LAPRAK BIOTAN (2) - Hairullah Firdaus - KEL.4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN POPULASI MIKROBA

(Praktikum Laboratorium Biologi Tanah)

HAIRULLAH FIRDAUS
2310513310002
KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2024
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... i

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

Latar Belakang................................................................................... 1

Tujuan................................................................................................ 3

BAHAN DAN METODE........................................................................... 4

Waktu dan Tempat............................................................................. 4

Bahan dan Alat................................................................................... 4

Bahan............................................................................................ 4
Alat................................................................................................ 4

Metode Praktikum.............................................................................. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 6

Hasil................................................................................................... 6

Pembahasan....................................................................................... 8

KESIMPILAN DAN SARAN.................................................................... 11

Kesimpulan........................................................................................ 11

Saran.................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12

LAMPIRAN.................................................................................. 13

i
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang terdiri dari mineral, bahan
organik, air, dan udara. Ia berfungsi sebagai media tumbuh bagi tanaman dan
merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
ekosistem. Tanah terbentuk melalui proses pelapukan batuan, penguraian bahan
organik, dan interaksi antara berbagai faktor lingkungan seperti iklim, topografi,
dan organisme , tanah memiliki berbagai jenis dan karakteristik yang berbeda,
yang memengaruhi kesuburan dan kemampuannya untuk mendukung kehidupan.
Kualitas tanah sangat penting dalam pertanian, karena dapat menentukan
produktivitas tanaman. Selain itu, tanah juga berperan dalam menjaga
keseimbangan ekosistem, mengatur siklus air, dan sebagai penyimpan karbon,
yang penting dalam mitigasi perubahan iklim (Brady, 2010).
Mikroba merupakan organisme mikroskopis yang memiliki peran penting
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ekosistem, kesehatan manusia,
dan proses industri. Populasi mikroba yang beragam dapat ditemukan di berbagai
habitat, seperti tanah, air, dan tubuh makhluk hidup. Pengenalan dan pemahaman
tentang populasi mikroba sangat penting, karena mereka berkontribusi terhadap
siklus biogeokimia, degradasi bahan organik, dan juga dapat berfungsi sebagai
agen patogen. Oleh karena itu, pemantauan dan penentuan populasi mikroba
menjadi hal yang krusial dalam berbagai bidang ilmu, seperti mikrobiologi,
bioteknologi, dan ekologi (Madigan, 2015).
Penentuan populasi mikroba sering dilakukan melalui berbagai metode,
termasuk teknik kultur, teknik molekuler, dan analisis mikroskopis. Metode kultur
memungkinkan peneliti untuk memperbanyak mikroba dalam media tertentu,
sehingga memudahkan untuk menghitung jumlah dan mengidentifikasi spesies
mikroba yang ada. Di sisi lain, teknik molekuler, seperti PCR (Polymerase Chain
Reaction), memungkinkan penentuan populasi mikroba secara lebih cepat dan
akurat dengan menargetkan DNA spesifik. Dengan berkembangnya teknologi,
2

pendekatan-pendekatan ini semakin penting untuk meningkatkan pemahaman kita


tentang keragaman dan fungsi mikroba di lingkungan (Meyer, 2010).
Populasi mikroba di alam tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi
terdiri dari campuran berbagai macam sel. Populasi bakteri ini di dalam
laboratorium dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang
dapat dipelajari morfologinya, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Pengamatan
sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, pengkilatan dan sebagainya dapat
dilakukan dengan pandangan biasa tanpa menggunakkan mikroskop, pengamatan
ini disebut pengamatan makroskopi. Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas,
bakteri perlu dibiakkan pada medium padat yaitu dengan cara isolasi bakteri.
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Cara isolasi bakteri dilakukan
dengan metode tuang (Oyetunji, 2006).
Praktikum kali ini kami semua menggunakan medium NA (Nutrien Agar).
Dimana medium ini berfungsi sebagai tempat mikroba itu tumbuh.
Mikroorganisme yang dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari
bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada
banyak faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus
mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor
lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik (Buckle,
2007).
Laporan praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan
populasi mikroba yang terdapat dalam sampel tertentu menggunakan metode
kultur. Melalui praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami prosedur
dan teknik yang digunakan dalam penentuan jumlah mikroba serta aplikasi dari
hasil yang diperoleh dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
pemahaman yang mendalam tentang populasi mikroba, diharapkan dapat
dihasilkan solusi yang lebih efektif dalam pengelolaan lingkungan dan kesehatan
(Zaramela, 2018).
3

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Mengetahui cara pengambilan sampel tanah secara komposit dan utuh.
2. Mengetahui cara pengukuran pH tanah menggunakan pH meter.
3. Mengamati keanekaragaman vegetasi dan makroorganisme pada lokasi
pengamatan.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Oktober 2024 pukul


08.00-11.30 WITA di Laboratorium Tanah, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Bahan dan Alat

Bahan

Larutan fisiologis. Larutan fisiologis di gunakan untuk proses pengenceran


bertingkat.
Larutan nutrien agar. Larutan nutrien agar digunakan sebagai media
bakteri pada cawan petri.
Sampel tanah. Sampel tanah di gunakan sebagai bahan yang di teliti dalam
populasi bakteri.

Alat

Erlenmeyer. Erlenmeyer di gunakan untuk menampung larutan fisiologis.


Botol C1000, Botol C1000 digunakan untuk menyimpan sampel larutan.
Mikropipet 1 ml. Mikropipet 1 ml digunakan untuk menindahkan sampel
secara akurat dan higienis.
Neraca analitik. Neraca analitik di gunakan untuk mengukur massa tanah.
Laminar air flow. Laminar air flow di gunakan sebagai meja kerja
sekaligus tempat sterilisasi.
Incubator. Incubator di gunakan untuk mengisolasi sampel.
Cawan petri. Cawan petri di gunakan sebagai tempat media agar yang
sudah tercampur bakteri.
Bunsen. Bunsen di gunakan untuk pemanasan dan pembakaran.
5

Tabung reaksi. Tabung reaksi di gunakan untuk menampung sampel tanah


yang telah melalui pengenceran bertingkat.
Shaker. Shaker digunakan untuk menghomogenkan sampel.
Colony counter. Colony counter digunakan untuk mencampur media agar
dengan bakteri.
Vortex. Vortex digunakan untuk mencampurkan sampel.

Metode Praktikum

1. Timbang sampel tanah sebanyak 5 g dan campurkan dengan 45 ml larutan


fisiologis (10-1) dan homogenkan menggunakan shaker selama 30 menit.
2. Setelah itu, ambil 1 ml dari seri pengenceran 10-1 ke dalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml air fisiologis (10-2) dan homogenkan. Pada setiap pengenceran
dilakukan pengocokan menggunakan vortex. Lakukan hal yang sama untuk
pengenceran 10-3 dan 10-4.
3. Selanjutnya untuk metode cawan agar tuang (pour plate method), dipipet
sebanyak 1 ml dari hasil pengenceran 10-3 dan 10-4. menggunakan pipet steril,
tuangkan masing-masing ke dalam cawan petri.
4. Panaskan media Nutrien Agar (NA) hingga cair, lalu tunggu hingga
hangat/suhu 45⸰C dan tuangkan ke dalam cawan petri steril yang berisi 1 ml
hasil pengenceran 10-3 dan 10-4.
5. Setelah agar menjadi padat, cawan petri yang telah berisi media Nutrien Agar
(NA) dan larutan sampel tersebut dimasukkan ke dalam inkubator dengan
posisi terbalik selama 48 jam, 35⸰C.
6. Setelah 3 hari, hitung jumlah koloni bakteri yang ada di dalam cawan petri
media Nutrien Agar (NA) menggunakan colony counter. Jumlah koloni bakteri
yang dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri antara 25 -
250 koloni.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil praktikum populasi bakteri sebagai berikut;


Tabel 1. Hasil praktikum populasi bakteri.
No Kelompok Jenis Pengenceran Jumlah Gambar
. mikroba
1. 1 Bakteri 10^-2 Bakteri:
dan 634
jamur Jamur: 9

1 Bakteri 10^-3 Bakteri:


dan 408
jamur Jamur: 4

1 Bakteri 10^-4 Bakteri:


dan 219
jamur Jamur:
13

2. 2 Bakteri 10^-2 Bakteri:


dan 521
jamur Jamur:
36

2 Bakteri 10^-3 Bakteri:


dan 392
jamur Jamur:
12

2 Bakteri 10^-4 Bakteri:


dan 337
jamur Jamur:
19
7

3. 3 Bakteri 10^-2 Bakteri:


dan 162
jamur Jamur:
26

3 Bakteri 10^-3 Bakteri:


dan 73
jamur Jamur:
23

3 Bakteri 10^-4 Bakteri:


dan 22
jamur Jamur: 4

4. 4 Bakteri 10^-2 Bakteri:


dan 451
jamur Jamur: -

4 Bakteri 10^-3 Bakteri:


dan 453
jamur Jamur: -

4 Bakteri 10^-4 Bakteri:


dan 172
jamur Jamur: -

5. 5 Bakteri 10^-2 Bakteri:


dan 277
jamur Jamur: -

5 Bakteri 10^-3 Bakteri:


dan 86
jamur Jamur: 6

5 Bakteri 10^-4 Bakteri:


dan 20
jamur Jamur: -
8

6. 6 Bakteri 10^-2 Bakteri:


dan 445
jamur Jamur:67

6 Bakteri 10^-3 Bakteri:


dan 159
jamur Jamur:
11

6 Bakteri 10^-4 Bakteri:


dan 288
jamur Jamur: 6

Pembahasan

Penentuan populasi mikroba merupakan langkah penting dalam memahami


ekosistem mikroba dan peranannya dalam lingkungan. Dalam praktikum ini,
metode yang digunakan untuk menghitung populasi mikroba meliputi metode
perhitungan koloni pada media agar, metode pencairan seri, dan teknik pewarnaan
untuk identifikasi. Metode perhitungan koloni pada media agar adalah salah satu
cara paling umum yang digunakan, di mana sampel mikroba diinokulasi pada
media agar dan kemudian dibiarkan untuk tumbuh. Dengan cara ini, koloni
mikroba yang terbentuk dapat dihitung dan diinterpretasikan untuk menentukan
jumlah mikroba dalam sampel.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pengenceran 10^-2, jumlah
bakteri yang terdeteksi adalah 451 koloni, sementara jamur tidak terdeteksi. Pada
pengenceran 10^-3, jumlah bakteri sedikit meningkat menjadi 453 koloni, tetapi
jamur tetap tidak ada. Pada pengenceran 10^-4, jumlah bakteri menurun menjadi
172 koloni, dengan jamur tetap tidak terdeteksi.
9

Dari hasil yang diperoleh, terlihat bahwa bakteri merupakan mikroba yang
dominan dalam sampel tanah yang diteliti. Pada pengenceran 10^-2 dan 10^-3,
jumlah koloni bakteri menunjukkan angka yang cukup tinggi, masing-masing 451
dan 453 koloni. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri dalam sampel
tanah cukup signifikan. Kenaikan jumlah koloni bakteri yang terdeteksi pada
pengenceran 10^-3 dibandingkan dengan 10^-2 bisa jadi disebabkan oleh variasi
dalam distribusi mikroba di dalam tanah atau kesalahan dalam pengambilan
sampel.
Namun, saat dilakukan pengenceran lebih lanjut pada 10^-4, terjadi
penurunan jumlah koloni bakteri menjadi 172. Penurunan ini mengindikasikan
bahwa pengenceran yang lebih tinggi menyebabkan berkurangnya jumlah bakteri
yang dapat diidentifikasi. Hal ini merupakan hal yang normal dalam prosedur
pengenceran, di mana semakin besar pengenceran, semakin sedikit mikroba yang
tersisa di dalam sampel.
Beberapa kemungkinan dapat menjelaskan fenomena ini. Pertama, kondisi
lingkungan dalam sampel tanah mungkin tidak mendukung pertumbuhan jamur,
seperti kelembapan, pH, atau suhu yang tidak ideal. Kedua, mungkin juga bahwa
jamur memang ada, tetapi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan tidak dapat
tumbuh di media pertumbuhan yang digunakan. Selain itu, metode pengambilan
dan penanganan sampel juga dapat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.
Pada lokasi pengambilan sampel tanah bertempat di kelurahan cempaka
merupakan dominan tanah ultisol. Ultisol merupakan tanah yang miskin
kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na,
dan K, kadar Al tinggi, kapasitas pertukaran kation rendah, berpotensi keracunan
Al dan miskin kandungan bahan organik serta peka terhadap erosi.
Pada lokasi titik pertama di lahan sawah, kondisi tanahnya kering dan
keras, sehingga saat pembuatan minipit dengan ukuran 30 x 30 cm diperlukan
tenaga yang ekstra untuk membuatnya. Pada lokasi tersebut tidak terdapat cacing
dikarenakan cacing tidak menyukai tanah yang kering. Adanya mekanisme
pertahanan hidup yang tinggi dari cacing tanah dengan melakukan istirahat (phase
10

