Kulpak SK 1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

Tutorial Skenario

1 Blok 9
Dosen Pembimbing:
drg. Selviana Rizky Pramita

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Anggota Kelompok
• FARIDA
• AKHMAD FARHANSYAH I.
• RESTI JULIANI
• RIZKI RAMADHIYANTI M.
• ADHYTYA SURYO KELANA
• NINDICA AYU SOVIARINI
• FAUZIAH
• HIKMAH NURFAJRI SUALA
• YANUAR AGUNG PRIAMBODO
• MERY NOVITA
• HEPPY NOOR SAFRIDA
Mengapa Gigiku setelah ditambal
skenario sakitnya sampai ke sendi rahang?

Pasien usia 20 tahun datang ke dokter gigi


untuk menambalkan giginya yang berlubang
kecil. Tidak keluhan pada lubang tersebut
tetapi pasien takut apabila lubangnya
semakin besar giginya bertambah sakit.
Kemudian gigi tersebut ditambal oleh dokter
gigi yang biasa merawat dia. Dokter gigi
menjelaskan bahwa lubang itu bisa langsung
ditambal tanpa dilakukan perawatan
terlebih dahulu. Setelah dilakukan penamba
lan ternyata pasien terasa mengganjal
sehingga perlu dikoreksi kemudian beliau
menjelaskan dalam melakukan penambalan
dokter gigi berusaha membuat pasien
nyaman kembali dan berfungsi normal.
Maka dari itu dokter harus memperhatikan
beberapa aspek dalam penambalan.
1. Mengapa tumpatan terasa mengganjal?
Jawaban:
- Kurang memperhatikan aspek anatomi
- Tidak ada cek artikulasi

2. Bagaimana cara agar tambalannya nyaman?


Jawaban:
-Tambalan dibentuk sesuai anatomi gigi
-Memperhatikan prinsip-prinsip preparasi
-Melakukan finishing dan polishing untuk mengurangi peninggian serta menghaluskan
tambalan
3. Jenis karies apa yang sesuai dengan skenario tersebut?
Jawaban:
-Karies superficial
-Karies pada gigi posterior

4. Mengapa gigi pasien dapat langsung ditambal?


Jawaban:
Karena karies yang dialami pasien kemungkinan tidak sampai ke pulpa
5. Apa saja aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan penambalan?
Jawab:
-Pengembalian fungsi fisiologis normal (mastikasi)
-Menyesuaikan bentuk anatomi
-Menyesuaikan letak gigi yang ditambal
-Memperhatikan prinsip-prinsip preparasi

6. Dampak apa yang akan terjadi jika tumpatan yang terasa mengganjal tersebut ti
dak dikoreksi
Jawab:
-Terjadi trauma oklusi
-Radang Gusi
-Merusak Gigi antagonis
Restorasi

Normal Tidak Normal

Hubungan
Stomatognatik
Aspek
penambalan
Overhanging Overcountured

Dampak

Penanganan 7
1. Membedakan istilah overhanging dan over
contoured
2. Bagaimana tambalan agar dapat berfungsi
normal
3. Kondisi patologis akibat tambalan tidak nor
mal
4. Aspek penambalan
5. Dampak apabila tambalan tidak sesuai
6. Mekanisme ngilu pada otot mastikasi
7. Prinsip occlusal grinding
8. Pengecekan menggunakan articulating
papper
9. Problem tree
Oklusi Normal, menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi
normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara
Restorasi harmonis dengan proses metabolic untuk mempertahankan struktur
penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat.
Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan
Normal hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik
ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus
Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua
gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi
Restorasi dikatakan
dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada
normal jika tidak bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.
mempengaruhi oklusi
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada
normal, oklusi ideal
waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berad
dan oklusi sentrik a dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau
tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang
diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak.

