Dasar ? Dasar Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

DASAR – DASAR

PEMERIKSAAN
KEDOKTERAN
FORENSIK
(AUTOPSI)

OLEH :
FITRIAH HANY 1 2 1 0 0 11 6 2 7 3
H A N I FAT U R R O H M A H 1 2 1 0 0 11 6 2 9 3

P R E S E P T O R : I H S A N W, D R . , S P F

SMF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FA K U LTA S K E D O K T R A N U N I S B A
R S B H AYA N G K A R A S A R T I K A A S I H
2017
PENDAHULUAN

ilmu pengetahuan yang menggunakan


Kedokteran Forensik multidisiplin ilmu tujuan untuk membuat
terang suatu perkara pidana dan
membuktikan ada tidaknya kejahatan
atau pelanggaran dengan memeriksa
barang bukti (Physical Evidence) dalam
perkara tersebut.

 Cabang spesialistik ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran


untuk kepentingan penegakkan hukum serta keadilan.
 = Kedokteran Kehakiman; Legal Medicine; Medical Jurisprudence; Forensic Medicine.
Clinical Forensic, Pathology Forensic
 ≠ Hukum Kedokteran (Medical Law)
P E N G A N TA R ( L A N J U TA N . . )

Peran Kedokteran Forensik ?

Mengapa ? Bagaimana ? Untuk Apa ?

Temukan kelainan
Di Masyarakat kerap •Manfaatkan ilmu
Bilamana timbul
terjadi peristiwa secara optimal &
pelanggaran hukum penuh kejujuran. Penyebab & sebab
menyangkut tubuh cedera
•Pemeriksaan KF
manusia
thd korban hidup / Penyebab, mekanisme,
mati / bag tubuh saat & cara kematian
manusia
Identifikasi
Kedokteran Forensik memiliki sub ilmu
yaitu :
Autopsi Forensik, berbeda dengan autopsi
anatomi
Patologi Anatomi Forensik
Toksikologi Forensik dan Kimiawi Forensik
Misal : berkaitan dengan obat-obatan psikotropika
yang bisa diperiksa dengan sampel urine
Parasitologi Forensik / Entomolgi Forensik
Misal : kalau pada autopsi ditemukan larva lalat ini
harus diperiksa oleh bagian parasitologi forensik
supaya bisa membantu menemukan waktu kematian
Odontologi Forensik : pemeriksaan gigi
Antropologi Forensik : pemeriksaan seluruh tubuh
dari tulang sampai gigi
Radiologi Forensik
Termasuk disini adalah photo-photo, CT-Scan, dan
USG.
Alat Bantu diatas dapat dipakai sebagai alat bukti
pada proses hukum.
Traumatologi Forensik
Trauma terdiri dari : trauma fisik, trauma kimia, dan
balistik (senjta api), dll
Psikiatri Forensik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pelaku,
dimana pelaku melakukan kejahatan
berdasarkan adanya gangguan jiwa dan bagian
ini dilakukan oleh psikiater ataupun psikolog.
Laboratorium Forensik
Tidak hanya pemeriksaan kimiawi, PA, toksikologi
tapi juga DNA yang diambil dari jaringan yang
tidak cepat membusuk.Misal : rambut, percikan
darah,
Pengantar (lanutan..)

Dokter Klinik
(Attending physician)
Cedera / Trauma / Mati
Pelanggaran hukum

Ax, Px, Dx, Tx

• Ax
Dokter / • Px Forensik (klinik & / Patologi)
RS • Px Penunjang
Cari bukti pidana (= KUHP/KUHAP)
• V et R (sesuaikan Per UU KF)

Dokter “Forensik”
(Assessing physician)
“MUSIBAH” POLISI
Kriminal

PELAKU KORBAN •Surat permintaan penyidik


•Segel barang bukti
•Surat pernyataan keluarga
HIDUP/ • Berita acara serah terima BB/alat bukti
MATI • Berita acara pemeriksaan TKP

