SPGDT

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

SISTEM

PENANGGULANGAN
GAWAT DARURAT TERPADU
LATAR BELAKANG

INDONESIA  SUPERMARKET BENCANA

 Bencana alam (Natural Disaster) Gempa,


Gunung meletus, Tsunami, Banjir, Banjir
bandang, Tanah longsor, Angin Puyuh
 Karena ulah manusia (Man-Made Disaster)..
Kegagalan teknologi, Kecelakaan massal, Kebakaran
hutan dll
 Kedaruratan Kompleks....
Konflik sosial, Terorisme dll
Fix the roof while the sun shine
Jhon f. Kennedy

Keadaan tenang merupakan kesempatan untuk


mempersiapkan diri, memperbaiki kelemahan-
kelemahan, menyempurnakan berbagai prosedur
pemantapan organisasi dan lain-lain.

Kesiapan dalam bentuk safe


community.
PHTLS & Prevention Three peaks of trauma related deaths

First peak
Laceration of brain
Third peak
brainstem
Sepsis
aorta
Multi organ failure
spinal cord Second peak Secondary Brain Injury
heart Extradural
Subdural
Hemopneumothorax
Pelvic fractures
Long bone fractures
DEATHS

Abdominal injuries

1 hour 3 hours
TRAUMATOLOGI

• Pada penderita yang meninggal akibat


trauma :
50% meninggal ditempat kejadian
30% meninggal sebelum 4 jam
20% meninggal sebelum 4 minggu

• Jam-jam pertama adalah saat yang amat penting


untuk terapi definitif

time saving is life saving


Resuscitation :
Pemulihan kehidupan seseorang yang tampaknya
meninggal.

Cardiopulmonary resuscitation (CPR)


Memulihkan kembali kerja jantung dan paru, setelah henti
jantung atau kematian mendadak nyata yang disebabkan
oleh syok listrik, tenggelam, gagal pernafasan atau
penyebab lain.

Kamus istilah kedokteran, dr. Difa Darwis, Gitamedia Press


PENDERITA DENGAN HENTI
NAFAS DAN JANTUNG

• Resusitasi Sebelum 1 Menit ------- 98% Selamat


• Resusitasi Sesudah 4-5 Menit ------50% Selamat
• Resusitasi Sesudah 10 Menit ------ 1% Selamat

Menit-menit pertama adalah saat yang amat


penting untuk resusitasi ABC

time saving is life saving


AKIBAT PENANGANAN
PRE HOSPITAL YANG BURUK

• Pasien dirujuk tanpa dilakukan resusitasi terlebih


dahulu mati di jalan
• Penderita dirujuk tanpa kontrol perdarahan
syok irreversibel, mati di jalan
• Pasien dirujuk tanpa stabilisasi fraktur
paraplegi, cedera cervical dll
PENGALAMAN MENANGANI
GEMPA KLATEN 2006
• Enam puluh lima penderita datang di IRD RS
Soeradji T dalam keadaan meninggal padahal
pada waktu berangkat dari tempat kejadian
masih hidup.
• Dua puluh tiga penderita datang dalam keadaan
paraplegia.
• Tujuh belas penderita mengalami tetanus 3
minggu kemudian.
LATAR BELAKANG
• Setiap penderita gawat darurat berhak
mendapatkan pertolongan, begitu pula setiap
orang yang menemui penderita gawat darurat
wajib memberikan pertolongan.
• Penderita gawat darurat memerlukan
pertolongan segera pada menit menit pertama
atau pada jam jam pertama.
• Kegagalan memberikan pertolongan pada
kesempatan pertama akan mengakibatkan
kematian dan kecacatan yang sebenarnya dapat
dicegah.
Latar belakang lanjutan
• Yang dapat segera memberikan pertolongan
kepada penderita gawat darurat adalah kita
sendiri yang berada dilokasi sekitar korban.
Bantuan dari luar biasanya datang setelah 1 atau
2 hari ( yo-yo phenomen ).
• Pertolongan gawat darurat hanya akan berhasil
baik apabila penanganan pre hospital dan
hospital bisa diberikan secara optimal secara
terintegrasi.
Latar belakang lanjutan
• Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
melibatkan berbagai sektor dan disiplin yang
harus bekerja sama dalam memberikan
pertolongan gawat darurat.
• Menggali potensi wilayah untuk bisa
mewujudkan sistem ini adalah pekarjaan besar
yang harus didukung semua pihak sebagai dasar
untuk mewujudkan safe community.
• SEHAT & AMAN ~ HAK AZASI MANUSIA
• PEREKAT KEUTUHAN BANGSA
• PERAN SERTA MASYARAKAT ~ DIK - LAT
• KERJASAMA LINTAS SEKTOR ~ MASYARAKAT- PEMERINTAH

