Askep Halusinasi Kep - Jiwa - Wulan
Askep Halusinasi Kep - Jiwa - Wulan
Askep Halusinasi Kep - Jiwa - Wulan
Oleh :
Wulan Apriani
402023119
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
A. Konsep Dasar Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar. Walaupun
tampak sebagai sesuatu yang "khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari
kehidupan mental penderita yang "teresepsi”(Yosep, 2010).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang disertai gangguan
respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-l, 2012).
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikosial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
3. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detail mengenai
karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
a) Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi Iebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang
bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita sehingga tidak jarang
penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
b) Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul
bersamaan dengan penurunan kesadaran, mcnimbulkan rasa takut akibat gambaran-
gambaran yang mengerikan.
c) Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium scsuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman
yang di anggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d) Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman. Penderita
merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik Iebih jarang dari halusinasi gustatorik.
e) Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit.
Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f) Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba.
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pad skizoprenia dengan waham kebesaran
terutama mengenai organ-organ.
g) Halusinasi Kinistetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya
bergerak-gerak. Misalnya “phantom phenomenom” atau tungkai yang diamputasi selalu
bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu
akibat pemakaian obat tertentu.
h) Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak
seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada
skizofrenia dan sindrom lobus parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah
dua.
2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti dalam
impian.
4. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua schizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan
atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spirltual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu:
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan impluls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga
jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang Iain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam
dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. la sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
7. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang
mengatakan bahwa situasi keamanan di otak normal dibombardir oleh aliran stimulus yang
berasal dari tubuh atau dari luar tubuh. Jika masukan akan terganggu atau tidak ada sama
sekali saat bertemu dalam keadaan normal atau patologis, materi berada dalam prasadar dapat
unconsicious atau dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa
halusinasi dimulai dengan keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena
kepribadian rusak dan kerusakan pada realitas tingkat kekuatan keinginan sebelumnya
8. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2010) tahapan halusinasi ada lima fase, yaitu:
Klien yang mengalami halusinasi sukar mengontrol diri dan susah berhubungan dengan orang lain.
Untuk itu, perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan
mengevaluasi perasaan sensitif sehingga memakai secara terapeutik dalam merawat klien. Dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien, perawat harus jujur, empati, terbuka dan penuh
Penghargaan, tidak larut dalam halusinasi klien dan tidak menyangkal.
1. Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian dan
petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi:
a. Identitas klien,
b. Keluhan utama atau alasan masuk,
c. Faktor predisposisi,
d. Aspek fisik atau biologis,
e. Aspek psikososial,
f. Status mental,
g. Kebutuhan persiapan pulang,
h. Mekanisme koping,
i. Masalah psikososial dan lingkungan,
j. Pengetahuan,
k. Aspek medik.
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini
diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang langsung
didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari hasil catatan
tim kesehatan lain sebagai data sekunder.
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
(Keliat & Akemat, 2009)
Persepsi:
Halusinasi: (Pendengaran, Penglihatan, Perabaan, Pengecapan, dan Penghidu)
Jelaskan :
Jenis Halusinasi : ........................................................................................................
Isi Halusinasi : ........................................................................................................
Waktu Halusinasi : ........................................................................................................
Frekuensi Halusinasi: .....................................................................................................
Situasi Halusinasi : .....................................................................................................
Respons Klien : .....................................................................................................
Masalah Keperawatan Klien : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Masalah Keperawatan
a. Risiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang Iain, lingkungan dan verbal).
b. Gangguan Perspsi Sensori: Halusinasi
c. Isolasi Sosial
Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (diri
sendiri, orang lain, lingkungan,
dan verbal)
Effect
Core Problem
Isolasi sosial
Causa
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
2. Isolasi sosial.
3. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang Iain, lingkungan, dan verbal).
FORMAT PENGKAJIAN STATUS MENTAL
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA HOLISTIC ISLAMI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023
2. ALASAN MASUK
Keluhan Utama :
Pasien terlihat komat kamit, mata melirik ke kanan dan ke kiri.
SMRS:
Pasien 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sering berjalan-jalan dan berkeliaran di area
cisarua, meresahkan warga, lalu dibawa oleh petugas puskesmas dan aparat setempat ke RSJ,
pasien mengatakan ingin bertemu suaminya tapi tidak kunjung bertemu, suaminya bekerja di
pabrik tahu.
