Nispi, Rizky, Rizqika_3b-Tki_laprak Anaerob
Nispi, Rizky, Rizqika_3b-Tki_laprak Anaerob
Nispi, Rizky, Rizqika_3b-Tki_laprak Anaerob
PENGOLAHAN ANAEROBIK
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh mata
kuliah Praktikum Pengelolaan Limbah Industri
Disusun Oleh :
Nispi Yuliani 221411054
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan dan
konsentrasi kandungan organik (COD) dalam efluen setelah percobaan
berlangsung selama seminggu
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam reaktor
3. Mempersiapkan nutrisi dalam umpan bagi mikroorganisme pendegradasi air
limbah
4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%)
kandungan bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh
mikroorganisme dalam reaktor terhadap kandungan bahan organik mula-mula
5. Menghitung total gas yang dihasilkan setelah proses berjalan selama seminggu
untuk mengetahui efisiensi pembentukan gas.
Gambar 1. Skematis empat tahapan reaksi degradasi air limbah secara anaerobik
Skema susunan peralatan Pengolahan Anaeroik Dua Tahap dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema susunan peralatan Pengolahan Anaerobik Dua Tahap
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Data Sampel Reaktor Anaerobik
pH = 5,77
Suhu = 27,9 0C
= 960 mg O2/L
= 27.535 mg/L
(𝑐−𝑑)
• VSS = 𝑥 106
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(45,0301−43,9300)𝑔 1000 𝑚𝐿 1000 𝑚𝑔
= × ×
40 𝑚𝐿 1𝐿 1𝑔
= 27.502,5 mg/L
• FSS = TSS – VSS
= 27.535 - 27.502,5 mg/L
= 32,5 mg/L
= 79,17%
= 4.687,5 mg
= 4,6875 gram
= 20,5645 gram
1
Massa KH2PO4 yang harus ditimbang = 100 × 41,1290 𝑔
= 0,2056 gram
1000 1000
COD (mg/L)
800 800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (hari)
380+400+390
Rata-Rata COD = = 390 mg O2/L
3
1200+1200+1200
Rata-Rata MLVSS = = 1200 mg/L
3
VII. PEMBAHASAN
• Nispi Yuliani (221411054)
Pengolahan limbah cair secara anaerobik merupakan suatu proses
pengolahan dengan menggunakan cara biologis yang berlangsung tanpa adanya
oksigen. Pengolahan secara anaerobik ini memanfaakan aktivitas dari
mikroorganisme atau metabolisme sel untuk mendegradasi substrat dari senyawa
organik yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme mengoksidasi zat
organik di dalam air limbah untuk menghasilkan energi sebagai sumber
pertumbuhan dan metabolismenya (Sawyer et al., 2003).
Menurut Banihani (2009) proses pengolahan limbah secara anaerobik terbagi
menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut. Pertama, hidrolisis dimana merupakan
proses degradasi dengan enzim extra cellular menjadi molekul monomer lebih
sederhana. Bakteri anaerobik akan memecah molekul organik kompleks seperti
protein, lignin, lipit, dan selulosa menjadi molekul monomer yang lebih sederhana
yaitu seperti asam amino, glukosa, asam lemas dan gliserol. Setelah itu tahap
selanjutnya merupakan acidogenesis yang merupakan proses penguraian hasil
proses hidrolisis menjadi senyawa-senyawa alkohol dan asam volatil. Hasil dari
proses ini berupa asetik, propionik, asam lemak rantai pendek dan butirat, yang
merupakan asam organik, serta methanol, CO2 dan H2. Pembentukan asam ini
menyebabkan penurunan nila pH. Produk hasil hidrolisis digunakan sebagai substrat
oleh bakteri acidogen. Selanjutnya adalah proses acetogenesis yang merupakan
proses perubahan asam-asam volatil yang terbentuk di proses sebelumnya serta asam
organik menjadi asam asetat, asam formiat, H2 dan CO2. Hasil proses acetogenesis
selanjutnya digunakan oleh bakteri pembentuk metan (metanogen). Terakhir,
merupakan proses metanogenesis yang merupakan proses pembentukan gas metana
dan CO2 dari produk proses sebelumnya oleh mikroorganisme pembentuk metan
(metanogen). Proses ini cenderung membutuhkan waktu yang lama.
Tahap seeding dan aklimatisasi merupakan tahap awal dari proses
pengolahan secara biologi. Proses ini bertujuan agar mikroorganisme anaerobik yang
digunakan dalam proses degradasi dapat beradaptasi terlebih dahulu dengan limbah
yang akan diolah, sehingga mikroorganisme dapat bekerja sacara optimum (Rahayu,
2011).
Seeding dilakukan untuk mengembangbiakan atau menumbuhkan
mikroorganisme yang digunakan nantinya untuk proses pengolahan limbah. Pada
saat proses seeding beberapa pengukuran parameter yaitu pH, temperatur, COD dan
MLVSS. Pada proses seeding penambahan substrat bertujuan untuk memberi nutrisi
pada mikroorganisme agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Pemberian
nutrisi secara rutin ini dilakukan agar mikroorganisme dapat beradaptasi dengan
limbah yang akan diolah dalam proses selanjutnya.
