9. BAB 4 Analisis & Perumusan Masalah Revisi OK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

RPDAS Seruyan 2024

BAB 4
ANALISIS DAN PERUMUSAN MASALAH

4.1 Identifikasi Masalah


Hasil survey dan FGD, menunjukkan bahwa berbagai isu dan permasalahan di DAS Seruyan,
baik dari segi biofisik maupun sosial ekonomi, akan berdampak negatif pada wilayah tersebut.
Beberapa isu dan permasalahan utama yang teridentifikasi meliputi:
1. Masalah sosial ekonomi dan kelembagaan, seperti masalah pertanian, perkebunan, industri,
aksesibilitas lokasi, penambangan ilegal, dan perburuan satwa
2. Lahan kritis yang rentan terhadap degradasi dan kerusakan.
3. Kondisi habitat yang memprihatinkan dan perlu dijaga agar tetap lestari.
4. Sedimentasi dan bencana banjir yang dapat menyebabkan kerugian besar.
5. Kualitas air yang terancam oleh pencemaran atau polusi.
6. Penggunaan air tanah yang perlu dikelola secara bijaksana.
7. Ancaman bencana kebakaran yang perlu diwaspadai dan dikelola dengan baik.
8. Tata ruang dan penggunaan kawasan hutan yang harus diperhatikan agar tetap berkelanjutan.
9. Permasalahan hulu dan hilir yang perlu diatasi agar berbagai dampak negatif dapat
diminimalkan.

Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya perhatian serius dari pihak terkait untuk menghadapi
dan menangani isu-isu tersebut guna melindungi dan menjaga keberlanjutan DAS Seruyan.

4.2 Kajian dan Analisis


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pada tahap ini dilakukan kajian dan analisis
terhadap isu dan permasalahan yang telah diperoleh tersebut.

4.2.1 Masalah Sosial dan Kelembagaan


Bagian ini menguraikan masalah sosial dan kelembagaan yang dihadapi oleh masyarakat di
sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) Seruyan. Berikut adalah penjelasan mengenai isu-isu utama yang
dihadapi:
a. Masalah Kelembagaan:

● Lembaga adat di masyarakat sekitar DAS Seruyan sudah ada, tetapi belum berfungsi

secara optimal. Penguatan lembaga adat ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
penegakan hukum adat, khususnya dalam menangani perilaku-perilaku yang merusak
lingkungan, seperti perusakan hutan, tanah, dan air.

● Penambangan ilegal (PETI) juga menjadi masalah besar di DAS Seruyan, yang membawa

dampak serius terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.

45
RPDAS Seruyan 2024

Penambangan ini harus segera diatasi sebagai bagian dari upaya menjaga keberlanjutan
ekosistem DAS, sebagaimana diidentifikasi dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) RPJMD Kabupaten Seruyan 2018-2023.
b. Masalah Sosial:

● Indeks Kepadatan Lahan (IKL) di DAS Seruyan berkisar antara 0,5 hingga 1,

menunjukkan tekanan penduduk yang tinggi terhadap lahan. Tekanan ini dapat
memperburuk kondisi lahan dan lingkungan setempat.

● Tingkat kesejahteraan penduduk tergolong rendah, dengan nilai antara 5 hingga 10. Hal

ini menunjukkan adanya ketimpangan sosial dan ekonomi yang membutuhkan perhatian
serius.
c. Pemanfaatan Lahan dan Pertanian:

● Sistem ladang berpindah masih dominan di daerah tersebut, yang sering kali melibatkan

pembukaan lahan dengan cara dibakar. Hal ini menyebabkan berbagai permasalahan
lingkungan, seperti tanah pertanian yang terendam saat musim hujan dan ketergantungan
pada air hujan untuk irigasi.

● Pada sektor perkebunan, masyarakat menghadapi masalah harga jual produk yang rendah,

terutama untuk komoditas seperti karet dan rotan. Selain itu, banjir seringkali merusak
produksi perkebunan, dan akses untuk menjual hasil kebun masih sangat terbatas.
d. Tantangan pada Skala Kebun:

● Skala kebun masyarakat di DAS Seruyan umumnya masih kecil, dengan kepemilikan

lahan yang tumpang tindih, yang memperumit pengelolaan. Selain itu, kemampuan dalam
mengelola kebun masih terbatas, bibit yang digunakan mayoritas lokal, dan kualitasnya
belum optimal.

Solusi yang Dapat Diterapkan:

● Penguatan lembaga adat untuk lebih efektif dalam menegakkan hukum adat dan menjaga

kelestarian lingkungan.

● Penanganan penambangan ilegal (PETI) secara serius melalui penegakan hukum dan kerja sama

lintas lembaga.

● Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui diversifikasi ekonomi, penyediaan bibit unggul,

akses pasar yang lebih baik, serta bantuan dalam pengelolaan kebun secara lebih profesional.

● Pengelolaan lahan dan air yang lebih baik untuk mencegah kerusakan akibat sistem ladang

berpindah dan banjir, misalnya dengan teknologi irigasi yang lebih efisien dan pendekatan
pertanian berkelanjutan.

46
RPDAS Seruyan 2024

Dengan menangani masalah kelembagaan, sosial, dan ekonomi, serta memperkuat kapasitas
masyarakat lokal, keberlanjutan ekosistem DAS Seruyan dapat lebih terjamin.

4.2.2 Lahan kritis


Bagian ini menguraikan tentang masalah lahan kritis di DAS Seruyan, yang mengancam
keberlanjutan ekosistem di wilayah tersebut. Meski DAS Seruyan memiliki keindahan alam yang
menakjubkan, tantangan degradasi lahan menjadi isu yang serius. Berikut adalah poin-poin utama
terkait permasalahan dan solusi yang dapat diupayakan:
a. Lahan Kritis dan Faktor Penyebab:

● Degradasi lahan di DAS Seruyan disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam yang

tidak bijaksana, seperti pertanian dengan sistem ladang berpindah dan eksploitasi lahan
untuk perkebunan.

● Tekanan penduduk yang tinggi di wilayah ini mendorong meningkatnya kebutuhan akan

lahan untuk pertanian, perkebunan, dan pemukiman. Akibatnya, lahan yang dulunya
subur kini mengalami kerusakan dan degradasi.

● Pembukaan lahan dengan cara membakar, yang sering digunakan dalam sistem ladang

berpindah, memperburuk kerusakan lingkungan, menurunkan kualitas tanah, dan


menyebabkan hilangnya tutupan vegetasi alami.
b. Dampak dari Lahan Kritis:

● Erosi tanah meningkat karena hilangnya tutupan vegetasi, yang memperbesar risiko

banjir dan tanah longsor.

● Habitat alami bagi flora dan fauna setempat semakin berkurang, mengancam

keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.

● Perkebunan karet dan rotan yang diusahakan oleh masyarakat lokal menghadapi

permasalahan harga jual yang rendah dan keterbatasan akses pasar, sehingga pendapatan
petani sangat terbatas.

● Kepemilikan lahan tumpang tindih dan kurangnya kemampuan dalam pengelolaan kebun

memperparah masalah di lahan kritis ini.


c. Konflik Pemanfaatan Sumber Daya:

● Konflik di antara masyarakat lokal mengenai pemanfaatan sumber daya alam menjadi

tantangan lain. Ketidaksepahaman dalam penggunaan lahan dan perbedaan kepentingan


antarpihak menambah kompleksitas situasi, menghambat upaya pembangunan
berkelanjutan di wilayah tersebut.
d. Solusi dan Upaya yang Dibutuhkan:

47
RPDAS Seruyan 2024

● Konservasi lahan dan penerapan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan

merupakan langkah penting untuk mengurangi degradasi lahan dan kerusakan


lingkungan.

● Penguatan kelembagaan adat diperlukan untuk memperbaiki tata kelola lahan dan

menegakkan hukum adat yang mendukung pelestarian lingkungan.

● Pendekatan partisipatif, melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan program, akan meningkatkan efektivitas dalam menjaga keberlanjutan


ekosistem DAS Seruyan.

● Kerja sama lintas sektor antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak lainnya juga

diperlukan untuk menciptakan solusi yang menyeluruh dan berkelanjutan.

Dengan kolaborasi yang kuat serta peningkatan kesadaran akan pentingnya pelestarian
lingkungan, tantangan degradasi lahan dan konflik pemanfaatan sumber daya di DAS Seruyan dapat
diatasi, sehingga kelestarian ekosistem dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga.

4.2.3 Kondisi Ekosistem dan Habitat


Ekosistem dan habitat di DAS (Daerah Aliran Sungai) Seruyan merupakan bagian yang sangat
penting dari kawasan ini, karena memiliki peran yang krusial dalam mendukung keanekaragaman
hayati, keseimbangan ekologi, dan kehidupan masyarakat setempat. Meskipun memiliki potensi yang
besar, ekosistem di DAS Seruyan juga menghadapi tantangan serius akibat aktivitas manusia yang
tidak terkendali. Berikut adalah gambaran lengkap mengenai kondisi ekosistem dan habitat di DAS
Seruyan:
a. Tipe Ekosistem di DAS Seruyan:

● Hutan Tropis: DAS Seruyan sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis, terutama di

bagian hulu dan tengah sungai. Hutan ini memainkan peran penting dalam menjaga
keanekaragaman hayati serta mengatur aliran air dan siklus hidrologi. Selain itu, hutan
tropis membantu menyerap karbon, sehingga berkontribusi terhadap mitigasi perubahan
iklim.