TERSISTEM
SPGDT
Deklarasi Makasar 2000

1. Meningkatkan rasa cinta bernegara, demi terjalinnya


kesatuan dan persatuan bangsa, dimana rasa sehat dan aman
merupakan perekat keutuhan bangsa.
2. Mengusahakan peningkatan serta pendaya gunaan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang ada, guna menjamin rasa
sehat dan aman, yang merupakan Hak asasi menusia
3. Memasyarakatkan Sistem penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Sehari –hari dan Bencana (SPGDTS/B) secara efektif dan efisien.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dalam pelaksanaan SPGDT
melalui pendidikan dan pelatihan.
5. Membentuk brigade GADAR yang terdiri dari komponen lintas sektor
baik medik maupun non medik, berperan dalam pelaksanaan SPGDT
dengan melibatkan peran serta masyarakat.
6. Dengan terlaksananya butir-butir diatas, diharapkan tercapai
keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan
keadaan sehat dan aman bagi bangsa dan negara (safe community)
menghadapi GADAR sehari-sehari maupun bencana.
7. Terlaksananya SPGDT menjadi dasar menuju “ Indonesia Sehat 2010
dan Safe Community”
MAKASAR, 15 November 2000
 DESA SIAGA
• Pembentukan Desa Siaga dengan SK Menkes no
564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga memberi
peluang berkembangnya safe community di Masyarakat.
• Menegaskan salah satu kegiatan dari Pos Kesehatan Desa
adalah “Kesiapsiagaan dan penanggulangan
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan"
 Desa siaga lanjutan

• Menyiapkan awam umum siaga bencana


• Menyiapkan awam khusus  basic life support
• Diharapkan Desa Siaga telah terbentuk di seluruh
Indonesia dekade ini. Apabila harapan dapat terlaksana
maka proses terciptanya kesiapsiagaan terhadap bencana
dipedesaan akan berjalan dengan baik.
IEMSS
(Integrated Emergency Medical Services System)

Environmental
Demographic

Prehospital Hospital
Communication Emergency Dep Rehab. IEMS
Population
Transportation HCU, ICU, OR outcome

Resources :
Prevention Personnel, Facilities, Equipment
Programs Organization
Procedures
SPGDT-S (Sistim Pelayanan Gawat Darurat terpadu Terpadu-Sehari2)

PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
MULTI DISIPLIN
ANTARA LAIN SUMBER DAYA MANUSIA MULTI PROFESI
- HELM YANG MEMBERI PERTOLONGAN MULTI SEKTOR
- SABUK AWAM UMUM PETUGAS DOKTER
PENGAMAN AWAM KHUSUS AMBULANS PERAWAT
TUJUAN
MENCEGAH
MASYARAKAT KOMUNIKASI - KEMATIAN
AMAN / - KECACADAN
SEJAHTERA
(SAFE COMMUNITY) TRANSPORTASI

+
+

PASIEN AMBULANS PUSKESMAS RS.KLAS C RS. KLAS A/B

PRA RS INTRA RS INTRA RS

ANTAR RS
PENDANAAN

TIME SAVING IS LIFE SAVING


RESPONSE TIME DIUPAYAKAN SEPENDEK MUNGKIN
MERUJUK THE RIGHT PATIENT, TO THE RIGHT PLACE AT THE RIGHT TIME
FASE FASE DALAM SISTEM
PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT
TERPADU

• Fase deteksi
• Fase supresi
• Fase pra rumah sakit
• Fase rumah sakit
• Fase rehabilitasi
• Fase evaluasi
I. FASE DETEKSI
• Mendeteksi keadaan lingkungan di sekitar kita
yang memungkinkan kita menghadapi penderita
gawat darurat.
= adanya gunung berapi aktif
= adanya kemungkinan gempa oleh karena
letak wilayah diatas lempengan kulit bumi
yang tidak stabil
= arus lalu lintas yang padat dengan
frekwensi kecelakaan yang tinggi
I. Fase deteksi lanjutan