RS : UGD/
IKF

PASIEN BB MEDIS

LEGE ARTIS LEGE ARTIS


• Px (PL/PLPD)
“KLINIS” “FORENSIK”
• Penunjang :
(Patologi Anatomi, Mikrobiologi, Parasitologi
Histologi, Toksikologi, Odontologi, DNA)
REKAM VISUM et
MEDIS REPERTUM
• Jadi Singkatnya :
– ada surat permintaan penyidik
– ada surat persetujuan keluarga/korban/terdakwa untuk pemeriksaan
– legalitas hukum pengiriman BB/korban.terdakwa untuk pemeriksaan
I. AUTOPSI

• Merupakan pemeriksaan terhadap tubuh mayat


yang meliputi pemeriksaan luar atau pemeriksaan
dalam
• Tujuan : menemukan proses penyakit dan/atau
adanya cedera, serta melakukan interpretasi dan
mencari hubungan atas hasil penemuan tersebut
untuk menerangkan penyebab kematian serta
mencari hubungan antara kelainan yang ditemukan
dengan penyebab kematian.
KLASIFIKASI

1. Autopsi klinik
2. Autopsi forensik/medikolegal
3. Autopsi anatomi
AUTOPSI FORENSIK
• Dilakukan terhadap mayat berdasarkan peraturan
undang-undang sesuai permintaan pemeriksaan atau
pembuatan visum et repertum.
• Tujuan : membantu penentuan identitas mayat dan
pelaku kejahatan, menentukan sebab kematian,
memperkirakan cara kematian, dan menuangkan hasil
dalam bentuk tertulis objektif.
• Meliputi pemeriksaan lengkap tubuh bagian luar hingga
seluruh organ dalam, termasuk pemeriksaan penunjang
lain (toksikologi, histopatologi, serologi, dsb)
TEKNIK

Persiapan

– Periksa surat permintaan pemeriksaan/pembuatan


visum et repertum (pastikan jenis pemeriksaan
yang diminta)
– Memastikan mayat yang akan diperiksa sesuai
dengan surat
– Mengumpulkan keterangan yang berhubungan
dengan terjadinya kematian
METODE IDENTIFIKASI

Metode
•Primer : DNA, Sidik Jari, Gigi
•Sekunder : Pakaian,perhiasan, bekas luka, tanda lahir & tatto

Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Luar : pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis,
perlukaan
2. Pemeriksaan dalam dilakukan dengan membuka rongga kepala,
leher, dada dan panggul
3. Pemeriksaan tambahan : pemeriksaan histopatologi, toksikologi,
serologi dan DNA, parasitologi, mikrobiologi dll
PEMERIKSAAN LUAR

Label Mayat

Bungkus Mayat

Penutup Mayat

Pakaian Mayat

Benda disamping Mayat

Perubahan tanatologi: lebam mayat , kaku mayat, suhu, tanda


pembusukan dan lain-lain (mumifikasi, adiposera
• Identifikasi Umum: Jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur,
warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan,
Identifikasi disirkumsisi/tidak, striae albicans dinding perut/tidak
• Identitas khusus (tato, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit,
anomali, cacat tubuh)

Rambut • Distribusi, warna, keadaan tubuh, sifat rambut

• Kelopak terbuka/tertutup, tanda kekerasan/kelainan,


Mata selaput lendir, warna, pelebaran pembuluh darah,
kornea jernih/keruh, warna iris, kelainan lensa,
ukuran pupil, lakukan dan bandingkan kedua mata.

Telinga dan • Bentuk, ada tidaknya kelainan, tanda kekerasan,

hidung cairan /darah yang keluar


Bibir, lidah, rongga • Benda asing rongga mulut, jumlah gigi geligi, dan kondisi (hilang,
mulut, dan gigi patah, tambalan, gigi palsu, pewarnaan)

Alat kelamin dan • Kelainan bawaan, cairan yang keluar, dan pada perempuan
lubang pelepasan diperiksa keadaan selaput dara, periksa lubang pelepasan.

• Tanda perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan,


Lain-lain bercak lumpur, dll.

