webinar6

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 106

WEBINAR SERIES #6 PERTAPIN

TAHUN 2023

Webinar
PENILAIAN KINERJA BGH
TAHAP PELAKSANAAN

Ar. Bayu Arie Wibawa, AA, GP.


Universitas PGRI Semarang
Introduction •

Nama
Alamat
: Ar. Baju Arie Wibawa, AA, GP
: Perum Semarang Indah C 9, No.14, Semarang
• E‐mail : [email protected]
• HP : (+62) 811288565
• Pendidikan : Sarjana Teknik Arsitektur UNDIP (1995)
Magister Teknik Arsitektur UNDIP (2005)

• Pekerjaan : ‐ Green Profesional (GP)


‐ Arsitek Profesional (Ar.)
‐ Wakil Dekan I Fakultas Teknik dam Informatika UPGRIS
• Organisasi:
1. Sekretaris IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Prov. Jawa Tengah
2. Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) INKINDO Jawa Tengah

• Project Bangunan Gedung Hijau:


1. BGH Perencanaan Gedung Wakil Presiden, Ibu Kota Nusantara (IKN)
2. BGH Perencanaan Beranda Nusantara, Ibu Kota Negara (IKN)
3. BGH Perencanaan Rusun TNI POLRI, Ibu Kota Negara (IKN)
4. BGH Perencanaan & Pelaksanaan Gedung Art Center UNDIP
5. BGH Perencanaan Gedung PDIN Yogyakarta
6. BGH Pelaksanaan Pasar Aksara, Medan
7. BGH Perencanaan Pasar Kaliwungu, Kendal
8. BGH Perencanaan Pasar Djohar Selatan, Semarang
9. BGH Pelaksanaan Pasar Kanjengan, Djohar, Semarang
10.BGH Rumah Dinas Bank Indonesia Wilayah Jawa Tengah
11.BGH Perencanaan Gedung Cipta Karya, Jl. Ace, Semarang
Link Materi

https://bit.ly/3qRohPm
PERATURAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU (BGH)
Peraturan BGH

• Permen PUPR No.21 /2021


• SE PUPR No. 1 / 2022
Penyelenggaraan BG melalui SIMBG 26
Bangunan yang dikenai persyaratan BGH
Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau Indonesia
Plakat Bangunan Gedung Hijau

SATU-SATUNYA SERTIFIKAT “GREEN BUILDING”


BERLOGO GARUDA PANCASILA

45%≤PRATAMA<65% 65%≤MADYA<80% 80%≤UTAMA≤100%


74,25≤PRATAMA<107,25 107,25≤MADYA<132,00 132,00≤UTAMA≤165,00
TAHAPAN PENILAIAN
1. Pengisian Daftar Simak Penilaian 11
(Tabel Excel)

TA BGH melakukan
identifikasi dan analisis
kriteria mana yang akan
diambil dan klain terhadap
nilai yang akan diperoleh
dengan kesepakatan
Kontraktor, MK/Pengawas
dan Owner

Link Daftar Simak:

https://bit.ly/45MGU5K
2. Dok Pembuktian Klaim (PPT, Gambar, Foto, Dokumen, dll)

TA BGH membuat materi-


materi berbentuk file PPT
untuk pembuktian atas
klaim yang diajukan
3. Proses Assesment
(TA BGH Presentasi di depan asesor)

TA BGH harus presentasi


untuk membuktikan dan
mempertahankan klaim
yang diajukan di depan
dan harus mendapat
persetujuan dari para
asesor untuk setiap
indikator penilaian yang di
klaim
4. Hasil Penilaian 11

Hasil klaim yang diajuan


dan diajukan dan distujui
asesor merupakan nilai
final dari hasil penilaian PRATAMA MADYA UTAMA
BGH
PENILAIAN KINERJA BGH TAHAP “PELAKSANAAN”
Kategori BGH Pelaksanaan 11

Tata cara penilaian kinerja BGH pada tahap pelaksanaan teknis meliputi 4 aspek berdasarkan Permen
PUPR 21 tahun 2021, yaitu:

A. Kesesuaian kinerja pelaksanaan

B. Proses konstruksi hijau

C. Praktik perilaku hijau

D. Rantai pasok hijau


3.A
KESESUAIAN KINERJA PELAKSANAAN
KONSTRUKSI BGH
A.1. Kegiatan Penjaminan Mutu dan PengendalianMutu Pekerjaan Konstruksi BGH
A.1.a. Menyajikan rencana mutu pekerjaan BGH dalam Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).
1