= adanya pabrik yang mungkin bisa


mencemari lingkungan oleh karena
buangan limbahnya atau adanya bocoran
bahan bahan berbahaya
= adanya wilayah wilayah dimana sering
terjadi tindak kriminal dll.
II. FASE SUPRESI
Sesudah kita bisa mendeteksi hal hal yang dapat
mengakibatkan keadaan gawat darurat maka kita
lakukan cara cara pencegahannya.
= membuat jalur evakuasi bila sewaktu waktu
gn. Merapi meletus
= mengatur aliran lahar agar tidak melalui
wilayah berpenduduk
= membuat bangunan bangunan yang tahan
gempa
II. Fase supresi lanjutan
= memperketat aturan lalu lintas, mewajibkan
penggunaan helm standart dan sabuk
pengaman
= memperketat aturan pengelolaan limbah
pabrik dan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja
= menggiatkan patroli kepolisian dan
pengamanan swakarsa ditempat tempat
rawan kejahatan dll.
III. FASE PRA RUMAH SAKIT
• Keharusan adanya akses dari tempat kejadian
dengan SPGDT.
• Adanya alat komunikasi yang lancar yang
memungkinkan arus informasi cepat direspons.
• Diperlukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat
tentang SPGDT sehingga sewaktu waktu terjadi
keadaan gawat darurat mereka tahu apa yang
harus dilakukan.
III. Fase pra rumah sakit lanjutan
• Dilakukan pelatihan pelatihan Bantuan Hidup
Dasar terhadap kelompok awam khusus seperti
anggota pramuka, anggota PMI, guru, pamong
desa, satpam, pemadam kebakaran, pengemudi,
sekretaris dll.
• Koordinasi ambulans gawat darurat diseluruh
wilayah kerja untuk penanggulangan yang efektif
dan efisien.
• Koordinasi dengan Badan SAR, Pemadam
Kebakaran dan Kepolisian serta instansi terkait.
AMBULANS GAWAT DARURAT
• Peranan ambulans gawat darurat didalam fase
pra rumah sakit sangat penting disamping peran
SAR, pemadam kebakaran, polisi, PMI dll.
• Peran ambulans gawat darurat disini adalah
mengadirkan instalasi gawat darurat kelapangan
sehingga proses resusitasi dan stabilisasi
terhadap penderita gawat darurat dapat optimal
dan selanjutnya dapat dievakuasi dengan aman.
• Sehingga ambulans gawat darurat harus dapat
hadir dalam menit menit pertama di tempat
kejadian .
TUGAS UTAMA AMBULANCE
GAWAT DARURAT PADA FASE PRE
HOSPITAL
• Resusitasi ABC pada menit-menit pertama
• Stabilisasi bila ada kecurigaan adanya fraktur
• The right patient by the right ambulance to the
right hospital on the right time

time saving is life and limb saving


STANDART PELAYANAN
AMBULANS GAWAT DARURAT

• PERSONIL
– Dokter Emergency :1 orang
– Paramedik :2 orang( satu orang sebagai sopir )

• MOBIL AMBULANS GAWAT DARURAT


Kendaraan roda 4, suspensi lunak, ruang belakang cukup tinggi
untuk berdiri petugas, cukup untuk membawa satu brankar, dan ada
satu kursi untuk petugas.
Fasilitas yang harus tersedia :
– Cairan infus terutama Ringer Lactat, Asering dan NaCl
– Sol povidon iodine,alkohol 76%, kasa steril, kasa verban
– DC shock
– Infus set, vena kateter, Folley katater,urine bag
– Oksigen, Ambo bag, slang oksigen
– Spalk lengan, spalk tungkai, long spine board, cervical collar
– Brankar
– Garasi ambulans
Lanjutan STANDART PELAYANAN
AMBULANS GAWAT DARURAT

• KEMAMPUAN OPERASIONAL
– Melakukan ABC resusitasi
– Pemberian oksigen dan bagging
– Mengoperasikan DC shock
– Penghentian perdarahan
– Resusitasi cairan
– Stabilisasi fraktur
– Transport penderita untuk evakuasi dan rujukan

• TATA KERJA
Bila sewaktu-waktu ada bencana atau keadaan gawat darurat
yang memerlukan kehadiran ambulan gawat dararat maka yang berangkat
adalah dokter dan paramedis yang berdinas di Instalasi Gawat Darurat
waktu itu. Shift dokter dan paramedis yang berikutnya menggantikan
tugas jaga di Instalasi Gawat Darurat.

• DANA
Uang makan bagi personil yang berangkat 3 ( tiga ) orang dan uang bensin.
IV. FASE RUMAH SAKIT
• Didalam SPGDT rumah sakit rumah sakit di
suatu wilayah kerja disatukan dalam jaringan
kerjasama bila menghadapi suatu bencana atau
kasus gawat darurat.
• Masing masing rumah sakit memberikan data
mengenai kapasitas, sarana dan prasarana,
fasilitas serta SDM yang dimiliki sehingga dapat
dibuat suatu geomedik mapping di wilayah kerja
tersebut
IV. Fase rumah sakit lanjutan
• Secara operasional jaringan kerja sama rumah
sakit ini bekerja terintegrasi dengan penanganan
pra rumah sakit di lapangan.
• Dengan adanya geomedik mapping diharapkan
proses evakuasi dan rujukan penderita gawat
darurat dari lapangan hingga penanganan
definitif dapat berjalan cepat dan tepat.
• Terselenggaranya the right patient to the right
hospital by the right ambulance on the right
time dapat mencegah kematian dan kecacatan
yang tidak perlu.
V. FASE REHABILITASI

• Semua penderita yang mengalami cedera atau


cacat akibat suatu kecelakaan ataupun bencana
harus dilakukan rehabilitasi secara fisik dan
mental sehingga mereka dapat kembali berfungsi
ditengah kehidupan bermasyarakat.
VI. FASE EVALUASI
Suatu sistem yang baik harus mampu :
= Memonitor kegiatan penanggulangan yang
telah dilakukan.
= Mengevaluasi secara terus menerus
dampak kegiatan terhadap morbiditas dan
mortalitas serta memikirkan kebutuhan
untuk pengembangan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai