Bab II-revisi
Bab II-revisi
Bab II-revisi
TINJAUAN PUSTAKA
1. Epidemiologi
per 100.000 penduduk pada tahun 1989 hingga 1995, dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk
2. Etiologi
Virus dengue yang merupakan penyebab DBD dibawa oleh nyamuk Aedes
yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Pada kasus sporadik,terjadi pada
3. Pathogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala seperti DD. Reaksi tubuh merupakan
reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda
akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu
diantara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan
4. Manifestasi Klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
5. Diagnosis
diagnosis dapat ditegakkan. Berikut ini adalah kriteria WHO (1997) untuk
6. Terapi
Demam Dengue
Medikamentosa:
Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus
Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat
suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan
Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah
perdarahan.
Fase demam
(Suhendro,2006).
15
Sp, serta memasukkan ikan-ikan pemakan jentik seperti ikan cupang, ikan
guppy, ikan nila dan sebagainya yang merupakan predator dan musuh
penampungan air adalah salah satu cara ampuh yang dianjurkan oleh
16
Abatisasi dapat diulang setiap 2-3 bulan sekali, walaupun beracun untuk
jentik nyamuk, namun abate tidak berbahaya bagi manusia (Wijana dan
Ngurah, 2008).
B. Aedes sp
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan
vektor utama demam berdarah adalah Aedes sp. Nyamuk Aedes sp badannya
nyamuk biasa. Nyamuk betina menggigit manusia dan nyamuk jantan hanya
tertarik pada cairan yang mengandung gula seperti bunga. Aedes sp biasanya
menggigit pada siang hari saja dan memiliki kebiasaan menggigit berulang
kali. Nyamuk ini lebih suka berkembangbiak di tempat perindukan dengan air
yang bersih dan terlindungi dari sinar matahari langsung (Sriasi G, 2000) .
Nyamuk Aedes sp terdapat pada daerah tropis dan subtropik di seluruh dunia
dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian wilayah kurang dari
1000 meter di atas permukaan air laut (WHO, 1997). Di Indonesia Aedes sp
tersebar luas meliputi semua provinsi yang ada. Penyebaran Aedes sp dari
1. Klasifikasi
2. Morfologi
Aedes dari Famili Culicidae. Aedes sp mempunyai dua subspesies yaitu Aedes
nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik-
2000). Nyamuk Aedes aegypti juga dikenal dari ciri morfologi yang spesifik
menyerupai gambaran kain kasa (Ridad dkk, 2009). Sedangkan larva Aedes
sp mempunya ciri – ciri, yaitu adanya corong udara pada segmen yang
kipas (Palmatus hairs), pada corong udara terdapat pectin, sepasang rambut
serta jumbai pada corong (siphon), pada setiap sisi abdomen segmen
bentuk individu dari comb scale seperti duri, dan pada sisi thorax terdapat
duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di
kepala.
larva yaitu Larva instar I berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada
belumjelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas. Larva instar II
menghitam. Larva instar III berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas
2002)
3. Siklus Hidup
yaitu dimulai dari telur - larva - pupa- dewasa. Nyamuk betina meletakkan
telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat
100 butir telur tiap kali bertelur (Sriasi dkk, 2000). Telur akan menetas dalam
waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 °C, sementara pada suhu 16 °C telur akan
menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan lama tanpa media air
dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan sampai berbulan-
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi
empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari
telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi
setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur
menetas. Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa
20
berlangsung selama 2-3 hari. Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur
hari ( Soedarto,1992).
4. Tempat Perkembangbiakan
ember.
sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas,
c. Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon, lubang
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang
5. Variasi Musiman
Populasi nyamuk Aedes sp mengalami peningkatan pada musim hujan. Hal ini
disebabkan pada musim hujan banyak tempat penampungan air alami yang
Aedes sp. Peningkatan populasi nyamuk Aedes sp pada musim hujan juga
disebabkan oleh menetasnya telur-telur nyamuk Aedes sp, yang pada musim
abiotik dan biotik. Menurut Barrera dkk. (2006) faktor abiotik seperti curah
dan pupa nyamuk menjadi imago. Demikian juga faktor biotik seperti
serangga air yang ada dalam kontainer itu juga berpengaruh terhadap siklus
hidup Aedes sp. Selain itu bentuk, ukuran dan letak kontener (ada atau
22
tidaknya penaung dari kanopi pohon atau terbuka kena sinar mata hari
Aedes sp. Suhu juga berpegaruh terhadap aktifitas makan, dan laju
perkembangan telur menjadi larva, larva menjadi pupa dan pupa menjadi
imago (Wu dan Chang, 1993). Faktor suhu dan curah hujan berhubungan
curah hujan itu mempunyai hubungan erat dengan laju peningkatan populasi.
Pada musim kemarau banyak barang bekas seperti kaleng, gelas plastik, ban
bekas, keler plastik, dan sejenisnya yang dibuang atau ditaruh tidak teratur di
tidur yang ada di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan. Ketika cuaca
berubah dari musim kemarau ke musim hujan sebagian besar permukaan dan
barang bekas itu menjadi sarana penampung air hujan. Bila di antara tempat
atau barang bekas itu berisi telur hibernasi maka dalam waktu singkat akan
menetas menjadi larva Aedes sp yang dalam waktu (9-12 hari) menjadi imago.
C. Temephos
1. Definisi
1970 untuk pengendalian larva nyamuk Aedes sp. dan aman bila
tersebut .
serangga.
dan binatang berdarah panas lainnya, tetapi sangat efektif terhadap larva
dianjurkan untuk larva nyamuk Aedes sp yaitu 0,1 g/L, temephos tidak
merubah bau, warna dan rasa, sehingga airnya dapat dipergunakan sebagai
dan berwarna kecolatan dalam larutan. Titik leleh dari temephos adalah
dan memiliki massa molekul 466,5 g / mol. Serta memiliki rumus molekul
3. Cara Kerja
mana sinyal akan dialirkan tempat ini ke otot atau serabut syaraf (neuron)
sebagai pembawa sinyal dan jika sudah tidak ada lagi sinyal yang akan
4. Toksisitas
a. Akut
(tikus)
25
betina)
tidak menunjukkan efek klinis. Tidak juga ditemukan efek klinis bermakna
5. Dosis
a. Dosis Diagnostik
b. Dosis Operasional
digunakan 1 ppm atau 10 gram untuk tiap 100 liter air (1 g/L) yang
1999).
26
DBD
adalah :
Soejadadi, 2009).