Memasukkan rencana penilaian dan target capaian BGH PELAKSANAAN dalam dokumen RMPK
Menambahkan TA BGH dengan klasifikasi GP
A.1. Kegiatan Penjaminan Mutu dan PengendalianMutu Pekerjaan Konstruksi BGH
b. Mutual Check (MC) BGH
6
2). Kesesuaian kinerja pelaksanaan konstruksi terhadap hasil
assessment kriteria perencanaan teknis BGH yang tervalidasi dengan
kondisi eksisting berdasarkan waktu pekerjaan yang disepakati dan
jadwal pekerjaanpelaksanaan konstruksi.
a) Kesesuaian kriteria tahap perencanaan teknis pengelolaan tapak
dengan pelaksanaan konstruksinya
A.2. Serah Terima Pekerjaan 2
a. Dokumen proses konstruksi hijau
2). Menyerahkan copy list material approval, spesifikasi material, owner performance kriteria untuk lingkup pekerjaan yang mensyaratkan testing dan
commissioning
A.2. Serah Terima Pekerjaan 3
a. Dokumen proses konstruksi hijau
3). Laporan dokumentasi testing dan commissioning untuk pekerjaan sesuai kriteria perencanaan
A.2. Serah Terima Pekerjaan 2
b. Dokumen serah terima pekerjaan
3). Dokumen manual operasi dan pemeliharaan untuk sistem peralatan sesuai kriteria dari masing pabrikan

Dokumen manual operasi dan


pemeliharaan yang sudah
dibuatkan sesuai pabrikan:

1. Panel LVMDP
2. Fire Alarm System
3. APAR
4. PILAR HIDRANT
5. POMPA PEMADAM
KEBAKARAN
6. CCTV
7. SAND CARBON FILTER
8. SOUND SISTEM
A.2. Serah Terima Pekerjaan 3
c. Menyerahkan as-built drawing yang sudah tervalidasi sesuai kondisi terpasang
3.B
PROSES
KONSTRUKSI HIJAU
B.1. Penerapan Metode Pelaksanaan KonstruksiHijau 1
a. Manajemen Perencanaan dan EvaluasiKonstruksi yang Reliable.
1). Menyajikan dokumen inisiasi rencana kerja proyek secara terstruktur dan komprehensif di awal masa konstruksi.
Contoh: Prioritas daftar risiko pekerjaan, seperti kajian kondisi tapak dan lingkungan (berkontur) terhadap risiko yang
mungkin timbul saat konstruksi (longsor, banjir, bising, getaran, dan lain-lain)

Rencana Jadwal
dan Kurva S
B.1. Penerapan Metode Pelaksanaan KonstruksiHijau 1
a. Manajemen Perencanaan dan EvaluasiKonstruksi yang Reliable.
2). Memiliki mekanisme evaluasi, monitoring, dan improvement terhadap perbaikan kinerja proyek (biaya, mutu dan waktu)
secara berkala terutama untuk pekerjaan prioritas daftar risiko.
Catatan: Mempunyai alternatif penanganan terhadap risiko di atas, serta monitor dan evaluasi saatpelaksanaan konstruksi.

Melakukan rapat monitoring, evaluasi dan


improvement secara rutin tiap minggu dan
koordinasi khusus bila diperlukan
Undangan dan bukti kehadiran seua pihak terkait
BA evaluasi, monotring
dan perbaikannya
Rencana tindak
lanjutperbaikannya
B.1. Penerapan Metode Pelaksanaan KonstruksiHijau 1
a. Manajemen Perencanaan dan EvaluasiKonstruksi yang Reliable.
3). Memiliki data terintegrasi terkait bangunan (seperti Building Information Modelling) berupa pemodelan tiga dimensi ruang
(lebar, tinggi dan kedalaman), menggabungkan informasi tentang waktu, manajemen aset dankeberlanjutan, dan lain-lain.

Penggunaan BIM dalam penghitungan galian dan


leveling tanah cut and fill
Penggunaan BIM dalam perhitungan volume beton
untuk pondasi dan peril cap
B.1. Penerapan Metode Pelaksanaan KonstruksiHijau 2
b. Inovasi Proyek Terhadap 'Green'Improvement
1). Melakukan implementasi ide dan inovasi untuk peningkatan improvement/perbaikan pada metode konstruksi agar lebih
efisien dan ramah terhadap lingkungan.
Contoh: Metode konstruksi perancah yang dapat dipakai kembali, jika tetap menggunakan kayu harus direncanakan
pemanfaatan limbah kayunya.

