandub : sunnah, nafilah (ibadah
tambahan), mustahab (yg disukai), tathawwu’ suka rela).
 Walaupun tidak wajib, tapi muslim dianjurkan
memperbanyak yang mandub.
 Hikmah mengerjakan yang mandub, atara lain
menghapus dosa (QS Huud : 114).
 Ada kalanya suatu perbuatan mandub bagi orang per
orang, tapi wajib bagi umat secara keseluruhan, seperti
nikah, karena jika ditinggalkan umat akan mengalami
lost generation
3.CATATAN TENTANG
HARAM
 Haram dapat juga ddefinisikan apa-apa yang pelakunya
dicela dan berhak mendapat siksa serta bagi yang
meninggalkannya mendapat pahala.
 Istilah lain dari haram : mahzhuur, atau hazhar.
 Pembagian haram : hlm. 44
 (1) Haram li dzatihi : yaitun haram pada sesuatu itu
sendiri, seperti zina, minum khamr.
 (2) Haram li ghairihi : yaitu haram bukan pada dirinya
sendiri, tapi karena ada illat syar’iyah yang
mengharamkannya.
 Misal : jual beli saat adzan jumat.
CATATAN TENTANG
HARAM
 Kaidah : al wasilah ila al haram haram.
 Artinya : segala perantaraan, baik berupa perbuatan
atau benda, yang hukum asalnya tidak haram, menjadi
haram jika diduga kuat akan mengantarkann kepada yg
haram
 Misal : menyewakan kamar bagi PSK, menjual anggur
bagi pembuat khamr, dll.
CATATAN TENTANG
MAKRUH
 Makruh merupakan perbuatan yang jika ditinggalkan
akan mendapat pahala dan tidak disiksa jika dikerjakan.
 Contoh : idho’atul maal (boros).
 Menurut ulama Hanafiyah, makruh ada dua :
 (1) Makruh tahriim = yaitu makruh yang pelakunya
berhak mendapat siksa.
 (2) Makruh tanziih = yaitu makruh yang pelakunya tidak
mendapat siksa
 Jumhur ulama menetapkan bahwa perbuatan yang berhak
mendapat siksa lebih tepat digolongkan kepada haram,
bukan makruh.
CATATAN TENTANG MUBAH
 MUBAH ITU BUKAN BERARTI SESUATU YANG TIDAK ADA
DALILNYA
 Melainkan sesuatu yang ada dalil yang menunjukkan kemubahannya
 Mubah yaitu khitab (seruan) pembuat syariat yg ditunjukkan oleh dalil
sam’i (wahyu) yg di dalamnya berisi pilihan antara melaksanakan atau
meninggalkan tanpa disertai kompensasi pahala, atau dosa bagi yang
meninggalkannya.
 Contoh, berburu setelah berhaji hukumnya boleh. Padahal ketika haji,
berburu dilarang (haram).
 Bertebaran untuk mencari rizki setelah sholat jum’at hukumnya boleh.
Padahal mencari rijki ketika pas jumatan hukumnya dilarang (haram).
 Rumus mubah : ketika ada perintah (amr) melakukan perbuatan, yg mana
perbuatan itu sebelumnya hukumnya haram (dilarang), maka hukum
perintah perbuatan itu adalah mubah bukan wajib.

Anda mungkin juga menyukai