LP DM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus adalah penyakit yang menyerang pada pankreas sehingga insulin
(hormon yang mengendalikan glukosa) yang dihasilkan kurang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Diabetes melitus sendiri merupakan kesehatan masyarakat yang
bermasalah dan selama dasawarsa terakhir, prevalensi penderita DM terjadi peningkatan.
Batasan normal kadar gula yang menjadikan Diabetes melitus yaitu lebih dari 200 mg/dl
dalam pemeriksaan darah sewaktu dan pada saat puasa dalam pemeriksaan glukosa
plasma lebih dari 126 mg/dl (Kemenkes, 2018). Faktor penyebab diabetes melitus adalah
gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang aktifitas fisik dan pola makan yang tidak
seimbang. Risiko pada lansia terkena diabetes melitus lebih rentan terkena dari pada usia
20-45 tahun, dikarenakan pada usia 45-60 tahun terjadi penambahan intoleransi gula
darah (glukosa). Kemampuan sel pankreas dalam produksi insulin mengalami
pengurangan pada proses penuaan pada lansia (Imelda, 2019).

B. Etiologi Diabetes Melitus


Etiologi Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel sel beta dari pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes
melitus juga dapat terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan
glukosa kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang
belum di ketahui. (smeltzer dan bare, 2015). Diabetes melitus atau labih dikenal dengan
istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab , antara lain:
1. Pola makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan
berlebihan dan tidak di imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai
dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan
menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan), Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg
cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus.
Sembilan dari sepuluh orang gemuk bepotensi untuk teserang diabetes melitus.
3. Faktor genetis Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gan
penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita
diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit
walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat obatan Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas
yang menyebabkan radang pangkreas, radang pada pangkreas akan mengakibatkan
fungsi pankres menurun sehingga tidak ada sekresi hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi
dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas Infeksi mikro organisme dana virus pada
pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan
menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi
dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.
6. Pola Hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam
tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
a. Kadar Kortikosteroid YangTinggi. Kehamilan gestasional.
b. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
c. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

C. Klasifikasi Diabetes mellitus


dapat digolongkan dalam berbagai cara tetapi satu bentuk klasifikasi adalah sebagai
berikut :
a. Diabetes tipe I (tergantung insulin) disebabkan oleh kerusakan sel beta yang
dimediasi oleh kekebalan tubuh, menyebabkan untuk defisiensi insulin.
b. Diabetes idiopatik, diabetes idiopatik adalah diabetes tipe 1 tanpa etiket yang
diketahui dan sangat diturunkan.
c. Diabetes tipe II (tidak tergantung insulin) disebabkan oleh efek sekresi insulin dan
resistensi insulin.
d. Diabetes mellitus gestasional adalah segala bentuk intoleransi terhadap glukosa
dengan onset atau pengakuan pertama kehamilan.
Namun diabetes sebagian besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi DUA tipe utama:
Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II

D. Patofisiologi Diabetes Melitus


Patofisiologi Menurut Smeltzer 2015,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia prosprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di eksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glikosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini kan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang disebabkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering 23
merupakan kompon terapi yang penting (Smeltzer dan DM tipe 2 merupakan suatu
kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik.
Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan
yang sangat penting dalam munculnya DM tipe 2.
E. Pathway
Usia ,genetik,obesitas

DM tipe l dan DM tipe ll

Gangguan sekresi insulin

Sel b pankreaspenurunan

Roduksi insulin menurun

Ketidakeseimbangan
produksi insulin

Penurunan sekresi intra

Insulin tidak terkiat khusus dengan


reseptor khusus pada permukaan sel

Gula dalam darah tidak dapat


dibawa masuk oleh sel

Hiperglikemia

Pengobatan dan kontrol yang tidak Ketidak patuhan dalam diet


teratur

Glukosa dalam darah tidak stabil

Ketidakstabilan kadar glukosa darah


F. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic
defisiensi insulin (Price&Wilson)
- Kadar glukosa puasa tidak normal
- Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi
dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria)
dan timbul rasa haus (polydipsia)
- Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
- Lelah danm mengantuk
- Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva.
b. Kriteria diagnosis DM :
- Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dL (11,1mmol/L)
- Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu
- Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
- Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L) TTGO dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75gram
glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.