Penggunaan begisting lapis film untuk penggunaan yang berulang kali sehingga meminimalkan limbah
Penggunaan begisting besi untuk penggunaan yang berulang kali sehingga meminimalkan limbah serta lebih presisi
B.1. Penerapan Metode Pelaksanaan KonstruksiHijau 1
b. Inovasi Proyek Terhadap 'Green'Improvement
2). Melakukan inovasi yang mampu meningkatkan nilai tambah dari desain perencanaan ke arah sistem yang lebih optimal
dan mampu memberi nilai tambah efisiensi pada operasional BGH.
Catatan: Akomodasi tahap perencanaan BGH yang digunakan saat pelaksanaan dan berkelanjutan dalam tahap
pemanfaatan. Contoh: bio pori, embung, tanki/reservoir air hujan, danlain-lain.

Penggunaan drum-drum penampung air hujan untuk efisiensi penggunaan air


Penambahan talang-talang air untuk bisa lebih banyak memanfaatkan air hujan untuk konstruksi
B.1. Penerapan Metode Pelaksanaan KonstruksiHijau 2
b. Inovasi Proyek Terhadap 'Green'Improvement
3). Revitalisasi lahan bernilai negatif.
Catatan: Lahan yang bernilai negatif adalah lahan bernilai negatif secara ekonomi, lingkungan, dan sosial karena kondisinya
yang tercemar yang dapat digunakan kembali dengan terlebih dahulu dilakukan pembangunan atau rehabilitasi lahan.
Antara lain lahan bekas tempat penampungan sementara/tempat pemrosesan akhir sampah, lahan bekas bangunan
terbengkalai, lahan bekas SPBU, atau lahan bekas kuburan.

Lahan bekas bangunan yang terbengkalai lama dengan kondisi genangan air sehingga mengganggu lingkungan
B.2. Optimasi Penggunaan Peralatan 2
a. Pengelolaan Peralatan Konstruksi yangEfisien
1). Melampirkan rencana mobilisasi dan monitoring realisasi mobilisasi peralatan konstruksi.
Catatan: Evaluasi pemilihan peralatan konstruksi yang lebih hemat bahan bakar.
B.2. Optimasi Penggunaan Peralatan 2
a. Pengelolaan Peralatan Konstruksi yangEfisien
3). Melampirkan bukti SILO (Surat IzinLaik Operasi) untuk seluruh alat berat.

Melampirkan bukti SILO (Surat Izin Laik Operasi) peralatan utama


Melampirkan bukti SILO (Surat Izin Laik Operasi) peralatan utama
B.2. Optimasi Penggunaan Peralatan 2
b. Keselamatan Manusia dan Lingkunganterhadap Penggunaan Alat
1). Melampirkan bukti SIO (Surat IzinOperator) untuk seluruh alat berat.

Melampirkan bukti SILO (Surat Izin Laik Operasi) peralatan utama


B.2. Optimasi Penggunaan Peralatan 2
b. Keselamatan Manusia dan Lingkunganterhadap Penggunaan Alat
2). Pengamanan konstruksi terkait tinggi bangunan terhadap jatuhnya material.
Contoh: harus dipasang jaring pengaman dan sebagainya.

Pemasangan jaring pengaman untuk menhindari jatuhnya material


B.2. Optimasi Penggunaan Peralatan 2
b. Keselamatan Manusia dan Lingkunganterhadap Penggunaan Alat
3). Pengamanan peralatan berat terhadap lalu lalang orang di bawahnya terhadap jatuhnya material.
Contoh: pemasangan rambu-rambu di bawahnya pada saatoperasional.

Pemasangan rambu-rambu di bawah


terhadap kemungkinan benda jatuh
Pemasangan rambu-rambu di bawah
terhadap kemungkinan benda jatuh
B.3. Penerapan Manajemen Pengelolaan LimbahKonstruksi
b. Pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya (kayu, baja, beton, kaca, puing, dan sebagainya).
2

Pemilahan dan penyimpanan sampah konstruksi sesuai jenisnya


B.3. Penerapan Manajemen Pengelolaan LimbahKonstruksi
c. Penyediaan sarana khusus lokasi material yang mengandung limbah B3 dengan standar penyimpanan yang optimal sesuai
1
volume simulasi perhitungan (penyediaan media absorben).

Menyediakan sarana penyimpanan sampah dan limbah B3 sesuai jenisnya


B.3. Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi
d. Monitoring pengeluaran sampah sesuai dengan jenisnya, atau bekerja sama dengan pihak ke tiga dalam melakukan
1
pengelolaan sampah konstruksi sesuai jenisnya.

Pengeluaran sampah bekas tempat cat yang dibeli Pengeluaran sampah bekas tempat cat yang dibeli
pihak ketiga pihak ketiga
Pengeluaran sampah bekas pagar keliling yang dibeli pihak ketiga

Pengeluaran sampah dan tanah sisa sebagai tanah


Pengeluaran sampah kayu yang dibeli pihak ketiga urug di lokasi lain
B.3. Penerapan Manajemen Pengelolaan LimbahKonstruksi
e. Menunjukkan upaya 3R (reduce, reuse, recylce) limbah-konstruksi di dalam proyek dan merekap volume produk yang
2
dihasilkan.
Contoh: Pemanfaatan riil limbah beton, besi, kayu, kaca, keramik, gypsum plafond, dan lain-lain. Digunakan dalam blok
beton saluran drainase kecil, blok jalan setapak, tempat taman vertikal, pot bunga, danaksesoris taman lainnya.

Upaya 3R terhadap limbah konstruksi beton untuk pavement dan tutup saluran
Upaya 3R terhadap limbah konstruksi beton untuk pavement
Dan pemanfaatan besi tiang pancang yang terpotong
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 2
a. Pengelolaan Air Hujan
2). Penyediaan tangki penyimpanan air hujan dari atap/talang dengan kapasitas paling sedikit 50% dari total atap bangunan
temporer dan sesuai dengan dokumen perencanaan.
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 2
b. Pemanfaatan Air Hujan
1). Pemanfaatan air hujan sebagai sumber alternatif air bersih saat konstruksi.
Contoh: siram tanam, flushing, dan airkerja.
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 2
b. Pemanfaatan Air Hujan
2). Menyediakan lubang biopori sebagai sarana resapan air hujan untuk limpasan air hujan yang tidak tertampung pada
tangki penyimpanan air hujan dan sesuai dengan dokumen perencanaan.

Menyediakan libang biopori dan


sumur resapan
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 0
c. Pengelolaan Sumber Air Baku
Opsi 1: Pekerjaan dengan kegiatan dewatering. (Diisi nilai bila dipilih, diisi 0 (nol) bila opsi ini tidak dipilih.
1). Untuk pekerjaan yang mensyaratkan pekerjaan dewatering, dipastikan telah memperoleh izin dewatering dari pemerintah
daerah/otoritas setempat.
Catatan: Perhatian terhadap konstru-ksi penggalian dan pengurugan (cut and fill) padakondisi tanah di lapangan.

Pekerjaan tanpa dewatering dan hanya


pengurasan saat galian pondasi set
setiap titik

Tidak dapat point karena tidak ada pekerjaan DEWATERING


B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 3
c. Pengelolaan Sumber Air Baku
Opsi 2: Pekerjaan tanpa kegiatan dewatering, (Diisi nilai bila dipilih, diisi 0 (nol) bila opsi ini tidak dipilih.)
1). Menggunakan air PAM atau sumur dangkal.

Pemasangan meteran pada pia sumber air sebagai sumber air


konstruksi untuk monitoring penggunaan air
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 2
c. Pengelolaan Sumber Air Baku
Opsi 2: Pekerjaan tanpa kegiatandewatering,(Diisi nilai bila dipilih, diisi 0 (nol) bila opsi ini tidak dipilih.)
2). Tidak menggunakan air dari sumur dalam sebagai sumber air baku untuk pekerjaan konstruksi.

TIDAK Menggunakan sumur dalam sebagai sumber air konstruksi,


tetapi menggunakan sumur dangkatl 6 meter (sumur bor dan gali)
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi 3
c. Pengelolaan Sumber Air Baku
Opsi 2: Pekerjaan tanpa kegiatandewatering, (Diisi nilai bila dipilih, diisi 0 (nol) bila opsi ini tidak dipilih.)
3). Pemasangan meter air cabang dari sumber air baku (PDAM atau perusahaan air minum lainnya) untuk pekerjaan
konstruksi.

Pemasangan meteran pada sumber air sumur dangkal sebagai


sumber air konstruksi untuk monitoring penggunaan air
2
c. Pengelolaan Sumber Air Baku
Opsi 2: Pekerjaan tanpa kegiatandewatering,(Diisi nilai bila dipilih, diisi 0 (nol) bila opsi ini tidak dipilih.)
5). Monitoring dan evaluasi pemakaian air baku secara berkala (setiap bulan saat masa konstruksi).
B.5. Penerapan Konservasi Energi pada Pelaksanaan Konstruksi
a. Manajemen energi saat konstruksi
1
1). Memiliki tabel rencana penggunaan energi listrik dari seluruh peralatan dan perlengkapan baik di area proyek maupun di
kantor proyek

Rencana penggunaan alat dan kebutuhan dayanya


B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi
b. Sistem kelistrikan saat konstruksi
2
1). Apabila menggunakan sumber listrik PLN, memasang kWh meter pada panel induk dan panel distribusi untuk pekerjaan
konstruksi.

Pemasangan beberapa kWh meter untuk


kemudahan moitoring penggunaan daya
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi
b. Sistem kelistrikan saat konstruksi
2
2). Apabila menggunakan sumber listrik genset, melampirkan uji kelayakan operasi
untuk memastikan kinerja alat optimal.

Penggunaan genset yang disertai dengan uji kelayakan operasi


Penggunaan tower craine yang disertai dengan uji kelayakan operasi
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi
b. Sistem kelistrikan saat konstruksi
2
3). Monitoring pemakaian listrik dan bahan bakar karbon secara berkala (setiap bulan).
B.4. Penerapan Konservasi Air pada PelaksanaanKonstruksi
b. Sistem kelistrikan saat konstruksi
2
4). Menggunakan sistem penerangan dan AC hemat energi paling sedikit 30% dari total penggunaan pada aktivitas
konstruksi.
Catatan: Penggantian lampu biasa dengan lampu LED.

Penggunaan AC yang
hemat energi hanya
saat-saat rapat

Penggunaan lampu-lampu LED


3.C
PRAKTIK PERILAKU
HIJAU
C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
a. Upaya perencanaan, pencegahan danmitigasi risiko kecelakaan kerja yang optimal
2
1). Memiliki perencanaan Health, Safety, and Environtment (HSE) Plan, SOP penanganan wabah penyakit menular (misal
Covid 19), dan emergency plan yang update dan aplikatif

Membentuk Tim Satgas Covid-19


Sarana pencegahan penyakit menular (Covid-19)
C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
a. Upaya perencanaan, pencegahan danmitigasi risiko kecelakaan kerja yang optimal
2
2). Memiliki mekanisme stop workauthority untuk pekerjaan yang dianggap berbahaya (unsafety work)
C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
a. Upaya perencanaan, pencegahan danmitigasi risiko kecelakaan kerja yang optimal
2
3). Memiliki dokumen Work Method Statement (WMS) dengan mencantumkan potensi risiko keselamatan konstruksi dari tiap
pekerjaan
C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
a. Upaya perencanaan, pencegahan danmitigasi risiko kecelakaan kerja yang optimal
2
4). Memiliki mekanisme kontrol keselamatan konstruksi yang terdiri dari HSE Induction, rapat mingguan, HSE Inspection
dan monitoring kontrol secara berkala

HSE Induction dan monitoring


C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
b. Aspek kesehatan, kenyamanan danhousekeeping
3
1). Menyediakan fasilitas barak pekerjadan toilet yang laik, dan memenuhi unsur kesehatan pekerja.

Menyediakan barak kerja yang baik dan


mencukupi yang berlokasi di samping
proyek
Penggunaan lampu-lampu LED
C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
b. Aspek kesehatan, kenyamanan danhousekeeping
2
2). Menyediakan fasilitas area merokok (jarak ± 5 m) di luar area kerja dan diluar jam kerja

45 m

Menyediakan area merokok untuk para pekerja


yang berlokasi terpisah dan berjarak 45 m dari
okasi proyek
C.1. Penerapan Sistem Manajemen KeselamatanKonstruksi (SMKK)
b. Aspek kesehatan, kenyamanan danhousekeeping
1
3). Menyediakan fasilitas kantin pekerja yang laik dan memenuhi unsur kebersihan dan kesehatan