Hamzah, Zahreni,dkk, 2009; Thomson 2007


Restorasi
Normal Hal yang perlu diperhatikan agar didapat hasil
restorasi yang bagus adalah
1. Bentuk anatomi
2. Kelahulasan permukaan
3. Titik kontak yang bagus dan sesuai

(Ozdemir, 2014; Bakar, 2012)


Restorasi tidak normal
Kesalahan restorasi
1. Over Hanging
Kesalahan restorasi

Kelebihan bahan restorasi yang menonjol


melebihitepi kavitas. Pada daerah overhang
dapat meningkatkan risiko berkembangya
gingivitis dan periodontitis, kelebihan
bergerak kearah vertikal dari gigi.
(Ireland R, 2015.)
Restorasi gigi yang berebihan dan tidak
sesuai dengan bentuk dan kontur gigi yang
alami. (Garna DF, Amaliya. 2012.)
2. Over contour
Kesalahan restorasi

Mahkota yang dibuat terlalu besar sebagai


bagian proses restorasi. Overcontour dapat
menyebabkan hilangnya benyuk pembersihan
normal gigi, yang berpotensi mengakibatkan
masalah periodontium

Ireland, 2015
Kesalahan restorasi
Restorasi 3. Kontak interproksimal terbuka Pada kontak interproks
imal yang terbuka ada kekuatan untuk mendesak maka
Tidak nan antara dua gigi, yang dapat mengiritasi gingiva dan
menghasilkan lingkungan ideal untuk iritasi gingiva.
Dalam hal ini impaksi makanan akan mengiritasi
Normal langsung secara mekanis pada tepi gingival, atau
menimbulkan iritasi kimia maupun biologis melalui
bakteri plak yang terakumulasi di daerah tersebut.

4. Tepi restorasi Tepi restorasi yang kurang misalnya


pada jacket crwon dan full crown, bisa disebabkan oleh
Newman et al, 2018 bahan restorasi yang mengalami pengkerutan atau
proses pembuatannya tidak baik
Restorasi
Faktor2 penyebab restorasi yang overhanging dan
Tidak overcontour
1. Ketidaktepatan pemasangan matriks
Normal 2. Kesalahan Pembentukan kontur gigi
3. Ketidakhalusan pemolesan
4. Operartor yang tidak kompeten

Muryani et al, 2016


HUBUNGAN OKLUSI DENGAN
SISTEM STOMATOGNATIK
(GA Anak A, 2016)
1. Hubungan oklusi ke gigi-geligi dan
jaringan periodontal

• Kontak oklusi yang tidak tepat bisa menimbulkan masalah.

• Tekanan berlebih yang diterima oleh jaringan periodontal


menyebabkan perubahan patologis atau adaptif dari
jaringan periodontal.

(Sood S, 2013), (Tulak, 2013)


2. Hubungan oklusi ke otot

Meningkatnya penggunaan otot karena


besarnya tekanan mengakibatkan
perasaan lelah otot dan ketegangan otot,
dikaitkan dengan vasokontriksi arteri
nutrien yang relevan dan akumulasi produk
-produk limbah metabolik pada muskulus.
Di daerah iscemik otot melepaskan zat
algogenic (bradykinin, prostaglandin) yang
menyebabkan sakit pada otot

Spasme otot yang terjadi nantinya akan


meningkatkan respon saraf simpatis yang
menyebabkan nyeri pada otot mastikasi

(Suhartini, 2011)(Shofi, et al. 2014)


3. Hubungan oklusi ke TMJ

• Pergerakan TMJ
A. Rotasi
B. Translalasi
C. Gerakan Menggiling TMJ kiri
D. Gerakan Menggiling TMJ Kanan

(Schuenke, et al. 2015)


Pergerakan TMJ
• A. Rotasi
- TMJ bergerak sebagai sendi engsel (abduksi/
depresi dan adduksi/elevasi mandibula)
- Sumbu untuk sendi rotasi, berjalan secara trans
versal melewati kedua caput mandibulae.

(Schuenke,
(Shofi, et al. 2014)
2015)
(Schuenke, et al. 2015)
Pergerakan TMJ
• B. Translasi
- Mandibula maju (protrusi) dan mundur (retrusi)
- Sumbu untuk gerakan ini sejajar dengan sumbu
median melalui pusat caput mandibulae

(Schuenke,
(Shofi, et al. 2014)
2015)
(Schuenke, et al. 2015)
Pergerakan TMJ
• C. Gerakan Menggiling TMJ kiri
1. Condylus istirahat
- Condylus istirahat pada sisi kerja kiri berputar
pada sumbu hampir vertikal melalui caput mandi
bulae (yang juga merupakan sumbu rotasi)

