02-Ramada Sandi
02-Ramada Sandi
02-Ramada Sandi
Abstrak− Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau
tidak dapat menggunakan insulin, dan didiagnosis dengan mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. Penelitian ini
bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan gaya hidup pada penderita diabetes mellitus
yang terjadi di daerah keluraha Sirandorung. Diabetes Melitus tipe I paling banyak menyerang pada usia anak-anak hingga remaja.
Pada usia lebih dari 30 tahun biasanya penderita Diabetes Melitus lebih mengarah pada diabetes tipe. Bagi penderita diabetes
melitus pola hidup sehat harus diutamakan seperti, Kurangi konsumsi gula. Kurangi garam/rendah garam. Pilih makanan berserat
tinggi. Konsumsi gandum, beras merah, atau cereal sebagai pengganti nasi putih.
Kata Kunci: Diabetes Melitus; Penyebab; Pola Makan; Pola Prilaku Hidup Sehat;
Abstract−Diabetes Mellitus is a chronic condition that occurs when the body cannot produce enough insulin or cannot use insulin,
and is diagnosed by observing an increase in glucose levels in the blood. This research aims to determine the relationship between
the level of knowledge and lifestyle in diabetes mellitus sufferers who occur in the Sirandorung sub-district area. Diabetes mellitus
type I most often attacks children to teenagers. At the age of more than 30 years, diabetes mellitus sufferers usually tend to develop
type 2 diabetes. For diabetes mellitus sufferers, a healthy lifestyle must be prioritized, such as reducing sugar consumption. Reduce
salt/low salt. Choose high fiber foods. Consume wheat, brown rice, or cereal instead of white rice.
Keywords: Diabetes mellitus; Causes; Dietary habit; Healthy Living Behavior Patterns;
1.PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang paling sering terjadi secara global. Penyakit
ini menempati urutan keempat penyebab kematian di sebagian besar negara berkembang. Diabetes Melitus dikenal
sebagai penyakit yang heterogen yang biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan toleransi glukosa
terganggu, serta kekurangan insulin, kelemahan keekfetifan peran insulin, ataupun karena kedua alasan tersebut.
Berdasarkan etiologi dasar dan gejala klinis yang dialami, Diabetes Melitus dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu
diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan tipe spesifik.(Association, 2015)
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik akibat pankreas yang tidak menghasilkan insulin atau
saat tubuh tidak mampu menggunakan insulin dengan efektif (WHO, 2021). Tingginya prevalensi diabetes melitus
dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya konsumsi gula berlebih dan merokok.(Fitriyah & Herdiani, 2022).Sebanyak
38 juta (68%) dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012 disebabkan oleh penyakit degeneratif (WHO, 2014).
Menurut WHO diperkirakan sebanyak 1,5 juta kematian disebabkan oleh diabetes melitus (WHO, 2021). Berdasarkan
laporan Riskesdas di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,5% prevalensi diabetes dan meningkat menjadi 2% pada
2018(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus mengalami peningkatan di
dunia, baik pada negara maju ataupun negara berkembang, sehingga dikatakan bahwa DM sudah menjadi masalah
kesehatan atau penyakit global pada masyarakat. Organisasi kesehatan dunia atau WHO memperkirakan bahwa lebih
dari 346 juta orang diseluruh dunia mengidap DM. Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua kalilipat pada tahun
2030 tanpa intervensi. Hampir 80% kematian DM terjadi dinegara berpenghasilan rendah dan menengah.(Suiraoka,
2012)
Pada tahun 2015 Indonesia berdiri pada posisi ketujuh dengan jumlah penderita sebanyak 10 juta jiwa.
Jumlah penderita DM ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2040, yaitu sebanyak 16,2 juta jiwa penderita,
dapat diartikan bahwa akan terjadi peningkatan penderita sebanyak 56,2% dari tahun 2015 sampai 2040. Indonesia
juga merupakan negara ketiga yang jumlah orang dengan gangguan toleransi glukosa (20-79 tahun) pada tahun 2015
yaitu sebesar 29 juta jiwa orang.(Edition, 2015) Menurut International Diabetes Federation Pada tahun 2017, sekitar
425 juta orang di seluruh dunia menderita DM. Jumlah terbesar orang dengan DM yaitu berada di wilayah Pasifik
Barat 159 juta dan Asia Tenggara 82 juta. China menjadi negara dengan penderita DM terbanyak di dunia.
Data dari Riskesdas dalam angka, Provinsi Sumatera Utara tahun 2018, prevalensi DM pada umur ≥15 tahun
di Sumatera Utara yang terdiagnosis sebesar 1,8%.(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020) Data dinas
kesehatan kota Medan tahun 2018 jumlah pasien DM sebanyak 319 orang, sedangkan pada tahun 2019 jumlah pasien
DM sebanyak 402 orang dan semakin meningkat pada tahun 2020 pasien DM berjumlah 512 orang.(Dinas Kesehatan
Provinsi sumatera utara, 2019)
Secara umum, diabetes terbagi atas dua jenis, yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada Diabetes Melitus
tipe I, pankreas kurang atau tidak memproduksi insulin, karena terjadi masalah gentik, virus atau autoimun. Diabetes
Mellitus tipe I disebabkan oleh faktor genetika, faktor imunologik, dan faktor lingkungan.(Faida & Santik, 2018)
Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada orang yang usianya lebih muda, meskipun dapat juga terjadi pada orang
dewasa. Pada kondisi seperti ini, penderita akan selalu memerlukan suntikan insulin ke tubuhnya. Satu dari sepuluh
orang penderita diabetes mengalami diabetes jenis ini atau disebut dengan diabetes ketergantungan insulin. Sedangkan
Diabetes Mellitus tipe II terjadi karena kombinasi kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insuliun
atau berkurangnya sensitivitas terhadap insulin. Sistem pankreas tetap menghasilkan insulin walaupun kadang
kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan
insulin relative. Faktor risiko utama pada tipe dua adalah obesitas dimana sekitar 80-90% penderita diabetes tipe ini
mengalami obesitas.
2.METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tahapan Penelitian
Metode Penelitian ini adalah dengan contoh 2 Sempel warga yang ada di daerah kelurahan
Sirandorung.Pertama- Tama saya mengunjungi langsung kerumah seorang ibu ,yang berusia sekitar 50 tahun yang
tinggal di jl.Talsim,lalu saya memperkenalkan diri saya dan apa tujuan saya datang kesini,lalu saya langsung
mewawancarai ibu itu dengan 10 pertanyaan.Begitu juga dengan seorang bapak yang berusia sekitar 55 tahun yang
tinggal di jl.manab lubis dengan memberikan 10 pertanyaan yang sama.
2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya diabetes melitus di kelurahan
Sirandorung kab. Labuhan batu dengan contoh 2 Sempel warga.
Berdasarkan hasil penelitian dari 2 contoh Sempel warga yang ada di kelurahan Sirandorung kab, labuhan
batu tentang penyakit diabetes melitus terdapat perbedaan dan kesamaan antara penderita Diabetes Melitus tipe 1 dan
Diabetes Melitus Tipe 2. Dan dijelaskan dengan contoh Sempel 10 pernyataan terkait dengan Diabetes Melitus.
Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya8. DM merupakan salah satu dari penyakit tidak menular (PTM)
yang merupakan peringkat ke-3 penyebab kematian utama di Indonesia9. DM ialah salah satunya dari fokus 4 PTM
utama penyebab 60% kematian pada target SDGs tahun 2030.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 2 contoh sempel warga diuraikan beberapa determinan faktor risiko DM tipe 1
dan 2 yaitu:
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa penyakit Daibetes Mellitus tipe 1 terbukti diikuti oleh penyakit
kronis sebagai penyerta yang meliputi penyakit kardivaskuler, hipertensi dan jantung. Perkembangan penyakit kanker
pada penderita diabetes dapat disebabkan ketidakseimbangan hormon insulin dan tingginya kadar gula darah.
Pernyataan tersebut selaras dengan(Faida & Santik, 2018), berdasarkan penelitiannya ada tiga masalah utama yang
menimpa pada penderita diabetes mellitus yaitu terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia dan penyakit degeneratif
kronis. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara seseorang yang menderita Diabetes mellitus tipe 1 sangat
memungkinkan terserang penyakit degeneratif kronis meliputi stroke, jantung, kanker dan sebagainya. Berbeda pada
penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa penyakit kronis biasa diderita oleh usia lanjut atau menopouse bagi
perempuan, dan untuk laki-laki sering terjadi pada seseorang yang terbiasa dengan gaya hidup dengan merokok. Hal
ini menyebabkan untuk penderita diabetes lebih rentan terkena penyakit kronis sebagai penyakit penyerta diabetes
yang dideritanya.(Faida & Santik, 2018)
Berdasarkan hasil penelitian dengan Sempel 2 warga terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan kejadian DM. Pada laki-laki maupun perempuan, memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap diabetes,
akan tetapi setelah usia 30 tahun perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini
dikarenakan perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh lebih besar, serta sindroma siklus bulanan
pasca menopause menyebabkan distribusi lemak tubuh mudah terakumulasi akibat proses hormonal yang menjadikan
terjadinya resistensi insulin.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor genetik keluarga yang memiliki
riwayat DM dengan kejadian DM. Riwayat keluarga dengan DM merefleksikan bahwa terdapat kerentanan genetik
dan paparan faktor lingkungan dalam keluarga. Interaksi keduanya menjadi faktor penting terjadinya DM.
