Keaswajaan KEL.5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

KELEMBAGAAN NU DAN REFLEKSI TANTANGAN NU

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keaswajaan

Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Sujai,M.Pd MM
Kelompok 5
Semester 7D

Disusun oleh:
Ali mustazib 21.1.2331
Bimo Hariprasetyo 21.1.2174
Leli Farihatul Goniyah 21.1.1947.3
Muspita Dewi 21.1.2318
Zainul Muaaz 21.1.2283

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM DEPOK
SAWANGAN KOTA DEPOK TAHUN
2024
KATA PENGANTAR

Assalammualikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas curahan nikmat dan karunia-
Nya. Sholawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad SAW
berserta keluarga (ahli bait) .Yang memberikan kesehatan dan waktu, sehingga kelompok kami
mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang “Kelembagaan NU dan
Refleksi Tantangan NU”
Penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan Makalah tugas kelompok
kami, Kelompok 5 tugas mata kuliah Keaswajaan semester VII jurusan Pendidikan Agama
IslamUID. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Kelembagaan NU dan Refleksi Tantangan
NU.
Kami ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak telah
mendukung selama proses penyelesaian makalah ini. Kami berharap Makalah ini dapat
memberikan manfaat terutama bagi tim penyusun dan bagi setiap pembaca.

Depok, 19 Oktober 2024


PENYUSUN
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ...............................................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
1. Sejarah Dan Perkembangan Naudhatul Ulama ........................................................................... 3
2. Struktur NU dan Beserta Seluruh Badan Otonom dan Lembaga ................................................ 4
3. Struktur Organisasi dan Kepemimpinan NU ............................................................................... 5
4. Peran NU Dalam Pembangunan Masyarakat .............................................................................. 7
5. Isu-isu Strategis yang Dihadapi Nadhatul Ulama (NU) saat ini ................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu ormas Islam terbesar di
Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan peran signifikan dalam
perkembangan bangsa. Didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, NU awalnya
dibentuk sebagai wadah bagi para ulama dan pengikut ajaran Ahlusunnah wal
Jama'ah dalam merespons berbagai persoalan keagamaan, sosial, dan politik yang
dihadapi umat Islam di Hindia Belanda saat itu.
Sejak awal berdirinya, NU telah menjadi corong aspirasi masyarakat
Muslim tradisional di Indonesia. Organisasi ini berperan penting dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda melalui resolusi
jihad yang dikeluarkan pada tahun 1945. Pasca kemerdekaan, NU terus
berkontribusi dalam pembangunan bangsa, baik di bidang pendidikan, sosial,
budaya, maupun politik.
Sebagai organisasi keagamaan, NU memiliki berbagai lembaga yang
menaungi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan lain-
lain. Beberapa lembaga utama NU antara lain Lembaga Pendidikan Ma'arif NU,
Lembaga Perekonomian NU (LPNU), Lembaga Dakwah NU (LDNU), dan
Lembaga Bahtsul Masail NU yang khusus menangani masalah-masalah keagamaan
kontemporer.
Namun, dalam perjalanannya, NU juga menghadapi berbagai tantangan,
baik dari internal maupun eksternal. Tantangan internal meliputi persoalan
regenerasi kepemimpinan, modernisasi organisasi, dan upaya menjaga konsistensi
ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah di era globalisasi. Sementara itu, tantangan
eksternal mencakup persaingan dengan organisasi Islam lain, radikalisme, dan isu-
isu kontemporer seperti intoleransi, konflik sosial, dan permasalahan lingkungan
hidup.
Refleksi atas tantangan-tantangan tersebut menjadi penting bagi NU untuk
terus memperkuat perannya sebagai organisasi keagamaan yang moderat, inklusif,
dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Dengan mengkaji dan merumuskan
strategi yang tepat, NU dapat terus menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-
nilai keislaman yang rahmatan lil 'alamin sekaligus menjawab tantangan zaman
yang terus berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memperkuat dan mengoptimalkan peran lembaga-lembaga di bawah
naungan NU, seperti Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, Lembaga Perekonomian
NU, Lembaga Dakwah NU, dan Lembaga Bahtsul Masail NU, dalam
menghadapi tantangan zaman?
2. Langkah-langkah apa yang harus diambil oleh NU untuk menjamin
regenerasi kepemimpinan yang efektif dan berkelanjutan, serta menjaga
konsistensi ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah di era globalisasi?
3. Bagaimana strategi NU dalam memperkuat daya saing dan posisinya di
antara organisasi-organisasi Islam lainnya, serta menanggapi isu
radikalisme dan intoleransi yang berkembang di masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis peran dan fungsi lembaga-lembaga di bawah naungan NU,
seperti Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, Lembaga Perekonomian NU,
Lembaga Dakwah NU, dan Lembaga Bahtsul Masail NU, dalam
menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang.
2. Mengidentifikasi tantangan internal yang dihadapi NU, seperti regenerasi
kepemimpinan, modernisasi organisasi, dan upaya menjaga konsistensi
ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah di era globalisasi, serta merumuskan
solusi yang tepat.
3. Mengkaji tantangan eksternal yang dihadapi NU, seperti persaingan dengan
organisasi Islam lain, radikalisme, intoleransi, konflik sosial, dan
permasalahan lingkungan hidup, serta merekomendasikan strategi untuk
merespons tantangan tersebut sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang
rahmatan lil 'alamin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Dan Perkembangan Naudhatul Ulama


Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan peran signifikan dalam
perkembangan bangsa. Berikut adalah sejarah dan perkembangan NU:
1. Masa Kelahiran (1926)
NU didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya oleh para ulama dan
tokoh-tokoh Islam tradisional yang diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy'ari
dan KH. Abdul Wahab Hasbullah.1 Tujuan utama pendirian NU adalah
untuk mempersatukan ulama dan pengikut paham Ahlusunnah wal Jama'ah
dalam merespons berbagai persoalan keagamaan, sosial, dan politik yang
dihadapi umat Islam di Hindia Belanda.
2. Masa Pergerakan Nasional (1930-an hingga 1945)
Pada masa ini, NU aktif berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. NU menjadi corong aspirasi masyarakat Muslim tradisional dan
berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui resolusi
jihad yang dikeluarkan pada tahun 1945.2
3. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1949)
Setelah kemerdekaan, NU terlibat dalam pembentukan negara dan menjadi
salah satu partai politik yang berpengaruh. Pada tahun 1949, NU
memutuskan untuk menjadi jamiah (organisasi kemasyarakatan) yang
independen dari partai politik.
4. Masa Orde Lama (1950-an hingga 1965)
Pada masa ini, NU fokus pada pengembangan pendidikan dan sosial-
ekonomi masyarakat. NU mendirikan lembaga-lembaga seperti Lembaga
Pendidikan Ma'arif NU dan Lembaga Perekonomian NU (LPNU).3
5. Masa Orde Baru (1966-1998)
Pada awal Orde Baru, NU mengalami tekanan dari pemerintah. Namun,
pada tahun 1984, NU kembali menjadi organisasi kemasyarakatan yang

1
Feillard, A. (1999). "Nahdlatul Ulama in Indonesia: A Synthesis of Islamic Traditionalism and
Modernity." In M. Freitag & W. Clarence-Smith (Eds.), Hadhrami Traders, Scholars, and Statesmen
in the Indian Ocean, 1750s–1960s. Leiden: Brill.
2
Fealy, G., & Bush, R. (2014). "The Political Decline of Traditional Ulama in Indonesia: The Failed
Coup Attempt of 1980 and the Barring of Nahdlatul Ulama from National Convention Politics."
Journal of Indonesian Islam, 8(1), 1-28.
3
Bush, R. (2009). "Nahdlatul Ulama and the Struggle for Power within Islam and Politics in
Indonesia." Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

3
independen. NU terus berkembang dan memperluas pengaruhnya di bidang
pendidikan, sosial, dan budaya.4
6. Masa Reformasi (1998-sekarang)
Setelah reformasi, NU menikmati kebebasan yang lebih besar dan terus
berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. NU memperkuat
perannya dalam mempromosikan nilai-nilai Islam moderat dan toleransi di
Indonesia.

Sepanjang perjalanannya, NU telah mengalami pasang surut dan


menghadapi berbagai tantangan, baik dari internal maupun eksternal. Namun, NU
tetap kokoh dan konsisten menjaga ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah serta berperan
penting dalam pembangunan bangsa di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, dan
budaya.

