Makna Dan Arti Baptisan-WPS Office
Makna Dan Arti Baptisan-WPS Office
Makna Dan Arti Baptisan-WPS Office
Secara harafiah kata baptis berasal dari kata “baptisma” yang berarti penyelaman. Penyelaman yang
dimaksud bukan penyelaman secara harafiah, sehingga tidak bisa dipahami bahwa baptis itu secara
harafiah harus diselamkan. Penyelaman yang dimaksud hanya bentuk bukan dasar. Unsur dasarnya ialah
air yang melambangkan pembasuhan manusia dari dosanya oleh darah Kristus.
Alkitab mengajarkan bahwa yang mula-mula melakukan pembaptisan adalah Yohanes Pembaptis
(Matius :13-16; Markus 1:4-5). Selanjutnya perintah tentang pembaptisan diberikan oleh Tuhan Yesus
kepada murid-muridNya (Matius 28: 19, 20)
Alkitab mengajarkan bahwa bagi setiap orang yang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus,
pengampunan dosa diberikan. Pengampunan dosa dilambangkan dengan air baptisan percik yang
menggambarkan darah Kristus yang dicurahkan untuk penebusan manusia (Kisah Rasul 2: 30; 22: 16; I
Korintus 6: 11; Kolose 1:14)
Tanda menjadi milik Kristus, tanda menjadi murid Yesus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan
agar para murid diberi tanda Baptis Suci. (Yohanes 4: 1-2)
3. Baptisan sebagai sebagai karunia hidup baru. Yohanes mengembangkan gagasan baptisan sebagai
kelahiran baru. Dalam percakapan dengan Nikodemus Yesus bersabda: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan
Allah……..Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali (Yoh
3:5,7)
4. Sebagai tanda bahwa dirinya diterima dalam persekutuan gereja. Dengan dibaptis seseorang diterima
sebagai warga gereja
MACAM-MACAM BAPTIS
1. Baptis Dewasa
Pelayanan baptis yang dilakukan untuk mereka yang menjadi Kristen atau yang percaya kepada Tuhan
Yesus sudah dewasa. Dewasa yang dimaksud adalah dewasa secara jasmani maupun dewasa secara
rohani. Dengan kata lain sudah cukup umur dan bertanggungjawab atas iman dan kepercayaannya.
Secara dewasa berani menyatakan menjadi pengikut Tuhan Yesus dan memilih Tuhan Yesus menjadi
Juru Selamatnya.
2. Baptis Anak
Baptis adalah baptisan yang diberikan pada bayi atau anak kecil yang lahir dalam keluarga Kristen.
Adanya baptis anak memang tidak didasarkan ayat-ayat Alkitab secara langsung. Namun, dalam
Perjanjian Baru dapat menemukan beberapa bagian yang menyiratkan bahwa sudah ada baptisan yang
dilayankan pada anak. Misalnya, dalam Kisah Para Rasul 16:15 dan 18:8 dikatakan bahwa “seisi rumah
dibaptis”. Ini kemudian menghasilkan dugaan anak-anak juga ikut dibaptis.
Memasuki masa reformasi gereja, banyak kelompok yang menentang praktik ini dengan alasan praktik
pembaptisan bayi tidak sesuai dengan tuntutan bahwa seseorang harus memilih sendiri secara sadar
untuk menerima Kristus dan memberi diri dibaptis. Kelompok yang menolak praktik ini adalah golongan
Anabaptis dan sejumlah gereja beraliran Pentakosta.
Akan tetapi di sisi lain, ada pertimbangan bahwa semua orang dipanggil menerima keselamatan
sehingga gereja kemudian tetap melaksanakan baptisan terhadap anak-anak dengan syarat salah satu
orang tua menyetujui dan bersedia mendidik anaknya secara Kristen
Bagi anak-anak orang Kristen yang telah dibaptis anak, orang tua wajib mendidik anak tersebut dalam
iman dan ajaran Tuhan (Ulangan 6:4-9; Efesus 6:4), agar setelah dewasa anak-anak tersebut mau sidhi
dan mengakui percaya kepada Tuhan Yesus Juru Selamat.
SIDHI/PENGAKUAN PERCAYA
Sidhi bukan sakramen tetapi upacara penting gerejawi dimana orang yang menyatakan pengakuan
percaya (sidhi) berkesempatan untuk mengakui iman di hadapan jemaat sebagai pernyataan, bahwa
janji orangtua telah ditepati dan sang anak percaya kepada Yesus Kristus. Melalui peneguhan sidi,
seseorang diterima sebagai jemaat yang bertanggung jawab untuk mengambil bagian dalam pelayanan
jemaat,
Peneguhan Sidi mempunyai makna bahwa proses pembinaan atau pengajaran iman yang dilakukan
selama katekisasi telah selesai dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut menjadi jelas karena di
dalam Peneguhan Sidi, yang pertama adalah pernyataan pengakuan percaya dari peserta yang telah
selesai katekisasi di hadapan Allah dan jemaat-Nya.
