Listeria Monocytogenes
Listeria Monocytogenes
Listeria Monocytogenes
Eli Apriani
J1A016026
Listeria monocytogenes merupakan salah
satu bakteri patogen pada hewan/ternak
dan manusia. Bakteri ini berperan penting
sebagai agen penyebab foodborne
disease yaitu penyakit yang ditularkan
melalui makanan. Penyakit yang timbul
dikenal dengan nama listeriosis (Amagliani
et al., 2004).
Listeria adalah genus bakteria yang
memiliki tujuh spesies. Nama Listeria
berasal dari Joseph Lister, spesies Listeria
basili Gram positif basilli dan
dilambangkan oleh L. monocytogenes,
penyebab dari Listeriosis. Listeria ivanovii
adalah pathogen ruminant dan dapat
menginfeksi tikus di laboratorium.
Antibiotik efektif terhadap spesies Listeria
termasuk Ampisillin, vankomisin,
PERTUMBUHAN L. monocytogenes
• Gram positif
• Batang pendek
• Berbentuk tunggal
• Rantai pendek atau seperti huruf F
• Diameter sel 0,4-0,5 µm dan panjang 0,5-2,0 µm
• Waktu inkubasi 24 jam
• Temperatur optimal 35-37oC
• Mampu tumbuh 1-50oC
• Mampu hidup pada suhu pasteurisasi 72oC selama 15 detik
• pH 4,3-9,4
• Intraseluler fakultatif
• Psikotrofil
• Mampu membentuk biofilm
• Motil/bergerak dengan flagella
• Tidak membentuk spora
• Tahan terhadap efek memtikan, pengeringan, pembekuan dan pemanasan
SUMBER
MAKANAN MENTAH SEPERTI:
• DAGING YANG TIDAK DIMASAK
• SUSU MENTAH
• SUSU PASTEURISASI
• KEJU LUNAK
• COKLAT SUSU
• HOTDOG
• SAYURAN
• SEAFOOD
Gejala Listeria monocytogenes
• FREITAG et al. (2009) menjelaskan bahwa bakteri L. monocytogenes menjadi virulen setelah tertelan oleh ternak
atau manusia. Virulensi tersebut dipengaruhi oleh adanya aktivasi protein PrfA (positive regulator of transcription of
the virulence genes) yang mengatur ekspresi gen virulensi. Di luar tubuh “hospes”, pengaturan virulensi bakteri oleh
PrfA ada dalam kondisi aktivitas yang rendah. Di dalam tubuh “hospes”, PrfA menjadi aktif dan mampu menginduksi
beberapa ekspresi gen yang diperlukan oleh bakteri untuk masuk ke dalam sel “hospes” (internalin: In1A dan In1B),
lisis phagosom [listeriolisin O/LLO, phosphatidyl ilinositol-spesific phospholipase C (PIPLC), phosphatidyl choline
(PC)-PLC] dan intracellular growth (Hpt). Internalin (In1A) merupakan protein dengan berat molekul (BM) 88 kDa
yang terdapat pada permukaan dinding sel bakteri, yang mampu berinteraksi dengan E-cadherin, suatu reseptor
pada sel epitel “hospes”. Proses perlekatan bakteri pada sel ‘hospes’ tersebut juga melalui perantara p60 yaitu
protein dengan BM 60 kDa yang dikode oleh gen iap. Gen ini disekresikan oleh semua spesies Listeria spp. (CARY et
al, 2000; FREITAG et al., 2009). Selanjutnya, L. monocytogenes akan berproliferasi dalam sel epitel dan makrofag.
Setelah proses fagositosis, bakteri diselubungi oleh fagolisosom. Pada kondisi pH yang rendah yaitu pH 5,5, bakteri
akan memproduksi enzim yang disebut listeriolisin O (LLO). Produksi LLO ini dipengaruhi oleh gen hly (hemolytic).
Enzim dengan BM 60.000 dalton dan terdiri dari 544 asam amino ini mampu melisiskan membran fagolisosom
sehingga sel bakteri lepas dan masuk ke dalam sitoplasma sel epitel “hospes” dan berikatan dengan filamen aktin.
Gen yang mengkode protein permukaan tersebut adalah actA (actin) dengan BM 90 kDa. Filamen aktin ini
diperlukan oleh bakteri untuk pergerakan/perpindahan dari satu sel ke sel jaringan yang lain. Penyebaran ini melalui
perantara 1 – 2 phospholipase. Gen actA dan 1 – 2 phospholipase tersebut disekresikan oleh LLO (CARY et al., 2000;
FREITAG et al., 2009; SHAUGHNESSY dan SWANSON, 2010). Zat listeriolisin O (LLO) merupakan faktor utama pada
proses patogenesis L. monocytogenes. Pembentukan enzim ini terutama terjadi selama fase ekponensial dari
pertumbuhan bakteri dengan level maksimum 8 – 10 jam. Selain dipengaruhi oleh pH, pembentukannya sangat
tergantung pada suhu dan kandungan glukosa. Pembentukan LLO paling baik pada suhu 37oC dengan kandungan
glukosa 0,2%, pembentukannya akan berkurang pada suhu 26oC dengan kandungan glukosa yang tinggi. Pada
kondisi suhu aerobik atau anaerobik (35°C) dengan konsentrasi sorbat 2%, pembentukan LLO akan dihambat. Zat
LLO mampu memproduksi ß hemolisis pada media agar darah dan memfermentasi rhamnose tetapi tidak mampu
memfermentasi xylose dan mampu merusak sel fagositik yang menelannya. Zat LLO dapat diaktivasi oleh komponen
SH seperti sistein, sebaliknya LLO akan dihambat oleh adanya kolesterol dan tidak stabil pada kondisi pH netral.
Sekresi protein ini dapat digunakan sebagai indikator keberadaan bakteri L. monocytogenes dalam sampel makanan
(CARY et al., 2000; CHURCHILL et al., 2006; SHAUGHN)
Penularan pada manusia