2. Struktur NU dan Beserta Seluruh Badan Otonom dan Lembaga


Struktur NU beserta seluruh badan otonom dan lembaganya adalah sebagai
berikut:

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)5

a. Mustasyar
b. Syuriah
c. Tanfidziyah

Badan Otonom NU

a. Lembaga Pendidikan Ma'arif NU6


b. Lembaga Perekonomian NU (LPNU)7
c. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)8
d. Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU)9
e. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)10

4
Fealy, G., & Bush, R. (2014). "The Political Decline of Traditional Ulama in Indonesia: The
Failed Coup Attempt of 1980 and the Barring of Nahdlatul Ulama from National Convention
Politics." Journal of Indonesian Islam, 8(1), 1-28.
5
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) adalah pimpinan tertinggi organisasi NU.
6
Lembaga Pendidikan Ma'arif NU menangani bidang pendidikan di lingkungan NU.
7
Lembaga Perekonomian NU (LPNU) menangani bidang ekonomi dan keuangan NU.
8
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) menangani bidang dakwah dan penyebaran ajaran
Islam.
9
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) menangani masalah-masalah keagamaan
kontemporer.
10
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU) menangani bidang pertanian dan
peternakan.

4
f. Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Ibadah Haji (LPBIH NU)11
g. Lembaga Kajian dan Pengamalan Aswaja Nahdlatul Ulama (LKP2A NU)12
h. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi NU)13
i. Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (LPSM
NU)14
j. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU)15
k. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH NU)16
l. Lembaga Khusus NU
m. Rabithah Al-Ma'ahid Al-Islamiyah (RMI)17
n. Muslimat Nahdlatul Ulama
o. Fatayat Nahdlatul Ulama
p. Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama (GP Ansor)
q. Jamiyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN)
r. Lembaga Studi dan Kajian Pembangunan Nahdlatul Ulama (LSP NU)
s. Lembaga Kajian Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (LKSMNU)
t. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul
Ulama (LKP-SDM NU)
u. Lembaga Ekonomi NU
v. Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMN NU)
w. Koperasi Nahdlatul Ulama (Kopenarsifu)18

3. Struktur Organisasi dan Kepemimpinan NU


Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan
struktur organisasi yang terdiri dari dua lembaga utama, yaitu Syuriah dan
Tanfidziyah, serta beberapa badan otonom dan lembaga khusus.

a. Syuriah: Syuriah adalah dewan tertinggi dalam NU yang bertugas menjaga


nilai-nilai ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) dan memimpin arah

11
Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Ibadah Haji (LPBIH NU) menangani masalah-masalah
terkait ibadah haji.
12
Lembaga Kajian dan Pengamalan Aswaja Nahdlatul Ulama (LKP2A NU) menangani kajian dan
pengamalan ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah.
13
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi NU) menangani bidang seni dan budaya
Islam.
14
Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (LPSM NU) menangani bidang
pengembangan sumber daya manusia.
15
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) menangani masalah-masalah
keluarga.
16
Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH NU) menangani masalah-
masalah hukum.
17
Rabithah Al-Ma'ahid Al-Islamiyah (RMI) adalah organisasi yang menaungi pondok pesantren di
lingkungan NU.
18
Koperasi Nahdlatul Ulama (Kopenarsifu) adalah koperasi yang dimiliki oleh NU.

5
kebijakan spiritual organisasi. Pemimpin tertingginya disebut Rais Aam,
seorang ulama senior yang dihormati. Syuriah berperan dalam pengambilan
keputusan keagamaan dan memberikan panduan moral bagi seluruh
aktivitas NU.

b. Tanfidziyah: Tanfidziyah adalah badan eksekutif yang bertanggung jawab


untuk menjalankan kebijakan dan program organisasi secara operasional.
Pimpinan tertinggi Tanfidziyah adalah Ketua Umum, yang didukung oleh
Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum. Tanfidziyah mengelola berbagai
kegiatan sosial, ekonomi, dan pendidikan yang diinisiasi oleh NU.

c. Badan Otonom dan Lembaga-lembaga NU: NU juga memiliki berbagai


badan otonom yang menangani kelompok tertentu dalam masyarakat,
seperti Gerakan Pemuda Ansor (pemuda), Fatayat NU (wanita muda), dan
IPNU-IPPNU (pelajar). Selain itu, ada lembaga-lembaga khusus yang
berfokus pada bidang tertentu, seperti Lembaga Pendidikan Ma'arif untuk
pendidikan dan LAZISNU untuk pengelolaan zakat.

d. Struktur Berjenjang: Organisasi NU tersebar hingga ke tingkat daerah,


dengan struktur yang dimulai dari tingkat nasional (Pengurus Besar NU atau
PBNU), tingkat provinsi (Pengurus Wilayah atau PWNU), tingkat
kabupaten/kota (Pengurus Cabang atau PCNU), hingga tingkat kecamatan
dan desa (Pengurus Anak Cabang dan Ranting).

Secara keseluruhan, struktur organisasi NU dibangun dengan keseimbangan antara


peran spiritual yang dipegang oleh Syuriah dan peran administratif-eksekutif oleh
Tanfidziyah, dengan dukungan berbagai badan otonom dan lembaga untuk
mengoptimalkan pelayanan kepada umat.
Kepemimpinan dalam Nahdlatul Ulama (NU) dibagi ke dalam dua struktur
utama: Syuriah dan Tanfidziyah. Keduanya memiliki peran penting dalam
menjalankan fungsi organisasi ini, yaitu menjaga keutuhan ajaran agama dan
mengelola kegiatan sosial-keagamaan.

a. Syuriah (Dewan Pembimbing)


Syuriah adalah dewan yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan dan
menjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja). Posisi tertinggi di Syuriah
dipegang oleh Rais Aam, seorang ulama yang dihormati dengan pengetahuan
keagamaan yang mendalam. Rais Aam bertindak sebagai pemimpin spiritual dan
berperan dalam mengarahkan kebijakan keagamaan NU, termasuk menyelesaikan
masalah keagamaan yang kompleks. Fungsi Syuriah ini lebih menekankan pada
aspek moral, keilmuan, dan pengembangan fatwa untuk dijalankan oleh seluruh
anggota organisasi.

Wakil Rais Aam dan Mustasyar (penasehat) mendukung Rais Aam dalam
melaksanakan tugasnya, memastikan kelancaran pengambilan keputusan
keagamaan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam tradisional .

6
b. Tanfidziyah (Dewan Eksekutif)
Tanfidziyah adalah dewan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program-
program organisasi secara operasional. Pemimpin tertinggi dalam Tanfidziyah
adalah Ketua Umum, yang dipilih melalui proses Muktamar (kongres tertinggi NU)
dan memiliki tanggung jawab untuk memimpin jalannya organisasi secara
administratif. Ketua Umum berperan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik organisasi.
Sekretaris Jenderal membantu Ketua Umum dalam menjalankan tugas
administratif, sementara Bendahara Umum bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan organisasi. Tanfidziyah juga bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan aktivitas badan otonom NU dan berbagai lembaga di bawah
naungannya .

c. Mekanisme Pemilihan Pemimpin


Proses pemilihan pemimpin di NU dilakukan melalui Muktamar, pertemuan
nasional terbesar yang diadakan setiap lima tahun sekali. Dalam forum ini, seluruh
pengurus dari berbagai tingkat (wilayah, cabang, dan ranting) berkumpul untuk
memilih Rais Aam dan Ketua Umum. Pemilihan Rais Aam biasanya didasarkan
pada reputasi keilmuan dan ketokohan seorang ulama, sedangkan Ketua Umum
dipilih berdasarkan kemampuan manajerial dan visi kepemimpinan .
Dengan dua struktur ini, NU mempertahankan keseimbangan antara kekuatan
moral dan eksekutif, memastikan bahwa nilai-nilai agama tetap menjadi dasar
dalam pengambilan keputusan, sementara program-program organisasi bisa
dijalankan secara efektif di berbagai bidang kehidupan umat.

4. Peran NU Dalam Pembangunan Masyarakat


Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran penting dalam pembangunan
masyarakat Indonesia, terutama dalam aspek keagamaan, pendidikan, sosial,
ekonomi, dan budaya. Sebagai organisasi Islam terbesar, NU tidak hanya berfokus
pada pengembangan spiritual umat, tetapi juga berperan aktif dalam berbagai upaya
pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan yang merata.

1. Pendidikan

Salah satu kontribusi besar NU dalam pembangunan masyarakat adalah melalui


sektor pendidikan. NU mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari
pesantren, madrasah, hingga universitas. Lembaga Pendidikan Ma'arif NU adalah
salah satu badan otonom NU yang bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah-
sekolah di bawah naungan NU. Dengan ribuan pesantren dan sekolah di seluruh
Indonesia, NU telah mendidik jutaan anak bangsa dan berkontribusi terhadap
pengembangan sumber daya manusia yang kompeten secara intelektual dan
spiritual. Pendidikan di lingkungan NU juga mengajarkan nilai-nilai toleransi dan
moderasi, yang sangat penting dalam menjaga kerukunan antarumat beragama .

7
2. Sosial dan Kemanusiaan

NU aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) adalah lembaga yang berperan dalam
pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah untuk membantu masyarakat miskin dan
membutuhkan. Dana-dana ini digunakan untuk program-program pemberdayaan
ekonomi, bantuan sosial, beasiswa, dan kesehatan. Kegiatan kemanusiaan NU juga
mencakup respons terhadap bencana alam, di mana NU sering menjadi pelopor
dalam membantu masyarakat terdampak bencana di berbagai daerah Indonesia.

3. Ekonomi Umat

Dalam bidang ekonomi, NU mendorong pemberdayaan ekonomi umat melalui


berbagai inisiatif. Salah satu contohnya adalah pengembangan koperasi dan
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang dibina oleh lembaga-lembaga
ekonomi NU. NU juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap modal, pelatihan kewirausahaan, dan jaringan
pemasaran. Melalui pendekatan ekonomi berbasis komunitas, NU berusaha
mengurangi ketimpangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
akar rumput .

4. Budaya dan Dakwah

NU berperan dalam melestarikan budaya lokal yang selaras dengan ajaran Islam
melalui dakwah yang moderat. Pendekatan NU dalam dakwah lebih menekankan
pada pendekatan persuasif, mengedepankan dialog, serta menghormati tradisi lokal
yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. NU juga mempromosikan Islam yang
damai, toleran, dan inklusif, yang berperan penting dalam menjaga keharmonisan
sosial dan kerukunan beragama di Indonesia .

5. Peran dalam Perdamaian dan Kerukunan

NU memainkan peran kunci dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di


Indonesia. Melalui pendekatan Ahlussunnah wal Jama'ah, NU mengajarkan
pentingnya moderasi dalam beragama dan menolak segala bentuk ekstremisme.
Pendekatan ini berperan penting dalam mencegah terjadinya konflik sosial berbasis
agama dan mempromosikan dialog antaragama. NU juga aktif dalam forum-forum
perdamaian internasional untuk mempromosikan Islam yang rahmatan lil 'alamin
(rahmat bagi seluruh alam) .

8
Dengan berbagai peran tersebut, NU terus berkontribusi dalam memperkuat
pembangunan masyarakat Indonesia melalui pendekatan yang holistik, mencakup
aspek spiritual, sosial, dan ekonomi.

5. Isu-isu Strategis yang Dihadapi Nadhatul Ulama (NU) saat ini


Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama
(NU) menghadapi berbagai tantangan dan isu strategis yang mempengaruhi peran
dan kiprahnya di Indonesia maupun di kancah global. Berikut ini adalah beberapa
isu strategis yang saat ini dihadapi oleh NU:

1. Radikalisme dan Ekstremisme


Salah satu isu yang terus menjadi perhatian NU adalah meningkatnya pengaruh
radikalisme dan ekstremisme di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia. NU,
dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah yang moderat, berkomitmen melawan
segala bentuk ekstremisme yang mengancam kerukunan antarumat beragama dan
kesatuan bangsa. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana NU bisa
mengembangkan dakwah yang efektif untuk mencegah penyebaran ideologi-
ideologi radikal, terutama di kalangan anak muda dan lingkungan digital yang
semakin terbuka .

2. Transformasi Digital
Era digitalisasi membawa tantangan sekaligus peluang bagi NU. Transformasi
digital tidak hanya mencakup pengembangan teknologi, tetapi juga bagaimana
organisasi dapat merespons perubahan perilaku sosial, termasuk dalam hal dakwah
dan pendidikan. NU dituntut untuk beradaptasi dengan teknologi baru, termasuk
penggunaan media sosial untuk menyebarkan ajaran Islam moderat dan
menghadapi tantangan informasi yang salah (hoaks) yang sering kali disebarkan di
platform digital. Digitalisasi juga mendorong NU untuk memperkuat manajemen
organisasinya, agar lebih responsif dan transparan di era informasi .

3. Pendidikan dan Kualitas Sumber Daya Manusia


NU memiliki peran penting dalam bidang pendidikan dengan ribuan pesantren,
madrasah, dan lembaga pendidikan tinggi yang berada di bawah naungannya.
Namun, tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah peningkatan kualitas
pendidikan dan daya saing sumber daya manusia yang dihasilkan. NU perlu
mendorong kurikulum pendidikan yang relevan dengan tuntutan zaman, termasuk
penekanan pada penguasaan teknologi, keterampilan abad 21, dan pemahaman
agama yang moderat. Selain itu, kualitas pengajar dan fasilitas pendidikan juga
menjadi perhatian agar lulusan dari lembaga pendidikan NU bisa bersaing di dunia
kerja .

4. Pemberdayaan Ekonomi Umat


NU juga menghadapi tantangan dalam memberdayakan ekonomi umat, terutama di
kalangan masyarakat menengah ke bawah. Dengan mayoritas anggotanya berasal
dari masyarakat pedesaan dan kelas menengah, NU berupaya mengembangkan

9
berbagai inisiatif ekonomi berbasis koperasi, UMKM, dan pengembangan
wirausaha. Tantangan utama dalam bidang ini adalah akses ke modal, penguatan
jaringan pemasaran, dan peningkatan literasi ekonomi di kalangan anggota NU,
agar mereka bisa lebih mandiri secara ekonomi.

5. Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim


Isu lingkungan semakin menjadi perhatian global, dan NU sebagai organisasi
sosial-keagamaan besar di Indonesia memiliki peran strategis dalam menyikapi
masalah ini. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana NU bisa berperan aktif
dalam edukasi masyarakat mengenai pentingnya pelestarian lingkungan dan
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. NU telah mengambil langkah-
langkah untuk mempromosikan "eco-Islam" atau ajaran Islam yang ramah
lingkungan, namun tantangan besar masih ada dalam hal implementasi di tingkat
akar rumput dan dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan
kelestarian alam .

6. Konsolidasi Internal dan Regenerasi Kepemimpinan


Sebagai organisasi yang besar dan berpengaruh, NU menghadapi tantangan dalam
konsolidasi internal dan regenerasi kepemimpinan. Muktamar NU yang secara
berkala memilih pemimpin organisasi sering kali diwarnai oleh dinamika politik
internal. Tantangan ke depan adalah bagaimana NU dapat menjaga soliditas
organisasi di tengah berbagai kepentingan dan memastikan proses regenerasi
berjalan dengan baik, sehingga kepemimpinan NU tetap mencerminkan nilai-nilai
dasar organisasi dan mampu menghadapi tantangan zaman .

7. Peran Politik NU
Meskipun NU secara struktural tidak terlibat dalam politik praktis, banyak
anggotanya yang aktif di dunia politik. Isu peran politik NU sering menjadi
perdebatan, terutama terkait dengan bagaimana organisasi ini menjaga
independensinya dari pengaruh politik. Tantangan bagi NU adalah bagaimana
mempertahankan posisi netralnya sebagai organisasi keagamaan yang fokus pada
pemberdayaan umat, sembari tetap memiliki pengaruh yang signifikan dalam
kebijakan-kebijakan publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat luas .

8. Globalisasi dan Peran Internasional NU


Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU juga semakin terlibat dalam isu-
isu global, terutama dalam forum-forum internasional yang berkaitan dengan Islam,
perdamaian, dan dialog antaragama. Tantangan yang dihadapi NU adalah
bagaimana memperkuat peran internasionalnya dalam mempromosikan Islam yang
moderat dan menjawab tantangan global seperti Islamofobia, konflik agama, dan
isu-isu kemanusiaan lainnya. NU juga diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak
dalam diplomasi budaya dan agama di tingkat global .

