Keaswajaan KEL.5
Keaswajaan KEL.5
Keaswajaan KEL.5
Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Sujai,M.Pd MM
Kelompok 5
Semester 7D
Disusun oleh:
Ali mustazib 21.1.2331
Bimo Hariprasetyo 21.1.2174
Leli Farihatul Goniyah 21.1.1947.3
Muspita Dewi 21.1.2318
Zainul Muaaz 21.1.2283
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM DEPOK
SAWANGAN KOTA DEPOK TAHUN
2024
KATA PENGANTAR
Assalammualikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas curahan nikmat dan karunia-
Nya. Sholawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad SAW
berserta keluarga (ahli bait) .Yang memberikan kesehatan dan waktu, sehingga kelompok kami
mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang “Kelembagaan NU dan
Refleksi Tantangan NU”
Penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan Makalah tugas kelompok
kami, Kelompok 5 tugas mata kuliah Keaswajaan semester VII jurusan Pendidikan Agama
IslamUID. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Kelembagaan NU dan Refleksi Tantangan
NU.
Kami ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak telah
mendukung selama proses penyelesaian makalah ini. Kami berharap Makalah ini dapat
memberikan manfaat terutama bagi tim penyusun dan bagi setiap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu ormas Islam terbesar di
Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan peran signifikan dalam
perkembangan bangsa. Didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, NU awalnya
dibentuk sebagai wadah bagi para ulama dan pengikut ajaran Ahlusunnah wal
Jama'ah dalam merespons berbagai persoalan keagamaan, sosial, dan politik yang
dihadapi umat Islam di Hindia Belanda saat itu.
Sejak awal berdirinya, NU telah menjadi corong aspirasi masyarakat
Muslim tradisional di Indonesia. Organisasi ini berperan penting dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda melalui resolusi
jihad yang dikeluarkan pada tahun 1945. Pasca kemerdekaan, NU terus
berkontribusi dalam pembangunan bangsa, baik di bidang pendidikan, sosial,
budaya, maupun politik.
Sebagai organisasi keagamaan, NU memiliki berbagai lembaga yang
menaungi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan lain-
lain. Beberapa lembaga utama NU antara lain Lembaga Pendidikan Ma'arif NU,
Lembaga Perekonomian NU (LPNU), Lembaga Dakwah NU (LDNU), dan
Lembaga Bahtsul Masail NU yang khusus menangani masalah-masalah keagamaan
kontemporer.
Namun, dalam perjalanannya, NU juga menghadapi berbagai tantangan,
baik dari internal maupun eksternal. Tantangan internal meliputi persoalan
regenerasi kepemimpinan, modernisasi organisasi, dan upaya menjaga konsistensi
ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah di era globalisasi. Sementara itu, tantangan
eksternal mencakup persaingan dengan organisasi Islam lain, radikalisme, dan isu-
isu kontemporer seperti intoleransi, konflik sosial, dan permasalahan lingkungan
hidup.
Refleksi atas tantangan-tantangan tersebut menjadi penting bagi NU untuk
terus memperkuat perannya sebagai organisasi keagamaan yang moderat, inklusif,
dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Dengan mengkaji dan merumuskan
strategi yang tepat, NU dapat terus menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-
nilai keislaman yang rahmatan lil 'alamin sekaligus menjawab tantangan zaman
yang terus berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memperkuat dan mengoptimalkan peran lembaga-lembaga di bawah
naungan NU, seperti Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, Lembaga Perekonomian
NU, Lembaga Dakwah NU, dan Lembaga Bahtsul Masail NU, dalam
menghadapi tantangan zaman?
2. Langkah-langkah apa yang harus diambil oleh NU untuk menjamin
regenerasi kepemimpinan yang efektif dan berkelanjutan, serta menjaga
konsistensi ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah di era globalisasi?
3. Bagaimana strategi NU dalam memperkuat daya saing dan posisinya di
antara organisasi-organisasi Islam lainnya, serta menanggapi isu
radikalisme dan intoleransi yang berkembang di masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis peran dan fungsi lembaga-lembaga di bawah naungan NU,
seperti Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, Lembaga Perekonomian NU,
Lembaga Dakwah NU, dan Lembaga Bahtsul Masail NU, dalam
menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang.
2. Mengidentifikasi tantangan internal yang dihadapi NU, seperti regenerasi
kepemimpinan, modernisasi organisasi, dan upaya menjaga konsistensi
ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah di era globalisasi, serta merumuskan
solusi yang tepat.
3. Mengkaji tantangan eksternal yang dihadapi NU, seperti persaingan dengan
organisasi Islam lain, radikalisme, intoleransi, konflik sosial, dan
permasalahan lingkungan hidup, serta merekomendasikan strategi untuk
merespons tantangan tersebut sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang
rahmatan lil 'alamin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Feillard, A. (1999). "Nahdlatul Ulama in Indonesia: A Synthesis of Islamic Traditionalism and
Modernity." In M. Freitag & W. Clarence-Smith (Eds.), Hadhrami Traders, Scholars, and Statesmen
in the Indian Ocean, 1750s–1960s. Leiden: Brill.
2
Fealy, G., & Bush, R. (2014). "The Political Decline of Traditional Ulama in Indonesia: The Failed
Coup Attempt of 1980 and the Barring of Nahdlatul Ulama from National Convention Politics."
Journal of Indonesian Islam, 8(1), 1-28.
3
Bush, R. (2009). "Nahdlatul Ulama and the Struggle for Power within Islam and Politics in
Indonesia." Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
3
independen. NU terus berkembang dan memperluas pengaruhnya di bidang
pendidikan, sosial, dan budaya.4
6. Masa Reformasi (1998-sekarang)
Setelah reformasi, NU menikmati kebebasan yang lebih besar dan terus
berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. NU memperkuat
perannya dalam mempromosikan nilai-nilai Islam moderat dan toleransi di
Indonesia.
a. Mustasyar
b. Syuriah
c. Tanfidziyah
Badan Otonom NU
4
Fealy, G., & Bush, R. (2014). "The Political Decline of Traditional Ulama in Indonesia: The
Failed Coup Attempt of 1980 and the Barring of Nahdlatul Ulama from National Convention
Politics." Journal of Indonesian Islam, 8(1), 1-28.
5
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) adalah pimpinan tertinggi organisasi NU.
6
Lembaga Pendidikan Ma'arif NU menangani bidang pendidikan di lingkungan NU.
7
Lembaga Perekonomian NU (LPNU) menangani bidang ekonomi dan keuangan NU.
8
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) menangani bidang dakwah dan penyebaran ajaran
Islam.
9
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) menangani masalah-masalah keagamaan
kontemporer.
10
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU) menangani bidang pertanian dan
peternakan.
4
f. Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Ibadah Haji (LPBIH NU)11
g. Lembaga Kajian dan Pengamalan Aswaja Nahdlatul Ulama (LKP2A NU)12
h. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi NU)13
i. Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (LPSM
NU)14
j. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU)15
k. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH NU)16
l. Lembaga Khusus NU
m. Rabithah Al-Ma'ahid Al-Islamiyah (RMI)17
n. Muslimat Nahdlatul Ulama
o. Fatayat Nahdlatul Ulama
p. Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama (GP Ansor)
q. Jamiyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN)
r. Lembaga Studi dan Kajian Pembangunan Nahdlatul Ulama (LSP NU)
s. Lembaga Kajian Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (LKSMNU)
t. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul
Ulama (LKP-SDM NU)
u. Lembaga Ekonomi NU
v. Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMN NU)
w. Koperasi Nahdlatul Ulama (Kopenarsifu)18
11
Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Ibadah Haji (LPBIH NU) menangani masalah-masalah
terkait ibadah haji.
12
Lembaga Kajian dan Pengamalan Aswaja Nahdlatul Ulama (LKP2A NU) menangani kajian dan
pengamalan ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah.
13
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi NU) menangani bidang seni dan budaya
Islam.
14
Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (LPSM NU) menangani bidang
pengembangan sumber daya manusia.
15
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) menangani masalah-masalah
keluarga.
16
Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH NU) menangani masalah-
masalah hukum.
17
Rabithah Al-Ma'ahid Al-Islamiyah (RMI) adalah organisasi yang menaungi pondok pesantren di
lingkungan NU.
18
Koperasi Nahdlatul Ulama (Kopenarsifu) adalah koperasi yang dimiliki oleh NU.
5
kebijakan spiritual organisasi. Pemimpin tertingginya disebut Rais Aam,
seorang ulama senior yang dihormati. Syuriah berperan dalam pengambilan
keputusan keagamaan dan memberikan panduan moral bagi seluruh
aktivitas NU.
Wakil Rais Aam dan Mustasyar (penasehat) mendukung Rais Aam dalam
melaksanakan tugasnya, memastikan kelancaran pengambilan keputusan
keagamaan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam tradisional .
6
b. Tanfidziyah (Dewan Eksekutif)
Tanfidziyah adalah dewan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program-
program organisasi secara operasional. Pemimpin tertinggi dalam Tanfidziyah
adalah Ketua Umum, yang dipilih melalui proses Muktamar (kongres tertinggi NU)
dan memiliki tanggung jawab untuk memimpin jalannya organisasi secara
administratif. Ketua Umum berperan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik organisasi.
Sekretaris Jenderal membantu Ketua Umum dalam menjalankan tugas
administratif, sementara Bendahara Umum bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan organisasi. Tanfidziyah juga bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan aktivitas badan otonom NU dan berbagai lembaga di bawah
naungannya .
1. Pendidikan
7
2. Sosial dan Kemanusiaan
NU aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) adalah lembaga yang berperan dalam
pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah untuk membantu masyarakat miskin dan
membutuhkan. Dana-dana ini digunakan untuk program-program pemberdayaan
ekonomi, bantuan sosial, beasiswa, dan kesehatan. Kegiatan kemanusiaan NU juga
mencakup respons terhadap bencana alam, di mana NU sering menjadi pelopor
dalam membantu masyarakat terdampak bencana di berbagai daerah Indonesia.
3. Ekonomi Umat
NU berperan dalam melestarikan budaya lokal yang selaras dengan ajaran Islam
melalui dakwah yang moderat. Pendekatan NU dalam dakwah lebih menekankan
pada pendekatan persuasif, mengedepankan dialog, serta menghormati tradisi lokal
yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. NU juga mempromosikan Islam yang
damai, toleran, dan inklusif, yang berperan penting dalam menjaga keharmonisan
sosial dan kerukunan beragama di Indonesia .
8
Dengan berbagai peran tersebut, NU terus berkontribusi dalam memperkuat
pembangunan masyarakat Indonesia melalui pendekatan yang holistik, mencakup
aspek spiritual, sosial, dan ekonomi.
2. Transformasi Digital
Era digitalisasi membawa tantangan sekaligus peluang bagi NU. Transformasi
digital tidak hanya mencakup pengembangan teknologi, tetapi juga bagaimana
organisasi dapat merespons perubahan perilaku sosial, termasuk dalam hal dakwah
dan pendidikan. NU dituntut untuk beradaptasi dengan teknologi baru, termasuk
penggunaan media sosial untuk menyebarkan ajaran Islam moderat dan
menghadapi tantangan informasi yang salah (hoaks) yang sering kali disebarkan di
platform digital. Digitalisasi juga mendorong NU untuk memperkuat manajemen
organisasinya, agar lebih responsif dan transparan di era informasi .
9
berbagai inisiatif ekonomi berbasis koperasi, UMKM, dan pengembangan
wirausaha. Tantangan utama dalam bidang ini adalah akses ke modal, penguatan
jaringan pemasaran, dan peningkatan literasi ekonomi di kalangan anggota NU,
agar mereka bisa lebih mandiri secara ekonomi.
7. Peran Politik NU
Meskipun NU secara struktural tidak terlibat dalam politik praktis, banyak
anggotanya yang aktif di dunia politik. Isu peran politik NU sering menjadi
perdebatan, terutama terkait dengan bagaimana organisasi ini menjaga
independensinya dari pengaruh politik. Tantangan bagi NU adalah bagaimana
mempertahankan posisi netralnya sebagai organisasi keagamaan yang fokus pada
pemberdayaan umat, sembari tetap memiliki pengaruh yang signifikan dalam
kebijakan-kebijakan publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat luas .
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia
memiliki struktur kelembagaan yang solid, mencakup dua pilar utama: Syuriah
sebagai dewan pembimbing spiritual dan Tanfidziyah sebagai badan eksekutif yang
menjalankan program-program organisasi. Kedua lembaga ini berperan penting
dalam menjaga keseimbangan antara ajaran agama yang moderat dan pelaksanaan
program-program sosial, ekonomi, dan pendidikan bagi umat.
NU telah berkontribusi signifikan dalam pembangunan masyarakat melalui
pendidikan, pemberdayaan ekonomi, pelestarian budaya, serta peran aktif dalam
menjaga kerukunan dan perdamaian. Organisasi ini telah berhasil memperkuat jati
diri sebagai pelopor Islam moderat (Ahlussunnah wal Jama'ah) yang menolak
segala bentuk radikalisme dan ekstremisme.
Namun, NU juga dihadapkan pada berbagai tantangan strategis, seperti
meningkatnya radikalisme, transformasi digital yang menuntut adaptasi cepat, serta
kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberdayakan ekonomi
umat. Selain itu, NU menghadapi tantangan internal dalam hal konsolidasi
organisasi dan regenerasi kepemimpinan, serta tantangan eksternal terkait isu
lingkungan, perubahan iklim, dan peran internasional NU dalam diplomasi
antaragama.
Ke depan, NU perlu terus memperkuat perannya dalam merespons isu-isu strategis
tersebut, menjaga soliditas internal, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan
baru yang relevan dengan tuntutan zaman. Dengan demikian, NU dapat terus
menjadi kekuatan utama dalam membangun masyarakat yang berdaya, toleran, dan
sejahtera, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, M. (2008). Nahdlatul Ulama dan Ahlussunnah wal Jama'ah: Sebuah
Cakrawala Pemikiran. Jakarta: Pustaka Antara.
Abdurrahman, M. (2012). Sejarah Sosial NU: Tradisi, Relasi Kuasa, dan Pencarian
Wacana Baru. Jakarta: LKiS Yogyakarta.
Anam, K. (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Surabaya: Jaya Sakti.
Aziz, A. (2013). Transformasi NU di Era Globalisasi: Strategi Pemberdayaan Umat
melalui Pendidikan dan Ekonomi. Surabaya: Pustaka Indonesia.
Fealy, G., & Barton, G. (Eds.). (1997). Traditionalism and the Quest for Islamic
Renewal: Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama in Post-Suharto Indonesia.
Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Fathoni, S. (2010). NU, Kelembagaan, dan Tantangan Globalisasi. Jakarta:
Paramadina.
Ichwan, M. N. (2006). Ulama, State and Politics: Majelis Ulama Indonesia After
Suharto. Islamic Law and Society, 12(1), 45-72.
Latief, H. (2016). Philanthropy and the Construction of Muslim Civil Society:
Islamic Education, Piety, and the Nahdlatul Ulama in Indonesia. Indonesia
and the Malay World, 44(128), 149-169.
Rubaidi. (2011). Kelembagaan Nahdlatul Ulama: Dinamika Pemikiran, Ideologi,
dan Pergerakan NU. Jakarta: Prenada Media.
Wahid, A. (2001). Islam, Kosmopolitanisme, dan Demokrasi: Refleksi Tantangan
NU di Era Kontemporer. Jakarta: LKiS.
Zainuddin, A. (2019). Tantangan NU di Era Milenial: Refleksi atas Peran dan
Strategi Organisasi dalam Menghadapi Radikalisme dan Globalisasi.
Yogyakarta: Pilar Media.
Zuhri, S. (2006). NU dalam Perspektif Sejarah Indonesia. Jakarta: Lembaga Kajian
Islam dan Sosial.
Zuhdi, S. (2014). Peran NU dalam Pembangunan Ekonomi Umat: Peluang dan
Tantangan di Era Digital. Surabaya: Litbang NU.
Wahid, M. (2017). Konsolidasi Organisasi NU dan Tantangan Regenerasi
Kepemimpinan. Surabaya: Sunan Ampel Press.
12