Kelompok 4 Gurita Beku

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

STANDARISASI MUTU GURITA BEKU

PERUSAHAAN PERIKANAN DI KENDARI

KELOMPOK 4
1. MUTIA KAMARUDDIN (L23116512)
2. JUSRAWATI (L23116515)
3. ULANTIKA (L23116017)
4. NURUL UMRAH JAMAL (L23116501)
5. M. PADLAN FADILLA TAHIR (L23116011)
GURITA BEKU

Gurita merupakan salah satu makanan laut yang banyak


digemari baik oleh konsumen lokal maupun konsumen
internasional. Negara tujuan ekspor gurita dan ikan teri adalah
Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong
Kong. Indonesia saat ini berada di peringkat ke-11 sebagai
pengekspor gurita ke Jepang pada tahun 2012 (Vietnam
Association of Seafood Exporters and Producers, 2012).
PERKEMBANGAN EKSPOR GURITA
BEKU
• Berdasarkan data di
pelabuhan perikanan
Samudera Kendari,
jumlah ekspor gurita
setiap bulannya
sepanjang tahun 2011
berfluktuasi tergantung • Berdasarkan hasil wawancara,
pada musim tangkap. jenis gurita yang diekspor
umumnya adalah Octopus cyanea.
Harga gurita tersebut di pasar
ekspor berkisar antara USD 5-
6/kg. Sedangkan untuk pembelian
di tingkat nelayan dibeli dengan
harga antara Rp 30.000,-/kg
hingga Rp 35.000,-/kg.
Kebijakan Standardisasi
Untuk menghadapi proses globalisasi perdagangan dan
menjamin perlindungan konsumen dari kemungkinan timbulnya
bahaya akibat bahan pangan yang tercemar, maka diperlukan
suatu standar wajib bagi produk yang dipasarkan ke suatu
negara. Oleh sebab itu, negaranegara importir memiliki suatu
standar yang ketat bagi produk yang dipasarkan di negara
mereka. Berbagai peraturan mengenai standardisasi produk
impor berbeda satu sama lain tergantung pada jenis produk dan
negara pengekspor serta pengimpor. Beberapa peraturan
merupakan regulasi teknis yang bersifat wajib dan ada juga yang
sifatnya tambahan dari pembeli di negara tujuan.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk standardisasi yang wajib dipenuhi


(regulasi teknis) oleh negara pengekspor (Lambaga, 2009).
AMERIKA SERIKAT
• a. Federal Food, Drug and Cosmetic Act
• b. Code of Federal Regilation (CFR) 123
• c. Bioterorism Act (TBA)
Uni Eropa
• a. European Commission Regulation (EC) No 178/2002
tentang persyaratan utama undangundang pangan serta
prosedur keamanan pangan.
• b. EC No. 882/2004 tentang pengawasan oleh pemerintah.
• c. EC No. 852/2004 tentang keamanan bahan pangan.
• d. EC No.853/2004 tentang peraturan khusus untuk
keamanan bahan baku.
• e. EC No. 854/2004 tentang badan pengawas keamanan asal
bahan pangan.
• f. EC No.446/2001 tentang batas maksimum kontaminasi
dalam bahan pangan.
• g. EC No. 2073/2005 tentang kriteria mikrobiologi bagi bahan
pangan .
• h. Catch Certificate berlaku tahun 2010
Jepang

The Food Sanitation Law No. 55 Tahun 2003


Selain persyaratan wajib tersebut, terdapat juga beberapa
persyaratan tambahan yang disyaratkan oleh pembeli
khususnya pembeli, dari negara Eropa seperti:
1. Marine Stewardship Council (MSC), fokus utamanya
perlindungan lingkungan bagi perikanan tangkap dan
juga dipersyaratkan oleh beberapa importir dari
Amerika Serikat, Eropa,dan Jepang.
2. International Organization for Standardization (ISO),
yaitu standar umum mengenai isu keamanan pangan
(ISO 22000), lingkungan (ISO 14001) serta kualitas (ISO
9001).
3. British Retail Consortium (BRC), merupakan standar
pengemasan, penyimpanan, dan distribusi produk yang
wajib dipenuhi oleh eksportir negara tujuan Uni Eropa.
PENERAPAN YANG DILAKUKAN DI
INDONESIA
pemerintah Indonesia mewajibkan perusahaan
pengolahan ikan yang berorientasi ekspor untuk
memiliki standar Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), termasuk didalamnya mengenai analisis
bahaya, metode penanganan yang baik untuk
memproduksi suatu produk olahan Buletin Ilmiah
Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.1, JULI 2013 95 (GMP–
Good Manufacturing Practice), dan standar operasional
sanitasi dan higienitas. Standar tersebut sudah
disesuaikan dengan standardisasi yang dikeluarkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan standardisasi
internasional, misalnya CODEX.
Berikut ini adalah standardisasi penanganan yang baik untuk
memproduksi gurita beku berdasarkan standar yang telah
ditetapkan oleh BSN.

Sebelum diolah lebih lanjut, gurita yang


didapatkan dari nelayan harus sesuai dengan
beberapa persyaratan bahan baku yang telah
ditetapkan oleh BSN. Persyaratan tersebut
tercantum dalam peraturan SNI 01-6941.1-
2002. Kemudian, untuk pengolahan harus
sesuai dengan peraturan SNI 01-6941.3-2002.

Anda mungkin juga menyukai