Alasannya :
3. Faktor Predisposis dan Presipitasi
a. Predisposisi
Biologis Psikologis Sosial Budaya
Pasien tidak tahu apakah Pasien mengatakan ingin Pasien mengatakan
ada keluarga yang pernah bertemu dengan hubungan dengan tetangga
dirawat di RS bapak/suaminya. baik, dengan keluarga tidak
ada keluarga.
b. Presipitasi
Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama
Pernah Dilakukan Klien ingin pulang dan Klien mengatakan hubungan
pemukulan oleh seiorang bertemu dengan dengan teman baru tidak
anak muda beberapa kali. bapak/suaminya. tahu(bingung), dia merasa
pasien yang sedang dirawat
ada yang mirip ibunya. Klien
mengatakan tidak ada
keluarga yang mempunyai
riwayat sakit seperti yang
pasien alami.
Masalah Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi : penglihatan
2. Defisit Perawatan Diri
3. Risiko isolasi soisal
? 50
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Klien
: Orang Terdekat
: keluarga inti
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital: TD: 144/82 mmHg, N:114 x/mnt, S: 36,3 P: 16 x/mnt
b. Atopometrik : BB 45 Kg, TB: 155 cm
c. Keluhan Fisik ada / tidak, jelaskan
Nyeri kaki
d. Pemeriksaan Fisik (Tuliskan data fokus dan efek samping obat yang berhubungan dengan
sistem tubuh)
✓ Sistem integumen : kulit kering,tumit pecah-pecah
✓ Sistem kardiovaskuler : tidak ada kelainan
✓ Sistem respirasi : tidak ada kelainan
✓ Sistem gastrointestinal : tidak ada kelainan
✓ Sistem urogenital :tidak ada kelainan
✓ Sistem reproduksi : tidak ada kelainan
✓ Sistem persarafan : tidak ada kelainan
✓ Sistem musculoskeletal : tidak ada kelainan
✓ Sistem haemopoitik : tidak ada kelainan
✓ Sistem endokrin : tidak ada kelainan
✓ Sistem penginderaan : tidak ada kelainan
Jelaskan, segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem tubuh klien termasuk perilaku:
Pasien tampak melirik ke kanan ke kiri, tangan bersikap tertutup, memegang tangan sambil
tiduran, kuku panjang dan hitam
7. Bagan Pola Aktivitas Kehidupan Sehari-hari sebelum dan selama di rawat di Rumah
Sakit
No ADL Sebelum di RS Selama di Rawat
1 Nutrisi (Makan & Sedikit 3x1 porsi habis
Minum)
2 Eliminasi (BAB & BAK) mandiri mandiri
3 Istirahat Tidur Terganggu Cukup dari jam 21.00-07.00
4 Aktivitas Berjalan-jalan Tidur, makan
5 Personal Hygiene Klien tidak mandi Klien mau mandi
8. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien tidak tahu bagian tubuh mana yang disukai
2) Identitas diri
Klien sadar dirinya sebagai wanita
3) Peran
Klien adalah seorang ibu rumah tangga, klien mempunyai 1 anak, klien berusia 50 tahun
dan juga seorang istri, klien mengatakan suka bekerja di sawah dan menyukai peran itu.
4) Ideal diri
Klien berharap bisa bertemu dengan suaminya, bisa kembali pulang kerumah
5) Harga diri
Klien mengatakan tidak tahu tentang orang sekitar/tetangganya dengan kondisinya saat
ini, bila pulang klien ingin bekerja mencari uang.
b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti: Suami
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Klien tampak acuh terhadap
lingkungan
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien suka melirik ke kanan ke kiri
atas bawah dan tidak fokus bila sedang di ajak berbicara.
Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensosri: halusinasi
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: Klien mengaku beragama islam
2) Kegiatan ibadah: Klien tidak melakukan ibadah sholat
Masalah Keperawatan:
a. Penampilan
✓ Pakaian rapi Penggunaan pakaian sesuai
dengan baik dan benar
Jelaskan: pasien memakai pakaian sesuai identitasnya sebagai perempuan, namun kuku
pasien panjang dan hitam pasien tidak mau memotong kuku
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan
Pelan ✓ Gelisah Apatis
Keras Inkoheren ✓ tidak mampu memulai pembicaraan ✓
Lambat Membisu Sesuai
Jelaskan : Klien berbicara secara perlahan dan klien juga berbicara dengan jelas dan saat
diberi pertanyaan klien menjawab tapi secara singkat dan tidak sesuai dengan
pertanyaan, tetapi saat diberi pertanyaan tentang masa lalunya klien menjawab dengan
keras dan klien tampak mudah tersinggung. Konsentrasi klien mudah beralih dan
berbicara tidak nyambung.