Menyediakan fasilitas kantin yang bersih dan sehat untuk para pekerja
C.2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan
a. Aktivitas konstruksi memperhitungkanpotensi dampak negatif terhadap lingkungan
1
1). Melakukan upaya identifikasi, pengendalian dan pemantauan aktivitas konstruksi terhadap aspek lingkungan

Membersihkan jalan lingkungan di sekitar tapak, untuk mencegah


dampak jalan kotor dan licin yang membahayakan lingkungan
Membersihkan kendaraan berat setelah keluat dari proyek,
sehingga dapat mengurangi dampak bagi lingkungan
C.2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan
a. Aktivitas konstruksi memperhitungkanpotensi dampak negatif terhadap lingkungan
1
2). Monitoring dampak aktivitas konstruksi secara berkala (getaran, kebisingan, dan debu)

Monitoring tingkat kebisingan bagi lingkungan sekitarnya


C.2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan
a. Aktivitas konstruksi memperhitungkanpotensi dampak negatif terhadap lingkungan
1
3). Melakukan upaya penanaman pohon serta tidak -melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi

Mempertahankan pohon-pohon eksiting semaksimal


mungkin pohon saat konstruksi berlangsung
C.2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan
b. Aspek membangun budaya 'Green Policy'
1
1). Menyediakan papan informasi dengan manajemen visual untuk aspek yang mengacu pada kebijakan manajemen terhadap
aspek lingkungan.
Catatan: Huruf dan penandaan bisa terbaca siang maupun malam hari

Memasang informasi untuk melakukan Penghematan energi


C.2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan
b. Aspek membangun budaya 'Green Policy'
1
2). Menyiapkan sistem rewards and punishment untuk membangun budaya green, safety dan quality yang berkelanjutan
3.D
RANTAI PASOK
HIJAU
D.1. Penggunaan Material Konstruksi
a. Porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) paling sedikit 40%
1

Material yang didatangkan dari Luar Negeri adalah Tata Udara (exhoust) dan Genset
D.1. Penggunaan Material Konstruksi
b. Menggunakan bahan baku material yangramah lingkungan
1
1). Tidak menggunakan material yang mengandung Chlorofluorocarbon (CFC), asbes, merkuri dan Volatile Organic
Compound (VOC) tinggi

Penggunaan material plafond non asbes Penggunaan material


atap non asbes
Menggunakan cat Nippon Paint yang rendah VOC dan Non Mercury
D.1. Penggunaan Material Konstruksi
b. Menggunakan bahan baku material yang ramah lingkungan
1
2). Menggunakan material bersertifikat SNI/ISO 14001/ecolabel/faktur kayu legal

Menggunakan semen Merah Putih yang memiliki SNI


Menggunakan semen Padang yang memiliki SNI dan ISO 14001
D.1. Penggunaan Material Konstruksi
c. Pengiriman dan pemanfaatan materialdengan tepat
1
3). Mendatangkan material yang memiliki sedikit kemasan pembungkus

Menggunakan dengan
kemasan besar (peil)
sehingga tidak banyak
kemasan dan dapat
digunakan kembali (reuse)

Kemasan granit dengan bungkus yang minimalis


D.2. Pemilihan Pemasok dan/atau Subkontraktor
a. Memiliki pemasok material dan/atau alat yang berada dalam satu zona area yang sama (berjarak maksimum 200 km)
1
sebanyak paling sedikit 50% dari total kebutuhan bahan baku.
Catatan: Untuk ready mix lokasi batching plant kurang dari 30 km.

Sebagian besar supplayer beralaman di Medan kecuali untuk Tata Suara (Jakarta) dan Sign (Pekanbaru)
Jarak ready mix (PT. Karsa Prima Permata Nusa) berjarak 4,6 km ke lokasi proyek
Jarak supplayer besi (PT. SUMBER SITAMURNI) berjarak 14,4 km ke lokasi proyek
D.2. Pemilihan Pemasok dan/atau Subkontraktor
b. Memiliki mekanisme identifikasi kebutuhan material dan alat sesuai dengan lingkup, jadwal pendatangan dan
1
jumlah/volume yang tepat dan tidak berlebih sesuaidengan kebutuhan pendatangan.
Terima kasih

Ar. Bayu Arie Wibawa, IAI, AA, GP


[email protected]
0811288565

Anda mungkin juga menyukai