2. Condylus Berayun
- Condyl yang berayun pada sisi keseimbangan
kanan berayun ke depan dan ke dalam di dalam
gerakan trasnlasi
(Schuenke,
(Shofi, et al. 2014)
2015)
(Schuenke, et al. 2015)
Pergerakan TMJ
• D. Gerakan Menggiling TMJ Kanan

- TMJ kanan adala sisi kerja


- Condylus istirahat kanan berputar terhadap
suatu sumbu hampir vertikal dan condylus kiri
pada sisi keseimbangan, berayun ke depan dan
ke dalam

(Schuenke,
(Shofi, et al. 2014)
2015)
(Schuenke, et al. 2015)
3. Hubungan oklusi ke TMJ
• Oklusi yang tidak harmonis dan tidak seimbang
dapat menyebabkan tekanan tambahan untuk
otot pengunyahan dan kelainan posisi kondilus
pada saat rahang tertutup, akibatnya rahang
menjadi terasa kaku.

• Mengakibatkan penurunan fungsi pada saat


pergerakan, dan pada gangguan fungsional
posisi discus articularis dan processus
condylaris dapat berubah secara perlahan
–lahan.
(Shofi, et al. 2014)
DAMPAK
KESALAHAN RESTORASI
1. Kesalahan desain daerah kontak (contact area)
DAMPAK Kontak area yang terlalu ke arah oklusal menyebabkan
permukaan interproksimal datar, sehingga sisa-sisa makanan
mudah terselip di celah tersebut dan menumpuk karena sukar
dikeluarkan

Kontak area melebar arah buko-lingual, menyebabkan


banyak daerah yang sempit di sebelah servikal kontak area,
terjadi perubahan anatomi yaitu ikut menjadi lebar sehingga
plak menumpuk di situ, inflamasi lokal terjadi dan merupakan
permulaan dan penyakit periodontal.

Pada gigi-gigi asli dan sempurna, perbatasan pertemuan


antara gigi dalam kontak area itu sempit, mendekati separuh
Newman et al, 2018 antara tinggi tepi marginal dan permukaan oklusal.
Dampak Kesalahan Restorasi
2. Kontur dan posisi tepi servikal dan restorasi yang berbatasan dengan jaringan gingivaApabila kontur
tepi restorasi tidak sesuai dengan kontur tepi gingva

maka ada dua kemungknan;


(1) terjadi celah pada daerah yang kontur tepinya kurang sehingga
memudahkari akumulasi plak,

(2) menimbulkan desakan pada tepi gingiva apabila kontor tepi restorasi
berlebih, sehingga menimbulkan inflamasi..

Newman et al, 2018


Dampak Kesalahan Restorasi
3. Permukaan yang tidak halus pada tepi servikal. Keadaan ini mudah menjadikan retensi
plak dan akan mengiritasi gingiva.

4. Morfologi permukaan okiusal yang tidak balk. dapat menimbulkan premature


contact sehingga jaringan periodontal mendapatkan tekanan yang berlebihan dan mengakiba
tkan kerusakan jaringan periodontal.

5. Tidak diperhatikannya fungsi gerakan gigi secara keseluruhan. Hal ini penting untuk
mengalirkan makanan atau supaya tidak terjadi stagnasi, dan perlindungan pada embrasur
terhadap tekanan (pada tumpatan klas II).

Oklusal harus dibentuk harmonis pada gerakan gigi secara keseluruhan. Tumpatan oklusal
yang rendah akan terjadi elongasi atau over erupsi, dan tipping pada gigi antagonisnya.
Sedangkan pada tumpatan oklusal yang tinggi akan dapat menimbulkan gangguan
neuro-muskuler seperti trauma oklusi
Newman et al, 2018
TRAUMA OKLUSI

Trauma Oklusi adalah kerusakan jaringan


periodontal akibat tekanan oklusal yang
berlebihan

(Maharani 2015)
Klasifikasi Trauma Oklusi atau
Trauma From Occlusion (TFO)
Fisiologis atau Traumatik Oklusi
Oklusi fisiologis adalah suatu kondisi dimana sistem
gaya yang bekerja pada gigi selama oklusi berada dalam
keadaan seimbang dan mereka tidak dapat mengubah
hubungan normal yang ada diantara gigi dan struktur
pendukungnya

