2223-Article Text-7740-1-10-20240620
2223-Article Text-7740-1-10-20240620
2223-Article Text-7740-1-10-20240620
ABSTRACT
Background: Hypertension is a silent killer, since it lacks noticeable symptoms and definitive
indicators of its presence. The therapy of hypertension involves both pharmaceutical and non-
pharmacological approaches. Complementary therapy, such as Foot Massage and Progressive
Muscle Relaxation, may be used as a non-pharmacological treatment for hypertensive patients.
This therapy has the potential to enhance blood circulation, alleviate muscular tension, mitigate
stress, and decrease blood pressure. Methods: The research used a descriptive methodology using
a case study technique, with a sample size of 2 participants who were diagnosed with hypertension.
This study was carried out over a period of 30 minutes, during which the researchers made three
visits to participants' homes., Results: Following the implementation of Foot Massage and
Progressive Muscle Relaxation techniques to alleviate pain in individuals with hypertension, a
reduction in pain intensity was observed. Subject I initially reported a pain level of 6 on the pain
scale, which decreased to 3 after the application of Foot Massage and Progressive Muscle
Relaxation. Similarly, subject II experienced a decrease in pain from a level of 5 to 2 after
receiving the same treatments. Conclusion: Utilising Foot Massage and Progressive Muscle
Relaxation techniques may progressively enhance blood circulation and alleviate pain levels
Keywords: Foot massage, hypertension pain, Progressive Muscle Relaxation
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi adalah penyakit pembunuh diam-diam (silent killer), karena tidak
memiliki gejala nyata dan indikator pasti keberadaannya. Terapi hipertensi melibatkan pendekatan
farmasi dan nonfarmakologis. Terapi komplementer, seperti Foot Massage dan Progressive Muscle
Relaxation, dapat digunakan sebagai pengobatan non-farmakologis pada pasien hipertensi. Terapi
ini berpotensi meningkatkan sirkulasi darah, meredakan ketegangan otot, mengurangi stres, dan
menurunkan tekanan darah. Metode: Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif dengan
teknik studi kasus, dengan jumlah sampel sebanyak 2 orang partisipan yang terdiagnosis hipertensi.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 30 menit, dimana peneliti melakukan tiga kali
kunjungan ke rumah partisipan. Hasil : Setelah penerapan teknik Pijat Foot Massage dan
Progressive Muscle Relaxation untuk mengurangi nyeri pada individu dengan hipertensi, terjadi
penurunan intensitas nyeri. Subjek I awalnya melaporkan tingkat nyeri 6 pada skala nyeri,
kemudian menurun menjadi 3 setelah penerapan Foot Massage dan Progressive Muscle Relaxation.
Begitu pula subjek II mengalami penurunan nyeri dari level 5 menjadi 2 setelah mendapat
perlakuan yang sama. Kesimpulan : Memanfaatkan Foot Massage dan Progressive Muscle
Relaxation progresif dapat semakin meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tingkat nyeri.
Kata kunci : Foot Massage, Nyeri Hipertensi, Progressive Muscle Relaxation
PENDAHULUAN
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah pada dinding arteri. Akibatnya, jantung mengalami peningkatan beban
kerja dalam mendistribusikan darah ke seluruh tubuh, sehingga berpotensi menyebabkan gangguan
aliran darah, kerusakan pembuluh darah, dan bahkan kematian. Yanita (2017).
METODE
Metode deskriptif studi kasus ini untuk mendeskirpsikan implementasi keperawatan
hipertensi dengan Penerapan Foot Massage dan Progresive Muscle Relaxation Di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubulinggau. Pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan dokumentasi adalah semua elemen dari pendekatan asuhan keperawatan yang
digunakan. Studi kasus ini dilakukan dari 4 April hingga 14 April 2023 di salah satu puskesmas di
Lubuklinggau. Dua pasien yang diamati secara menyeluruh adalah subjek studi kasus ini.
Kriteria inklusi terdiri dari pasien yang bersedia menjadi responden, pasien dengan tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg, serta pasien yang
terdiagnosis hipertensi. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien yang kurang bersedia
menjadi responden dan pasien yang gagal menyelesaikan penelitian secara keseluruhan. Penelitian
ini menggunakan lembar checklist dan struktur pengkajian asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Wawancara, observasi, dan pemeriksaan digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam
kasus pasien hipertensi yang mengalami nyeri akut, penulis melakukan pengamatan langsung pada
kondisi klinis pasien dan bagaimana mereka menanggapi tindakan pijatan kaki dan relaksasi otot
progresif. Setelah pemeriksaan fisik, penulis mengumpulkan data peneliti untuk menjelaskan tujuan
penelitian. Pasien menandatangani lembar informen consent jika mereka setuju untuk menjadi
subjek studi kasus.
HASIL
PENGKAJIAN
Subjek I dengan inisial Ny. S, berusia 61 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan Ibu rumah tangga, pasien mengatakann nyeri kepala dan tengkuk, terasa berdenyut saat
beraktifitas, nyeri dinyatakan dengan skala 6, keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, riwayat
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Didapatkan TD : 150 / 100 mmHg, RR : 16 x / menit, Nadi : 76
x / menit, temp : 37 o C, Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 6 April 2023. Subjek II dengan
inisial Ny. S, berusia 55 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan Ibu rumah
tangga, pasien mengatakan nyeri kepala, nyeri dinyatakan dengan skala 5, keluhan dirasakan sejak
3 minggu terakhir, riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu. Didapatkan TD : 140 / 70 mmHg, RR
: 20 x / menit, Nadi : 88 x / menit, Temp : 37 o C. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 9 April
2023.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I dan subjek II merupakan diagnosa
tunggal sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien. Diagnosa tersebut adalah: Nyeri akut
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan terhadap
anggotanya yang sakit
INTERVENSI KEPERAWATAN
Selama tahap ini, perawat menentukan tujuan klien, kriteria keberhasilan, dan merancang
intervensi keperawatan. Penting untuk mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diantisipasi atau
diprediksi, dan intervensi perawat saat membuat rencana. Menurut Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018), penelitian ini berfokus pada penilaian penurunan tingkat nyeri sebagai
kriterianya. Perawatan nyeri melibatkan pemantauan ketat terhadap lokasi, gambaran, durasi,
frekuensi, kualitas, tingkat keparahan, dan skala nyeri. Pengobatan menggunakan teknik non
farmakologi, seperti pijat kaki dan relaksasi otot bertahap, untuk menghilangkan nyeri.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Rencana aksi dibagi menjadi dua komponen: tindakan otonom dan tindakan kolaboratif.
Pada klien I dan II, penulis menerapkan prosedur diagnostik keperawatan untuk mengatasi defisit
pengetahuan. Kekurangan ini dihubungkan dengan tidak adanya paparan informasi keluarga
mengenai penyakit yang dialami salah satu anggota keluarganya. Asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan persyaratan dan kesepakatan yang ditetapkan dengan
pelanggan. Penurunan nyeri pada kedua klien diberikan implementasi penerapan Foot Massage dan
Progressive Muscle Relaxation yang dilakukan selama 3 kali kunjungan rumah yaitu pada klien I
(Ny.S) dank klien II (Ny.S ) pada tanggal 06 April 2023 sampai tanggal 08 April 2023 secara
berturut-turut dengan waktu selama 30 menit.
EVALUASI
Hasil evaluasi, yang mewakili fase konklusif dari proses keperawatan, berfungsi sebagai
sarana untuk menilai tingkat keberhasilan dalam memberikan pelayanan. Penting untuk dicatat
bahwa penilaian adalah proses berkelanjutan yang berlangsung selama interaksi perawat dengan
PEMBAHASAN
Kedua subjek (Ny. S (61 th) dan Ny. S(55 th) datang dengan keluhan utama sakit kepala
dan nyeri leher yang merupakan indikasi hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat karena gejala umum yang
ditimbulkannya seperti sakit kepala, kelelahan, nyeri leher, pusing, detak jantung tidak teratur, dan
tinitus (Muliani et al., 2021). Diagnosa keperawatan dari kedua subjek I dan II adalah Nyeri akut
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan terhadap
anggotanya yang sakit. Pada subjek I klien mengatakan khawatir dengan akibat kondisi yang
dihadapi, dan subjek II sering mengkonsumsi makanan yang asin-asin.
Pijat kaki memiliki kemampuan untuk mengendurkan otot dengan cepat, mengurangi
kecemasan, ketidaknyamanan, dan ketegangan, serta meningkatkan kualitas tidur. Menurut Afianti
dan Mardhiyah (2017), pijat kaki dikenal luas sebagai pengobatan tambahan yang umum. Teknik
relaksasi otot progresif, kadang-kadang disebut sebagai relaksasi otot progresif, adalah metode
untuk mencapai relaksasi otot yang mendalam tanpa memerlukan imajinasi, kepatuhan, atau
sugesti. Secara bertahap memanjangkan kelompok otot utama tubuh untuk meregangkan otot
secara efektif. Menurut Resti (2014), hal ini akan menimbulkan relaksasi pada tubuh dan
mengembalikan fungsi normal organ tubuh manusia.
Setelah pemberian pijat kaki dan relaksasi otot bertahap pada subjek I dan II, diamati
adanya perubahan skala nyeri pada hari kedua. Pada subjek I frekuensi nyeri mengalami penurunan
dari skala 6 menjadi skala 4 pada hari kedua. Pada subjek II frekuensi nyeri menurun dari skala 5
menjadi skala 4 pada hari kedua, dan dari skala 4 menjadi skala 3 pada hari ketiga. Meskipun
demikian, topik utama perdebatan dalam hal ini adalah identifikasi penderitaan berat yang
disebabkan oleh ketidakmampuan keluarga untuk memberikan perawatan bagi anggota keluarga
yang sakit. Penelitian sebelumnya mengidentifikasi tiga diagnosis: nyeri akut, gangguan pola tidur,
dan risiko terjatuh. Namun peneliti sebelumnya kebanyakan berkonsentrasi pada diagnosis nyeri
akut (Mutawadingah, 2022). Diagnosa yang ada tidak selaras dengan konsep dan yang ditemukan
pada penelitian sebelumnya, sehingga terdapat ketidakselarasan antara teori yang ada dengan yang
ditemukan pada subjek I dan subjek II, perbedaan ini karena adanya perbedaan tingkat keparahan
penyakit.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Poltekkes Kemenkes Palembang yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis
ucapkan kepada Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau yang telah memfasilitasi
tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sulistyo Nugroho. (2016). E-Commerce Teori dan Implementasi. Yogyakarta : EKUILIBRIA.
ADP Gusti Salvari. (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV Trans
Info Media.
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di
Ruang ICU. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(1).
doi:https://doi.org/10.24198/jkp.v5i1.353.
Ainun, K., Kristina, K., & Leini, S. (2021). Terapi Foot Massage Untuk Menurunkan Dan
Menstabilkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Abdimas Galuh, 3(2), 328.
htttps://doi.org/10.2515/ag.v3i2.5902
Akhriansyah. M. (2018). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Palembang Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2018. Diakses Tanggal 13 April 2020. Pukul 11.57 Wib.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Andiani, D. N. (2020). Pengaruh Foot Massage Terhadap Nilai Tekan Darah pada Penderita
Hipertensi di RSUD Kesehatan Kerja Provinsi Jawa Barat Tahun 2020. Universitas Bhakti
Kemcana, 1-24.
Arslan, G., Ceyhan, Ö., & Mollaoğlu, M. (2021). The influence of foot and back massage on blood
pressure and sleep quality in females with essential hypertension: a randomized controlled
study. Journal of Human Hypertension, 35(7). https://doi.org/10.1038/s41371-020-0371-z
Aydede, M. (2017). Defending the IASP definition of paint. the monist, 100(1). 439-464
Badan Pusat Stasistik Provinsi Sumatra Selatan Jl.Kapten Anwar Sastro No 1694 Palembang,
Sumatra Selatan 30129 Telp (0711) 351665, 318456, Email : [email protected]
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemah). Edisi 6.
Jakarta: EGC
De Boer, I. H., Bangalore, S., Benetos, A., Davis, A. M., Michos, E. D., Muntner, P., ... Bakris, G.
(2018). Diabetes and hypertension: A position statement by the American diabetes
association. Diabetes Care, 40(9), 1273–1284. https://doi.org/10.2337/dci17-0026
Gustini, G., Djamaludin, D., & Yulendasari, R. (2021). Perbedaan Efektifitas Foot Massage Dan
Progressive Muscle Relaxation Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Kecemasan
Penderita Hipertensi. Malahayati Nursing Journal, (3), 340-352.
https://doi.org/10.33024/mnj.v3i3.3079
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022
Harmoko. ( 2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit : Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Lestari, K. P., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD DR. R
Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(1), Halaman 27-32. https://jurnal.unimus.
ac.id/index.php/JKMat/article/view/4017
M. Arifki Zainaro. (2021). Dosen Keperawatan Universitas Malahayati Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati. 4, 819-826
Medić, B. (2016). The role of autonomic control in cardiovascular system: Summary of basic
principles. Medicinski Podmladak, 67(1). https://doi.org/10.5937/medpodm1601014 m
Nasution, F., Darmansyah, I.M., Larasati, D. S., & Anggeria, e. (2022). Pengaruh Foot Massage
Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Stres Psikologis pada Keluarga Pasien Gagal Ginjal
Kronik Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Prima Indonesia, Indonesia
Abstract Chronic disease (CKD) a clinical condition because. Jumantik, 7(1), 37-43.
https://doi.org/10.30829/jumantik.v7i1.10881