G. Komplikasi
Menurut (Laurentia,2015) komplikasi yang timbul pada diabetes melitus adalah:
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,
stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan saraf atau neuropati.
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus.
Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau perih yang biasa.
Berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar kebagian tubuh
lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau
konstipasi.
c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina.
Retino pasti muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah diretina yang dapat
mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga
termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes.
d. Gangren
Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gangrene
pada penderita DM diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol gula darah
(hiperglikemi yang berkepanjangan akan menginisiasi terjadinya hiperglisolia
(keadaan dimana sel kebanjiran masuknya glukosa akibat hiperglikemia kronik),
hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis biokimiawi sel yang kemudian
berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi DM. Gangren
adalah rusak dan membusuknya jaringan, daerah yang terkena gangren
biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan. Gangren kaki diabetik luka pada kaki
yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi
dipembuluh darah sedang atau besar ditungkai, luka gangren merupakan salah satu
komplikasi kronik DM.

H. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif & Kusuma, 2015):
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat disertai ketosis
c. Ketoasis dosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemiah perosmolarnon ketotik (HONK)
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis optimal
f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau infarkmiokard akut, stroke)
g. Kehamilan dengan DM / diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makanan
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontra indikasi dan atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral (OHO)

I. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus


Pemeriksaan penunjang pada diabetes mellitus meliputi:
1. Glukosa darah sewaktu.
2. Kadar glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa. Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl).

Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus


Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah < 110 110-90 > 200
sewaktu: Plasma < 90 90-199 > 200
vena Darah kapiler
Kadar glukosa darah < 110 110-125 > 126
puasa: Plasma darah < 90 90-105 > 110
Darah Kapiler

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:
1. Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Kadar glukosa darah puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3. Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat 2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
BAB 2
Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus

A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan
untuk menetukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan riwayat
sebelumnya (Potter & Perry, 2016). Pengkajian keperawatn terdiri dari 2 tahap yaitu
mengumpulkan data verifikasi dat a sumber primer dan sekunder dari yang kedua
adalah menganalisa seluruh data sebagai dasar untuk meragakan diagnosa
keperawatan. Pada asuhan keperawatan gerontik, pengkajian menjadi hal komponen
yang esensial pada kompleks dalam proses keperawatan gerontik. Pengkajian gerontik
pada lansia dilaukan dengan menggunakan alat atau formal pengkajian keperawatan.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga
atau masyarakat yang diperoleh dari suatu proses pengumpulan data dan analisis
cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya
Diagnosa yang akan muncul pada kasus Diabetes Melitus dengan menggunakan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017) yaitu:
a. Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Dalam Darah (D.0027)

b. Gangguan Integritas Jaringan (D.0129)

c. Defisit Nutrisi (D.0019)

C. Rencana Keperawatan
Mendefinisikan rencana keperawatan gerontik adalah sekumpulan tindakan
yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatn yang telah didefinisikan. Berikut ini adalah implementasi yang
dilaukan untuk memcahkan masalah
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawata merupakan serangkaian tindakan yangdilaukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah yang dilakukan untuk membantu
keefektifan
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, I. D. F. D. 2017. IDF Diabetes Atlas, Eighth Edition 2017. United Kingdom:
International Diabetes Federation.

Atlas, I. D. F. D. 2019. IDF Diabetes Atlas, Ninth Edition 2019. United Kingdom:
International Diabetes Federation.

Berthiana and Kasuma, W. A. 2020. Hubungan Kualitas Tidur dengan Kualitas Hidup Lansia
dengan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. The Indonesia Journal of Health Science,
XII(1), pp. 11-16.

Nugroho, H.W (2012). Keperawatan gerontik dan geriatrik


https://repository.unar.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1384/1/ELEKTIF WAHDA
MUFLIHA.pdf

Anda mungkin juga menyukai