(Sanadi et al., 2016)


Akut atau Kronis (tergantung pada lama
penyebabnya)
Oklusi traumatis adalah dimana kerusakan yang dihasilkan dalam periodonsium
disebabkan oleh tekanan berlebih yang disebabkan oleh oklusi.
Trauma akut
dihasilkan dari dampak oklusal mendadak seperti yang dihasilkan dengan
menggigit benda keras. Selain itu, restorasi atau peralatan buatan yang
mengganggu atau mengubah arah kekuatan oklusal pada gigi dapat
menyebabkan trauma akut.
Trauma kronis
paking sering berkembang dari perubahan bertahap dalam oklusi yang dihasilkan
oleh keasuan gigi, gerakan melayang, dan ekstrusi gigi yang dikombinasikan
dengan kebiasaan parafungsional seperti bruxism dan clenching.
(Sanadi et al., 2016)
Primer atau Sekunder (tergantung pada sifat
penyebabnya)
TFO primer dihasilkan dari kekuatan oklusal abnormal
pada struktur periodontal yang relatif sehat.
Contoh: restorasi yang tingggi, bruksisme dll.

TFO sekunder dihasilkan dari kekuatan oklusal fisiologis


atau abnormal yang bekerja pada gigi yang sangat
lemah karena kehilangan tulang alveolar
(Sanadi et al., 2016)
kerusakan jaringan
Periodontal akibat
trauma oklusi
1. Trauma oklusi merupakan faktor resiko yang
dapat memperparah terjadinya periodontitis.

2. Trauma oklusi tunggal tidak dapat mencetuskan


(Tulak, 2013) terjadinya kerusakan jaringan. Tetapi adanya plak
yang memicu terjadinya inflamasi. Trauma oklusi
meningkatkan perkembangan terjadinya penyakit
periodontal.

3. Trauma oklusi primer pada jaringan periodontal


yang sehat (daya ortodonti dan jiggling force), pada
periodonsium yang sehat, baik kekuatan unilateral
(kekuatan ortodonti) atau jiggling force dapat
menyebabkan kehilangan perlekatan atau pembentu
kan poket bila tekanan yang diberikan lebih besar
dari daya adaptasi jaringan peirodontal.
4. Trauma oklusi primer pada struktur periodontal yang
(Tulak, 2013) sehat tetapi menyebabkan kerusakan tulang terjadi
(traumatic deep bite) dapat menjadi penyebab terjadinya
periodontitis yang ditandai dengan terbentuknya poket.
Poket terjadi karena trauma oklusi di interpretasikan
sebagai adaptasi dari ligamen periodontal dan tulang
terhadap trauma oklusi.

5. Trauma oklusi sekunder merupakan faktor resiko


terbesar terjadinya periodontitis.
PENANGANAN
KESALAHAN RESTORASI
PENANGANAN
KESALAHAN RESTORASI

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan


beberapa cara, yaitu

1. Membongkar tumpatan dan melakukan restorasi ulang dengan


mengikuti tata cara yang baik dan benar
2. Melakukan selective grinding atau oklusal adjussment
3. Manajemen stress dan relaksasi otot mastikasi
4. Mengubah bentuk gigi untuk merawat gejala maloklusi
SELECTIVE GRINDING
PENANGANAN

Selective grinding atau occlusal adjustment dapat didefinisikan sebagai


membentuk kembali permukaan oklusi gigi dengan pengasahan untuk
menciptakan hubungan kontak yang harmonis antara gigi geligi rahang
atas dan bawah.
Dengan istilah penyelarasan oklusal sebenarnya dimaksudkan tindakan
untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi
periodonsium dengan satu atau lebih prosedur berikut:
1. Mengubah bentuk gigi dengan jalan pengasahan gigi.
2. Mengubah bentuk gigi dengan jalan pembuatan restorasi.
3. Pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusal.
4. Mengubah posisi gigi dengan jalan menggerakkan gigi secara
ortodonsi.
5. Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah ortognasi.
Popa et al 2015
PRINSIP SELECTIVE GRINDING
PENANGANAN