diapous), maka cacing tanah memiliki kemampuan bertahan hidup untuk


mempertahankan populasinya. Hasil pH tanah yang didapat adalah 5,4.
Pada lokasi titik kedua di hutan dataran tinggi dengan kondisi tanahnya
kering dengan bahan organik dan permukaan tanah tidak rata. Adanya makro
fauna berupa kaki seribu. Vegetasi di hutan adalah palem kipas bakau (licuala
spinosa). Pembuatan minipit dengan ukuran 30 x 30 cm, pengambilan sampel
tanah sebanyak 20 gram menggunakan sarung tangan untuk mengambil mikroba
dan hasil pH tanah yang didapat adalah 5,1.
Pada lokasi titik ketiga di hutan dataran rendah dengan topografi tanah yang
bergelombang dan infiltrasi tanah yang cepat. Pengamatan akar dilakukan pada
kedalaman 20 cm. Hasil pH yang didapat adalah 5,3.
Hasil dari praktikum ini menunjukkan variasi jumlah populasi mikroba yang
tergantung pada jenis sampel yang diambil. Misalnya, sampel dari tanah
menunjukkan populasi mikroba yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel
air, yang dapat dijelaskan oleh keberadaan sumber nutrisi yang lebih banyak di
dalam tanah. Selain itu, faktor-faktor seperti suhu, pH, dan ketersediaan oksigen
juga berperan penting dalam pertumbuhan mikroba. Melalui analisis ini, dapat
disimpulkan bahwa lingkungan yang berbeda memberikan kondisi yang berbeda
pula untuk pertumbuhan mikroba.
Pentingnya penentuan populasi mikroba tidak hanya terletak pada aspek
ilmiah, tetapi juga pada aplikasinya dalam bidang kesehatan, pertanian, dan
industri. Misalnya, dalam bidang kesehatan, mengetahui jumlah dan jenis mikroba
dalam suatu sampel dapat membantu dalam diagnosis penyakit. Di sisi lain, dalam
pertanian, mikroba berperan dalam proses dekomposisi dan penyerapan nutrisi
oleh tanaman. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai populasi
mikroba dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Praktikum "Penentuan Populasi Mikroba" berhasil menunjukkan metode yang


efektif untuk menghitung jumlah mikroba dalam berbagai sampel,
menggunakan teknik perhitungan koloni pada media agar. Dari hasil yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa populasi mikroba bervariasi tergantung
pada jenis sampel dan kondisi lingkungan. Sampel dari tanah menunjukkan
populasi mikroba yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel air, yang
mengindikasikan bahwa faktor lingkungan, seperti ketersediaan nutrisi, sangat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
2. Selain itu, praktikum ini menekankan pentingnya pemahaman tentang populasi
mikroba dalam konteks kesehatan, pertanian, dan industri. Hasil yang
diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut
mengenai peran mikroba dalam ekosistem serta aplikasinya di berbagai
bidang. Dengan demikian, penentuan populasi mikroba bukan hanya penting
dari sudut pandang ilmiah, tetapi juga memiliki dampak praktis yang
signifikan.
3. Jumlah dan jenis mikroorganisme yang banyak di dalam tanah dapat menjadi
indikasi bahwa tanah tersebut subur, dengan indikator ketersediaan bahan
organik dalam tanah tersebut cukup, suhu yang sesuai, ketersedian air yang
cukup dan kondisi ekologi tanah yang mendukung.
4. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat
didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus
Saran

Saran yang dapat praktikan berikan yaitu ketepatan waktu praktikum serta
media pengarahan seperti penuntun.
DAFTAR PUSTAKA

Brady. (2010). The Nature and Properties of Soils. Pearson.

Buckle. (2007). "Self-antigen tetramers discriminate between myelin


autoantibodies to native or denatured protein." Nature medicine 13.2 : 211-
217.

Meyer. (2010). Principles of Microbiology. 4th Edition. Wm. C. Brown


Publishers.

Madigan. (2015). Brock Biology of Microorganisms. 14th Edition. Pearson.

Oyetunji. (2006). "Mycological evaluation of a ground cocoa-based


beverage." African Journal of Biotechnology 5.22 (2006).

Zaramela. (2018). "The social network of microorganisms—how they interact and


communicate." Nature Reviews Microbiology, 16(5), 286-298.
LAMPIRAN

Jenis mikroba : Bakteri dan jamur


Pengenceran : 10^-4
Jumlah : Bakteri (172)
Jamur (-)

Jenis mikroba : Bakteri dan jamur


Pengenceran : 10^-3
Jumlah : Bakteri (453)
Jamur (-)

Jenis mikroba : Bakteri dan jamur


Pengenceran : 10^-2
Jumlah : Bakteri (451)
Jamur (-)

Anda mungkin juga menyukai