Muhamad David Makro Ekonomi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PEMIKIRAN MUHAMAD DAVID

MANAJEMEN KARYAWAN A
KEYNESIAN BARU
PENDAHULUAN
• Depresi besar yang terjadi pada tahun 1930 telah mendorong J.M. Keynes untuk
menerbitkan buku The General Theory yang menawarkan penyelesaian untuk
1930 mengatasi depresi tersebut.

• Terjadi stagflasi yang merupakan merupakan masalah besar dalam perekonomian dunia
karena terjadi inflasi yang tinggi yang diikuti oleh tingkat pengangguran yang serius.
1970 Stagflasi ini tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan kerangka pemikiran Keynes.

• Pemikiran Klasik Baru mulai mendominasi menggantikan pemikiran Keynes. Pemikiran ini terus
berlanjut dan kebanyakan tidak mau memasuki teori tentang siklus bisnis yang berdasarkan market
clearing. Sehingga tidak heran kalau ide Keynesian terus berkembang dan muncul lagi sekitar tahun
1980 1980 dan sering disebut Kelompok Keynesian Baru.
Pemikiran Keynesian
Keynesian Baru mengawali teorinya
Keynesian Baru juga Baru tetap
dengan premis bahwa dalam menempatkan pembaruan mempertahankan tradisi
perekonomian terdapat pengangguran dalam landasan mikro dari Keynesian yaitu
tidak suka rela dan menetap ekonomi. Pembentukan teori
(persistent) serta fluktuasi ekonomi adanya kekakuan dalam
makro ekonomi berdasarkan
merupakan pusat dari semua persoalan
dalam perekonomian, seperti: represi pengembangan teori mikro harga dan upah nominal,
dan depresi yang merupakan ekonomi untuk pasar barang, sehingga Keynesian baru
representasi dari kegagalan pasar pasar tenaga kerja, dan pasar berusaha untuk mencari
untuk skala besar.
modal. penjelasan yang lebih
dapat diterima.
POKOK PEMIKIRAN ALIRAN
KEYNESIAN BARU
Perhatian utama dalam Keynesian Baru adalah
mencari model yang kuat dan meyakinkan untuk
menjelaskan adanya kekakuan upah dan harga
dengan berlandaskan pada memaksimalkan
perilaku dan ekspektasi rasional.
WALAUPUN DEMIKIAN KEYNESIAN BARU
TETAP MEMBERIKAN SOKONGAN KEPADA
PANDANGAN KEYNES YAITU:

Pemerintah perlu secara aktif menjalankan kebijakan untuk


mengatasi masalah pengangguran dan atau inflasi dan
mewujudkan kegiatan pada kesempatan kerja penuh. Dalam
Dalam perekonomian, hal ini Keynesian Baru berkeyakinan bahwa dalam jangka
panjang ekonomi pasar masih tidak akan mampu dengan
adanya pengangguran yang sendirinya menciptakan kesempatan kerja penuh, sehingga
tidak suka rela selalu berlaku. tetap dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan
pemerintah yang dimaksudkan di sini adalah yang bersifat
untuk mengurangi terjadinya ketidaksempurnaan pasar.
PERBEDAAN PEMIKIAN KEYNESIAN BARU TERHADAP
LAINNYA
(ROMER, 1993)
KEKAKUAN UPAH DAN
HARGA
PENYEBAB KEKAKUAN UPAH
Model Kontrak Implisit 1
• Menekankan proses memaksimumkan perilaku untuk pasar tenaga kerja. Secara ringkas model ini menunjukan
bahwa upah pekerja di suatu perusahaan ditentukan secara kontrak antara majikan dan serikat pekerja. Serikat
pekerja akan melakukan negosiasi dan menandatangani kontrak kerja diantara pekerja yang diwakilinya untuk suatu
periode tertentu.

Model Upah Efisien 2


• Upah efisien akan sama dengan produk marginal yang dapat diturunkan berdasarkan syarat kondisi cukup untuk
memaksimumkan keuntungan di suatu perusahaan. Menurut teori ini perusahaan cenderung untuk menetapkan upah
yang lebih tinggi dari pada upah keseimbangan pasar persaingan sempurna.
Model Orang Dalam –
Orang Luar 3
• Pada dasarnya teori ini menganggap pasar barang dan pasar tenaga kerja bersift persaingan tidak sempurna. Bila dalam pasar
tenaga kerja terdapat serikat pekerja dan jumlah perusahaan relatif terbatas, maka tingkat upah ditentukan dari perjanjian
kontrak kolektif antara serikat pekerja dengan majikan. Dalam pasar yang demikian tenaga kerja dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu: (i) yang menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang dalam (insider) dan (ii) yang tidak menjadi anggota
serikat buruh atau disebut orang luat (outsider).
PENYEBAB KEKAKUAN
HARGA
Biaya
• Umumnya bukan merupakan pasar persaingan sempurna, sehingga
kurva permintaan yang dihadapi menurun ke kanan yang berarti bila
ingin menambah penjualan maka harus mengurangi harga. Ini dapat
mengurangi tambahan keuntungan yang diperoleh karena bersifat

Menu
diminishing return. Apabila tambahan keuntungan tidak dapat
melebihan biaya menu, perusahaan akan lebih suka mengurangi
produksi dan mempertahankan harga semula.

Harga
• Perusahaan akan cenderung untuk menaikkan harga sesuai dengan
mark-up yang telah ditetapkan apabila biaya produksi rata-rata
meningkat, tetapi akan mempertahankan harga yang lama dan
menambah mark-up apabila biaya produksi rata-rata menurun.

Mark-Up
Dengan kecenderungan ini berarti harga barang industri biasanya
sukar untuk diturunkan walaupun dalam keadaan resesi. Dengan kata
lain harga barang di pasar persaingan tidak sempurna bersifat kaku
ke bawah.
Ekternalitas • Pada pasar yang tebal yaitu pada pasar dengan aktivitas ekonomi yang
tinggi, akan terlihat bahwa biaya mencari akan berkurang dibandingkan
pada pasar yang tipis yang aktivitas perdagangannya rendah. Sehingga ada

Pasar yang kecenderungan orang akan lebih suka mencari pasar yang tebal karena
mempunyai banyak pilihan. Jika ekternalitas pasar yang tebal ini
membantu menggeser biaya marginal ke atas pada saat resesi dan ke bawah

Tebal pada saat ekonomi membaik maka hal ini akan memberi kontribusi pada
terjadinya kekakuan harga.

• Karena banyaknya konsumen membeli barang yang sama berulang- ulang

Pasar
sehingga ada kecenderungan bagi penjual untuk menghalangi pembeli
mencari ke tempat lain. Cara yang digunakan penjual tersebut adalah
dengan menghindari terjadinya perubahan harga. Bila harga naik maka

Konsumen
konsumen akan bereaksi pindah ke penjual lain dan jika harga turun
konsumen akan lambat reaksinya, karena perlu waktu untuk menyebarkan
informasi ini ke pembeli di perusahaan lain. Perbedaan reaksi perubahan
harga ini dapat menyebabkan terjadinya kekakuan harga relatif.
Kekakuan • Saat ini satu perusahaan berhubungan dengan ratusan perusahaan lain melalui
tabel input-output yang sangat kompleks. Bila ada kejutan permintaan maka tidak

Harga dan ada jaminan bahwa keuntungan marginal akan bergerak bersama-sama dengan
biaya marginal. Jika terjadi penurunan permintaan agregat, dan satu perusahaan
individu menurunkan jumlah produksinya maka belum tentu biaya marginalnya

Tabel Input- akan menurun secara proporsional. Setiap perusahaan akan mempunyai kondisi
permintaan agregat yang berbeda, sehingga menurunkan harga pada kondisi
tersebut bisa menyebabkan bangkrut.

Output
Pasar Modal • Keterbatasan suatu perusahaan untuk mendapat pendanaan
dari luar adalah adanya informasi yang asimetri antara
peminjam dan pemilik modal. Peminjam lebih tahu tentang
yang Tidak investasi yang akan dilakukan dari pada pemilik modal.
Sehingga biaya untuk mendapatkan pendanaan dari luar
Sempurna akan lebih mahal dari pada pendanaan sendiri.
Harga
Sebagai • Perusahaan cenderung tidak mau
menurunkan harga bila ada

Indikat
penurunan permintaan karena
adanya anggapan bahwa harga
merupakan indikator dari kualitas

or barang. dengan menurunkan harga


ada resiko konsumen akan
menganggap bahwa kualitas

Kualita barang tersebut sudah diturunkan.

s
KRITIK TERHADAP
KEYNESIAN BARU
1. Pengembangan teori Keynesian Baru masih bias dan kurang memperhatikan studi empirisnya.
2. Banyak teori yang sangat bagus tetapi sering tidak berhubungan satu sama lainnya
3. Kritik berikutnya berkaitan dengan biaya menu. Dengan penyesuaian harga dengan
mengganti menu yang kemungkian hanya kecil biayanya dapat menyebabkan kontraksi yang
besar dalam pendapatan nasional maupun pasar tenaga kerja.
4. Landasan mikro ekonomi dengan menggunakan asumsi kekakuan harga dan upah kurang
begitu kuat.
5. Keynesian Baru tidak harus menerima hipotesis ekspektasi rasional. Tetapi karena sampai saat
ini belum ada ide ataupun teori yang lebih baik untuk menjelaskan perilaku pelaku ekonomi
maka ide ekspektasi rasional tetap diterima dalam Keynesian Baru.
6. Masih menggunakan model IS-LM untuk menjelaskan permintaan agregat.
KESIMPULAN
Menurut Fisher, Phelps dan Taylor, kesimpulan dari pemikiran Klasik
Baru bahwa kebijakan pemerintah dalam mengelola permintaan tidak
efektif bukan berdasarkan asumsi ekspektasi rasional, tetapi hanya dari
asumsi keseimbangan pasar secara serentak. Dalam Keynesian Baru,
model dengan asumsi adanya kekakuan harga, uang tidak netral, dan
kebijakan pemerintah yang efektif maka paling tidak secara prinsip
model Keynesian Baru dapat dibangun. Fleksibilitas harga yang besar
seperti asumsi Klasik akan menyebabkan persoalan karena berpengaruh
pada fluktuasi perekonomian.
Keynesian Baru lebih mengutamakan upaya untuk menanggulangi
kejutan dari pada mencari penyebabnya. Pengalaman menunjukkan
bahwa perekonomian dapat terganggu baik dari sisi permintaan maupun
sisi penawaran. Dalam model Keynesian Baru, fluktuasi adalah tidak
dapat diprediksi, tetapi tidak menganjurkan melakukan kebijakan fine
tunning untuk menstabilkan fluktuasi tersebut. Beberapa ekonom
Keynesian Baru menerima kritik dari Monetaris, meskipun demikian
kebanyakan berpendapat bahwa peran pemerintah tetap dibutuhkan
khususnya bila terjadi kegagalan pasar, misalnya terjadi depresi.
Kebijakan intervensi adalah perlu karena kejutan yang besar dapat
bersifat menetap (persitent) dan bila menunggu pemulihan secara
mekanisme pasar akan memerlukan waktu yang sangat lama.
DAFTAR PUSTAKA
Bernanke, B. and Gertler, M. (1989) Agency Cost, Net Worth, and Business Fluctuations, The
American Economic Review, Vol. 79, No.1, March.
Deliarnov (1997) Perkembangan Pemikiran Ekonomi, P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Eatwell, J.,
Milgate, M., and Newman, P. (1987) The New Palgrave a Dictionary of
Economics, Vol. 3, The Macmillan Press Limited, London.
Hillier, B. (1991) The Macroeconomic Debate: Models of the Closed and Open Economy, Basil
Blackwell, Inc., Oxford.
Romer, D. (1993) The New Keynesian Synthesis, Journal of Economic Perspectives, Vol. 7, No. 1,
Winter.
Snowdon, B., Vane, H., and Wynarczyk, P. (1994) A Modern Guide to Macroeconomics: An
Introduction to Competing Schools of Thought, University Press, Cambridge.
Snowdon, B. and Vane, H. (1997) A Macroeconomics Reader, Routledge, London.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai