Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
DISUSUN OLEH :
Nim: 2341183
MAHARATU
PEKANBARU 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
CA CERVIX
Oleh : Eliana
1. Kasus
Ca Cervix
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Ca cervix atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi atau berada di
serviks. Serviks merupakan bagian terendah dari rahim, berbentuk silindirs yang
menonjol serta berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Kanker terjadi jika terdapat-sel-sel dalam tubuh manusia yang tumbuh diluar
kendali. Serviks (leher rahim) merupakan bagian tubuh yang menghubungkan rahim ke
jalan lahir atau vagina. Serviks terdiri atas dua bagian yang berbeda yaitu endoservixs
yang terletak dekat dengan badan rahim dan ektoserviks (exoserviks) yang berada di
sebelah vagina (Februanti, 2019). Kedua bagian tersebut tersusun dari epitel yang
berbeda pada bagian endoserviks disusun atas epitel kolumnar sedangkan bagian
ektoserviks disusun atas epitel skuamosa. Daerah pertemuan antara kedua jenis epitel
tersebut dinamakan dengan sambungan skuamosa-klomunar (SSK) yang letaknya
dipengaruhi oleh faktor hormonal. Faktor hormonal tersebut berhubungan dengan
usia,aktivitas seksual serta paritas. SSK terletak di dalam ostium pada
perempuan yang berusia sangat muda dan perempuan menopause. Kemudian pada
perempuan yang usia reproduksi atau seksual aktif, sambungan tersebut terletak di
ostium eksternum karena adanya retraksi otot oleh prostaglandin atau trauma.
Perubahan fisiologis pada epitel leher rahim akan terjadi di masa kehidupan perempuan.
Epitel skuamosa akan mengggantikan epitel kolumnar yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian tersebut dinamakan dengan proses
metaplasia yang terjadi karena rendahnya PH vagina. Pada masa pubertas sering
dijumpai aktivitas metaplasia yang tinggi, secara morfogenik akan memunculkan dua
SSK yaitu SSK asli dan baru yang mana menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dan epitel kolumnar. Daerah antara kedua
Penyebab
Ca cervix terjadi pada wanita disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) sub
tipe onkogenik (Februanti, 2019). Human Papilloma Virus (HPV) merupakan
virus yang masuk dalam keluarga Papillomaνiridae. HPV merupakan virus DNA
sirkuler rantai ganda, berukuran kecil dan tidak memiliki selubung (envelope). HPV
diklasifikasikan menjadi dua yaitu Low Risk-HPV (LR-HPV), dan High Risk-HPV (HR-
HPV) atau biasa disebut dengan HPV onkogenik (Evriarti dan Yasmon, 2019). Low Risk-
HPV (LR-HPV) atau HPV non-onkogenik yaitu tipe 6 dan 11 biasanya menyebabkan
penyakit kutil kelamin sedangkan Risk-HPV (HR-HPV) atau HPV onkogenik terdiri dari
tipe 16,18, 31,33,45,52,dan 58 (Kemenkes RI, 2013). Akan tetapi Risk-HPV (HR-HPV)
yang menjadi penyebab utama terjadinya lesi pra-ganas dan ganas pada Ca cervix
invasif adalah HPV tipe 16 dan 18 yang biasanya ditularkan
1. Genetik
Terdapat riwayat keluarga yang mengalami Ca cervix misalnya ibu atau adik
perempuan (Ardhiansyah, 2019). Riwayat keluarga berhubungan dengan kejadian
kanker serviks karena satu keluarga memiliki pola hidup yang sama misalnya
higgien, pola makan, dan kebiasaan sehari-hari yang mana dapat memicu
usia muda lebih berisiko karena pada periode dewasa muda akan terjadi
peningkatkan proses metaplasia sel skuamosa sehingga berisiko mengalami
transformasi atipik skuamosa meningkat kemudia menjadi neoplasia intraepitel
cerviks (Sulistiya dkk., 2017).
3. Berhubungan seksual dengan multipartner
Wanita yang melakukan hubungan seksual dengan enam atau lebih mitra laki-laki
yang berisiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan perempuan). Hal ini
menyebabkan wanita memilii risiko 10 kali lebih besar mengalami CA Cervix
(Sondang dan Dian, 2014).
4. Merokok
Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat merusak DNA sel epitel skuamosa
dan bersamaan dengan infeksi HPV akan menyebabkan transformasi maligna.
Merokok juga dapat menurunkan daya tahan tubuh dalam upaya memerangi infeksi
HPV. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita yang telah lama memiliki kebiasaan
merokok berisiko lebih tinggi terkena penyakit Ca cervix (Irmayani, 2014).
6. Gangguan imunitas
Menurunnya daya tahan tubuh atau gangguan imunitas berpengaruh terhadap
kejadian Ca cervix dimana daya tahan tubuh berperan penting dalam proses
8. Penggunaan pil KB
Penggunaan pil KB atau kontrasepsi hormonal selama lebih dari 4 atau 5 tahun akan
meningkatkan risiko terjadinya Ca cervix pada wanita yaitu sebesar 1,5-2,5 kali.
Kontrasepsi hormonal atau pil KB dapat menurunkan imunitas yang berkaitan
dengan menurunnya jumlah kadar nutrient seperti vitamin B12,B6,B2,
C, asam folat dan Zinc. Selain itu juga menyebabkan wanita lebih sensitive terhadap
HPV yang mana memicu terjadinya peradangan di area genetalia sehingga berisiko
lebih besar terkena Ca cervix (Putri Damayanti, 2013).
virus papilloma atau virus kondiloma akuminata dan virus herpes simpleks (HSV-
2). Seseorang tidak akan langsung terkena kanker serviks setelah terinfeksi virus
melalui hubungan seksual melainkan membutuhkan waktu selama 20-30 tahun
kemudian (Putri Damayanti, 2013).
1. Perdarahan vagina yang tidak normal seperti perdarahan setelah berhubungan seks,
perdarahan setelahnya menopause, perdarahan dan bercak diantara periode atau
mengalami periode menstruasi yang lebih panjang atau lebih berat dari biasanya.
2. Keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina, cairan tersebut mungkin
mengandung darah dan dapat terjadi diantara periode menstruasi atau menopause.
Atau mengalami keputihan yang berlebih,
Tanda gejala yang terlihat pada penyakit yang lebih lanjut meliputi :
2. Adenokarsinoma
3. Karsinoma adenosquamous
CA cervix jenis ini lebih jarang dialami oleh wanita dimana karsinoma
adenosquamous memiliki fitur dari karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma
atau biasa disebut dengan karsinoma campuran.
Meskipun hampir semua jenis Ca cervix yang lebih banyak adalah karsinoma sel
skuamosa dan adenosquamos, jenis kanker lain juga dapat berkembang di serviks
seperti limfoma, sarcoma, dan melanoma yang biasa lebih sering terjadi dibagian tubuh
yang lain (Februanti, 2019).
Stadium Keterangan
Terukur invasi stroma lebi dari 3.0mm dan tidak lebih dari
1B Lesi terlihat secara klinis dan terbatas hanya di serviks uteri atau secara
mikroskopis lebih besar dari 1A.
1B1 Lesi terlihat secara klinis dengan dimensi terbesar ≤4.0 cm.
g. Patofisiologi
Proses terjadinya ca cervix sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia.
Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang mampu mengubah perangai sel secara
genetic pada fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas.
Perubahan tersebut biasanya terjadi di Transformation Zone (T-Zone). Sel yang
mengalami perubahan atau mutasi dinamakan sel displastik sedangkan adanya kelainan
pada epitel disebut dengan dysplasia (Neoplasia Intraepitl Serviks/NIS) (Kemenkes RI,
2013). Perkembangan ca cervix berawal dari terjadinya displasia pada lapisan epitel
serviks yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma
in-situ (KIS). Kemudian setelah berhasil menembus membran basalis maka akan
h. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ca cervix berupa pemeriksaan klinik
inspeksi, kolposkopi, rektoskopi, sistoskopi, biopsi serviks, USG, BNO -IVP, foto
toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan. Adanya kecurigaan metastasis ke
kandung kemih atau rectum harus dikonfimasi dengan pemeriksanaan histologik dan
biopsy. Sedangkan pemeriksaan rektoskopi dan sistokopi dilakukan jika telah memasuki
stadium 1B2 atau lebih (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015). Penentuan
stadium klinik pada kanker serviks dapat didukung dengan melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang. Selain itu pemeriksaan penunjang juga bermanfaat untuk
menetapkan jenis pengobatan dan memperbaiki prognosa dari kanker serviks.
Berikut pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Aziz, dkk (2008)
a. Urinalistis rutin
b. SGOT, SGPT, albumin
a. Foto toraks
b. IVP
c. Sistoskopi
d. Rektoskopi
Pap smear adalah metode pemeriksaan atau skrining ca cervix dengan cara
mengambil sampel sitology dari serviks untuk menegaakkan diagnosa ca cervix.
Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi untuk mendiagnosa ca
cervix yaitu mencapai 98% dan memiliki tingkat spesifitas mencapai 93%. Tidak
menutup kemungkinan bahwa tes pap smear juga mungkin dapat memberikan hasil
negatif palsu (Pradnyana dkk., 2019).
3. Biopsi
Biopsi merupakan tindakan pengambilan sebagian kecil jaringan pada tubuh
manusia untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskopis. Pada pasien ca
cervix jaringan yang diambil adalah jaringan serviks yang kemudian akan diteliti
oleh ahli patologi. Biopsi dilakukan apabila tampak suatu pertumbuhan abnormal
atau luka pada serviks. Selain itu juga karena hasil dari tes pap smear yang telah di
konfirmasi dengan pemeriksaan kolposkopi didapatkan hasil terdapat sel yang
abnormal atau kanker (Shadine dan Mahannad, 2012)
4. Ultrasunografi (USG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk skrining awal diagnostic ca cervix. Tetapi
pemeriksaan USG ini kurang akurat jika digunakan untuk mendeteksi ca cervix
dengan stadium dini meskipun dengan menggunakan USG transvaginal. USG
1. Tindakan bedah
Tindakan bedah ini akan dilakukan dengan mengangkat tumor di cervik, rahim,
bagian dari vagina, jaringan di sekitar rahim, dan jaringan limfatik namun tetap
dengan mempertimbangkan usia pasien.
2. Radioterapi
Terdapat dua jenis radioterapi yang digunakan yaitu eksternal dan internal. Dalam
penanganan ca cervix biasanya kedua metode ini digunakan secara bersamaan guna
mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.
3. Kemoterapi
Pengobatan dengan kemoterapi dapat membantu mengecilkan ukuran tumor dan
melengkapi tindakan radioterapi untuk meningkatkan efek pengobatannya.
dengan N2O dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode ini
ditujukan untuk destruksi local pada lapisan epitel serviks yang mengalami lesi
prakanker. Pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru.
2. Tatalaksana ca cervix invasif, penatalaksanaan ini disesuaikan dengan stadium
kanker serviks yang dialami oleh klien. Pada karsinoma in-situ akan dilakukan terapi
operasi berupa konisasi dengan mempertimbangkan usia pasien. Pada
stadium 0 1A1 dilakukan tindakan histerektomi simple sedangkan pada stadium IA2
hingga stadium IIA akan dilakukan operasi histerektomi radikal. Pasien yang
mengalami ca cervix stadium IIB-IIIB akan dilakukan tindakan radiasi atau
kemoradiasi sedangkan pada stadium IV terapi yang diberikan berupa radiasi
paliatif atau perawatan paliatif. Saat ini sudah berkembang juga pengobatan dengan
menggunakan pendekatan berbagai kombinasi seperti operasi, radiasi dan
kemoterapi yang disesuaikan dengan masalah tiap-tiap pasien.
3. Dukungan nutrisi
Terapi nutrisi yang adekuat diperlukan bagi pasien ca cervix karena mereka
berisiko mengalami malnutrisi dan kaheksia kanker. Dukungan nutrisi dapat
diberikan mulai dengan skrinning gizi kemudian dilanjutkan pemberian
tatalaksanan nutrisi umum dan khusus. Tatalaksana nutrisi umum mencakup
kebutuhan nutrisi umum (penentuan jalur pemberian nutrisi, aktifitas fisik,
farmakoterapi, dan terapi nutrisi iperatif. Pasien kanker serviks biasanya akan
mengalamai gangguan penceranaan seperti mual muntah, konstipasi dan diare yang
disebabakan oleh tindakan kemoterapi, pembedaan atau radio-terapi. Saat terjadi
kondisi seperti diatas maka perlu diberikan terapi nutrisi khusus yang terdiri dari
edukasi dan terapi gizi serta medikamentosa yang disesuaikan dengan
masalah dan status gizi pasien. Penderita kanker harusnya menerapkan pola makan
sehat yaitu tinggi sayur dan buah serta biji-bijian, rendah lemak dan menghindari
alkohol. Selain itu juga harus diseimbangi dengan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya secara teratur.
4. Rehabilitasi medik
Rehabilitasi medik dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan aktivitas kehidupan
sehari, hari, pengembalian kemampuan fungsi, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien sesuai dengan kemampuan fungsional yang ada. Rehabilitasi medic dapat
dilakukan pada berbagai tahapan dan pengobatan penyakit yang disesuaikan
3. Pathway
Faktor Risiko
1. Genetik
2. Aktivitas seksual pada usia muda
3. Berhubungan seksual dengan multipartner
4. Merokok
5. 6. 7. 8.
9.
Perdarahan spontan
Penurunan cairan
untravaskular
Radioterapi
Kemerahan, Penurunanberat
kulit kering badan
1. Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya pasien kanker serviks datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan
4. Riwayat keluarga
Adanya keluarga yang memiliki penyakit yang sama
5. Riwayat psikososial
Pola Nutrisi
c. Pola eliminasi
Pasien kanker serviks yang sudah memasuki stadium akhir atau
penyakitnya berlanjut akan mengalami gangguan BAB dan BAK. Serta
terdapat darah dalam urin.
persepsi sensori.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perawat mengkaji bagaiman pasien memandang dirinya dengan kondisi
saat ini, dan menanyakan apakah pasien merasa cemas dengan
kondisinya.
i. Pola reproduksi
a. Riwayat menarche
b. Riwayat menikah
8. Riwayat ginekologi
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda tanda-vital
c. Kepala
Dimulai dari rambut, wajah, mata, hidung, telinga, leher dan mulut.
Biasanya pasien kanker yang belum menjalani pengobatan kemoterapi
pemeriksaan fisik bagian kepala masih normal.
d. Dada
Dilakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
f. Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
g. Genetalia
Biasanya pada pasien kanker serviks terdapat lesi, adanya pengeluaran
cairan pervaginam, berbau
h. Ekstermitas
Kaki bengkak bagi yang sudah mengalami penyakit kanker lebih lanjut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis b.d infiltrasi tumor, penekanan saraf
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (mis, proses penyakit)
e. Ansietas b.d krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri, kurang terpapar
informasi
5. Intervensi Keperawatan
2. Knoenm-faamrmpuaaknolmogeinggunakan tceukknuikp 4.
jKikoalapbeorrlausi pemebrian analgesik
meningkat 5. Monitor efek samping
3. Pengkajian penggunaan analgesik
Status kenyamanan (L.08064) 6. Berikan teknik nonfarmakologis
4. Keluhatn tidak nyaman cukup untuk mengurangi nyeri (mis, menurun (4)
TENS, hipnosisi, akupresur, terapi music, terapi pijat, dll)
2 Hipovolemi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hipovolemia (I.03116) selama 1 x24 jam klien tidak
mengalami 1. Periksa tanda dan gejala risiko kekurangan volume cairan dengan hipovolemmia
kriteria hasil: 2. Anjurkan memperbanyak cairan oral
Status cairan (L.03028) Transfusi darah (I.02089)
1. Tekanan darah cukup membaik (4) 3. Monitor tanda-tanda vital sebelum,
2. Kadar Hemoglobin cukup membaik selama dan setelah transfusi
(4) 4. Berikan Nacl 0.9% 50-100 ml
3. Perasaan lemah cukup menurun (4) sebelum dilakukan transfusi darah
s gangguanintegritass k k k s y b b g 3gg3
3 kk k
dengan kriteria hasil : integritas kulit
Gunakan produk berbahan
Kemerahan cukup menurun (4) petroleum atau minyak pada kulit
Tekstur cukup membaik (4) kering
Kerusakan lapisan kulit sedang 3. Hindari produk berbahan dasar
(3) alkohol pada kulit kering
menggunakan
pelembab
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2016. About Cervical Cancer. 2016.
American Cancer Society. 2019. Cerνical Cancer Early Detection , Diagnosis , and Staging Can
Cerνical Cancer Be Found Early ? American Cancer Society.
Aziz, M Farid Witjaksono, Julianto Rasjidi, I. 2008. Panduan Pelayanan Medik Model
Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serνiks Dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
Evriarti, P. R. dan A. Yasmon. 2019. Patogenesis human papillomavirus (hpv) pada kanker
serviks. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 8(1):23’32.
Februanti, S. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serνiks: Terintegrasi Dengan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Dan Standar Interνensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI.
Yogyakarta: Deepublish.
Irmayani. 2014. Faktor risiko yang berhubungan dengan lesi prakanker serviks pada wps tidak
langsung di wilayah kerja puskesmas meninting. Jurnal Kesehatan Prima. 8(2):1279’1291.
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara Dan Kanker Leher
Rahim : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2019. Apa saja faktor risiko kanker leher rahim. Diakses melalui
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-
darah/page/9/apa-saja-faktor-risiko-kanker-leher-rahim pada Sabtu 6 Februari 2021 pukul
20.30.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini
kanker leher rahim dan kanker payudara. Kementerian Kesehatan RI :1’47.