Sebelum peneguhan sidi, melalui katekisasi warga gereja diharapkan memiliki Pemahaman Iman yang
benar kepada Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Alkitab dan sungguh sungguh percaya dan mengakui
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, menjadi warga sidi Gereja yang bertanggung-jawab, memiliki
pengetahuan Alkitab yang cukup dan pemahaman yang benar tentang Firman Allah sesuai Alkitab, siap
dan terampil menjadi saksi Kristus di tengah-tengah pergumulan keluarga, masyarakat, bangsa dalam
negara kesatuan dan dunia umumnya.
Pembaptisan (Ibrani: TEVILAH) sudah dikenal oleh orang Israel sejak Perjanjian Lama. Dan dalam
Perjanjian Baru, Yohanes Pembaptis melakukan pelayanan pembaptisan sebagai "tanda pertobatan"
(Matius :13-16; Markus 1:4-5). Selanjutnya perintah tentang pembaptisan (dan pemuridan bangsa-
bangsa) diberikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya (Matius 28: 19, 20)
Alkitab mengajarkan bahwa bagi setiap orang yang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus,
pengampunan dosa diberikan. Pengampunan dosa dilambangkan dengan air baptisan percik yang
menggambarkan darah Kristus yang dicurahkan untuk penebusan manusia (Kisah Rasul 2: 30; 22: 16; I
Korintus 6: 11; Kolose 1:14)
Tanda menjadi milik Kristus, tanda menjadi murid Yesus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan
agar para murid diberi tanda Baptis Suci. (Yohanes 4:1-2)
Yohanes mengembangkan gagasan baptisan sebagai kelahiran baru. Dalam percakapan dengan
Nikodemus Yesus bersabda: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari
air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah……..Janganlah engkau heran, karena Aku
berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali" (Yohanes 3:5,7)
4. Sebagai tanda bahwa dirinya diterima dalam persekutuan gereja.
Macam-macam Baptisan:
1. Baptisan Dewasa
Pelayanan baptis dewasa adalah sakramen pembasuhan yang dilakukan untuk mereka yang menjadi
Kristen atau yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah dewasa. Dewasa yang dimaksud adalah dewasa
secara jasmani maupun dewasa secara rohani. Dengan kata lain sudah cukup umur dan
bertanggungjawab atas iman dan kepercayaannya. Secara dewasa berani menyatakan menjadi pengikut
Tuhan Yesus dan memilih Tuhan Yesus menjadi Juru Selamatnya.
2. Baptisan Anak
Baptisan anak adalah sakramen pembasuhan yang diberikan pada bayi atau anak kecil yang lahir dalam
keluarga Kristen. Adanya baptis anak memang tidak didasarkan ayat-ayat Alkitab secara langsung.
Namun, dalam Perjanjian Baru dapat menemukan beberapa bagian yang menyiratkan bahwa sudah ada
baptisan yang dilayankan pada anak. Misalnya, dalam Kisah Para Rasul 16:15 dan 18:8 dikatakan bahwa
"seisi rumah dibaptis". Ini kemudian menghasilkan dugaan anak-anak juga ikut dibaptis.
Memasuki masa reformasi gereja, banyak kelompok yang menentang praktik "baptisan bayi/ anak-anak"
ini dengan alasan praktik pembaptisan bayi tidak sesuai dengan tuntutan bahwa seseorang harus
memilih sendiri secara sadar untuk menerima Kristus dan memberi diri dibaptis. Kelompok yang
menolak praktik ini adalah golongan Anabaptis. Perbedaan pandangan yang penting antara kaum Baptis
dan non-baptis (walaupun belakangan banyak denominasi non baptis mengikuti jejak kaum baptis,
misalnya golongan Pentakosta, dll.) adalah dalam hal baptisan anak-anak. Sebagaimana dikemukakan
oleh Dr. Hovey (seorang penulis Baptis), "Hanya orang percaya dalam Kistuslah yang boleh menerima
baptisan dan hanya mereka yang dapat menunjukan bukti yang diterima bahwa mereka beriman dalam
Kristus saja yang boleh dibaptiskan." Hal ini berarti bahwa naka-anak harus disingkirkan dalam Sakramen
Baptisan. Dalam denominasi gereja Protestan yang lain, misalnya Gereja Calvinis dan Lutheran, baptisan
anak-anak masih dapat diterima dengan pertimbangan bahwa semua orang dipanggil menerima
keselamatan sehingga gereja kemudian tetap melaksanakan baptisan terhadap anak-anak dengan syarat
salah satu orang tua menyetujui dan bersedia mendidik anaknya secara Kristen. Bagi anak-anak orang
Kristen yang telah dibaptis anak, orang tua wajib mendidik anak tersebut dalam iman dan ajaran Tuhan
(Ulangan 6:4-9; Efesus 6:4), agar setelah dewasa anak-anak tersebut mau sidhi dan mengakui percaya
kepada Tuhan Yesus Juru Selamat.
PENEGUHAN SIDI:
Peneguhan Sidi biasanya dilakukan di Aliran Kristen yang melakukan "baptisan anak-anak/ bayi."
Peneguhan Sidi bukanlah sakramen. Peneguhan Sidi diberikan kepada seseorang yang pada waktu kecil
sudah menerima sakramen baptis kudus anak/ bayi. Jadi disini tidak ada baptisan 2x, sebab pada waktu
kecil sudah dibaptis.
Dalam sebagian gereja-gereja Protestan, "Peneguhan Sidi" adalah bagian dari pengakuan iman. Setelah
melakukan katekisasi, seseorang bisa diteguhkan melalu peneguhan sidi oleh Pendeta Jemaat melalui
Upacara Liturgi di hadapan sidang jemaat.
Peneguhan Sidi mempunyai makna bahwa proses pembinaan atau pengajaran iman yang dilakukan
selama katekisasi telah selesai dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut menjadi jelas karena di
dalam Peneguhan Sidi, yang pertama adalah pernyataan pengakuan percaya dari peserta yang telah
selesai katekisasi di hadapan Allah dan jemaat-Nya.
Sebelum peneguhan sidi, melalui katekisasi warga gereja diharapkan memiliki Pemahaman Iman yang
benar kepada Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Alkitab dan sungguh sungguh percaya dan mengakui
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, mereka dididik menjadi warga sidi Gereja yang bertanggung-jawab,
memiliki pengetahuan Alkitab yang cukup dan pemahaman yang benar tentang Firman Allah sesuai
Alkitab, siap dan terampil menjadi saksi Kristus.
Untuk apa Yesus masih tinggal empat puluh hari di tengah-tengah para murid-Nya, setelah kebangkitan-
Nya (Kis. 1:3)? Untuk mempersiapkan para murid menjadi juru berita Injil, dengan pengajaran mereka
dan dengan hidup mereka. Selama tinggal beberapa waktu dengan para murid, mereka diteguhkan
bahwa berita bohong para imam yang disampaikan oleh para prajurit benar-benar kebohongan belaka.
Selama empat puluh hari itu Yesus berulang kali hadir di tengah-tengah mereka. Ia mengajar dan
menunjukkan bahwa Diri-Nya adalah penggenapan nubuat Perjanjian Lama (Luk. 24:27) dan perkataan-
Nya sebelumnya (Luk. 24:44-45). Ia meneguhkan iman mereka agar mereka tidak ragu-ragu lagi untuk
menjadi saksi-saksi-Nya, dan mengajarkan Kerajaan Allah yang hanya bisa dimasukkan melalui iman dan
kelahiran baru oleh Roh Kudus.
Betul, masih ada yang ragu-ragu (ayat 17), tetapi kelak setelah Roh Kudus turun, semua akan
diperlengkapi kuasa. Sebelum naik ke surga, Yesus mengklaim dan menegaskan otoritas-Nya di surga
dan di bumi. Dengan otoritas demikian murid-murid dapat bergantung kepada-Nya dan melaksanakan
Amanat Agung yang Yesus berikan, sebagai saksi-saksi-Nya baik dari Yerusalem sampai ke ujung bumi
karena Injil itu bersifat universal (Kis. 1:8). Mereka harus pergi, bukan menunggu orang datang kepada
mereka. Mereka harus memuridkan orang lain agar cakap pula memuridkan orang lain lagi. Akhirnya
mereka harus membentuk satu umat Tuhan melalui baptisan dalam nama Allah Tritunggal agar gereja
dapat terus menjadi saksi. Ia menjanjikan penyertaan yang berkelanjutan dan kehadiran Roh Kudus yang
akan memberikan kuasa kepada mereka.
Kitalah para murid dari proses pemuridan yang mengalir sepanjang sejarah Kristen. Sudahkah kita
memuridkan orang lain agar berita Injil terus berkumandang dari satu generasi ke generasi lainnya?