Prinsip MUDL (Mesial Upper-Distal Lower) mengoreksi hubungan


anterior
Hal-hal yang perlu diperhatikan ini:
1. Melakukan perampingan pada stamp cusp terlebih dahulu sebelum
membentuk fossa. Perampingan cusp ini dilakukan, karena biasanya pada
keadaan dimana terdapat occlusal interference bentuk cuspmemiliki kontu
r yang lebih lebar. Tidak diperbolehkaN membuat cusp menjadi lebih
Popa et al 2015 pendek. Tujuan dari merampingkan lereng bonjol adalah lebih
memudahkan cusp menempati fossa gigi antagonis.
2. Jika masih terdapat sangkutan, boleh dipertimbangkan untuk melakukan
reshaping pada fossa gigi lawannya.

Prinsip BULL
Saat melakukan grinding, bagian oklusal gigi yang dikurangi adalah pada bagian bukal
rahang atas dan lingual rahang bawah
Manajemen stress dan relaksasi otot mastikasi
PENANGANAN

Pemberian obat pereda nyeri, pada awalnya untuk


mengurangi nyeri tranquilizers untuk membantu
(Schield et al,2017)
pasien agar rileks, atay relaksasi otot untuk
ketegangan otot, tetapi efek sampingnya dapat
menyebabkan muut kering mungkin tidak
menyenangkn.

Terapi yang membantu meredakan nyeri bisa juga


dengan cara pengaplikasian es untuk beberapa
menit dan diikuti panas lembab untuk relaksasi otot.

Latihan otot rahang mungkin juga dapat membantu


menghilangkan nyeri otot
Mengubah bentuk gigi untuk merawat gejala maloklusi
PENANGANAN

Penyeimbangan oklusal adalah proses


dimana dokter gigi memodifikasi bentuk
oklusal atau insisal gigi geligi
menggunakan bur berputar atau stone
dan henpis untuk mengurangi sedikit
email pada tempat yang mengalami
prematuritas
(Schield et al,2017)
Thank you
Insert the title of your subtitle Here
• Ireland, R. Kamus Kedokteran Gigig. Jakarta; EGC: 2015.
• Garna DF, Amaliya. Status Periodontal dan Kehilangan Tulang Alveolar
pada Restorasi Proksimal yang Overhang. MKB. 2012: 44 (3); 133-137.
• Maharani AD. Penggunaan Classification dan Regression Tree (Cart) untuk
Klasifikasi Periodontitis Kronis Pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Hang Tuah Surabaya. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2015: 4(2);
1-12.
• Muryani , et all. Overhanging approximal restoration : clinical and
radiography features. 2016 ; 28(22) : 85-88.
• Carranza, F.A., dan Newman, M.G., Clinical Periodontology, 8 th ed, W.B.
Saunder Co, Philadelphia. Hoag, P. M., dan Pawlak, E.A., I 990. Essential of
Periodontics, 4 th ed, C.V. Mosby Company, USA. Manson, J.D, dan Eley,
B.M., Outline of Clinical Periodontics (terj. Buku Ajar Periodonti), Penerbit
Hipokrates, Jakarta.
• Sanadi RM et al. 2016. Role of trauma occlusion in periodontal disease- A controver
sy. Journal of Dental and Medical Sciences. 9(15): 119.
• Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. 2015. Anatomi untuk Kedokteran Gigi:
Kepala dan Leher. Jakarta: EGC.
• Shofi N, Cholil, Sukmana BI. Deskripsi Kasus Tempororomandibular Disorder pada
Pasien di RSUD Ulin Banjarmasin Bulan Juni-Agustus 2013.Dentino. 2014: 2 (1).
• Suhartini. Kelainan pada Temporo Mandibular Joint (TMJ. Journal Stomatognatic.
2011: 8 (2).
• Soos D, Gupta S. Periodontal-Restorative Interactions: A Review. Indian Journal of
Clinical Practice, Vol. 23, No. 11, April 2013
• Popa ST, Popescu SM, Constantinescu MV. 2015 Occlusal equilibration between
option and clinical reality. Stoma Edu J: 2(1):57-63
• Tulak, FO. Peranan Trauma Oklusi terhadap Terjadinya Periodontitis. Jurnal
e-Gigi. 2013: 1 (2).

Anda mungkin juga menyukai