Bab 2
Bab 2
Bab 2
KAJIAN PUSTAKA
beberapa teori dan pembahasan terdahulu yang berhubungan dengan penelitian kali
ini. Untuk penelitian yang pertama menurut Iwan Adhy Saputro yang melakukan
penelitian pada tahun 2019 dengan judul Evaluasi Drainase Perumahan Margorejo
Indah Dengan Permodelan EPA SWMM 5.1. Rumusan masalah yang dikaji dalam
penilitian ini adalah menghitung debit saluran primer, menghitung debit banjir
rencana kala ulang dan penggunaan aplikasi EPA SWMM 5.1. Penelitian ini
mencakupi data berupa curah hujan maksimum. Analisis hidrologi pertama dilakukan
dengan menentukan seri data curah hujan harian maksimum tahunan (maximum
annual series) untuk selanjutnya digunakan dalam frekuensi distribusi curah hujan
distribution, antara lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log
Person Tipe III, dan Distribusi Gumbel. Untuk selanjutnya dalam penentuan jenis
Uji Chi Kuadrat. Selanjutnya dilakukan untuk perhitungan Debit Banjir Rencana
dengan rencana tahunan yaitu 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun agar mendapatkan
volume debit yang akan mengalir. Dari perhitungan dan hasil simulasi didapatkan
hasil kesimpulan bahwa kapasitas debit saluran primer pada area Perumahan
Margorejo Indah adalah masih bisa menampung debit banjir yang terjadi. Dan
didapat pada profil saluran 1 dengan debit sejumlah 22,55725347 m3/dt dan pada
7
8
ruang lingkup kecil seperti perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok, di Jawa
Barat sistem drainasenya cukup baik secara keseluruhan hanya saja kapasitas daya
Penelitian yang ketiga menurut Luthfi Kartiko (2018) dengan judul Analisis
Tasmania Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa dimensi saluran dan karakteristik saluran drainase.
data sekunder berupa data curah hujan maksimum selama 10 tahun di daerah Kota
Bogor, dan citra satelit Perumahan Tasmania. Pengolahan data dimulai dengan
menentukan nilai curah hujan rencana serta daerah pervious dan impervious
probability distribution, antara lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi
Log Person III dan Distribusi Gumbel. Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi
yang digunakan akan dilakukan uji kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat. Data
yang diperoleh kemudian diolah menggunakan pemodelan EPA SWMM 5.1. Metode
yang didapat dari simulasi yang telah dilakukan menggunakan EPA SWMM 5.1
dengan curah hujan rencana sebesar 147.2 mm dan intensitas hujan jam puncak
berpotensi besar terjadi limpasan, dan 11 saluran yang juga perlu dilakukan
Luthfi. 2018)
9
2.2 Drainase
2.2.1 Pengertian Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Dalam Bahasa
Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong –
Drainase berperan penting untuk mengatur debit air demi mencegahan banjir.
Secara umum, drainase adalah serangkaian bangunan air yang fungsinya untuk
mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan tersebut bisa difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi. (Dr. Ir.
Suripin, M.Eng.2004).
dalam SK menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud
bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik
terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
10
flow.
c) Menurut konstruksi
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan
pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
datar.
2.3 Hidrologi
2.3.1 Pengertian Hidrologi
Hidrologi merupakan Ilmu yang mempelajari tentang air dipermukaan tanah
maupun dibawah tanah, antaranya sungai/kali, danau/waduk, mata air dan rawa-
rawa. Analisa ini diperlukan untuk perencanaan bangunan air, dengan setiap
Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke
atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi (Chow, V.T., 1988). Air dipermukaan
tanah, sungai, danau dan laut menguap ke udara, uapa air air tersebut bergerak ke
atmosfer yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik- titik air
Kajian ilmu hidrologi meliputi hidrometeorologi (air yang berada di udara dan
berwujud gas), potamologi (aliran permukaan), limnologi (air permukaan yang relatif
tenang seperti danau; waduk) geohidrologi (air tanah), dan kriologi(air yang
data luas dan bentuk daerah pengaliran (catchment area), data kemiringan
lahan/beda tinggi dan data tata guna lahan yang semuanya memiliki arahan untuk
intensitas curah hujan dan debit banjir rencana. Sehingga melalui analisis ini dapat
mungkin terjadi di suatu daerah dengan kalaulang tertentu. Periode waktu yang
mengacu pada tata cara analisis curah hujan drainase perkotaan. Kala ulang yang
pengaliran saluran dan jenis kota yang akan direncanakan sistem drainasenya,
Keterangan :
Q : Debit banjir rancangan (m3/dtk)
Qah : Debit banjir akibat air hujan (m3/dtk)
Qak : Debit banjir akibat air kotor (m3/dtk)
Dua komponen utama yang berpengaruh pada metode rasional ialah waktu
Keterangan :
C : koefisien pengaliran (0 ≤ C ≤ 1)
Adapun arti dari rumus ini adalah jika terjadi curah hujan selama 1 jam dengan
intensitas 1mm/ jam dalam daerah seluas 1 ha, maka besarnya debit banjir adalah
0,00278 m3/ dt. Dimana debit banjir akan melimpas merata dalam kurun waktu 1
jam.
suatu wilayah akibat hujan yang turun dengan jumlah air hujan yang turun di wilayah
tersebut. Besarnya koefisien pengaliran berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
4) Daya infiltrasi
5) Kebasahan tanah
Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang digunakan oleh air untuk mencapai
bak penampung dari tempat paling jauh yang masih dalam areal aliran air. Besarnya
Keterangan :
c. Intensitas Hujan
Prosentasi waktu distribusi hujan yang terjadi dihtung dengan rumus Dr. Mononobe
/
= ( ) (2-4)
Keterangan :
hujan mengalir menuju saluran. Jika suatu areal aliran dilayani oleh beberapa
saluran, maka areal harus dibagi sesuai dengan arah aliran air menuju saluran yang
bersangkutan.