Pemeriksaan tanda • Letak luka, jenis luka, bentuk luka, arah luka, tepi luka, sudut
luka, dasar luka, sekitar luka, saluran luka, lain-lain (pola
kekerasan/luka penumpukan kulit ari pada luka lecet, warna memar)

Patah tulang • Ada/tidak, jenis, sifat patah tulang jika ada.


PEMERIKSAAN GIGI

 Meliputi:
- Pencatatan data gigi (odontogram): jumlah, bentuk,
susunan, tambalan, protesa gigi, dll
- Pemeriksaan rahang (pemeriksaan manual atau sinar x
panoramik)

Setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian,


dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data
temuan dengan data pembanding ante mortem.
PEMERIKSAAN SIDIK JARI

 Metode ini membandingkan gambaran sidik jari


jenazah dengan data sidik jari ante mortem.
 Demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-
baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan
sidik jari, misalnya melakukan pembungkusan kedua
tangan jenazah dengan kantung plastik.

Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang


diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas
seseorang.
PEMERIKSAAN SEROLOGIK

Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan


golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah
pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
PENENTUAN JENIS KELAMIN

Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan


tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang
panjang serta scapula dan metacarpal.

• Pada panggul, indeksi isio-pubis (panjang pubis dikali 100 dibagi


isium) merupakan ukuran yang paling digunakan yaitu nilai laki-laki
sekitar 83,6 sedangkan wanita 99,5.
• Tulang panjang laki-laki lebih panjang dibandingkan tulang wanita
dengan perbandingan 100:90. Pada sudut antara kaput femoris
terhadap batangnya lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa
olekrani menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada
sigmoid notch pada laki-laki.
PENENTUAN UMUR

BAYI
Tinggi badan diukur dari puncak kepala ke tumit (crown-heel), dapat
digunakan untuk perkiraan umur menurut HAASE. Cara pengukuran lain
yaitu dari puncak kepala ke tulang ekor (Crown-rup) dipergunakan oleh
STREETER.

ANAK-ANAK & DEWASA


•Perkiraan umur pada anak-anak dan dewasa di bawah 30 tahun
dengan cara menilai unifikasi diaphysis. Persambungan speno-occipital
terjadi pada usia 17-25 tahun. Tulang selangka merupakan tulang
panjang yang terakhir mengalami unifikasi. Unifikasi dimulai pada umur
18-25 tahun dan mungkin lengkap pada umur 25-30 tahun.
•Dalam usia 31 tahun ke atas, unifikasi telah lengkap. Os vertebrae pada
usia sebelum 30 tahun menununjukkan alur-alur dalam yang berjalan
radier pada permukaan atas dan bawah corpus vertebrae.
Perkiraan umur 30 tahun ke atas dilakukan dengan penilaian
penutupan sutura tengkorak. Sutura sagitallis, coronaries, dan sutura
lambdoides mulai menutup pada usia 20-30 tahun. Lima tahun
berikutnya terjadi penutupan sutura parieto-mastoid dan sutura
squameus. Sutura sphenoparietal umumnya tidak akan menutup pada
usia 70 tahun.
PERKIRAAN UMUR TULANG

 Untuk kepentingan arkeologis


 Metode yang dipakai :
 Nitrogen
 jika nitrogen > 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian < 50 tahun
 jika Nitrogen > 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian < 350 tahun.
 Asam Amino
 Terdapat 7 jenis asam amino atau lebih umur tulang 70-100 tahun
 Reaksi Benzidine-Peroxide
 Reaksi (+) menandakan tulang masih baru.
 Reaksi (–) menandakan umur tulang 150 tahun
 Fluoresensi dengan sinar ultra-violet
 fluoresensi + umur tulang bisa mencapai 100 tahun
 fluoresensi – umur tulang 500-800 tahun
 immunologi
 ada aktivitas imunologik maka umur tulang kurang dari 20 tahun, mungkin 5 tahun atau kurang dari 5
tahun.
PENENTUAN TINGGI BADAN

