Transisi Epidemiologi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

TRANSISI EPIDEMIOLOGI

Oryza T. Novita, S.ST., M.Kes


PENDAHULUAN

Kemajuan pembangunan yang telah dicapai secara


menyeluruh telah mempengaruhi berbagai
perkembangan dalam kehidupan manusia.

Kondisi infrastruktur yang membaik serta berkembangnya


tehnologi kedokteran dan kesehatan menyebabkan angka
kematian dan kelahiran yang tinggi menjadi rendah.
Transisi Epidemiologi adalah keadaan yang ditandai dengan
adanya perubahan dari mortalitas dan morbiditas yang dulunya
lebih disebabkan oleh penyakit infeksi (infectious disease) atau
penyakit menular (communicable disease) sekarang lebih sering
disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sifatnya kronis atau
tidak menular (non-communicable disease) dan penyakit-
penyakit degeneratif.
Pertama kali, transisi kesehatan digambarkan pada tahun
1970-an oleh Omran :

”Karena perkembangan sosio-ekonomi, terjadi pergeseran angka


mortalitas dan fertilitas yang tinggi menjadi rendah, populasi menjadi
lebih besar , pola penyakit bergeser dari penyakit yang didominasi
penyakit infeksi, penyakit perinatal dan kelainan nutrisi menjadi pola
penyakit yang didominasi penyakit tidak menular.”
Transisi
Transisi kesehatan:
kesehatan: proporsi
proporsi penyebab
penyebab kematian
kematian di
di Amerika
Amerika Serikat
Serikat
tahun
tahun 1900
1900 –– 1970
1970
Transisi kesehatan: proporsi kematian berdasarkan penyebab kematian
(Amerika Serikat, 1900 – 1970)
Tiga fase transisi epidemiologi untuk negara berkembang seperti
Indonesia adalah sebagai berikut :

1) The age of pestilence and famine (masa wabah dan


kelaparan)
Ditandai dengan tingginya angka kematian, rendahnya usia
harapan hidup yaitu dibawah 40 tahun, dan pertumbuhan
populasi yang tidak terkontrol. Fase ini terjadi sejak abad 17
hingga awal abad 20. Pola penyakit dalam fase ini ditandai
dengan peningkatan paparan mikroba, gizi buruk, penyakit
karena penyimpanan makanan yang tidak adekuat, penyakit
menular dan penyakit endemik.
2) The age of receding pandemics (masa menurunnya
pandemi)
Ditandai dengan penurunan angka kematian karena
penurunan epidemi, dan peningkatan usia harapan hidup
menjadi sekitar 55 tahun. Masa ini terjadi pada pertengahan
abad ke 20. Pada fase ini mulai terjadi pergeseran pola
penyakit dan kematian yang awalnya dikarenakan penyakit
infeksi, kini disebabkan karena penyakit degeneratif dan
kronik.
3) The age of triple health burden (masa tiga beban kesehatan)
Ditandai dengan penurunan signifikan angka kematian dan peningkatan usia harapan
hidup menjadi mencapai 70 tahun. Fase ini terjadi pada akhir abad 20 atau awal abad
21. Frenk dan Gomez-Dantes mengatakan triple burden of disease pada negara
berkembang di fase ini meliputi;
(1) Timbunan permasalahan kesehatan klasik, seperti penyakit infeksi, gizi buruk, dan
kematian ibu,
(2) Meningkatnya tantangan penyakit tidak menular, seperti kanker, diabetes, penyakit
jantung, dan penyakit mental,
(3) Munculnya permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan globalisasi, seperti
new emerging disease dan permasalahan kesehatan terkait perubahan iklim dan
gaya hidup
Mekanisme terjadinya transisi epidemiologi :

1. Penurunan fertilitas yang akan mempengaruhi struktur umur.

2. Perubahan faktor risiko yang akan mempengaruhi insiden penyakit.


3. Perbaikan organisasi dan teknologi pelayanan kesehatan yang
berpengaruh pada Case Fatality Rate (CFR).
4. Intervensi Pengobatan
• Terutama pengaruhnya adalah mengurangi kemungkinan matinya
penderita dan pada penderita penyakit kronis hal ini mutlak
meningkatkan angka kesakitan karena memperpanjang rata-rata lama
sakit.
Transisi Demografi
Transisi demografi adalah perpindahan dari tingkat kelahiran
dan kematian tinggi menjadi ke tingat yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena perekonomian suatu wilayah atau negara
telah beralih dari ekonomi praindustrial menjadi ekonomi
terindustrialisasi.
Peralihan keadaan demografi dibagi menjadi 4 tahap,
1. Tahap I:
Angka kelahiran dan kematian yang tinggi sekitar 40 – 50%.
Pada tahap ini, kelahiran tidak terkendali, kematian
bervariasi tiap tahunnya, kelaparan merajalela bersamaan
dengan penyakit menular yang menimbulkan kematian.
Tahap ini identik dengan ”masa penyakit wabah” dan
kelaparan pada transisi epidemiologi.
2. Tahap II

Angka kematian menurun akibat adanya


penemuan obat baru dan anggaran
kesehatan diperbesar. Namun angka
kelahiran tetap tinggi sehingga pertumbuhan
penduduk meningkat dengan pesat.
3.Tahap III

Angka kematian terus menurun tetapi tidak secepat


pada tahap II. Angka kelahiran mulai menurun akibat
urbanisasi, pendidikan, dan peralatan kontrasepsi
yang makin maju.

Tahap II dan III identik dengan ”masa ketika pandemi


dan penyakit menular mulai menghilang” pada
transisi epidemiologi
Determinan Angka Fertilitas

Angka fertilitas tinggi :


• Kebutuhan ekonomi dari masyarakat agraris
• Sedikit usaha kerja keras untuk kemajuan
• Mortalitas tinggi pada anak-anak
• Doktrin bersifat agamis dan sanksi masyarakat
• Melahirkan merupakan sumber prestise (wibawa) yang utama
dan dukungan ekonomi bagi perempuan
Angka fertilitas rendah :

• Biaya untuk anak mahal


• Mortalitas berkurang pada anak-anak
• Keluarga dan masayarakat kurang penting untuk penghuni
kota yang mobile (individualistik)
• Pekerjaan atau industri membuat individu bertanggung
jawab terhadap penyelesaian yang baik
• Menikah ditunda, migrasi, aborsi dan kontrasepsi
Transisi Gaya Hidup
a. Perilaku, misal merokok, kebiasaan kurang gerak.
b. Transisi nutrisi, misal diet tinggi lemak, rendah
karbohidrat kompleks, akibat dari:
- Industrialisasi
- Urbanisasi
- Globalisasi dari perdagangan dunia dan
media massa
Transisi Pelayanan Kesehatan
• Ketersediaan pelayanan pencegahan dan pengobatan
(imunisasi, kontrasepsi, pelayanan KIA, antibiotika)
Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular

• 1. Pencegahan Primer (lebih utama dilakukan)


• Bertujuan untuk membatasi kasus baru dengan:
• a. strategi populasi, yaitu pendekatan kesehatan
masyarakat dengan target populasi atau masyarakat.
• b. strategi kelompok risiko tinggi, yaitu manajemen
klinis terhadap faktor risiko berupa penyakit dengan
pendekatan individual.
• 2. Pencegahan Sekunder
• Bertujuan untuk menemukan kasus sedini mungkin dan
memberikan terapi yang tepat serta membatasi kecacatan.
Upaya yang bisa dilakukan dengan melakukan skrining,
meningkatkan pelayanan kesehatan berupa ketersedaian
teknologi diagnositik dan terapi yang semakin canggih dan
terjangkau, sehingga banyak kasus yang selamat (survive)
dan kualitas hidup survivor membaik.
3. Pencegahan Tersier
• Bertujuan untuk membuat optimal survivor
dengan sisa kemampuan yang ada sehingga
kualitas hidupnya menjadi baik melalui
kegiatan rehabilitasi, dan dukungan yang
positif dari keluarga survivor.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai