Artikel Kel 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG (UMALA)

PROGRAM PASCASARJANA
Alamat : Jl. RA Kartini No.28, Purwosari, Kec. Metro Utara, Kota Metro, Lampung Website :
www.umala.ac.id / email : [email protected]

HAKIKAT PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

Fauzi Basri1, Urrohmah Luklu2, Saidi Ali Muhammad3


1,2,3, Program Studi, Pascasarjana Universitas Ma’arif Lampung (UMALA), Indonesia

Email:
Abstract
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,
karena dimana pun dan kapan pun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu
untuk membudayakan manusia. Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang
bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman.
Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna,
membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi berbudaya
dan bermoral. Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana dengan
melakukan pengumpulan data-data yang mencantumkan kalimat-kalimat didalamnya, dengan
melakukan analisis mengenai klasifikasi filsafat. Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan
yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil,
manusia utuh atau kaffah. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran,
pembelajaran (ta‟lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib), dan tadrib
(latihan) dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian
dan sosial

Keywords:
Pendidikan, Ta’lim, Ta’did dan Tarbiyah

Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, karena dimana pun dan kapan pun di dunia terdapat pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Pendidikan berkaitan
erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai
perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan,
sosial, sampai kepada perkembangan iman. Perkembangan ini mengacu kepada
membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan
hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi berbudaya dan bermoral.
Di samping itu, pendidikan merupakan teras kepada pembangunan suatu
masyarakat dan negara. Tanpa pendidikan, masyarakat umumnya akan hidup
dalam kemunduran di samping akan menyebabkan keruntuhan moral yang
besar. Selaras dengan kepentingannya, maka pendidikan perlu dijadikan satu
agenda penting yang patut dilaksanakan mengikut landasan yang sewajarnya.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidikan hendaklah berlandaskan al-Quran
dan al-Sunnah yang didasari oleh tauhid dan keesaan Allah Swt. Kegagalan
untuk meletakkan al-Quran dan al-Sunnah dalam pendidikan Islam akan
menyebabkan kegagalan dalam membentuk manusia muslim yang komit
terhadap tuntutan agama.
Oleh karena itu, umat Islam masa kini disarankan untuk kembali kepada
ajaran Islam yang sebenar-benarnya dengan menekankan dan menghidupkan
kembali elemen pendidikan Islam dalam sistem pendidikan kita pada hari ini.
Pendidikan boleh diibaratkan sebagai senjata yang sangat ampuh dalam
mematahkan serangan ideologi berbagai pihak yang berusaha untuk
menjatuhkan Islam sekaligus membentuk dan mewujudkan manusia yang baik
dan bertaqwa yang menyembah Allah dalam pengertian sebenar-benarnya,
membina kehidupan duniawinya menurut Syariah (undang-undang Islam) serta
mengamalkannya untuk tujuan mengukuhkan keimanannya
Maka pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang
menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakkan konsep-konsep
pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia
dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan
itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna
dasar dan karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam
dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan aksi sebagai buah. Makalah singkat ini
mencoba mengungkap makna hakikat pendidikan, dan usur-unsur dalam pendidikan
Metode
Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana dengan
melakukan pengumpulan data-data yang mencantumkan kalimat-kalimat didalamnya,
dengan melakukan analisis mengenai klasifikasi filsafat. Jenis penelitian yang dilakukan
penulis adalah penelitian studi kepustakaan 1 (library research). Dari metode ini
pengumpulan data dengan melakukan penambahan terhadap buku, literatur, serta
catatan mengenai yang berkaitan dengan masalah yang akan di bahas.

Hasil dan Pembahasan (Times New Roman, size 12)


A. Hakikat Pendidikan
Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang hakikat pendidikan, terlebih dahulu
penulis mengemukakan beberapa variabel terkait dengan pendidikan itu sendiri
sebagai berikut:
1. Definisi dan Konsep Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu

1
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 7
masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena
itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun
anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan
dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare,
yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah,
mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah
kepribadian sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan
pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan
Educere.( M.R. Kurniadi,STh;1)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran. 3 Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses
pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
a. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan, menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education”
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pedagogy:
a) The art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi
sebagai pengajar (pengajaran)
b) The sistematized learning or instruction concerning principles and
methods of teaching and of student control and guidance; lagerly
replaced by the term of education. “ilmu yang sistematis atau pengajaran
yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar
pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas diartikan dengan
istilah pendidikan”
2) Education:
a) Proses perkembangan pribadi;
b) Proses sosial;
c) Profesional cources;
d) Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun
yang diwarisi/dikembangkan generasi bangsa.
Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil dari Rabba
yang bermakna memelihara mengurus, merawat, mendidik. Dalam literatur-
literatur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam macam definisi
yang intinya sama mengacu pada proses 4 pengembangan potensi yang
dianugrahkan pada manusia. Definisi-definisi itu antara lain sebagai berikut:
1) Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa
yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa
dewasa dan mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. (Ath-Thabari 67)
2) Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang,
kelembutan hati, perhatian bijak dan menyenangkan; tidak
membosankan.( Al-Maraghi, Juz V; 34)
3) Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan
dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
4) Tarbiyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan
metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Fathul Bari Jilid I; 162 )
5) Tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan,
penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk,
bimbingan, penyempurnaan dan perasaan memiliki terhadap anak didik.
(Al-Maraghi jilid III: 79).
Dalam definisi definisi di atas tersirat unsur-unsur pembelajaran yaitu ta‟lim
dan tadris (Instruction ) tahdib dan ta‟dib (penanaman akhlak mulia) dan Tadrib
(Taining – pelatihan).
b. Tinjauan Terminologis
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian Pendidikan :
1) Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter),pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa
tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-
anak yang kita didik selaras dengan dunianya “. Beliau lebih lanjut
mejelaskan bahwa pendidikan harus mengtamakan aspek-aspek berikut:
a) Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya
keadaan
b) Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang
oleh karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat
prikehidupan sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya
semua usaha dan daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.
c) Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha
dan daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh
zaman dan tempat.; oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.
d) Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita
mempelajari zaman yang telah lalu
e) Pengaruh baru diperoleh karena bercampurgaulnya bangsa yang satu
dengan yang lain,percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi
disebabkan adanya hubungan modern.Haruslah waspada dalam memilih
mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup kita dan mana yang
akan merugikan. Itulah diantara pikiran- pikiran beliau yang sangat sarat
dengan nilai.
2) Menurut buku “Higher Education For America Democracy”: Education is an
institution of civilized society, but the purposes of education are not the same
in all societies, an educational system finds it‟s the guiding principles and
ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in which it
functions (11: 5)
“pendidikan alah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab,
tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem
pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya
didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai) cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam
suatu masyarakat (bangsa)”.
3) Menurut Prof. Richy dalam buku “Planing for Teaching and Introduction to
Education”: The term “education” refers to the broad function of preserving
and inproving the life of the group through bringing new members into its
shared concerns. Education is thus a far broader process thah that which
accurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties
continue to exist in complex communicaties this function is specialized and 6
institutionalized in formal education, but there is always the education outside
the school with wich the formal process in related (12: 489)
“Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu bangsa (masyarakat) terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan
tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses
yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja.
Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan
masyarakat yang kompleks dan modern. Fungsi pendidikan ini mengalami
proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap
berhubungan dengan proses pendidikan formal di luar sekolah.
4) Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education”: The word “education”
is used, sometimes in a wider, sometimes in a narrower, sense. In the wider
sense, all experienceis said to the educative and life is education and
education is life. “Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam
pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas
pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup
adalah pendidikan atau pendidikan adalah hidup”. In the narrower sense
“education is restricted to that function of the community which consists in
passing in its traditions its background and its outlook to the members of the
rising generation. “Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan
dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan
adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup
masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya.
5) Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education”:
“Education should be thought of as the process of mans reciprocal adjusment
to nature to his follows and to the ultimates nature of the cosmos. “Pendidikan
diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam
penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Education
is the organized development and equipment of all the power of human being,
moral, intellectual, and physical, by and for their individual and social uses,
directed to word the union of these activities with their creator as their final
end. “Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan
kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani
oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang
diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan
hidupnya”.(The Internet,http.www.Wikipedia Pendidikan com)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003: 4) diungkapkan bahwa, “Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.
Dalam konteks Islam pula, pendidikan merupakan satu pelajaran atau pendidikan
bagi kognitif, fizikal dan roh untuk melahirkan insan yang berperikemanusiaan.
Definisi falsafah ini merujuk kepada pembentukan individu sehingga menjadi seorang
manusia yang benar-benar sempurna bukan saja dari segi pertambahan ilmu bahkan
dari segi pembentukan akhlak dan rohani (Kurshid 1975). Menurut Thoha (1996),
pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dan tujuan serta teori-teorinya
dibangun untuk melaksanakan praktik pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
Islam yang terkandung dalam al-Quran dan hadis Nabi. Al-Attas (1992) pula
memberikan pengertian bahawa pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan oleh
pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang
benar dari segala sesuatu dari aturan penciptaan sehingga membimbing mereka ke arah
kebaikan.
Walau bagaimanapun, Islam tidaklah melihat pendidikan dari skop yang sempit,
ia tidak terbatas kepada pendidikan duniawi semata-mata bahkan meliputi dua
lapangan yaitu di dunia dan akhirat. Dalam konteks ini, Ibn Khaldun (2000) telah
membagi ilmu kepada dua bahagian yang utama. Pertama, ilmu yang berbentuk fardhu
ain yang dituntut ke atas setiap orang supaya mengetahui dan mempelajarinya dalam
melaksanakan tuntutan agama seperti ilmu tauhid, fiqh, akhlak, akidah dan sebagainya;
yang kedua ialah ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang mesti ada pada sekumpulan
orang dalam masyarakat tanpa melihat kepada individu tertentu seperti ilmu
pertukangan, kemahiran, perniagaan, kedokteran, ekonomi, fizik, astronomi dan
sebagainya yang boleh mandatangkan manfaat kepada manusia. Ini membuktikan
bahwa agama Islam tidak mementingkan pencapaian intelektual yang tinggi semata-
mata bahkan perlu dilengkapi dengan kefahaman yang jelas mengenai agama Islam itu
sendiri untuk menghasilkan manusia yang cemerlang di dunia mahupun di akhirat.
Jelasnya pendidikan Islam dijadikan sebagai satu proses mengasuh dan mendidik,
membela, melatih, menyucikan, membaikkan, mengawal hawa nafsu, membentuk
ketaatan kepada Allah Swt membentuk sikap sopan dan beradab (mempunyai akhlak
yang baik) dan memadamkan semua sifat tercela yang ada dalam diri manusia. Semua
definisi ini memberikan pemahaman bahwa hampir keseluruhan pendidikan yang
dikehendaki dalam Islam ialah merujuk kepada pendidikan rohani manusia selaku
hamba Allah di muka bumi ini bagi memancarkan kejernihan akhlak dan budi pekerti
yang tinggi selain untuk perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri yang merupakan
medium yang amat penting dalam membangunkan ketamadunan manusia yang hidup
di dunia.
2. Hakikat Pendidikan
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak masih di dalam
kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama manusia itu hidup.
Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Pendidikan dilakukan baik secara sadar
maupun tidak sadar oleh manusia. Pendidikan sendiri digunakan sebagai alat untuk
bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU
No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Secara umum, pendidikan dilakukan semenjak manusia diciptakan. Pendidikan ini
merupakan pendidikan yang bersifat umum pada masyarakat. Pendidikan secara umum
didasarkan pada insting seorang manusia. Mendidik secara insting diikuti oleh mendidik
yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan
cara-cara dalam mendidik karena perkembangan pikirannya. Semakin maju
perkembangan pikiran, semakin pula variasi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Pendidikan mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan
manusia. Pendidikan bermaksud membuat manusia meningkatkan hidupnya dari
kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Pendidikan erat kaitannya dengan
membudayakan manusia. Membudayakan manusia sendiri merupakan proses atau
upaya meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau kelompok. Secara sederhana
adalah cara hidup yang dikembangkan oleh masyarakat.
Insting, pendidikan, dan kebudayaan saling berkatian. Insting dibawa oleh manusia
sejak lahir. Pendidikan dan kebudayaan didapat melalui proses pembelajaran yang
didasarkan pada insting itu sendiri. Pendidikan dan budaya berjalan bersama untuk
saling memajukan. Makin tinggi kebudayaan, makin tinggi pula pendidikan dan cara
mendidiknya. Pendidikan merupakan aspek dari kehidupan manusia dan ada dalam
kebudayaan akan tetapi, kebudayaan hanya bisa dibentuk melalui pendidikan. Oleh
karena itu, pendidikan diperlukan untuk membudayakan atau memanusiakan manusia.
B. Unsur-Unsur Pendidikan
Dalam pendidikan, suatu proses pendidikan melibatkan banyak hal, sehingga
terdapat unsur-unsur pendidikan. Dan dibawah ini adalah beberapa unsur
pendidikan :
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik atau subjek yang dibimbing.
Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta
didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia
ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna
memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Peserta didik adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No.
20 Thn 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
2. Orang yang membimbing (Pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu
yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru,
pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/organisasi.
Menurut pasal 39 ayat 2 UU RI No. 20 Thn 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
Pendidik memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agen of
change melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu , dengan adanya
sertifikasi diharapkan pendidik agar dapat lebih berperan aktif, efektif dan
professional. Antara lain persyaratan yang bisa dimiliki seorang guru
profesional:
a. Keterampilan Mengajar (Teaching Skills)
b. Berpengetahuan Banyak (Knowledgeable
c. Sikap Profesional (Professional Attitude)
d. Media / alat pembelajaran (Learning equipment)
e. Teknologi (Technologi)
f. Kurikulum (Curriculum)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan memanipulasikan isi, metode, serta alat-alat
pendidikan
4. Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka
menjadi keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya. Mendidik yang
baik adalah yang berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu hidup.
Hal ini terjadi apabila bentuk kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang
tepat. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat
mengakibatkan kesalahan/kekeliruan di dalam melaksanakan pendidikan.
Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Langeveld, 1995.)
Kekeliruan-kekeliruan mendidik adalah bentuk-bentuk kegiatan pendidikan
yang tujuannya tidak benar dan/atau cara pencapaiannya tidak tepat.
Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi nilai-nilai hidup
yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dan martabat manusia
sebagai pribadi, warga, dan hamba Allah. Macam-macam tujuan pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum. Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan umum
pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia
sempurna. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan akhir
pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai
anggota masyarakat (manusia sosial), dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan khusus adalah tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan
dengan keadaan tertentu dalam rangka untuk mencapai tujuan umum
pendidikan.
c. Tujuan tak lengkap adalah tujuan dari masing-masing aspek pendidikan.
d. Tujuan insidental adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara
mendadak, misal tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam
kehidupan sekolah.
e. Tujuan sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam
fase-fase tertentu dari pendidikan.
f. Tujuan perantara adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai
tujuan-tujuan lain. Misal mempelajari bahasa guna mempelajari literatur-
literatur asing
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik kepada
peserta didik dalam proses pendidikan. Contohnya materi pelajaran,
bimbingan dan konseling, pengayaan, dan bahan ajar. Isi pendidikan
berlandaskan pada tujuan pendidikan, terutama di Indonesia adalah tujuan
pendidikan nasional. Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah
diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian
tujuan.
Kriteria atau syarat utama dari isi pendidikan dan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan guru (pendidik) dalam pemilihan materi pelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
b. Bahan/materi penting untuk diketahui oleh peserta didik
c. Nilai praktis atau kegunaannya diartikan sebagai makna bahan itu
bagi kehidupannya sehari-hari
d. Bahan tersebut merupakan bahan wajib sesuai dengan tuntunan
kurikulum
e. Bahan yang susah diperoleh sumbernya perlu diupayakan untuk
diberikan oleh guru
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Alat yang preventif, adalah yang bermaksud mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan,
peringatan bahkan juga hukuman.
b) Alat yang kuratif, adalah bermaksud memperbaiki misalnya ajakan,
contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan,
bahkan juga hukuman.
Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.
b) Kesesuaian dengan peserta didik.
c) Kesesuaian dengan pendidik sebagai si pemakai.
d) Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat tersebut.
7. Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Pengaruh dari tri pusat pendidikan itu
sangat terasa dalam kehidupan peserta didik. Pengertian lingkungan
pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri
individu.
Para ahli membedakan jenis lingkungan pendidikan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
a) Lingkungan Alam, adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang
berada di luar diri anak yang selain manusia, seperti binatang,
tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, rumah, dan sebagainya.
b) Lingkungan Sosial, adalah semua manusia yang berada di luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya adalah teman
sekelas, tetangga, dan sebagainya.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan dibedakan atas:
a) Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil
orang karena hubungan semenda dan sedarah. Perkembangan dan aspirasi
individu maupun masyarakat, menyebabkan peran keluarga terhadap
pendidikan anak-anaknya juga mengalami perubahan. Keluargalah yang
utama berperan baik pada aspek pembudayaan, maupun penguasaan
pengetahuan dan keterampilan. Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk
melakukan pendidikan orang- seorang (pendidikan individual) maupun
pendidikan sosial. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun,
sebagai pengajar, dan pemberi contoh mengenai hal-hal yang baik bagi
anaknya
b) Sekolah
Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara
sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Karena kemajuan zaman
keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi
generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum
masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
c) Masyarakat
Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf
perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang
tersedia di dalamnya. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat
ditinjau dari tiga segi, yakni :
1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang
dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak
dilembagakan (jalur luar sekolah).
2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di
masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai
peran dan fungsi edukatif.
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
(by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat
bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya
memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk
meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik
dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang
tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya
Kesimpulan (Times New Roman, size 12)
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar
memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau
kaffah. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran
(ta‟lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib), dan tadrib
(latihan) dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi,
kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin ,
karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-
pisahkan antara ranah-ranaha tersebut
Adapun unsur-unsur pendidikan terdiri dari peserta didik, pendidik,
interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode, serta
lingkungan pendidikan. Yang mana dari unsur-unsur tersebut harus saling
berkesinambungan sehingga tujuan dan manfaat pendidikan dapat dicapai
secara optimal dan membanggakan.

Daftar Pustaka
Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal
Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: PT Radjagrafindo Persada
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
Suryadi, Didi. (2006). Upaya Meningkatkan Keprofesionalan Guru melalui Lesson
Study. Makalah, tidak diterbitkan.
Syamsudin, Abin. (2004). Kebutuhan Penelitian di Bidang Ilmu Pendidikan.
Makalah, tidak diterbitkan.
Nata Abuddin Prof.Dr.(2005) Filsafat Pendidikan Islam ;Gaya Media Pratama
Jakarta Ath-Thabari, Abu Ja‟far Muhamad Ibnu Jarir,Jami‟u‟l-bayanan
Ta‟wil ayi‟l-Quran, Beirut: Darul-Fikr, 1
http:///dika-kimia.blogspot.com/2011/11/unsur-unsur-pendidikan.html diakses
pada tanggal 13 oktober 2024 jam 11:25
http:///lembahsemut.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-pendidikan.html
diakses pada 18 Oktober 2024 jam 11:26
http:///sharinganswers.blogspot.com/2012/04/pendidikan-beserta-unsur-
unsurnya.html diakses 18 Oktober 2024 jam 10:11
http:///mawarmerahtakberdurii.wordpress.com/2012/12/07/hakikat-pendidikan/
diakses pada 18 oktober 2024 jam 10:24

Jurnal Ilmiah: 1 2
Buku: 3
Artikel Daring/Web Google:
Sumber Wawancara

Anda mungkin juga menyukai