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia
memiliki struktur kelembagaan yang solid, mencakup dua pilar utama: Syuriah
sebagai dewan pembimbing spiritual dan Tanfidziyah sebagai badan eksekutif yang
menjalankan program-program organisasi. Kedua lembaga ini berperan penting
dalam menjaga keseimbangan antara ajaran agama yang moderat dan pelaksanaan
program-program sosial, ekonomi, dan pendidikan bagi umat.
NU telah berkontribusi signifikan dalam pembangunan masyarakat melalui
pendidikan, pemberdayaan ekonomi, pelestarian budaya, serta peran aktif dalam
menjaga kerukunan dan perdamaian. Organisasi ini telah berhasil memperkuat jati
diri sebagai pelopor Islam moderat (Ahlussunnah wal Jama'ah) yang menolak
segala bentuk radikalisme dan ekstremisme.
Namun, NU juga dihadapkan pada berbagai tantangan strategis, seperti
meningkatnya radikalisme, transformasi digital yang menuntut adaptasi cepat, serta
kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberdayakan ekonomi
umat. Selain itu, NU menghadapi tantangan internal dalam hal konsolidasi
organisasi dan regenerasi kepemimpinan, serta tantangan eksternal terkait isu
lingkungan, perubahan iklim, dan peran internasional NU dalam diplomasi
antaragama.
Ke depan, NU perlu terus memperkuat perannya dalam merespons isu-isu strategis
tersebut, menjaga soliditas internal, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan
baru yang relevan dengan tuntutan zaman. Dengan demikian, NU dapat terus
menjadi kekuatan utama dalam membangun masyarakat yang berdaya, toleran, dan
sejahtera, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, M. (2008). Nahdlatul Ulama dan Ahlussunnah wal Jama'ah: Sebuah
Cakrawala Pemikiran. Jakarta: Pustaka Antara.
Abdurrahman, M. (2012). Sejarah Sosial NU: Tradisi, Relasi Kuasa, dan Pencarian
Wacana Baru. Jakarta: LKiS Yogyakarta.
Anam, K. (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Surabaya: Jaya Sakti.
Aziz, A. (2013). Transformasi NU di Era Globalisasi: Strategi Pemberdayaan Umat
melalui Pendidikan dan Ekonomi. Surabaya: Pustaka Indonesia.
Fealy, G., & Barton, G. (Eds.). (1997). Traditionalism and the Quest for Islamic
Renewal: Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama in Post-Suharto Indonesia.
Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Fathoni, S. (2010). NU, Kelembagaan, dan Tantangan Globalisasi. Jakarta:
Paramadina.
Ichwan, M. N. (2006). Ulama, State and Politics: Majelis Ulama Indonesia After
Suharto. Islamic Law and Society, 12(1), 45-72.
Latief, H. (2016). Philanthropy and the Construction of Muslim Civil Society:
Islamic Education, Piety, and the Nahdlatul Ulama in Indonesia. Indonesia
and the Malay World, 44(128), 149-169.
Rubaidi. (2011). Kelembagaan Nahdlatul Ulama: Dinamika Pemikiran, Ideologi,
dan Pergerakan NU. Jakarta: Prenada Media.
Wahid, A. (2001). Islam, Kosmopolitanisme, dan Demokrasi: Refleksi Tantangan
NU di Era Kontemporer. Jakarta: LKiS.
Zainuddin, A. (2019). Tantangan NU di Era Milenial: Refleksi atas Peran dan
Strategi Organisasi dalam Menghadapi Radikalisme dan Globalisasi.
Yogyakarta: Pilar Media.
Zuhri, S. (2006). NU dalam Perspektif Sejarah Indonesia. Jakarta: Lembaga Kajian
Islam dan Sosial.
Zuhdi, S. (2014). Peran NU dalam Pembangunan Ekonomi Umat: Peluang dan
Tantangan di Era Digital. Surabaya: Litbang NU.
Wahid, M. (2017). Konsolidasi Organisasi NU dan Tantangan Regenerasi
Kepemimpinan. Surabaya: Sunan Ampel Press.

12

Anda mungkin juga menyukai