Pembagian luas areal juga didasarkan pada kemiringan permukaan tanah dari peta
topografi.
Untuk jumlah penduduk sebesar (Pn) maka air kotor yang dibuang setiap km2
dapat dihitung sebagai berikut :
Qk = (Pn.q)/A (2-5)
Maka debit air kotor untuk masing-masing saluran drainase dihitung sebagai berikut
:
Qki = Qk x Ai (2-6)
Keterangan :
Qk : Debit air kotor rata-rata (lt/dt/km2)
Pn : Jumlah penduduk
q : Debit air buangan (lt/dt/orang)
A : Luas total wilayah (km2)
Qki : Debit air kotor per saluran (lt/dt)
Ai : Luas tiap daerah pengaliran (km2)
r= n ∑ xy – ∑x ∑y (2-7)
{ [n ∑ y2 – (∑y) 2] x [n ∑ x2 – (∑x) 2] } ½
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
X : Jumlah penduduk data (jiwa)
Y : Jumlah penduduk hasil proyeksi (jiwa)
20
1. Metode Aritmatik
Jumlah perkembangan penduduk dengan meggunakan metode ini
dirumuskan sebagai berikut :
Pn = P0 (1+rn) (2-8)
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r : Angka pertambahan penduduk per tahun (%)
n : Jumlah tahun proyeksi (tahun)
2. Metode Geometrik
Dengan menggunakan metode geometrik, maka perkembangan penduduk
suatu daerah atau tempat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pn = P0 (1+r) n (2-9)
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r : Angka pertambahan penduduk per tahun (%)
n : Jumlah tahun proyeksi (tahun)
3. Metode Eksponensial
Perkiraan jumlah penduduk berdasarkan metode eksponensial dapat
didekati dengan persamaan berikut :
Pn = P0 .e r.n (2-10)
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r : Angka pertambahan penduduk per tahun (%)
n : Jumlah tahun proyeksi (tahun)
21
/ /
v= . . (2-11)
Keterangan :
v : Kecepatan aliran (m/dtk)
n : Koefisien kekasaran Manning
R : Jari-jari hidrolis (m)
S : Slope saluran
Sedangkan besarnya kapasitas saluran dihitung dengan rumus :
Q = A.v (2-12)
Keterangan :
Q : Debit saluran (m3/dtk)
A : Luas penampang saluran (m2)
v : Kecepatan aliran (m/dtk)
Bentuk
No Saluran Fungsi Lokasi
Pada tempat-
tempat
Berfungsi baik untuk menya keramaian,
lurkan air hujan maupun air bekas kesibukan
5 Bulat Lingkaran atau keduanya (pertokoan)
Keterangan :
w = Tinggi jagaan
A = b.h (2-13)
P = b + 2.h (2-14)
bh
R= b + 2h (2-15)
Keterangan :
Keterangan :
w = Tinggi jagaan
A = (b + mh) (2-16)
R = A/P (2-18)
Q = V.A (2-19)
Keterangan :
m = Kemiringan talud
Keterangan :
D = Diameter
yang dapat ditampung suatu saluran dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini.
Besarnya dimensi saluran dipengaruhi dari banyaknya air yang dibuang, kekasaran
saluran drainase yang sudah ada terhadap hasil perhitungan debit rencana. Apabila
kapasitas saluran lebih besar dari debit rencana maka saluran tersebut masih layak
saluran dan pembuatan dimensi saluran baru. Dalam rencana perbaikan dimensi
Debit rencana adalah jumlah dari debit rancangan air kotor ditambah air hujan.
Berdasarkan proses perhitungan dan datanya maka diketahui debit air (Qh) dan
Qr = Qh + Qk (2-20)
Q = Qs+ Qr (2-21)
Keterangan :
Qs : Debit saluran (m3/det)
Qr : Debit rencana/debit air hujan dan debit air kotor (m3/det)
Management Model) Versi 5.1. EPA SWMM adalah sebuah software yang didesain
pengaruh hujan-runoff dari suatu kawasan pada sistem saluran drainasenya untuk
jangka pendek maupun jangka panjang, sekaligus memiliki fasilitas alternatif untuk
• Dapat menghitung debit aliran, kedalaman aliran, kuantitas dan kualitas air
• Dilengkapi dengan fasilitas WASP untuk permodelan kualitas air lebih detail.
Dalam software ini, input data sangat diperlukan agar dapat mensimulasikan
limpasan air yang terjadi di saluran. Adapun input tersebut adalah sebagai berikut :
a. Rain Gage
Program SWMM menggunakan objek rain gage untuk menampilkan input data ke
sistem. Rain gage menyuplai data presipitasi untuk satu atau lebih subtachment
area pada studi wilayah. Data yang diinputkan dalam rain gage adalah sebagai
berikut :
1. Rain format: Data hujan yang di input berupa intensitas atau kumulatif
3. Data source: Sumber data hujan dapat berupa time series atau file external
b. Subcatchment
“Subcatchment adalah luasan yang menerima hujan dan mengalami infiltrasi atau
c. Juction/Node
dimodelkan sebagai penerima inflow dan limpasan dari subcatchment. Data yang
d. Conduit/Links
junction lainya atau dari junction ke outfall dalam hal ini berupa saluran terbuka
8. Outlet offset : kedalaman saluran diatas node invert pada daerah hilir.