● Lahan Gambut: Di bagian tengah DAS Seruyan, terdapat kawasan lahan gambut yang

berfungsi sebagai penyimpan karbon dan pengatur cadangan air. Lahan gambut ini rentan
terhadap degradasi dan kebakaran jika tidak dikelola dengan baik, terutama akibat
pembukaan lahan untuk perkebunan dan ladang berpindah.

● Wilayah Rawa dan Pesisir: Di bagian hilir DAS Seruyan, dekat dengan muara sungai

yang mengalir ke Laut Jawa, terdapat ekosistem rawa dan mangrove. Wilayah ini

48
RPDAS Seruyan 2024

berfungsi sebagai area penyangga antara daratan dan laut, menyediakan habitat penting
bagi berbagai jenis flora dan fauna serta berperan sebagai daerah penahan banjir.
b. Keanekaragaman Hayati:

● DAS Seruyan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan berbagai spesies

flora dan fauna yang mendiami kawasan hutan, lahan gambut, dan ekosistem rawa.
Beberapa spesies yang ditemukan di DAS Seruyan adalah:
o Flora: Hutan di DAS Seruyan kaya akan jenis pohon tropis seperti meranti,
keruing, dan ulin. Di wilayah gambut, tumbuhan khas gambut seperti jelutung dan
ramin juga dapat ditemukan.
o Fauna: Wilayah ini merupakan habitat bagi spesies langka dan dilindungi seperti
orangutan, beruang madu, trenggiling, serta berbagai jenis primata dan burung
endemik Kalimantan. Hutan DAS Seruyan juga menjadi rumah bagi harimau
dahan, satwa yang terancam punah.

● Ekosistem Mangrove: Di bagian hilir, ekosistem mangrove mendukung kehidupan

berbagai jenis ikan, udang, dan kepiting yang penting bagi mata pencaharian nelayan
lokal. Mangrove juga melindungi garis pantai dari erosi.
c. Degradasi Ekosistem:

● Deforestasi dan Kerusakan Hutan: Salah satu masalah utama di DAS Seruyan adalah

deforestasi, yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembalakan liar, pembukaan
lahan untuk perkebunan sawit, serta sistem ladang berpindah yang menggunakan metode
pembakaran. Penebangan pohon secara ilegal dan konversi lahan menjadi perkebunan
komersial telah mengurangi luas hutan, merusak habitat alami, dan mengancam
kelangsungan spesies endemik.

● Degradasi Lahan Gambut: Lahan gambut di DAS Seruyan menghadapi tekanan berat

akibat pembukaan lahan untuk perkebunan sawit dan kebakaran hutan. Pengeringan lahan
gambut untuk kepentingan komersial menyebabkan kerusakan ekosistem, penurunan
permukaan tanah, dan meningkatnya risiko kebakaran lahan gambut.

● Kerusakan Mangrove: Pengalihan lahan di wilayah pesisir, termasuk pembangunan

infrastruktur dan konversi lahan menjadi tambak atau perkebunan, telah mengancam
keberadaan ekosistem mangrove. Kerusakan ini memengaruhi keanekaragaman hayati
pesisir serta fungsi penting mangrove sebagai penahan banjir dan abrasi pantai.
d. Dampak Aktivitas Manusia terhadap Habitat:

● Pertanian dan Ladang Berpindah: Pertanian tradisional yang menggunakan ladang

berpindah melibatkan pembukaan lahan dengan metode tebang dan bakar. Ini
menyebabkan hilangnya tutupan vegetasi, degradasi tanah, serta meningkatnya risiko
erosi dan banjir. Selain itu, praktik ini juga merusak habitat satwa liar.

49
RPDAS Seruyan 2024

● Perkebunan Kelapa Sawit: Ekspansi perkebunan kelapa sawit di wilayah DAS Seruyan

telah mengurangi luas hutan dan habitat alami, yang mengakibatkan konflik satwa-
manusia, terutama dengan spesies seperti orangutan. Perkebunan juga meningkatkan
fragmentasi habitat, memisahkan satwa dari sumber makanan dan tempat tinggal alami
mereka.

● Penambangan Ilegal (PETI): Aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) juga

berdampak buruk pada ekosistem, terutama di wilayah hulu sungai. Penambangan ini
sering mencemari air sungai dengan bahan kimia berbahaya seperti merkuri, yang
merusak habitat air dan berdampak negatif pada kehidupan perairan.
e. Dampak Lingkungan dan Perubahan Iklim:

● Erosi dan Banjir: Hilangnya tutupan vegetasi akibat deforestasi meningkatkan risiko erosi

tanah di DAS Seruyan. Sedimentasi yang terjadi akibat erosi memperburuk pendangkalan
sungai, yang kemudian meningkatkan risiko banjir di wilayah hilir, terutama saat musim
hujan.

● Perubahan Iklim: Degradasi lahan, hilangnya hutan, dan rusaknya lahan gambut juga

memperparah dampak perubahan iklim. Lahan gambut yang rusak melepaskan emisi
karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, yang berkontribusi pada pemanasan global.
f. Upaya Pelestarian dan Konservasi:

● Konservasi Hutan: Beberapa wilayah hutan di DAS Seruyan masuk dalam kawasan

konservasi yang dilindungi oleh pemerintah. Upaya pelestarian yang dilakukan mencakup
patroli hutan, penegakan hukum terhadap pembalakan liar, dan restorasi hutan.

● Rehabilitasi Lahan Gambut: Pemerintah dan organisasi lingkungan melakukan upaya

rehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi melalui pembasahan kembali lahan gambut
(rewetting) dan penghijauan dengan tanaman endemik.

● Pelibatan Masyarakat Lokal: Pendekatan berbasis masyarakat dalam konservasi telah

diperkenalkan di beberapa wilayah DAS Seruyan. Masyarakat setempat diajak


berpartisipasi dalam program penanaman pohon, pelestarian hutan, serta penerapan
praktik pertanian berkelanjutan.

● Penguatan Kelembagaan Adat: Lembaga adat diharapkan memainkan peran yang lebih

aktif dalam menjaga hutan dan sumber daya alam, dengan menegakkan aturan adat terkait
pengelolaan lingkungan dan pelestarian hutan.
g. Peluang dan Harapan:

● DAS Seruyan memiliki potensi besar untuk menjadi model pengelolaan ekosistem

berkelanjutan, jika berbagai pihak mampu mengatasi tantangan lingkungan dan sosial
secara terpadu.

50
RPDAS Seruyan 2024

● Ekowisata bisa menjadi alternatif pengembangan ekonomi yang ramah lingkungan.

Wilayah hutan, sungai, dan mangrove yang kaya akan keanekaragaman hayati dapat
menarik minat wisatawan untuk menikmati keindahan alam tanpa merusak lingkungan.

● Restorasi ekosistem yang melibatkan masyarakat lokal dapat mengurangi tekanan pada

lahan kritis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui program yang
memadukan konservasi dengan pengembangan ekonomi lokal.

Secara keseluruhan, kondisi ekosistem dan habitat di DAS Seruyan masih menghadapi berbagai
tantangan berat akibat tekanan manusia, namun dengan komitmen yang kuat dari pemerintah,
masyarakat, dan berbagai pihak lainnya, potensi kawasan ini untuk tetap lestari dan mendukung
kehidupan dapat terwujud.

51
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.1 Peta Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di DAS Seruyan

52
RPDAS Seruyan 2024

h. Fungsi Kawasan Hutan DAS Seruyan


Fungsi kawasan hutan di DAS Seruyan terbagi menjadi beberapa komponen utama yang
mencerminkan pemanfaatan lahan yang beragam, di antaranya adalah area penggunaan lain (APL),
hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi konversi, hutan produksi terbatas, wilayah laut-air, serta
taman nasional darat. Pembagian fungsi ini memberikan gambaran komprehensif mengenai luasnya
peran kawasan hutan di DAS Seruyan, tidak hanya sebagai penyedia sumber daya alam, tetapi juga
sebagai elemen penting dalam pelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Setiap kategori kawasan hutan ini memiliki fungsinya masing-masing. Area penggunaan lain
(APL) umumnya dialokasikan untuk pemanfaatan di luar kegiatan kehutanan, seperti pemukiman,
pertanian, atau pembangunan infrastruktur. Hutan lindung berfungsi melindungi wilayah yang rentan
terhadap erosi dan menjaga kualitas air, serta berperan sebagai habitat bagi keanekaragaman hayati.
Hutan produksi dan hutan produksi terbatas berperan dalam menyediakan bahan baku kayu dan hasil
hutan lainnya, namun dengan batasan pengelolaan yang berkelanjutan agar tidak merusak ekosistem.
Hutan produksi konversi, di sisi lain, merupakan kawasan yang disiapkan untuk dapat
dialihfungsikan ke peruntukan lain, misalnya untuk perkebunan atau kegiatan pembangunan lain jika
sesuai dengan kebijakan tata ruang. Sementara itu, keberadaan laut-air menandakan pentingnya
ekosistem perairan sebagai penyokong kehidupan yang saling terkait dengan daratan, khususnya
dalam menjaga keseimbangan siklus air di kawasan DAS Seruyan. Terakhir, taman nasional darat
tidak hanya melestarikan keanekaragaman hayati yang ada, tetapi juga menyediakan ruang untuk
penelitian ilmiah, pariwisata alam, dan edukasi lingkungan bagi masyarakat luas.

Tabel 4.1 Fungsi Kawasan Hutan Das Seruyan


Luas Persentase
No Fungsi Kawasan Hutan
(Ha) (%)
1 Areal Penggunaan Lain 290.273,20 21,88%
2 Hutan Lindung 23.538,11 1,78%
3 Hutan Produksi 292.472,72 22,05%
4 Hutan Produksi Konversi 222.134,28 16,75%
5 Hutan Produksi Terbatas 439.450,55 33,13%
6 Laut-Air 19.534,98 1,47%
7 Taman Nasional Darat 39.058,98 2,94%
Grand Total 1.326.507,83 100,00%
Sumber : Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Tengah Sampai
Dengan Tahun 2020 (Lampiran SK.6627 MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/2021)

53
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.2 Peta Fungsi Kawasan Hutan di DAS Seruyan

54
RPDAS Seruyan 2024

Kehadiran berbagai fungsi kawasan ini menunjukkan betapa pentingnya DAS Seruyan sebagai
sistem penyangga lingkungan di wilayah tersebut. Fungsi hutan yang beragam ini juga memberikan
berbagai manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial bagi masyarakat sekitar. Pengelolaan yang tepat dan
berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan fungsi-fungsi ini agar kawasan hutan di
DAS Seruyan dapat terus memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

i. Morfologi DAS Seruyan


Morfologi DAS Seruyan memiliki variasi topografi yang cukup kompleks, yang meliputi
beberapa jenis bentuk lahan seperti dataran bergelombang, dataran landai, perbukitan landai,
perbukitan sedang, perbukitan terjal, dan tubuh air.
Dataran bergelombang di wilayah DAS Seruyan cenderung memiliki lebih luas yaitu 43,91%
dari total luasan DAS Seruyan, sehingga memungkinkan penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan,
seperti pertanian, pemukiman, atau kegiatan ekonomi lainnya. Dataran landai, yang lebih rata, juga
berperan penting dalam mendukung aktivitas masyarakat lokal, terutama dalam sektor pertanian dan
pengembangan infrastruktur.

Tabel 4.2 Morfologi DAS Seruyan


Luas Persentase
No Morfologi
(Ha) (%)
1 Dataran Bergelombang 582.510,27 43,91%
2 Dataran Landai 284.598,63 21,45%
3 Perbukitan Landai 17.851,45 1,35%
4 Perbukitan Terjal 261.355,09 12,16%
5 Tubuh Air 18.201,44 1,37%
Grand Total 1.326.507,83 100,00%
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2024

Keberagaman morfologi ini mencerminkan dinamika ekosistem DAS Seruyan dan pentingnya
menjaga keseimbangan antara pemanfaatan lahan dan pelestarian lingkungan. Morfologi yang
bervariasi ini memberikan DAS Seruyan karakteristik unik yang mempengaruhi pola aliran air, erosi
tanah, serta distribusi vegetasi dan habitat satwa liar.

55
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.3 Peta Morfologi di DAS Seruyan

56
RPDAS Seruyan 2024

4.2.4 Sedimentasi dan Bahaya Banjir


Sedimentasi dan bahaya banjir di DAS Seruyan adalah masalah serius yang mengancam
ekosistem dan masyarakat yang bergantung pada sungai tersebut. DAS Seruyan, yang terletak di
Kalimantan Tengah, berfungsi sebagai salah satu sumber air utama bagi penduduk sekitar, namun
aktivitas manusia yang tidak terkendali telah menyebabkan peningkatan sedimentasi dan frekuensi
banjir. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai sedimentasi dan bahaya banjir di DAS Seruyan:
a. Faktor Penyebab Sedimentasi:
Sedimentasi di DAS Seruyan terjadi akibat berbagai faktor, antara lain:

● Deforestasi: Penebangan hutan secara liar dan perubahan fungsi lahan untuk pertanian

atau perkebunan sawit menyebabkan hilangnya tutupan vegetasi. Vegetasi yang


berkurang mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air hujan, sehingga
meningkatkan limpasan permukaan. Limpasan ini membawa partikel-partikel tanah yang
tererosi ke sungai, yang kemudian mengendap di dasar sungai sebagai sedimen.

● Pertanian Ladang Berpindah: Sistem ladang berpindah, di mana lahan dibuka dengan cara

membakar, menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan mudah tererosi. Akibatnya,
material tanah yang terbawa aliran air masuk ke sungai dan memperburuk sedimentasi.

● Aktivitas Penambangan Ilegal (PETI): Penambangan emas tanpa izin (PETI) di wilayah

DAS Seruyan tidak hanya merusak ekosistem hulu sungai, tetapi juga menyebabkan
pencucian tanah dalam jumlah besar ke sungai. Aktivitas ini meningkatkan jumlah
sedimen di aliran sungai, yang kemudian mengendap di bagian hilir.

● Degradasi Lahan Gambut: Lahan gambut yang dikeringkan untuk keperluan perkebunan

sawit atau pembukaan lahan lainnya sering kali mengalami penurunan kualitas. Gambut
yang rusak menjadi rentan terhadap erosi, sehingga material gambut yang terurai terbawa
aliran air ke sungai.
b. Dampak Sedimentasi:

● Pendangkalan Sungai: Akibat sedimentasi, sungai Seruyan mengalami pendangkalan

yang signifikan. Hal ini mengurangi kapasitas sungai untuk menampung air, sehingga
memperbesar risiko banjir, terutama saat musim hujan.

● Degradasi Kualitas Air: Sedimen yang terakumulasi di dasar sungai dapat memengaruhi

kualitas air. Endapan ini sering kali mengandung bahan kimia dari aktivitas pertanian
atau penambangan, seperti merkuri dari PETI, yang mencemari air sungai.

● Kerusakan Habitat Perairan: Sedimentasi mengganggu habitat perairan, termasuk ikan

dan organisme air lainnya. Aliran air yang terganggu oleh sedimen juga dapat
mengurangi kadar oksigen di dalam air, sehingga membahayakan kehidupan akuatik.
c. Bahaya Banjir di DAS Seruyan:

57
RPDAS Seruyan 2024

● Frekuensi Banjir yang Meningkat: Pendangkalan sungai akibat sedimentasi menyebabkan

sungai tidak lagi mampu menampung debit air yang tinggi saat musim hujan. Akibatnya,
banjir sering kali terjadi di wilayah DAS Seruyan, terutama di daerah dataran rendah dan
hilir sungai.

● Dampak Banjir Terhadap Masyarakat: Banjir menyebabkan kerugian besar bagi

masyarakat sekitar DAS Seruyan. Pertanian dan perkebunan terendam air, infrastruktur
rusak, dan kehidupan sehari-hari terganggu. Selain itu, banjir juga dapat membawa
penyakit akibat penurunan kualitas air dan akses ke sanitasi yang bersih menjadi terbatas.

● Erosi dan Longsor: Selain meningkatkan risiko banjir, sedimentasi juga memperparah

erosi di tepi sungai. Tanah yang tidak stabil di sekitar DAS mudah longsor saat terjadi
peningkatan aliran air, yang selanjutnya menambah jumlah sedimen di sungai.
d. Penyebab Khusus Bahaya Banjir:

● Perubahan Iklim: Perubahan iklim global menyebabkan cuaca yang semakin tidak

menentu, dengan intensitas hujan yang lebih tinggi dan durasi musim hujan yang lebih
panjang. Hal ini memperbesar risiko banjir di wilayah DAS Seruyan.

● Pengelolaan Lahan yang Buruk: Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan prinsip

keberlanjutan, seperti pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan sawit tanpa


mempertimbangkan tata ruang yang baik, memperburuk kondisi tanah dan meningkatkan
risiko banjir.
e. Upaya Penanganan Sedimentasi dan Banjir:
Penanganan sedimentasi dan banjir di DAS Seruyan memerlukan pendekatan yang terintegrasi
dan melibatkan berbagai pihak. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:

● Restorasi Hutan dan Reboisasi: Mengembalikan fungsi hutan sebagai penahan erosi

melalui program reboisasi di daerah hulu sungai. Penanaman pohon di sekitar DAS dapat
membantu mengurangi limpasan permukaan dan meningkatkan daya serap tanah terhadap
air hujan.