Berdasarkan hasil studi literatur, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan kejadian DM. Hasil
uji statistik rata-rata seseorang dengan usia > 45 tahun memiliki risiko terkena DM sebesar 2-3,5 kali lebih berisiko.
Penuaan menyebabkan menurunnya sensitivitas insulin dan metabolisme glukosa yang berakibat tidak stabilnya kadar
gula darah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan/ konsumsi dengan
kejadian DM tipe 2. Risiko sebesar 0,4 – 6,19 kali lebih tinggi terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki pola makan Baik.Kebiasaan pola makan orang Indonesia yang terlalu banyak mengkonsumsi sumber
karbohidrat maupun lemak serta ketidakseimbangan konsumsi dengan kebutuhan energi yang berlangsung lama dapat
menimbulkan terjadinya DM.Pola makan yang kurang baik menimbulkan kegemukan. Kelebihan berat badan dapat
menghambat kerja pankreas menjalankan fungsi sekresi insulin yang berakibat kadar gula darah meningkat sehingga
berpotensi untuk terkena DM.
Berdasarkan hasil penelirian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat stres dan kejadian DM tipe 1 dan 2 dengan nilai odd ratio sebesar 3 – 6 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seseorang yang tidak stres.Pada keadaan stres, produksi hormon kortisol oleh kelenjar adrenal mengalami
peningkatan. Kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan meningkatkan glukosa darah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan , didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara IMT Obesitas (Indeks Massa Tubuh) dan kejadian DM, dengan nilai odd ratio sebesar 2,6 – 6 kali lebih tinggi
dibandingkan seseorang yang IMT nya normal.IMT obesitas dapat menyebabkan meningkatnya asam lemak dalam
sel dan menyebabkan resistensi insulin.
Berdasarkan hasil penelitian ini,didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik termasuk olahraga dengan kejadian DM tipe 2.Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik maupun olahraga rutin terhadap Kejadian
DM.Secara statistik seseorang yang memiliki aktivitas fisik ringan memiliki risiko untuk terkena penyakit
DM tipe 2 ialah sebesar 1,5-5,6 kali. Olahraga dapat meningkatkan sensitivitas insulin serta mengontrol kadar gula
darah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan (tentang perilaku hidup sehat dan DM tipe 2) dengan kejadian DM tipe 2.Hal ini dikarenakan pada
penelitian ini terdapat faktor lain yang mempengaruhi terjadinya DM yaitu sikap dan perilaku responden yang
menerapkan pola hidup sehat. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki serta berpengaruh
dalam membentuk perilaku dan tindakan.
3.3.6 Hipertensi
Berdasarkan penelitian ini bahwa hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya penyakit Diabetes Melitus.
3. KESIMPULAN
Simpulannya adalah perlu dilakukan investigasi dan edukasi diabetes mellitus sejak dini. Menerapkan gaya hidup
sehat untuk menjaga kadar gula darah juga sangat penting. Orang yang berusia di atas 50 tahun juga harus dibantu
untuk lebih memahami apa itu diabetes mellitus, karena kebanyakan orang lanjut usia dengan diabetes mellitus kurang
memiliki pengetahuan dan pemahaman. Membiasakan pola hidup sehat sangat penting bagi kita semua untuk
menghindari penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, dan aplikasi ini dapat dioptimalkan dengan bantuan
keluarga dan teman.
Untuk lebih meningkatkan kesadaran diri tentang pemahaman diabetes mellitus agar tidak ada lagi
peningkatan penderita diabetes mellitus. Serta sebagai generasi yang akan datang alangkah baiknya membantu
penderita diabetes mellitus untuk lebih semangat lagi dalam menghadapi penyakitnya. Terima kasih disampaikan
kepada semua pihak yang terkait dengan penelitian ini.
5.REFERENCES
Association, A. D. (2015). Standards of medical care in diabetes—2015 abridged for primary care providers. In
Clinical Diabetes (Vol. 33, Issue 2, pp. 97–111). American Diabetes Association.
https://doi.org/10.2337/diaclin.33.2.97
Dinas Kesehatan Provinsi sumatera utara. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (pp. 1–220).
http://dinkes.sumutprov.go.id/halaman/profil-dinas-kesehatan-provinsi-sumatera-utara
Edition, S. (2015). IDF DIABETES ATLAS Seventh Edition 2015. International Diabetes Federation.
Faida, A. N., & Santik, Y. D. P. (2018). Kejadian Diabetes Melitus Tipe I pada Usia 10-30 Tahun. HIGEIA, 2, 239–
249.
Fitriyah, C. N., & Herdiani, N. (2022). Konsumsi Gula dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Diabetes Melitus di
Puskesmas Gading Surabaya. Jik Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 467. https://doi.org/10.33757/jik.v6i2.567
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINA
L.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2020.
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf
Suiraoka, I. P. (2012). Penyakit Degenaritf. Nuha Medika. Yogyakarta.