lp amputasi jadi
lp amputasi jadi
lp amputasi jadi
PENDAHULUAN
Secara umum, amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat
mungkin dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada beberapa
kondisi, antara lain pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semua struktur lokal di
ekstremitas, amputasi merupakan pilihan. Sebagai ukuran medis, amputasi digunakan untuk
memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yang terpengaruh, misalnya
pada malignancy atau gangrene. Dalam beberapa kasus amputasi dilakukan untuk mencegah
penyakit tersebut menyebar lebih jauh dalam tubuh. Jadi, amputasi dilakukan sebagai pilihan
terakhir jika segala pengobatan yang telah dilakukan tidak berhasil.
1.3 Tujuan
A Tujuan Umum
KONSEP
2.1.2 Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia
Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti klien
dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.
2. Trauma amputasi
Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injury
seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases dan kelainan
congenital.
3. Gas ganggren
Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan gas
dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob, yang
diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.
4. Osteomielitis
Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bias juga terjadi assending
infection.
5. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
6. Keganasan
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
2. Metode tertutup
Pada metode ini kulit tepi ditarik
pada atas ujung tulang dan
dijahit pada daerah yang
diamputasi. Dilakukan dalam
kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka
yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5 sentimeter
dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan
selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga
kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese (mungkin). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
sesuai dengan kompetensinya.
4. Kontraktur
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta
melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi
terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan
5. Neuroma
Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket
dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih
proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
6. Phantom sentation
Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas
tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi
terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
2.2.2 Batas dan Lokasi Amputasi
Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu, sedangkan pada ekstremitas
bawah lazim dipakai “ Batas Amputasi Klasik”
Penilaian batas amputasi :
1. Jari dan kaki
Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan falanx dasar.
Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik. Amputasi di sendi tarso-
metatarsus lisfranc mengakibatkan per ekuinus dengan pembebanan berlebih pada kulit
ujung puntung yang sukar ditanggulangi.
2. Proksimal sendi pergelangan kaki
Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat sehingga dapat
menutup ujung puntung.
3. Tungkai bawah
Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari sendi lutut,
tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi badan. Bila jarak dari sendi
lutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat dikendalikan.
4. Eksartikulasi kulit
Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini dapat
dilakukan pada penderita geriatrik.
5. Tungkai atas
Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi panggul, karena
bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak boleh
kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar dibebani.
Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.
6. Sendi panggul dan hemipelvektomi
Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis akan lebih
sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukan kemauan
dan motivasi kuat dari penderita.
7. Tangan
Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan
sensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakan untuk
fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.
8. Pergelangan tangan
Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupun kosmetik
dapat dipakai tanpa kesulitan.
9. Lengan bawah
Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang protesis.
Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M. Brakhialis untuk
fleksi siku.
10. Siku dan lengan atas
Ekssartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat dipasang tanpa fiksasi
sekitar bahu. Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harus dipertahankan dengan
ikatan dan fiksasi pada bahu. Eksartikulasi bahu dan amputasi intertorakoskapular ,
yang merupakan amputasi termausk gelang bahu, ditangani dengan protesis yang
biasanya hanya merupakan protesis kosmetik.
2.3 Patofisiologi
Penyakit vaskular perifer atau adanya penyakit pada pembuluh darah,
kecelakaan tumor ganas seperti osteosarkoma atau tumor tulang dan kongenital atau
pembuluh darah dan saraf ini menimbulkan rasa nyeri yang sering kali menyebabkan
resiko infeksi pada luka yang ada dan hambatan mobilitas fisik yang dapat
menimbulkan resiko kontraktur fleksi pinggul (Deni & Nursiswati, 2017). Dimana
akibat dari amputasi tersebut akan timbul nyeri, resiko infeksi, intoleransi aktivitas
Amputasi
Teputusnya pembuluh
Terputusnya kontinuitas
Perubahan struktur tubuh darah dan saraf
jaringan
Stress emosional
Intoleransi aktifitas
Penurunan asupan
oral
Sistem Cardiovaskuler : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada
klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi
Cardiac reserve
jantung.
Pembuluh darah Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian
terhadap elastisitas pembuluh darah.
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan
sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang untuk menggunakan
prostesis. Lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan, karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lain. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan
penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan
balutan kompres lunak atau rigid, dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka
untuk menghindari infeksi.
1. Balutan Rigid Tertutup
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak
dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan
balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis
sementara (pylon) dan kaki buatan.Pasang kaus kaki steril pada sisi steril, dan
bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (puntung) kemudian
dibalut dengan gips elastisyang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang
merata. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri
berat atau gips mulai longgar harus segera diganti.
2. Balutan Lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat
dibalutkan pada balutan.
3. Amputasi Bertahap
Dilakukan bila ada gangrene atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi
guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka
didebridemen dan dibiarkan mongering. Sepsis ditangani dengan antibiotik. Dalam
beberapa hari, bila infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan
amputasi definitive dengan penutupan kulit.
4. Prostesis
Sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah, sehingga latihan
segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan prostesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan prosthesis sedini mungkin. Kadang prosthesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa penyulit. Pada
amputasi karena pembuluh darah, prosthesis sementara diberikan setelah empat
minggu.
Prostesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek
system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faal. Pada ekstremitas
bawah, tujuan prosthesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk
ekstremitas atas, tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan mioelektrik
canggih yang bekerja atas sinyal mioelektrik dari otot biseps dan triseps.
2.7 Komplikasi
1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini
menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian
tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber
stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan
rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga
terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi
a. Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot
intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi
maksimal dan ekspirasi paksa.
6. Sistem Pencernaan
a. Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi
kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b. Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan
faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.
7. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal
banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :
- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
- Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan
dapat menyebabkan ISK.
8. Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan.
Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika
tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
BAB III
kesehatan individu atau kelompok, baik yang actual maupun potensial kemudian
masalah baru dan melakssankan tindakan atau menugaskan orang lain untuk
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
menggunkan
c. Riwayat Kesehatan
menggunkan
analisa simptom PQRST. Riwayat penyakit sekarang pada klien dengan
untuk mengatasinya.
Mengkaji penyakit yang ada dalam keluarga apakah ada yang menderita
penyakit serupa dengan klien dan penyakit menular lain serta penyakit
a) Nutrisi
b) Eliminasi BAB
c) Istirahat Tidur
Lamanya tidur, tidur siang, masalah, dan jam tidur. Pada klien post
op.
d) Personal Hygiene
e) Aktifitas meliputi
suhu.
nafas, ada sekret atau tidak. Kaji jumlah frekuensi nafas dalam
hidung, ada sekret atau tidak, palpasi adanya nyeri tekan atau
tidak pada sinus, auskultasi suara nafas normal, ada suara nafas
cordis, ada nyeri atau tidak, ada jejjas atau tidak dan
atau tidak. Auskulltasi pada leher terdapat bunyi bruit atau tidak.
Ada riwayat diabetes mellitus atau tidak dan hasil gula darah
saraf kranial, fungsi sensorik dan motorik. Saraf kranial tediri dari
trigeminus, facialis,
vestibuler, glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus. Pada klien
mental, disorientasi.
bersih atau tidak. Kaji kelembaban kulit dan turgor kulit. Akan
Kaji bentuk mata simetris atau tidak, terdapat lesi, odema atau
pupil terhadap cahaya positif atau tidak, kaji lapang pandang dan
mata keruh.
(10) Sistem pendengaran, wicara dan THT ( telinga, hidung,
tenggorokan)
6) Data Psikososial
a) Status Emosi
Pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini,
b) Konsep Diri
c) Gaya Komunikasi
d) Pola Interaksi
Apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, kepada siapa klien
mengadukan masalah.
f) Data Spiritual
Data yang harus dikaji meliputi arti kehidupan yang penting dalam
dan kematian.
g) Data Penunjang
hematokrit, AGD. Pada klien dengan diabetes melitus post amputasi biasanya
pemeriksaan urin.
Terapi yang diberikan diidentifikasi mulai dari nama obat, dosis, waktu dan
cara pemberian.
3.1.1 Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik di tandai dengan adanya luka di kaki
2. Ansietas b/d Kurang Terpapar Informasi ditandai dengan pasien yang cenderung diam
2. Intra Operasi
a. Risiko jatuh b/d anastesi regional di tandai dengan kaki yang tidak terasa
b. Risiko injuri b/d pembedahan di tandai dengan luka di kaki
3. Post operasi
a. Gangguan Persepsi sensori b.d efek anastesi regional di tandai dengan kaki belum
bisa bergerak secara spontan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan/ Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Masalah Kolaboratif
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 Manajemen Nyeri
jam, diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi nyeri
- Keluhan nyeri menurun dari skala 3 ke 5 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Meringis menurun dari skala 3 ke 5 3. Identifikasi faktor yang memperlambat nyeri dan memperingan
- Nadi membaik dari skala 3 ke 5 nyeri
Teraupetik
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis relaksasi dengan nafas dalam
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik
Risiko jatuh d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Jatuh
anastesi regional ….jam, diharapkan risiko jatuh tidak menjadi aktual Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor risiko jatuh (usia>65, penurunan kesadaran)
- Jatuh dari tempat tidur menurun dari skala 3 ke 5 Teraupetik
- Jatuh saat duduk menurun dari skala 3 ke 5 - Pasang handrall tempat tidur
- Jatuh saat berdiri membaik dari skala 3 ke 5 - Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan salah satu keluarga untuk mendampingi pasien
BAB V
Analisa Data
PRE OPERASI
N : 88 x/mnt, S 36,7⁰C
RR : 20x/mnt
2 Ds Hospitalisasi Ansietas
Px mengatakan cemas saat ↓
mau di operasi karena
pertama kali operasi Pertama kali melakukan
operasi
↓
Do
Krisis situasional
- Px terlihat gelisah
- Px sesekali bertanya ↓
mengenai prosedur Khawatir dan cemas
operasi
- TD : 115/80 mmHg ↓
N : 88 x/mnt, S 36,7⁰C
Ansietas
RR : 20x/mnt
INTRA OPERASI
Penurunan fungsi
Do ekstrimitas bawah
Do ↓
POST OPERASI
Do ↓
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian analgesic
20.00 berkurang sampai dengan hilang dengan - Identifikasi saat tingkat ansietas
kriteria: berubah
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Perilaku gelisah menurun dari skala
Teraupetik
3 ke 5
- Ciptakan suasana teraupoetik
- Perilaku tegang menurun dari skala
untuk menumbuhkan kepercayaan
3 ke 5 - Berikan motivasi dan semangat
- Pola tidur membaik dari skala 3 ke selama perawatan
5
Edukasi
1.1 Kesimpulan
Amputasi adalah merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi.
amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat mungkin dilakukan
prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada beberapa kondisi, antara lain
pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semua struktur lokal di ekstremitas,
amputasi merupakan pilihan.
1.2 Saran
Untuk mencegah amputasi maka kita harus mengobati luka yang ada dengan tepat karena
kalau tidak diobati akan terjadi gangguan vaskuler dan akan mengakibatkan nekrosis jaringan
yang kalau di biarkan harus di amputasi untuk mencegah penyebaran nekrotik
V
DAFTAR PUSTAKA
PATOFISIOLOGI
Fraktur
Gas ganggren
phantom limb
pasang stump