● Pengendalian Ladang Berpindah: Edukasi masyarakat mengenai praktik pertanian

berkelanjutan yang tidak merusak lahan, seperti metode agroforestri, dapat mengurangi
kerusakan lahan dan mengurangi sedimentasi.

● Pengelolaan Lahan Gambut yang Berkelanjutan: Lahan gambut yang ada perlu dikelola

dengan bijak melalui pendekatan berbasis ekosistem, seperti pembasahan kembali lahan
gambut yang terdegradasi (rewetting) untuk mencegah kebakaran dan erosi.

● Penguatan Kelembagaan dan Penegakan Hukum: Penegakan hukum yang lebih ketat

terhadap aktivitas penambangan ilegal (PETI) dan pembalakan liar di DAS Seruyan harus

58
RPDAS Seruyan 2024

ditingkatkan. Kelembagaan adat juga dapat diberdayakan untuk berperan dalam menjaga
kelestarian lingkungan.

● Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir: Pembangunan infrastruktur seperti

tanggul, kolam retensi, atau bendungan kecil di sepanjang DAS Seruyan dapat membantu
mengendalikan aliran air dan mengurangi risiko banjir. Selain itu, normalisasi sungai
dengan cara pengerukan sedimen juga dapat meningkatkan kapasitas sungai untuk
menampung air.

● Sistem Peringatan Dini Banjir: Menerapkan teknologi untuk memantau debit air dan

memberikan peringatan dini kepada masyarakat ketika potensi banjir meningkat. Ini
dapat meminimalisir dampak banjir dengan memberikan waktu bagi penduduk untuk
mempersiapkan diri atau mengungsi.
f. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan DAS:
Partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam upaya mengatasi sedimentasi dan banjir di
DAS Seruyan. Program konservasi yang melibatkan masyarakat, seperti pelatihan dalam praktik
pertanian berkelanjutan, rehabilitasi lahan, dan pelestarian hutan, dapat memberikan dampak
yang lebih besar. Kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga ekosistem DAS akan
membantu mengurangi tekanan terhadap lahan dan air.
g. Kesimpulan:
Sedimentasi dan bahaya banjir di DAS Seruyan adalah masalah yang saling berkaitan dan
membutuhkan penanganan segera. Dengan mengelola lahan secara berkelanjutan, memperkuat
perlindungan lingkungan, serta melibatkan masyarakat dalam pengelolaan DAS, ancaman
sedimentasi dan banjir dapat dikurangi. Implementasi program restorasi ekosistem dan
konservasi juga harus didukung oleh kebijakan yang tegas dari pemerintah serta komitmen
untuk menjaga kelestarian DAS Seruyan bagi generasi mendatang. Peta wilayah Banjir di DAS
Seruyan, secara jelas disajikan pada Gambar 4.4.

59
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.4 Peta Rawan Banjir di DAS Seruyan

60
RPDAS Seruyan 2024

4.2.5 Kualitas Air (Pencemaran dan Polusi Air)


Kualitas air di DAS Seruyan sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem, kesehatan
masyarakat, dan ekonomi lokal. Namun, daerah ini menghadapi berbagai masalah pencemaran dan
polusi air yang mengancam kualitas dan kuantitas sumber daya airnya. Berikut adalah penjelasan
mengenai kualitas air di DAS Seruyan, termasuk penyebab pencemaran, dampaknya, dan langkah-
langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah ini.
a. Penyebab Pencemaran dan Polusi Air:
Beberapa faktor yang menyebabkan pencemaran dan polusi air di DAS Seruyan antara lain:

● Aktivitas Penambangan Ilegal (PETI): Penambangan emas tanpa izin tidak hanya

menyebabkan kerusakan lingkungan tetapi juga mencemari aliran sungai dengan merkuri
dan bahan kimia berbahaya lainnya. Proses pencucian bijih emas sering kali
menggunakan bahan kimia yang berpotensi mencemari sumber air.

● Pertanian dan Pupuk Kimia: Penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam kegiatan

pertanian di sekitar DAS Seruyan dapat menyebabkan limbah berbahaya yang terbawa
aliran air. Pencemaran ini dapat mengubah komposisi kimia air dan berdampak negatif
pada organisme akuatik.

● Limbah Domestik: Pembuangan limbah domestik, seperti sampah dan air limbah dari

rumah tangga, ke dalam sungai tanpa pengolahan yang memadai berkontribusi terhadap
pencemaran. Limbah ini dapat mengandung patogen, bahan kimia berbahaya, dan bahan
organik yang merugikan kualitas air.

● Deforestasi: Deforestasi yang terjadi untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan

menyebabkan penurunan kualitas tanah dan kehilangan vegetasi penyangga. Hal ini
meningkatkan erosi dan mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga
lebih banyak sedimen dan polutan yang masuk ke aliran sungai.

● Industri dan Aktivitas Ekonomi Lainnya: Aktivitas industri dan ekonomi yang tidak

ramah lingkungan, seperti pengolahan kayu dan pembuangan limbah industri, dapat
mencemari air sungai dengan bahan kimia berbahaya, logam berat, dan limbah padat.
b. Dampak Pencemaran dan Polusi Air:
Pencemaran dan polusi air di DAS Seruyan memiliki dampak yang signifikan terhadap
lingkungan, kesehatan manusia, dan ekonomi lokal:

● Kesehatan Masyarakat: Air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit,

termasuk diare, kolera, dan penyakit kulit. Masyarakat yang bergantung pada air sungai
untuk kebutuhan sehari-hari sangat rentan terhadap dampak kesehatan akibat
pencemaran.

61
RPDAS Seruyan 2024

● Kerusakan Ekosistem Perairan: Pencemaran air dapat mengakibatkan kematian ikan dan

organisme akuatik lainnya, serta mengganggu rantai makanan di ekosistem perairan. Hal
ini juga dapat mengurangi keanekaragaman hayati di DAS Seruyan.

● Penurunan Kualitas Air: Peningkatan pencemaran menyebabkan penurunan kualitas air,

yang berdampak pada kemampuan sungai untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat
dan kebutuhan pertanian. Kualitas air yang buruk dapat mengurangi produktivitas
pertanian dan merugikan ekonomi lokal.

● Biaya Pengobatan dan Pemulihan Lingkungan: Masyarakat dan pemerintah mungkin

harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh air
tercemar dan untuk melakukan rehabilitasi lingkungan yang rusak.
c. Upaya Pengendalian dan Pemulihan Kualitas Air:
Untuk mengatasi masalah pencemaran dan polusi air di DAS Seruyan, langkah-langkah berikut
perlu diambil:

● Penegakan Hukum dan Regulasi: Menerapkan hukum yang lebih ketat terhadap aktivitas

penambangan ilegal dan pembuangan limbah berbahaya ke dalam sungai. Penegakan


hukum yang efektif akan membantu mengurangi pencemaran air.

● Pengelolaan Limbah yang Baik: Menerapkan sistem pengelolaan limbah yang ramah

lingkungan, termasuk pengolahan limbah domestik sebelum dibuang ke dalam sungai.


Edukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah juga sangat diperlukan.

● Praktik Pertanian Berkelanjutan: Mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan dengan

penggunaan pupuk dan pestisida organik serta teknik pertanian ramah lingkungan.
Program pelatihan bagi petani dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang dampak
pencemaran.

● Restorasi Lingkungan: Melakukan upaya restorasi lingkungan di area yang telah tercemar

dengan menanam vegetasi penyangga dan memperbaiki habitat alami. Kegiatan reboisasi
di daerah hulu sungai dapat membantu mengurangi erosi dan meningkatkan kualitas air.

● Monitoring Kualitas Air: Mengembangkan program monitoring kualitas air secara

berkala untuk mendeteksi pencemaran dan mengambil tindakan cepat jika terjadi
peningkatan tingkat pencemaran. Kolaborasi dengan lembaga lingkungan hidup dan
universitas setempat dapat meningkatkan efektivitas program ini.

● Keterlibatan Masyarakat: Mengajak masyarakat setempat untuk terlibat dalam upaya

pemantauan dan perlindungan kualitas air. Program partisipatif yang melibatkan


masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan sumber
daya air.
d. Kesimpulan:

62
RPDAS Seruyan 2024

Kualitas air di DAS Seruyan menghadapi tantangan besar akibat pencemaran dan polusi. Upaya
terpadu yang melibatkan penegakan hukum, pengelolaan limbah yang baik, praktik pertanian
berkelanjutan, restorasi lingkungan, monitoring, dan keterlibatan masyarakat sangat penting
untuk menjaga kualitas air dan kesehatan ekosistem. Dengan kerjasama semua pihak,
diharapkan kualitas air di DAS Seruyan dapat dipulihkan dan dipertahankan untuk generasi
mendatang.
4.2.6 Penggunaan Air Tanah
Penggunaan air tanah di DAS Seruyan merupakan hal yang krusial dalam mendukung kebutuhan
masyarakat, pertanian, dan ekosistem. Meskipun air tanah menjadi sumber daya yang penting, ada
tantangan dan masalah yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya. Berikut adalah penjelasan
mengenai penggunaan air tanah di DAS Seruyan, termasuk sumber, manfaat, tantangan, dan langkah-
langkah yang perlu diambil untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
a. Sumber dan Ketersediaan Air Tanah
Air tanah di DAS Seruyan berasal dari curah hujan yang diserap ke dalam tanah dan menyusup
ke lapisan akuifer. Ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

● Curah Hujan: Wilayah DAS Seruyan umumnya memiliki curah hujan yang tinggi, yang

berkontribusi pada pengisian ulang akuifer. Namun, musim hujan yang tidak teratur dapat
memengaruhi ketersediaan air tanah.

● Tipe Tanah dan Geologi: Tipe tanah yang berbeda memiliki kapasitas penyimpanan air

yang berbeda. Tanah berpasir cenderung menyimpan lebih sedikit air dibandingkan tanah
liat.

● Vegetasi: Keberadaan vegetasi dapat membantu menjaga kelembapan tanah dan

mengurangi laju penguapan, sehingga berkontribusi pada keberlanjutan air tanah.


b. Manfaat Penggunaan Air Tanah
Penggunaan air tanah di DAS Seruyan memberikan sejumlah manfaat, antara lain:

● Sumber Air Minum: Air tanah sering digunakan sebagai sumber air minum bagi

masyarakat di daerah pedesaan dan permukiman. Kualitas air tanah dapat lebih baik
dibandingkan dengan sumber air permukaan, terutama jika dikelola dengan baik.

● Pertanian: Banyak petani di DAS Seruyan mengandalkan air tanah untuk irigasi tanaman,

terutama selama musim kemarau. Penggunaan air tanah dapat meningkatkan


produktivitas pertanian dan keberlanjutan pangan.

● Industri: Beberapa industri di sekitar DAS Seruyan juga menggunakan air tanah dalam

proses produksinya, seperti dalam pembuatan makanan dan minuman.


c. Tantangan dalam Penggunaan Air Tanah
Meskipun air tanah memiliki banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam
penggunaannya di DAS Seruyan:

63
RPDAS Seruyan 2024

● Penurunan Permukaan Air Tanah: Penarikan air tanah yang berlebihan untuk keperluan

pertanian dan konsumsi dapat menyebabkan penurunan permukaan air tanah. Hal ini
mengancam ketersediaan air di masa depan.

● Pencemaran: Pencemaran air tanah akibat penggunaan pupuk, pestisida, limbah industri,

dan limbah domestik dapat mengurangi kualitas air tanah. Pencemaran ini dapat
berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengandalkan air tanah sebagai sumber air
minum.

● Konflik Penggunaan: Dalam beberapa kasus, adanya kompetisi antara penggunaan air

tanah untuk pertanian, industri, dan kebutuhan domestik dapat menyebabkan konflik di
antara pemakai sumber daya air.

● Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi pola curah hujan dan

meningkatkan frekuensi kekeringan, yang berdampak pada ketersediaan air tanah.


d. Langkah-langkah Pengelolaan yang Berkelanjutan
Untuk memastikan pengelolaan air tanah yang berkelanjutan di DAS Seruyan, beberapa langkah
yang dapat diambil antara lain:

● Pengawasan dan Regulasi: Penting untuk menerapkan regulasi yang ketat terhadap

pengambilan air tanah, termasuk pemantauan secara rutin terhadap ketersediaan dan
kualitas air tanah.

● Konservasi Air: Mendorong praktik konservasi air di kalangan masyarakat dan petani,

seperti penggunaan teknik irigasi yang efisien dan pengelolaan lahan yang baik.

● Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya pengelolaan air tanah dan dampak pencemaran serta penggunaan berlebihan
melalui program pendidikan dan pelatihan.

● Restorasi Lingkungan: Melakukan upaya restorasi untuk meningkatkan penyerapan air

tanah, seperti reboisasi dan pembuatan daerah resapan air (infiltration zones).

● Keterlibatan Stakeholder: Mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan

sektor swasta, untuk berkolaborasi dalam pengelolaan air tanah yang berkelanjutan dan
berbasis pada kebutuhan lokal.
e. Kesimpulan
Penggunaan air tanah di DAS Seruyan memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat dan mendukung kegiatan pertanian. Namun, tantangan seperti
penurunan permukaan air tanah dan pencemaran perlu diatasi melalui langkah-langkah
pengelolaan yang berkelanjutan. Dengan pendekatan yang tepat, air tanah dapat dikelola secara

64
RPDAS Seruyan 2024

efektif untuk keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat di DAS Seruyan. Peta
Rawan Gerakan Tanah di DAS Seruyan, secara jelas disajikan pada Gambar 4.5.

65
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.5 Peta Zona Kerentanan Pergerakan Tanah di DAS Seruyan

66
RPDAS Seruyan 2024

4.2.7 Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan


Bencana kebakaran hutan dan lahan di DAS Seruyan merupakan masalah lingkungan yang
serius dan memiliki dampak luas terhadap ekosistem, masyarakat, dan kesehatan. Kebakaran ini sering
kali disebabkan oleh aktivitas manusia dan dapat mengakibatkan kerusakan besar pada hutan, lahan,
dan sumber daya alam. Berikut adalah penjelasan mengenai penyebab, dampak, serta langkah-langkah
yang dapat diambil untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan di DAS Seruyan.
a. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan
Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan di DAS Seruyan antara lain:

● Pembukaan Lahan untuk Pertanian: Banyak petani di wilayah ini menggunakan metode

pembakaran untuk membuka lahan baru, terutama untuk pertanian ladang berpindah.
Praktik ini sering dilakukan untuk menghilangkan vegetasi dan mempersiapkan lahan.

● Kegiatan Perkebunan: Pembukaan lahan untuk perkebunan, terutama kelapa sawit dan

karet, seringkali dilakukan dengan cara membakar. Metode ini dapat menghasilkan
kebakaran yang tidak terkontrol dan menyebar ke area yang lebih luas.

● Kekeringan: Musim kemarau yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko kebakaran.

Tanah yang kering dan vegetasi yang mudah terbakar menjadi faktor yang memicu
terjadinya kebakaran.

● Lupa atau Kelalaian Manusia: Kebakaran juga bisa disebabkan oleh kelalaian manusia,

seperti puntung rokok yang dibuang sembarangan atau api unggun yang tidak
dipadamkan.

● Penambangan Ilegal: Aktivitas penambangan ilegal (PETI) sering kali menyebabkan

kebakaran, baik secara langsung melalui pembakaran lahan maupun tidak langsung
dengan mengubah ekosistem.
b. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, kesehatan
masyarakat, dan ekonomi, antara lain:

● Kerusakan Ekosistem: Kebakaran dapat menyebabkan hilangnya habitat alami bagi flora

dan fauna, mengurangi keanekaragaman hayati, dan mengganggu keseimbangan


ekosistem.

● Pencemaran Udara: Asap yang dihasilkan dari kebakaran dapat mencemari udara dan

menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit saluran pernapasan, iritasi mata, dan
gangguan kesehatan lainnya bagi masyarakat.

● Penurunan Kualitas Tanah: Kebakaran dapat merusak struktur tanah, menghilangkan

unsur hara, dan meningkatkan risiko erosi, yang berdampak pada produktivitas pertanian.

67
RPDAS Seruyan 2024

● Perubahan Iklim: Kebakaran hutan melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke

atmosfer, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim global. Ini juga memperburuk
efek rumah kaca.

● Dampak Sosial dan Ekonomi: Kebakaran dapat mengganggu kehidupan masyarakat,

menyebabkan kerugian ekonomi, mengurangi pendapatan petani, dan meningkatkan


biaya kesehatan akibat dampak pencemaran udara.
c. Langkah-Langkah Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan
Untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan di DAS Seruyan, beberapa langkah yang
dapat diambil antara lain:

● Penegakan Hukum: Menerapkan hukum yang lebih ketat terhadap pembakaran lahan

ilegal dan aktivitas yang berpotensi menyebabkan kebakaran. Penegakan hukum yang
efektif dapat memberikan efek jera bagi pelaku.

● Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya

kebakaran dan praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Program pendidikan dapat
membantu petani memahami dampak dari pembakaran.

● Pencegahan Kebakaran: Mengembangkan sistem pemantauan dan deteksi dini untuk

mencegah kebakaran, termasuk penggunaan teknologi satelit dan drone. Penyiapan alat
pemadam kebakaran juga penting.

● Restorasi dan Rehabilitasi Lahan: Melakukan program restorasi dan rehabilitasi lahan

yang terbakar untuk memulihkan ekosistem dan mengembalikan fungsi lingkungan.


Penanaman kembali vegetasi lokal dapat membantu.

● Pembangunan Infrastruktur: Membangun infrastruktur yang mendukung pengelolaan

kebakaran, seperti jalur pemadaman, tempat penampungan air, dan sistem drainase untuk
mengurangi risiko kebakaran.