Masalah Keperawatan: risiko perilaku kekerasan
c. Aktivitas motorik
✓ Lesu Tegang Gelisah
Agitasi ✓ Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai
Jelaskan: Klien tampak tenang dan santai kadang sambil melamun, tidak ada masalah
dalam aktivitas motorik Klien tampak melihat tembok dan pada saat ditanya
mengatakan sedang menonton tv saat melihat tembok.
Masalah Keperawatan: Halusinasi.
d. Suasana hati:
Sedih ✓ Ketakutan Putus asa
✓ Khawatir Gembira berlebihan Sesuai
Jelaskan: Klien mengatakan takut, cemas tentang kondisinya yang sedang berada d RSJ
Masalah Keperawatan: Risiko isos
e. Afek
✓ Datar Tumpul Labil Sesuai Tidak Sesuai
Jelaskan: klien tampak tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup atau
aktivitas, saat di tanya terntang perasaannya, pasien mengatakan tidak apa-apa.
Masalah Keperawatan: isolasi sosial
f. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif mudah tersinggung
✓ Kontak mata kurang Defensive Curiga
Seduktif Berhati-hati Kooperatif
Jelaskan: Klien tampak kooperatif saat diajak berbincang, saat diajak berbicara klien
kurang melakukan kontak mata, mata melirik ke kanan ke kiri ke atas ke bawah,
kadang berkomat kamit mulutnya dan kadang tertawa tanpa sebab.
Masalah Keperawatan: Halusinasi
g. Persepsi
Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Ilusi
✓ Visual (penglihatan) Gustatori Sesuai
(pengecapan)
Olfakori (penciuman)
Jelaskan: Klien mengatakan melihat ada neneknya ikut ke sini.
Masalah Keperawatan: Halusinasi penglihatan
h. Proses berfikir
Sirkumtansial Tangensial ✓ Kehilangan Inkoheresn
asosiasi
Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme
Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai
Jelaskan: Klien berbicara dengan jelas tidak berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
dari pembicaraan yang dimaksud, klien berbicara secara sadar namun berbicara dengan
topik yang tidak beraturan.
Masalah keperawatan:
........................................................................................................................................
i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham: ✓ Sesuai
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Siar pikir Sisip piker Kontrol pikir
Jelaskan:
Klien mengatakan tidak ada phobia apapun, klien terkadang tidak ikut berkumpul dengan
orang sekitarnya dan hanya tidur di kasur.
Masalah keperawatan: isos
j. Tingkat kesadaran
✓ Bingung Stuppor Sedasi Allert
✓ Disorintasi ✓ Disorintasi ✓ Disorintasi
waktu Tempat Orang
m. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan ✓Gangguan bermakna
Tidak ada gangguan
Jelaskan: klien tidak mau menggunting kuku, disaat disuruh klien marah
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri
n. Daya tilik diri
✓Mengingkari penyakit yang Menyalahkan hal hal diluar dirinya
diderita
Memahami sakit yang di deritanya
Jelaskan: Pasien tidak tau ini ada di rsj, dan tidak tahu sedang melakukan pengobatan
jiwa.
Masalah keperawatan: ....................................................................................................
Masalah keperawatan:
....................................................................................................
Adaptif Maladaptif
✓Berbicara dengan orang lain Minum alqohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Tekhnik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas Konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya .............................. Lainnya........................................
Jelaskan:klien mengatakan ingin bertemu dengan suaminya
Masalah Keperawatan:
Gangguan persepsi
sensori
Ds:
- pasien mengatakan
sedang menonton tv di
di depan tembok
- pasien mengatakan
melihat neneknya ada
di sini.
Menurunya motivasi
dalam perawatan diri
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakah Kontak sering tapi singkat
mengenali menyebutkan waktu, kontak sering selain membina hubungan
halusinasinya isi, frekuensi dan singkat saling percaya, juga dapat
timbulnya halusinasi secara bertahap. memutuskan halusinasi.
2.1.4
Diskusikan Dengan mengetahui
dengan klien waktu, isi, dan frekuensi
munculnya halusinasi
a. Situasi yang mempermudah tindakan
menimbulkan keperawatan klien yang
halusinasi. akan di lakukan perawat.
b. Waktu dan
frekuensi yang
terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore dan
malama atau
jika sendiri,
jengkel atau
sedih)
2.1.5
Diskusikan Untuk mengidentifikasi
dengan klien pengaruh halusinasi klien
apa yang
dirasakan jika
terjadii
halusinasi
(marah atau
takut, sedih,
senag) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat
mengontrol menyebutkan tindakan 3.1.1
halusinasinya yang bias di lakukan Identifikasi Upaya untuk memutuskan
untuk mengendalikan Bersama klien siklus halusinasi sehingga
halusinasinya. cara tindakan halusinasi tidak berlanjut
yang dilakukan
jika terjadi
halusinasi
(tidur, marah,
menyibukan diri
3.2 Klien dapat dll)
menyebutkan cara baru
3.1.2 Reinforcement positif
Diskusikan akan meningkatkan harga
manfaat cara diri klien.
yang dilakukan
klien, jika
bermanfaat beri
3.3 Klien dapat memilih pujian.
cara mengatasi halusinasi
seperti yang telah 3.1.3 Memberikan alternative
didiskusikan dengan Diskusikan cara pilihan bagi klien untuk
klien. baru untuk mengontrol halusinasi
memutus atau
mengontrol
halusinasi :
a. katakana
“saya saya tidak
mau dengar
kamu” (pada
saat halusinasi
terjadi)
b. Menemui
orang lain
(perawat/teman/
anggota
keluarga) untuk
bercakap-cakap
atau
mengatakan
halusinasi yang
terdengar.
c. Membuat
jadwal kegiatan
sehari-hari agar
halusinasi tidak
muncul
d. Minta
keluarga/teman/
perawat jika
Nampak bicara
sendiri.
No.
Dx Tgl & Implementasi Nama Evaluasi Nama
Jam & &
Paraf Paraf
1 26/09/23 Implementasi Tindakan
Jam Keperawatan pada klien S : pasien mengatakan
09.00 Gangguan persepsi ada neneknya ikit kesini
sensori halusinasi :
penglihatan O: pasien tampak melirik
1. Membina hubungan ke kiri dan ke kanan
saling percaya dengan
mengungkapkan
A: masalah belum
prinsip komunikasi
terapeutik ; teratasi
R:Berkenalan dan P: lanjutkan intervensi
menjalin trust
SP1
2. Melakukan kontak
serimg dan singkat
secara bertahap
R: Sering mengajak
ngobrol
3. Mengobservasi tingkah
laku klien terkait
dengan halusinasinya :
bicara dan tertawa tanpa
stimulus, memandang
kekiri atau kekanan atau
kedepan seolah-olah
ada teman bicara.
R: memfokuskan klien
saat di ajak berbicara
4. Membina hubungan
saling percaya dengan
perawat
R: mendengarkan
keluhan dan cerita klien
Implementasi Tindakan
Keperawatan pada klien
Isolasi Sosial
1. Mengidentifikasi
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
R : perasaan keluarga
ketika merawat pasien
sedih dan sudah bisa
menerima keadaan pasien
1. Menjelaskan tentang
isos
R : keluarga pasien terlihat
mengerti dan mampu
menjelaskan kembali
2. Menjelaskan
tentang cara merawat
pasien isos
R : keluarga pasien terlihat
mengerti dan mampu
menjelaskan kembali
•
Implementasi Tindakan
Keperawatan pada
keluarga klien
1. Mengidentifikasi
masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
R : perasaan keluarga
ketika merawat pasien
sedih dan sudah bisa
menerima keadaan pasien
2. Menjelaskan tentang
proses terjadinya HDR
R : keluarga pasien terlihat
mengerti dan mampu
menjelaskan kembali
3. Menjelaskan tentang
cara merawat pasien
R : keluarga pasien terlihat
mengerti dan mampu
menjelaskan kembali
4. Main peran dalam
merawat pasien HDR
R : keluarga tampak
memberikan dukungan
pada pasien
5. RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
R : keluarga pasien secara
bergantian merawat pasien