Tahap aklimatisasi meruapakan tahap mengkondisikan mikroorganisme agar
dapat hidup dan melakukan penyesuain diri terhadap lingkungan baru. Pada proses
aklimatisasi mikroorganisme tidak diberikan nutrisi hingga konsentrasi COD turun
yang menandakan telah adanya aktivitas mikroorganisme. Proses aklimatisasi ini
dikatakan selesai ketika efisiensi penyisihan COD telah konstan dengan fluktuasi
yang tidak lebih dari 10% (Herald, 2010).
Dapat diperhatikan kurva MLVSS dan COD terhadap waktu dimana nilai
COD akan menurun sedangkan nilai MLVSS akan menaik dimana kedua nya akan
mencapai titik konstan atau kondisi tunak yang menandakan bahwa proses
aklimatisasi telah selesai, sehingga di dapat nilai MLVSS dan COD pada kondisi
tunak yaitu sebesar secara berturut-turut 1200 mg/L dan 390 O2/L. Dalam proses
aklimatisasi dilakukan selama 2 minggu dimana di dalam proses nya dilakukan
pengukuran berkala setiap harinya dari beberapa parameter yaitu pH, temperatur,
COD dan MLVSS.
Dapat diperhatikan suhu pada reaktor anaerobik yang di dapat yaitu 5,77oC.
Dimana pH optimum untuk proses anaerob yaitu 6,60 - 7,60 (Tchobanoglous, 2004).
Dari nilai pH yang di dapat, nilai pH yang di bawaah 6,60 ini akan mengakibatkan
penurunan efisiensi yang sangat cepat dan akan menghasilkan kondisi asam yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme metanogen (Rahayu, 2011).
Temperatur reaktor yang di dapat yaitu 27,9oC, dimana pada umumnya di
temperatur 25-35oC dapat mendukung laju reaksi biologis secara optimal dan
menghasilkan pengolahan yang lebih konstan atau stabil (Tchobanoglous, 2004).
Dapat diperhatikan melalui kurva MLVSS dan COD terhadap waktu dimana
nilai COD semakin lama akan tunak. Pada proses aklimatisasi nilai COD menjadi
batas penentu apakah suatu substrat sudah siap atau steady state untuk di terapkan
ke sistempengolahan limbah dengan kapasitas yang lebih besar. Kondisi tunak dan
tidak terjadi penurunan nilai COD ladi menandakan bahwa mikroorganisme dapat
beradaptasi dengan melakukan degradasi materi organik di dalam substrat, sehingga
mikroorganisme akan siap untuk melakukan proses anaerob.
Pada praktikum kali ini tidak melakukan proses aklimatisasi tetapi hanya
penentuan nilai COD dan MLVSS, yang dimana kedua parameter tersebut
merupakan parameter yang harus ditentukan saat proses aklimatisasi. COD awal
yang di dapat yaitu sebesar 960 mg O2/L dengan COD akhir yang di dapat yaitu 200
mg O2/L, sehingga di dapatkan efisiensi pengolahan sebesar 79,17%, dimana
efisiensi proses anaerob biasanya diatas 85%, sehingga masih bisa ditingkatkan
kembali dengan meninjau beberapa faktor. Di dapat juga nilai VSS yaitu sebesar
27.502,5 mg/L, dimana merupakan jumlah mikroorganisme, sedangkan nilai TTS
yang merupakan jumlah air limbah dan mikroorganisme ini di dapat sebesar 27.535
mg/L, sehingga zat non organik yang terkandung di dalam reaktor anaerobik saat ini
yaitu sebesar 32,5 mg/L.
VIII. KESIMPULAN
1. Nilai COD awal sebesar 960 mg O2/L dan COD akhir sebesar 200 mg O2/L.
2. Nilai MLVSS sebesar 27.502,5 mg/L.
3. Kebutuhan nutrisi untuk volume 10 L yaitu glukosa sebanyak 4,6875 gram;
KNO3 sebanyak 1,6909 gram; dan KH2PO4 sebanyak 0,2056 gram.
4. Efisiensi pengolahan sebesar 79,17%.
5. Total gas yang dihasilkan belum bisa ditentukan.
X. LAMPIRAN TUGAS
1. Buat kurva penurunan COD dan kenaikan MLVSS!
Jawab:
1000 1000
COD (mg/L)
800 800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (hari)
3. Apakah kondisi seperti ini sudah bisa dijalankan secara kontinyu (tahap
running)?
Jawab:
Tahap seeding sudah selesai karena telah tercapai kondisi tunak. Namun, tahap
running belum bisa dijalankan karena masih harus dilakukan tahap
aklimatisasi terlebih dahulu untuk adaptasi mikroorganisme.