● Kolaborasi Antara Stakeholder: Mendorong kolaborasi antara pemerintah, masyarakat,

dan sektor swasta dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Program partisipatif
dapat meningkatkan efektivitas upaya pencegahan.
d. Kesimpulan
Kebakaran hutan dan lahan di DAS Seruyan merupakan masalah serius yang memerlukan
perhatian segera. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, serta menerapkan langkah-
langkah pencegahan dan penanganan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi risiko kebakaran
dan melindungi ekosistem serta masyarakat di wilayah ini. Kerjasama semua pihak sangat
penting untuk mencapai tujuan keberlanjutan dan melindungi sumber daya alam DAS Seruyan.

68
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.6 Peta Rawan Bencana Kebakaran di DAS Seruyan

69
RPDAS Seruyan 2024

4.2.8 Tata Ruang dan Penggunaan Kawasan Hutan


Tata ruang dan penggunaan kawasan hutan di DAS Seruyan merupakan aspek penting dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. Mengingat keanekaragaman hayati yang
tinggi dan fungsi ekologis yang vital dari kawasan hutan, tata ruang yang baik akan membantu dalam
menjaga keseimbangan antara pembangunan dan konservasi. Berikut adalah penjelasan mengenai tata
ruang dan penggunaan kawasan hutan di DAS Seruyan, termasuk tantangan yang dihadapi dan
rekomendasi untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
a. Pengertian Tata Ruang
Tata ruang adalah suatu proses yang mengatur penggunaan lahan dan ruang secara terencana,
dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan pembangunan, konservasi
lingkungan, dan pengembangan sosial ekonomi. Di DAS Seruyan, tata ruang menjadi pedoman
untuk pengelolaan kawasan hutan, pemukiman, pertanian, dan kegiatan ekonomi lainnya.
b. Kawasan Hutan di DAS Seruyan
Kawasan hutan di DAS Seruyan memiliki berbagai fungsi, termasuk:

● Konservasi: Hutan berfungsi sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati, menjaga

habitat flora dan fauna, serta melestarikan spesies yang terancam punah.

● Sumber Ekonomi: Hutan menjadi sumber daya bagi masyarakat lokal, menyediakan

kayu, bahan pangan, dan produk hutan lainnya. Pengelolaan yang baik dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.

● Pengaturan Iklim: Hutan berperan dalam pengaturan iklim lokal dengan menyerap karbon

dioksida, mempengaruhi pola curah hujan, dan menjaga keseimbangan suhu.

● Kualitas Air: Hutan berfungsi sebagai daerah resapan air, membantu menjaga kualitas

dan ketersediaan air tanah, serta mengurangi risiko banjir dan erosi.
c. Penggunaan Kawasan Hutan
Penggunaan kawasan hutan di DAS Seruyan meliputi beberapa kegiatan:

● Pertanian dan Perkebunan: Banyak lahan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian dan

perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, dan komoditas pertanian lainnya. Praktik ini
sering dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan, sehingga bisa
mengakibatkan deforestasi dan kerusakan ekosistem.

● Penambangan: Aktivitas penambangan, termasuk penambangan ilegal (PETI), sering kali

dilakukan di kawasan hutan. Kegiatan ini dapat merusak lingkungan dan mengganggu
ekosistem.

● Wisata Alam: Potensi kawasan hutan untuk kegiatan wisata, seperti ekowisata, juga

semakin meningkat. Wisata alam dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat
sekaligus mendorong pelestarian hutan.

70
RPDAS Seruyan 2024

d. Tantangan dalam Tata Ruang dan Penggunaan Kawasan Hutan


Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan tata ruang dan penggunaan kawasan
hutan di DAS Seruyan antara lain:

● Konflik Penggunaan Lahan: Ketidaksesuaian antara kebutuhan masyarakat dan

penggunaan lahan yang ada dapat menyebabkan konflik. Misalnya, antara pengusaha
perkebunan dan masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka.

● Deforestasi: Aktivitas pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, serta

penambangan, menyebabkan penurunan luas hutan, yang berpengaruh negatif terhadap


keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem.

● Kurangnya Penegakan Hukum: Penegakan hukum yang lemah terhadap aktivitas ilegal,

seperti penebangan liar dan penambangan ilegal, mengakibatkan kerusakan yang lebih
besar pada kawasan hutan.

● Perubahan Iklim: Dampak perubahan iklim mempengaruhi pola curah hujan dan suhu,

yang dapat berdampak pada keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan kawasan hutan.
e. Rekomendasi untuk Pengelolaan yang Berkelanjutan
Untuk memastikan pengelolaan tata ruang dan penggunaan kawasan hutan yang berkelanjutan
di DAS Seruyan, beberapa langkah yang bisa diambil adalah:

● Perencanaan Tata Ruang yang Terintegrasi: Mengembangkan rencana tata ruang yang

terintegrasi antara penggunaan lahan, konservasi hutan, dan pembangunan ekonomi.


Rencana ini harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat
lokal.

● Penguatan Kebijakan dan Regulasi: Meningkatkan penegakan hukum terkait pengelolaan

kawasan hutan dan penggunaan lahan, serta memastikan bahwa semua kegiatan ekonomi
memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan.

● Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat: Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada

masyarakat tentang pengelolaan hutan yang berkelanjutan, serta melibatkan mereka


dalam proses pengambilan keputusan terkait penggunaan lahan.

● Rehabilitasi Hutan: Melakukan program rehabilitasi untuk memulihkan kawasan hutan

yang telah mengalami deforestasi, termasuk penanaman kembali pohon-pohon lokal dan
pengembalian fungsi ekosistem.

● Promosi Ekowisata: Mengembangkan ekowisata sebagai alternatif ekonomi yang dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus mempromosikan pelestarian hutan.


f. Kesimpulan
Tata ruang dan penggunaan kawasan hutan di DAS Seruyan memiliki peran yang sangat penting
dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan. Dengan pendekatan yang

71
RPDAS Seruyan 2024

berkelanjutan dan melibatkan semua pemangku kepentingan, tantangan yang dihadapi dapat
diatasi untuk mencapai tujuan konservasi dan pembangunan yang seimbang. Upaya kolaboratif
antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menjaga keindahan
dan keberlanjutan DAS Seruyan.

72
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.7 Peta Rencana Pola Ruang di DAS Seruyan

73
RPDAS Seruyan 2024

Gambar 4.8 Peta Pemanfaatan Hutan di DAS Seruyan

4.2.9 Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Alam

74
RPDAS Seruyan 2024

Konflik pemanfaatan sumber daya alam di DAS Seruyan merupakan isu yang kompleks dan
sering kali melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda. Konflik ini dapat terjadi
antara masyarakat lokal, pemerintah, dan perusahaan yang terlibat dalam eksploitasi sumber daya
alam, seperti hutan, lahan pertanian, dan sumber daya mineral. Berikut adalah penjelasan mengenai
penyebab, dampak, serta langkah-langkah untuk mengatasi konflik pemanfaatan sumber daya alam di
DAS Seruyan.
a. Penyebab Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Beberapa penyebab utama konflik pemanfaatan sumber daya alam di DAS Seruyan meliputi:

● Perbedaan Kepentingan: Masyarakat lokal seringkali memiliki kepentingan dalam

mempertahankan hak atas tanah dan sumber daya alam untuk kehidupan mereka,
sementara perusahaan dan pemerintah mungkin memiliki kepentingan dalam eksploitasi
untuk keuntungan ekonomi.

● Ketidakjelasan Status Tanah: Ketidakpastian mengenai hak kepemilikan dan batasan

lahan dapat memicu sengketa antara masyarakat dan perusahaan. Banyak lahan yang
memiliki kepemilikan tumpang tindih antara masyarakat adat dan perusahaan.

● Praktik Penebangan Hutan Ilegal: Aktivitas penebangan liar yang dilakukan oleh pihak

tertentu dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat yang bergantung pada hutan,
sehingga menimbulkan konflik.

● Kegiatan Pertambangan: Penambangan ilegal (PETI) dan aktivitas pertambangan yang

dilakukan oleh perusahaan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan yang


merugikan masyarakat sekitar, mengakibatkan ketegangan antara pemangku kepentingan.

● Kebijakan dan Regulasi yang Lemah: Kebijakan yang tidak konsisten atau kurangnya

penegakan hukum dapat menyebabkan penyalahgunaan hak atas sumber daya alam,
sehingga memperburuk konflik.
b. Dampak Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Konflik pemanfaatan sumber daya alam dapat memiliki berbagai dampak negatif, antara lain:

● Kerugian Ekonomi bagi Masyarakat: Ketegangan antara pihak-pihak yang berkonflik

dapat mengganggu mata pencaharian masyarakat, seperti pertanian dan perikanan, yang
bergantung pada sumber daya alam.

● Kerusakan Lingkungan: Aktivitas yang dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak

lingkungan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem, penurunan kualitas tanah,


pencemaran air, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

● Kesehatan Masyarakat: Konflik dapat memicu ketidakamanan dan stres dalam komunitas,

yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental masyarakat.

75
RPDAS Seruyan 2024

● Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Dalam beberapa kasus, konflik dapat mengarah pada

pelanggaran hak asasi manusia, seperti penggusuran paksa, intimidasi, dan kekerasan
terhadap masyarakat lokal.
c. Langkah-Langkah Mengatasi Konflik
Untuk mengatasi konflik pemanfaatan sumber daya alam di DAS Seruyan, beberapa langkah
yang dapat diambil antara lain:

● Dialog dan Mediasi: Mengadakan dialog antara semua pemangku kepentingan untuk

mencari solusi yang saling menguntungkan. Proses mediasi dapat membantu meredakan
ketegangan dan mencapai kesepakatan.

● Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan

terkait pemanfaatan sumber daya alam. Partisipasi masyarakat sangat penting untuk
memastikan bahwa kepentingan mereka diperhatikan.

● Peningkatan Penegakan Hukum: Memperkuat penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal,

seperti penebangan liar dan penambangan ilegal. Pemerintah harus memastikan bahwa
peraturan yang ada diimplementasikan secara efektif.

● Penguatan Kebijakan dan Regulasi: Mengembangkan kebijakan yang adil dan transparan

terkait pengelolaan sumber daya alam. Kebijakan harus mempertimbangkan aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan.

● Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak mereka

dan pentingnya keberlanjutan lingkungan. Program pendidikan dapat membantu


masyarakat memahami konsekuensi dari eksploitasi sumber daya alam.

● Restorasi dan Rehabilitasi Lingkungan: Melakukan program rehabilitasi untuk

memulihkan area yang terdegradasi akibat konflik pemanfaatan sumber daya alam, guna
mengembalikan fungsi ekosistem.
d. Kesimpulan
Konflik pemanfaatan sumber daya alam di DAS Seruyan merupakan masalah yang kompleks,
dengan berbagai faktor yang saling terkait. Untuk mencapai pengelolaan sumber daya alam
yang berkelanjutan, diperlukan pendekatan yang inklusif, melibatkan semua pemangku
kepentingan, serta penegakan hukum yang konsisten. Melalui dialog, pendidikan, dan
penguatan kebijakan, diharapkan konflik dapat diminimalkan, sehingga masyarakat dapat hidup
harmonis dengan lingkungan dan sumber daya alam yang ada.

4.2.10 Permasalahan Hulu dan Hilir


Permasalahan di hulu dan hilir DAS (Daerah Aliran Sungai) Seruyan memiliki dampak yang
signifikan terhadap kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan yang tidak tepat di

76
RPDAS Seruyan 2024

salah satu sisi dapat mempengaruhi sisi lainnya, sehingga diperlukan pemahaman yang komprehensif
mengenai isu-isu ini. Berikut adalah penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi di hulu dan hilir
DAS Seruyan, serta implikasinya.
a. Permasalahan di Hulu DAS Seruyan
Di bagian hulu DAS Seruyan, permasalahan utama yang sering dihadapi meliputi:

● Deforestasi dan Degradasi Hutan: Aktivitas penebangan liar dan konversi hutan menjadi

lahan pertanian atau perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, mengakibatkan
hilangnya tutupan vegetasi. Hal ini berkontribusi pada erosi tanah dan penurunan kualitas
tanah.

● Penggunaan Pupuk dan Pestisida Berlebihan: Pertanian yang intensif sering kali

menggunakan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, yang dapat mencemari tanah
dan air. Runoff dari lahan pertanian dapat membawa bahan kimia ini ke sungai,
mempengaruhi kualitas air.

● Konflik Pemanfaatan Sumber Daya: Perbedaan kepentingan antara masyarakat lokal,

perusahaan, dan pemerintah mengenai pemanfaatan lahan dapat memicu konflik.


Misalnya, masyarakat yang bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka sering kali
terancam oleh aktivitas perusahaan.

● Keterbatasan Akses terhadap Sumber Daya: Masyarakat lokal sering kali mengalami

kesulitan dalam mengakses sumber daya alam yang mereka butuhkan, akibat kebijakan
yang tidak berpihak pada mereka atau perambahan lahan oleh pihak lain.
b. Permasalahan di Hilir DAS Seruyan
Di bagian hilir, beberapa masalah yang signifikan mencakup:

● Pencemaran Air: Aktivitas industri, pertanian, dan pemukiman di hulu dapat

menyebabkan pencemaran sungai di hilir. Limbah domestik, limbah industri, dan run-off
pupuk dan pestisida dapat mencemari kualitas air, berdampak pada kesehatan masyarakat
dan ekosistem.

● Sedimentasi: Erosi tanah yang terjadi di hulu dapat menyebabkan sedimentasi di hilir.

Sedimentasi yang berlebihan dapat mengurangi kedalaman sungai, memperbesar risiko


banjir, dan merusak habitat akuatik.

● Banjir dan Kekeringan: Perubahan pola curah hujan akibat deforestasi dan perubahan

iklim dapat menyebabkan banjir di hilir saat musim hujan dan kekeringan saat musim
kemarau. Ketidakseimbangan ini berdampak pada pertanian dan ketersediaan air.

● Pengurangan Habitat: Pencemaran dan perubahan aliran sungai dapat mengurangi habitat

alami bagi flora dan fauna. Hilangnya habitat ini dapat mengancam spesies yang
tergantung pada ekosistem sungai yang sehat.

77
RPDAS Seruyan 2024

c. Implikasi Permasalahan Hulu dan Hilir


Permasalahan yang terjadi di hulu dan hilir DAS Seruyan saling terkait dan memiliki implikasi
yang jauh lebih besar, termasuk:

● Kesehatan Masyarakat: Pencemaran air dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti

penyakit saluran pencernaan dan penyakit kulit. Kualitas air yang buruk dapat
mempengaruhi ketersediaan air bersih bagi masyarakat.

● Kesejahteraan Ekonomi: Penurunan produktivitas pertanian akibat pencemaran dan banjir

dapat berdampak pada pendapatan masyarakat yang bergantung pada pertanian dan
sumber daya alam lainnya.

● Kerusakan Ekosistem: Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh masalah di hulu dan

hilir dapat mengancam keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem, yang pada
gilirannya mempengaruhi keberlanjutan sumber daya alam.
d. Upaya Pengelolaan Terpadu
Untuk mengatasi permasalahan di hulu dan hilir DAS Seruyan, diperlukan pendekatan
pengelolaan yang terpadu, termasuk:

● Restorasi Hutan: Melakukan program rehabilitasi hutan untuk memulihkan area yang

telah terdegradasi, guna memperbaiki fungsi ekosistem dan mengurangi erosi.

● Pengelolaan Sumber Daya Berkelanjutan: Menerapkan praktik pertanian dan perkebunan

yang berkelanjutan untuk mengurangi pencemaran dan dampak negatif terhadap


lingkungan.

● Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya

alam dan pengambilan keputusan terkait pemanfaatan lahan.

● Monitoring dan Penegakan Hukum: Memperkuat pengawasan terhadap aktivitas yang

dapat merusak lingkungan dan menegakkan hukum untuk melindungi sumber daya alam.
5. Kesimpulan
Permasalahan di hulu dan hilir DAS Seruyan merupakan tantangan serius yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Dengan pendekatan yang terpadu dan partisipatif, diharapkan
kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan, serta keberlanjutan DAS
Seruyan dapat terjaga. Keberhasilan dalam mengatasi permasalahan ini akan bergantung pada
kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan.

4.2.11 Potensi dan Permasalahan Danau Sembuluh


Danau Sembuluh merupakan salah satu danau terbesar di Kalimantan Tengah yang kaya akan
potensi di berbagai sektor, termasuk pariwisata, ekowisata, perikanan, dan kebudayaan. Keindahan
alamnya menjadikannya daya tarik wisata yang besar, terutama untuk pengembangan ekowisata yang

78
RPDAS Seruyan 2024

berfokus pada pelestarian lingkungan. Aktivitas wisata seperti berperahu, memancing, pengamatan
burung, dan eksplorasi hutan di sekitar danau sangat potensial untuk menarik pengunjung, baik
wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu, kekayaan ekosistem Danau Sembuluh menawarkan
peluang besar bagi pengembangan sektor perikanan. Berbagai jenis ikan air tawar yang hidup di danau
ini menjadi sumber utama penghidupan bagi masyarakat setempat, yang sebagian besar bergantung
pada perikanan sebagai mata pencaharian utama.
Dari segi budaya, masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Sembuluh, terutama dari suku
Dayak, memiliki adat dan tradisi yang khas. Ritual dan upacara adat yang berkaitan dengan air serta
lingkungan sekitar danau merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik pada wisata
budaya. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata, wisatawan tidak hanya bisa
menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan pengalaman budaya yang otentik dan mendalam.

Gambar 4.9 Danau Sembuluh

Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, Danau Sembuluh juga menghadapi berbagai
tantangan lingkungan dan sosial. Danau ini mengalami pencemaran air yang signifikan akibat limbah
domestik dan aktivitas industri, termasuk limbah dari perkebunan dan perusahaan yang beroperasi di
sekitarnya. Pencemaran ini berdampak langsung pada kualitas air dan kesehatan ekosistem, yang
mengancam keberlangsungan kehidupan flora dan fauna di dalam danau. Selain itu, kerusakan
ekosistem terjadi akibat erosi tanah, yang diperburuk oleh penggundulan hutan di sekitar kawasan
danau. Tanpa upaya pelestarian yang terintegrasi, ekosistem Danau Sembuluh berisiko mengalami
penurunan kualitas lingkungan yang serius.
Masalah lain yang dihadapi Danau Sembuluh adalah konflik lahan antara masyarakat lokal,
perusahaan, dan pemerintah. Banyak masyarakat yang merasa bahwa pengelolaan lahan dan akses
terhadap sumber daya di sekitar danau sering kali tidak berpihak kepada kepentingan mereka.
Ketidakseimbangan dalam distribusi lahan dan sumber daya menyebabkan ketegangan yang
mengancam stabilitas sosial di kawasan tersebut. Konflik ini menyoroti perlunya pendekatan yang
lebih inklusif dan berbasis masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di sekitar Danau
Sembuluh.

79
RPDAS Seruyan 2024

No Kategori Potensi Permasalahan


Danau Sembuluh memiliki potensi besar untuk
Pencemaran air dan kerusakan ekosistem
Pariwisata dan menjadi destinasi pariwisata dan ekowisata
1 mengurangi daya tarik wisata dan
Ekowisata dengan pemandangan alam yang indah dan
membahayakan keberlanjutan ekowisata.
aktivitas perahu.
Danau Sembuluh merupakan habitat berbagai
Erosi tanah dan sedimentasi akibat kerusakan
Keanekaragaman spesies flora dan fauna, termasuk ikan endemik
2 ekosistem mengancam keanekaragaman hayati
Hayati dan burung air, yang berpotensi untuk konservasi
dan habitat alami di sekitar danau.
dan penelitian ilmiah.
Potensi perikanan air tawar yang dapat
Penangkapan ikan berlebih dengan metode yang
Perikanan dimanfaatkan oleh penduduk lokal melalui
3 tidak ramah lingkungan menyebabkan penurunan
Tradisional metode budidaya yang lebih modern dan ramah
populasi ikan dan menurunkan hasil tangkapan.
lingkungan.
Danau Sembuluh berfungsi sebagai sumber air
Penurunan kualitas air akibat sedimentasi dan
Sumber Air dan penting untuk kebutuhan masyarakat, pertanian,
4 pencemaran dari aktivitas perkebunan
Pengairan dan perkebunan, yang bisa mendukung sistem
mengganggu akses air bersih dan irigasi.
pengairan berkelanjutan.
Potensi untuk meningkatkan kesadaran Limbah domestik, limbah pertanian, dan
Ekosistem dan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan aktivitas ilegal seperti penebangan hutan
5
Lingkungan melalui program-program konservasi dan mengakibatkan pencemaran dan kerusakan
ekowisata. ekosistem.
Potensi untuk pengembangan ekonomi lokal
Konflik pengelolaan lahan antara masyarakat,
Sosial dan melalui kegiatan pariwisata, perikanan, dan
6 perusahaan, dan pemerintah, serta kurangnya
Ekonomi pertanian yang berbasis pada keberlanjutan
akses masyarakat terhadap sumber daya alam.
lingkungan.
Tabel 4.3 Potensi dan Pemasalahan Danau Sembuluh
Sumber : Hasil Analisis Tim, 2024

Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya, Danau
Sembuluh memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata terpadu. Upaya tersebut
tidak hanya akan memberikan dampak ekonomi yang positif, tetapi juga membantu dalam pelestarian
alam dan budaya di kawasan tersebut, menjadikan Danau Sembuluh sebagai ikon pariwisata
berkelanjutan di Kalimantan Tengah.

4.2.12 Integrasi Isu/Permasalahan DAS Seruyan


Integrasi permasalahan di DAS Seruyan menjadi penting untuk memahami berbagai isu
kompleks yang terjadi dalam pengelolaan wilayah ini. Berdasarkan kebijakan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kehutanan P.61/Menhut-II/2014, isu-isu di DAS Seruyan mencakup beberapa
kategori utama, yaitu lahan kritis, kondisi habitat, sedimentasi, kualitas air, penggunaan air tanah dan
air permukaan, daerah rawan bencana, masalah sosial ekonomi, kelembagaan, tata ruang, penggunaan
lahan, serta permasalahan antara wilayah hulu dan hilir . Berikut tabel disajikan terkait intergasi
isu/permasalahan DAS Seruyan.

80
RPDAS Seruyan 2024

Tabel 4.4 Hasil Integrasi Isu/Permasalahan di DAS Seruyan

Sumber : Hasil Analisis Tim, 2024

Secara keseluruhan, DAS Seruyan memerlukan pendekatan pengelolaan terpadu dan kolaboratif
antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan memperhatikan isu-isu di
atas, pengelolaan DAS yang berkelanjutan dapat membantu melestarikan ekosistem, mendukung
kehidupan masyarakat lokal, dan meminimalkan dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap
lingkungan. Pendekatan berbasis ekosistem, tata kelola air yang berkelanjutan, serta penguatan
kapasitas kelembagaan menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan ini.

4.2.13 Identifikasi Aktor


Peran multistakeholder dalam pengelolaan DAS Seruyan adalah elemen kunci yang
menciptakan sinergi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam sekaligus menjaga
kelestariannya. Setiap aktor, baik pemerintah, masyarakat, perusahaan, LSM, akademisi, maupun
pihak internasional, membawa keahlian dan kepentingan yang berbeda namun saling melengkapi.
Kolaborasi antarpemangku kepentingan ini memungkinkan pengembangan strategi pengelolaan yang
menyeluruh, efektif, dan berkelanjutan. Berikut hasil identifikasi aktor sebagai berikut:

1. BAPPEDALITBANG (BAPP) 8. Pemerintah Pusat (PP) KLHK


2. BPBPK (BPBPK) 9. Sekretariat Daerah (SETDA)
3. Dinas Kehutanan (DISHUT) 10. Dinas PUPR (PUPR)

81
RPDAS Seruyan 2024

4. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) 11. Perusahaan Swasta (SWASTA)


5. Dinas Pariwisata (DISPAR) 12. Perguruan Tinggi (UNIV)
6. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa 13. Pemangku Kepentingan Tapak (PKT)
(DPMD) 14. Kelompok Masyarakat (KM)
7. Pemangku Kepentingan Kabupaten
(PKK)

Gambar 4.10 Identifikasi Aktor

Melalui pemahaman yang mendalam mengenai peran dan prioritas masing-masing aktor,
multistakeholder dapat bekerja sama untuk menangani isu utama di DAS Seruyan, seperti degradasi
lahan kritis, sedimentasi, kualitas air, konflik lahan, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Kolaborasi ini tidak hanya akan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati dan stabilitas
lingkungan, tetapi juga menciptakan model pengelolaan DAS yang dapat meningkatkan kesejahteraan
sosial-ekonomi dan kualitas hidup masyarakat lokal.

4.3 Rumusan Permasalahan


Pengelolaan DAS adalah pengelolaan vegetasi, tanah, dan sumber daya alam air, untuk manfaat
maksimal dan berkelanjutan. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia untuk mengendalikan hubungan
timbal balik antara sumber daya alam dan manusia serta segala aktivitasnya di dalam DAS.
Pengelolaan DAS adalah pengelolaan sumberdaya alam vegetasi, tanah dan air, agar dapat
memberikan manfaat secara maksimal dan berkesinambungan. Pengelolaan DAS merupakan upaya
manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia dan

82
RPDAS Seruyan 2024

segala aktifitasnya di dalam DAS. Rumusan permasalahan yang menjadi tujuan Pengelolaan DAS
adalah:
1. Masalah sosial ekonomi dan kelembagaan, seperti masalah pertanian, perkebunan, industri,
aksesibilitas lokasi, penambangan ilegal, dan perburuan satwa
2. Lahan kritis yang rentan terhadap degradasi dan kerusakan.
3. Kondisi habitat yang memprihatinkan dan perlu dijaga agar tetap lestari.
4. Sedimentasi dan bencana banjir yang dapat menyebabkan kerugian besar.
5. Kualitas air yang terancam oleh pencemaran atau polusi.
6. Penggunaan air tanah yang perlu dikelola secara bijaksana.
7. Ancaman bencana kebakaran yang perlu diwaspadai dan dikelola dengan baik.
8. Tata ruang dan penggunaan kawasan hutan yang harus diperhatikan agar tetap berkelanjutan.
9. Permasalahan hulu dan hilir yang perlu diatasi agar berbagai dampak negatif dapat
diminimalkan.

Untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS, ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi tata guna
lahan, pelaksanaan konservasi sumber daya air, pengelolaan lahan dan vegetasi, pengembangan dan
pengelolaan sumber daya alam, pengembangan, serta pemberdayaan masyarakat dan pengembangan
lembaga pengelolaan DAS.

83

Anda mungkin juga menyukai