 Perkiraan tinggi badan badan dapat diketahui dari


panjang bagian tubuh tertentu yaitu dengan cara sebagai
berikut: 3
Dua kali panjang vertex hingga symphisis pubic
Dua kali panjang symphisis pubic hingga heel
Panjang dari sterna notch hingga symphisis pubic x 3.3
Panjang forearm (Panjang dari ujung jari hingga olecranon) x
3,7
Panjang vertebral column x 35/100
Panjang tangan x 127.97 + 2,06
Panjang dari ujung kepala hingga ujung dagu x 7
PEMERIKSAAN RAMBUT

 Pemeriksaan rambut dalam kasus kriminal


 Identifikasi senjata yang di pakai jika senjata tersebut melekat pada rambut korban
 Identifikasi rambut pelaku pemerkosaan yang ditemukan pada tubuh korban
 Identifikasi rambut pelaku tabrak lari
 Kelemahan :
 ketidakunikan rambut dibandingkan sidik jari seseorang dan ras yang
berbeda akan membedakan warna, tekstur, ukuran, diameter, ketebalan
korteks pada rambut
PEMERIKSAAN DALAM

 Pengirisan kulit
 Pembukaan rongga tubuh
- dinding abdomen
- dinding dada
 Pengeluaran & Pemeriksaan isi rongga tubuh
- isi rongga dada (jantung, paru-paru)
- isi rongga abdomen (lambung, usus, hepar, pankreas,
spleen, renal, suprarenal gland, vesika urinari)
- isi rongga pelvis (ovarium, tuba uterina, uterus,
prostat, testis)
• Teknik seksi kepaa dan otak
- Pengirisan kulit kepala
- Pemotongan tulang atap tengkorak
- Pengangkatan otak
- Pengangkatan selaput otak dari dasar tengkorak
- Seksi trachea – esophagus
II. PEMERIKSAAN DALAM

1. Persiapan sarana dan alat


• Kamar autopsy
• Meja autopsy serta sarana air untuk pencucian
• Alat autopsy :
• Pisau
• Gunting
• Pinset anatomis dan silurgis
• Gergaji
• Pahat chisel-T
• Jarum jahit kulit
• Benang kasar
• Gelas ukur
• Spuit, botol kecil berisi formalin 10 % atau alcohol 70%
• Tabung reaksi dan kantong jaringan
• Alat dokumentasi : kertas atau formulir laporan obduksi, alat fotografi.
PENGELUARAN ALAT/ORGAN TUBUH
RONGGA DADA

• Saat melepaskan dinding dada, perhatikan dan catat


kelainan seperti resapan darah, patah tulang, atau
tulang terbuka.
• Lepaskan otot leher dibawahnya dan perhatikan
apakah ada tanda kekerasan atau tidak. Tentukan
letak diafragma dengan membandingkan tinggi
diafragma terhadap iga di garis pertengahan
selangka (midklavikula)
BAGIAN PERUT

• Pada dinding perut, perhatikan dan catat keadaan, tebal lemak bawah kulit, otot dinding perut,
dan luka bila ada.
• Pada rongga perut, amati apakah omentum menyebar menutupi seluruh usus kecil atau
mengumpul pada satu tempat (akibat kelainan setempat)
• Periksa usus, apakah ada kelainan (volvulus, intusepsi, infark) dan tanda kekerasan. Jika ada
riwayat operasi, perhatikan bagian yang dipotong, dijahit, atau tindakan lainnya.
• Perhatikan cairan dalam rongga perut, meliputi sifat (serosa, purulen, darah, atau
cairan keruh) dan jumlahnya.
• Perhatikan selaput lender dinding perut sebelah dalam (normal tampak licin dan
halus berwarna kelabu mengkilat, pada peritonitis selaput lender tidak rata, keruh
dengan fibrin melekat dan nanah).
PEMERIKSAAN DALAM
PEMERIKSAAN DALAM
• Perlu diingat untuk terlebih dahulu menimbang dan mencatat berat masing-masing alat/organ
1. Lidah
• Perhatikan permukaan dan penampang lidah, ada tidaknya kelainan, bekas gigitan baru atau
lama ( bekas gigitan lama biasanya pada penderita epilepsi )
2. Tonsil
• Perhatikan permukaan dan penampang tonsil, ada tidaknya tonsilektomi, selaput, gambaran
infeksi, nanah dan sebagainya.
3. Kelenjar gondok
• Terlebih dahulu melepaskan otot-otot leher dari perlekatannya, bisa menggunakan pinset atau
gunting. Lalu perhatikan permukaan rata atau tidak, warna, perdarahan bintik atau resapan
darah dan lakukan pengikisan bagian lateral dan kedua bagian penampang.
4. Berongkongan/ esofagus
• perhatikan ada atau tidaknya benda asing, keadaan selaput lendir dan kelainan seperti striktur
atau varises.
5. Batang tenggorokan/ trakea
• perhatikan dari mulut atas mulai dari epiglotis apakah ada edema, benda asing, perdarahan. lalu
amati bagian pita suara, gunting bagian dinding belakang trakea sampai cabang bronkus kanan
dan kiri, amati selaput lendir ada tidaknya benda asing, busa atau darah.
6. Tulang lidah, rawan gondok/ kartilago tiroidea, rawan cincin/ kartilago krikoidea
• Amati apakah ada tanda kekerasan pada leher berupa patah tulang atau resapan darah
7. Arteri Carotis Interna
• Amati ada atau tidaknya tanda kekerasan, dapat gunting dinding depan arteri dan amati keadaan
intima ada terdapat resapan darah pada permukaan luar arteri
8. Kelenjar kacangan / timus
• Perhatikan permukaan dan penampang ada tidaknya perdarahan berbintik atau kelainan lain.
9. Paru
• Kedua paru diperiksa tersendiri, Perhatikan permukaan dan penampang ada tidaknya
cekungan bekas penekanan iga ( kasus emfisema), warna, ada tidaknya bintik atau bercak
perdarahan merah hitam berbatas tegas, resapan darah, luka atau buih.
• Rabaan paru normalnya terasa seperti spons atau karet busa manun jika ada proses
peradangan akan terasa lebih keras dan padat. Perhatikan permukaan dan penampang paru
dan tentukan jika ada kelainan
10. Jantung
• Lepaskan jantung dari pembuluh darah dengan memegang apeks jantung. kemudian ukur
besar jantung dengan membandingan tinju kanan mayat, amati ada atau tidaknya resapan
darah, luka atau bintik perdarahan. teknik otopsi jantung :
11. Aorta torakalis
• Gunting dinding belakang aorta lalu amati permukaan dalam aorta ada tidaknya deposit
kapur, ateroma, aneurisma, luka resapan darah dan robekan.
12. Aorta Abdominalis
• Letakkan blok organ perut dan panggul dengan permukaan belakang menghadap ke
atas, lalu gunting aorta abdominalis mulai dari percabangan a. iliaka komunis kanan
dan kiri, lalu amati permukaan dalam aorta ada tidaknya deposit kapur, ateroma,
aneurisma, luka resapan darah dan robekan. Amati juga a. renalis kanan dan kiri
tersebut sampai memasuki ginjal, amati ada atau tidaknya kelainan penyempitan
pembuluh darah ( kasus hipertensi renal)
13. Anak ginjal/ kelenjar suprarenalis
• Anak ginjal kanan : gunting otot diafragma kanan dan cari bagian mediokranial dari kutub
atas ginjal kanan ( tertutup jaringan lemak) , lalu lepaskan jaringan lemak sehingga tampak
gambaran ginjal amati dari warna kuningkecoklatan dengan bentuk trapezium dan tipis.
amati ada atau tidaknya kelainan ukuran, resapan darah, dsb.
• Anak ginjal kiri : terletak antara bagian mediokranial kiri dari kutub atas ginjal kiri, antara
ekor kelenjar pankreas dan diafragma, normalnya akan berbentuk bulan sabit tipis dan
korteks dan medulla yang jelas
14. Medulla, ureter, dan kandung kencing
• Perhatikan permukaan ginjal ada tidaknya resapan darah, luka atau kista retensi. pada
penampang ada atau tidaknya batu ginjal, perdarahan, nanah dan peradangan. lanjutkan
sampai membuka ureter sampai ke bagian pelvis ginjal hingga vesika urinari, amati ukuran
penampang, isi saluran ada atau tidaknya batu dan keadaan mukosa. Vesika urinaria dibuka
dengan cara menggunting huruf T amati isi dan keadaan selaput lendirnya.
15. Hati dan kandung empedu
• Perhatikan permukaan dan penampang normalnya tampak licin dan rata berwarna merah
kecoklatan, ada tidaknya kelainan permukaan berbenjol , kista atau abses. Lalu raba teraba
kenyal dan tepinya tajam
16. Kandung Empedu
• diperiksa ukuran dan periksa ada atau tidaknya batu empedu. ada tidaknya cairan empedu
berwarna kuning coklat kehijauan lalu buka selaput ledirnya normalnya seperti beludru hiju-
kuning
17. Limpa dan kelenjar getah bening ( KGB)
• Perhatikan permukaan dan penampang normalnya keriput berwarna ungu dan perabaan lunak
dan kenyal catat ukuran dan berat limpa. Catat apabila ada pembesaran KGB regional.
18. Lambung, usus halus dan usus besar
• Amati isi lambung dan ambil simpan dalam botol untuk pemeriksaan lab atau toksikologi
Perhatikan permukaan dan penampang lambung dan periksa ada atau tidaknya erosi, ulserasi
perdarahan atau resapan darah. lalu amati usus ada tidaknya darah dalam lumen atau
kelainan ulserasi atau polip.

19. Kelenjar Pankreas


• Amati warnanya normalnya agak kelabu kekuningan dan permukaannya berbelah-belah dan
perabaan kenyal, ukuran, berat serta ada tidaknya kelainan.
20. Otak besar, otak kecil dan batang otak
• Perhatikan permukaan luar otak ada tidaknya
perdarahan subdural, sub arachnoid, kontusio
jaringan otak, laserasi, edema serebri, tanda
penekanan sebagian menjadi datar, ada tidak
ateroma, aneurisma, dan bagian serebrum ada
tidaknya herniasi atau edema
21. Genitalia jaringan
• Pada mayat laki-laki keluarkan testis dari scrotum melalui rongga perut, amati ukuran,
konsistensi, ada atau tidaknya resapan darah. amati bagian epididimis dan kelenjar prostat.
pada mayat perempuan amati ukuran, konsistensi, ada atau tidaknya resapan darah pada
indung telur, saluran telur dan uterus. amati pula keadaan selaput lendiruterus, tebal
dinding, isi rongga rahim atau kelainan lainnya.
22. Pemotongan jaringan
• Pertimbangkan organ tubuh sebelum
dimasukkan ke dalam tubuh untuk mengambil
jaringan maksimal tebal potongan 5mm namun
sesuai kasus. potongan lalu dimasukkan ke
cairan fiksasi ( formalin10 % atau formaldehid
4% atau alkohol 96%) dengan volume cairan
fiksasi 20-30 kali volume jaringan.
23. Pemeriksaan toksikologi
• Umumnya bahan yang diambil berupa urin,
darah dan isi lambung, organ ( hati ginjal
jantung dsb) sesuai dengan dugaan biasanya
ditempatkan pada botol tersendiri dan
diawetkan jika perlu menggunakan alkohol
90%. Saat dikirimkan sampel sertakan
keterangan klinik, hasil sementara autopsi, dan
contoh bahan pengawet.
IV. PERAWATAN MAYAT SETELAH
AUTOPSI
• Organ dikembalikan semua kedalam rongga tubuh dengan lidah kembali ke rongga
mulut dan jaringan otak dikembalikan ke rongga tengkorak. Jahit tulang dada dan iga
yang dilepaskan, dilanjut dengan penjahitan kulit dengan rapi menggunakan benang
yang kuat mulai dai daerah dagu sampai simfisis.
• Atap tengkorak difiksasi dengan menjahit otot temporalis, dilanjut penjahitan kulit
kepala dengan rapi. Terakhir bersihkan tubuh mayat sebelum dikembalikan ke pihak
keluarga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai