2223-Article Text-7740-1-10-20240620

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN NYERI

KEPALA MENGGUNAKAN FOOT MASSAGE DAN


PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION

Indah Dewi Ridawati1, Rizky Alda Febrianti2


1,2
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palembang
[email protected]

ABSTRACT

Background: Hypertension is a silent killer, since it lacks noticeable symptoms and definitive
indicators of its presence. The therapy of hypertension involves both pharmaceutical and non-
pharmacological approaches. Complementary therapy, such as Foot Massage and Progressive
Muscle Relaxation, may be used as a non-pharmacological treatment for hypertensive patients.
This therapy has the potential to enhance blood circulation, alleviate muscular tension, mitigate
stress, and decrease blood pressure. Methods: The research used a descriptive methodology using
a case study technique, with a sample size of 2 participants who were diagnosed with hypertension.
This study was carried out over a period of 30 minutes, during which the researchers made three
visits to participants' homes., Results: Following the implementation of Foot Massage and
Progressive Muscle Relaxation techniques to alleviate pain in individuals with hypertension, a
reduction in pain intensity was observed. Subject I initially reported a pain level of 6 on the pain
scale, which decreased to 3 after the application of Foot Massage and Progressive Muscle
Relaxation. Similarly, subject II experienced a decrease in pain from a level of 5 to 2 after
receiving the same treatments. Conclusion: Utilising Foot Massage and Progressive Muscle
Relaxation techniques may progressively enhance blood circulation and alleviate pain levels
Keywords: Foot massage, hypertension pain, Progressive Muscle Relaxation

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi adalah penyakit pembunuh diam-diam (silent killer), karena tidak
memiliki gejala nyata dan indikator pasti keberadaannya. Terapi hipertensi melibatkan pendekatan
farmasi dan nonfarmakologis. Terapi komplementer, seperti Foot Massage dan Progressive Muscle
Relaxation, dapat digunakan sebagai pengobatan non-farmakologis pada pasien hipertensi. Terapi
ini berpotensi meningkatkan sirkulasi darah, meredakan ketegangan otot, mengurangi stres, dan
menurunkan tekanan darah. Metode: Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif dengan
teknik studi kasus, dengan jumlah sampel sebanyak 2 orang partisipan yang terdiagnosis hipertensi.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 30 menit, dimana peneliti melakukan tiga kali
kunjungan ke rumah partisipan. Hasil : Setelah penerapan teknik Pijat Foot Massage dan
Progressive Muscle Relaxation untuk mengurangi nyeri pada individu dengan hipertensi, terjadi
penurunan intensitas nyeri. Subjek I awalnya melaporkan tingkat nyeri 6 pada skala nyeri,
kemudian menurun menjadi 3 setelah penerapan Foot Massage dan Progressive Muscle Relaxation.
Begitu pula subjek II mengalami penurunan nyeri dari level 5 menjadi 2 setelah mendapat
perlakuan yang sama. Kesimpulan : Memanfaatkan Foot Massage dan Progressive Muscle
Relaxation progresif dapat semakin meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tingkat nyeri.
Kata kunci : Foot Massage, Nyeri Hipertensi, Progressive Muscle Relaxation

PENDAHULUAN
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah pada dinding arteri. Akibatnya, jantung mengalami peningkatan beban
kerja dalam mendistribusikan darah ke seluruh tubuh, sehingga berpotensi menyebabkan gangguan
aliran darah, kerusakan pembuluh darah, dan bahkan kematian. Yanita (2017).

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 62


Berdasarkan statistik yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2017, sekitar 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, yang menunjukkan bahwa
sepertiga populasi dunia telah terdiagnosis penyakit ini. Prevalensi hipertensi diproyeksikan akan
terus meningkat, dengan perkiraan 1,5 miliar orang menderita pada tahun 2025. Selain itu,
konsekuensi terkait hipertensi diperkirakan menyebabkan sekitar 10,44 juta kematian setiap
tahunnya (WHO, 2019).
Menurut Kementerian Kesehatan (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari
25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018. Dalam kurun waktu Januari hingga
Desember 2018, sebanyak 41.590 orang di Indonesia menderita hipertensi dan penyakitnya.
masalah terkait, menempatkannya sebagai penyebab kematian kelima di antara 10 penyebab yang
teridentifikasi. maksimum. Perilaku hidup seperti merokok, mengonsumsi alkohol, berolahraga,
serta mengonsumsi buah dan sayur turut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian fenomena ini.
Berdasarkan data yang dihimpun, hipertensi di Sumatera Selatan menduduki peringkat ke-6
penyakit terbanyak di provinsi tersebut antara tahun 2019 hingga 2021, di antara 10 penyakit
teratas. Pada tahun 2019, terdapat 283.390 ribu kasus hipertensi di Sumsel. Angka tersebut
meningkat menjadi 645.104 ribu pada tahun 2020 dan meningkat lagi menjadi 987.295 ribu pada
tahun 2021.
Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau mencatat 319 kasus hipertensi pada tahun
2020, 341 kasus pada tahun 2021, 404 kasus pada tahun 2022, dan 52 kasus pada bulan Januari
2023. Sakit kepala merupakan gejala yang sering dijumpai pada penderita hipertensi. Hal ini
disebabkan oleh perubahan arsitektur pembuluh darah, sehingga mengakibatkan terhambatnya
aliran darah, penyempitan pembuluh darah, dan peningkatan sirkulasi darah di otak, yang pada
akhirnya mengakibatkan sakit kepala. Penatalaksanaan hipertensi hendaknya mengutamakan dan
memberikan penekanan khusus pada pengobatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif
(Arianto, A., Prastiwi, S., & Sutriningsih, 2018).
Tujuan pengobatan hipertensi komprehensif adalah untuk menurunkan tekanan darah
dengan menggunakan metode terapi alternatif. Terapi nonkonvensional antara lain bekam,
akupunktur, pengobatan tanaman tradisional, akupresur, dan pijat (Kamill et al., 2020).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengobatan pijat kaki, kadang disebut pijat kaki,
menghasilkan peningkatan tekanan darah anggota keluarga pasien setelah pemberiannya. Sebagian
besar peserta menunjukkan tekanan darah normal (74,3%), sedangkan sebagian kecil menunjukkan
prahipertensi (25,7%). Pijat kaki telah terbukti efektif dalam mengelola hipertensi intradialitik,
seperti yang ditunjukkan oleh Sitoresmi et al. (2020). Kurniawan dkk. (2019) menunjukkan bahwa
pijat kaki yang diberikan kepada pasien yang mengalami ketidakstabilan hemodinamik dapat
meningkatkan sirkulasi, meningkatkan vasodilatasi arteri, mengurangi tekanan otot, dan
menurunkan ketegangan pada otot polos. Menurut Saatsaz dkk. (2016), penggunaan pijat tangan
dan kaki terbukti efektif dalam meredakan nyeri dan mengurangi ketegangan pasca prosedur
pembedahan. Intervensi keperawatan ini dianggap aman dan tidak menimbulkan efek negatif apa
pun.
Hipertensi dapat diobati dengan metode farmakologis dan non-farmakologis. Hipertensi
seringkali membutuhkan terapi jangka panjang. Menaati pola hidup bergizi dan mematuhi
pengobatan sesuai anjuran dokter adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Terapi
komplementer dapat menjadi pilihan pengobatan alternatif yang hemat biaya dan nyaman bagi
individu dengan hipertensi. Mematuhi rekomendasi dokter mengenai asupan obat dan melakukan
pengobatan komplementer dapat menjadi pendekatan alternatif.
Prosedur lain yang mungkin digunakan antara lain metode relaksasi pernapasan dalam,
aromaterapi untuk relaksasi, terapi mandi uap, pijat refleksi kaki, hipnosis, dan relaksasi otot
progresif. Tujuan pengobatan komplementer non farmakologi adalah untuk memelihara kesehatan,
mempertahankan daya tahan tubuh, dan mengatasi penyakit (Smeltzer, 2012).
Pendekatan relaksasi otot progresif yang dijelaskan dalam penelitian Akhriansyah (2018)
efektif menurunkan ketegangan otot, kecemasan, ketidaknyamanan leher, sakit kepala, nyeri
punggung, detak jantung, laju metabolisme, denyut nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik, serta
stres pada orang tua dengan meningkatkan diri. -kontrol.
Salah satu pilihan terapi yang ada di masyarakat adalah terapi komplementer yang biasa
disebut dengan integrasi terapi tradisional dengan pengobatan kontemporer. Pengobatan

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 63


komplementer sering disebut dengan pengobatan holistik. Perspektif ini dilandasi oleh semacam
perlakuan yang berdampak pada individu secara keseluruhan, yaitu keharmonisan individu yang
secara bersamaan memadukan tubuh, jiwa, dan pikiran (Widyatuti, 2018).
Pijat kaki merupakan pengobatan tambahan yang dapat digunakan bagi penderita
hipertensi. Dengan melakukan pijatan ringan, Anda dapat mengaktifkan saraf yang terletak di
telapak kaki Anda. Perawatan pijat kaki mempunyai kapasitas untuk meningkatkan sirkulasi darah,
menurunkan kadar norepinefrin, menurunkan kadar hormon kortisol, dan mengurangi stres otot.
Akibatnya, hal ini dapat mengurangi stres sehingga menurunkan tekanan darah (Umamah dan
Paraswati, 2019).
Arslan dkk. (2021) menemukan bahwa pijat kaki merupakan terapi yang efektif untuk
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kualitas tidur. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pijat kaki dapat digunakan untuk mengurangi tekanan darah dan stres psikologis pada pasien.
Meskipun beberapa orang mungkin mengalami penurunan tekanan darah diastolik, orang lain
mungkin mengalami penurunan tekanan darah sistolik. Saraf simpatis dan parasimpatis merupakan
komponen sistem saraf otonom yang melakukan kontrol fisiologis terhadap tekanan darah dan
detak jantung. Saraf simpatis merangsang peningkatan detak jantung dan mengubah peningkatan
tekanan darah, sedangkan saraf parasimpatis memiliki efek sebaliknya (Medić, 2016).
Pendekatan utama yang mudah dipelajari adalah Relaksasi Otot Progresif (PMR).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Relaksasi Otot Progresif (PMR) memiliki manfaat
fisiologis dan psikologis bagi berbagai kelompok orang. Penelitian telah menunjukkan bahwa
Relaksasi Otot Progresif (PMR) secara efektif mengurangi pengalaman subjektif pasien terhadap
stres dan meningkatkan kesan mereka terhadap kesejahteraan mereka sendiri. Selain itu, individu
yang didiagnosis menderita hipertensi esensial juga mendapatkan efek positif dari PMR. Selain itu,
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pelatihan relaksasi otot progresif dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup secara keseluruhan bagi mereka yang memiliki kondisi
jantung (Shinde, Shinde, Khatri, & Hande, 2013).
Nyeri mencakup banyak sensasi yang dipicu oleh suatu rangsangan. Berdasarkan temuan
Kelompok Kerja PPNI DPP SDKI (2017), nyeri akut mengacu pada suatu keadaan dimana
seseorang mengalami ketidaknyamanan yang mengakibatkan perasaan tidak menyenangkan yang
berlangsung dari satu detik hingga kurang dari enam bulan (Carpenito, 2013). Nyeri akut adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan sensasi sensorik atau emosional yang terkait dengan
kerusakan nyata atau fungsional pada jaringan tubuh, dan dapat berkembang dengan cepat atau
bertahap.

METODE
Metode deskriptif studi kasus ini untuk mendeskirpsikan implementasi keperawatan
hipertensi dengan Penerapan Foot Massage dan Progresive Muscle Relaxation Di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubulinggau. Pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan dokumentasi adalah semua elemen dari pendekatan asuhan keperawatan yang
digunakan. Studi kasus ini dilakukan dari 4 April hingga 14 April 2023 di salah satu puskesmas di
Lubuklinggau. Dua pasien yang diamati secara menyeluruh adalah subjek studi kasus ini.
Kriteria inklusi terdiri dari pasien yang bersedia menjadi responden, pasien dengan tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg, serta pasien yang
terdiagnosis hipertensi. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien yang kurang bersedia
menjadi responden dan pasien yang gagal menyelesaikan penelitian secara keseluruhan. Penelitian
ini menggunakan lembar checklist dan struktur pengkajian asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Wawancara, observasi, dan pemeriksaan digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam
kasus pasien hipertensi yang mengalami nyeri akut, penulis melakukan pengamatan langsung pada
kondisi klinis pasien dan bagaimana mereka menanggapi tindakan pijatan kaki dan relaksasi otot
progresif. Setelah pemeriksaan fisik, penulis mengumpulkan data peneliti untuk menjelaskan tujuan
penelitian. Pasien menandatangani lembar informen consent jika mereka setuju untuk menjadi
subjek studi kasus.

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 64


Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji kemanjuran pijat kaki dan teknik
relaksasi otot progresif dalam mengurangi nyeri pada individu dengan hipertensi. Setelah
menyajikan studi kasus dokumentasi keperawatan, penulis memanfaatkan banyak sumber data
pemeriksaan diagnostik untuk pasien tertentu. Analisis data melibatkan pengintegrasian data yang
dikumpulkan dari banyak kegiatan penelitian yang berkaitan dengan asuhan keperawatan, termasuk
wawancara, observasi, pemeriksaan diagnostik, diagnosa keperawatan, perencanaan perawatan,
implementasi, dan pengkajian keperawatan.
Penelitian tersebut telah mendapat persetujuan Komisi Etik Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Palembang dengan nomor sertifikat 0382/KEPK/Adm2/IV/2023 yang
berarti telah memenuhi standar etika yang dipersyaratkan.

HASIL
PENGKAJIAN
Subjek I dengan inisial Ny. S, berusia 61 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan Ibu rumah tangga, pasien mengatakann nyeri kepala dan tengkuk, terasa berdenyut saat
beraktifitas, nyeri dinyatakan dengan skala 6, keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, riwayat
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Didapatkan TD : 150 / 100 mmHg, RR : 16 x / menit, Nadi : 76
x / menit, temp : 37 o C, Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 6 April 2023. Subjek II dengan
inisial Ny. S, berusia 55 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan Ibu rumah
tangga, pasien mengatakan nyeri kepala, nyeri dinyatakan dengan skala 5, keluhan dirasakan sejak
3 minggu terakhir, riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu. Didapatkan TD : 140 / 70 mmHg, RR
: 20 x / menit, Nadi : 88 x / menit, Temp : 37 o C. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 9 April
2023.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I dan subjek II merupakan diagnosa
tunggal sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien. Diagnosa tersebut adalah: Nyeri akut
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan terhadap
anggotanya yang sakit

INTERVENSI KEPERAWATAN
Selama tahap ini, perawat menentukan tujuan klien, kriteria keberhasilan, dan merancang
intervensi keperawatan. Penting untuk mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diantisipasi atau
diprediksi, dan intervensi perawat saat membuat rencana. Menurut Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018), penelitian ini berfokus pada penilaian penurunan tingkat nyeri sebagai
kriterianya. Perawatan nyeri melibatkan pemantauan ketat terhadap lokasi, gambaran, durasi,
frekuensi, kualitas, tingkat keparahan, dan skala nyeri. Pengobatan menggunakan teknik non
farmakologi, seperti pijat kaki dan relaksasi otot bertahap, untuk menghilangkan nyeri.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Rencana aksi dibagi menjadi dua komponen: tindakan otonom dan tindakan kolaboratif.
Pada klien I dan II, penulis menerapkan prosedur diagnostik keperawatan untuk mengatasi defisit
pengetahuan. Kekurangan ini dihubungkan dengan tidak adanya paparan informasi keluarga
mengenai penyakit yang dialami salah satu anggota keluarganya. Asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan persyaratan dan kesepakatan yang ditetapkan dengan
pelanggan. Penurunan nyeri pada kedua klien diberikan implementasi penerapan Foot Massage dan
Progressive Muscle Relaxation yang dilakukan selama 3 kali kunjungan rumah yaitu pada klien I
(Ny.S) dank klien II (Ny.S ) pada tanggal 06 April 2023 sampai tanggal 08 April 2023 secara
berturut-turut dengan waktu selama 30 menit.

EVALUASI
Hasil evaluasi, yang mewakili fase konklusif dari proses keperawatan, berfungsi sebagai
sarana untuk menilai tingkat keberhasilan dalam memberikan pelayanan. Penting untuk dicatat
bahwa penilaian adalah proses berkelanjutan yang berlangsung selama interaksi perawat dengan

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 65


pasien. Sepanjang prosedur ini, perawat terlibat dalam proses pembuatan penilaian klinis, yang
selanjutnya menghasilkan pemberian asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah
untuk membantu klien dalam mengelola masalah kesehatan yang ada, mengurangi potensi bahaya,
dan menjaga kesehatan yang optimal. Prosedur penilaian menilai efektivitas asuhan keperawatan
(PPNI, 2017).
Penulis dapat menyimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi selama tiga hari masa
keperawatan dapat ditangani. Selama pelaksanaan tiga hari, peserta menunjukkan penurunan
intensitas nyeri, beralih dari tingkat sedang ke tingkat rendah. Pada uji coba kedua, penggunaan
pijat kaki dan teknik relaksasi otot progresif secara efektif mengurangi ketidaknyamanan akut pada
individu penderita hipertensi.

PEMBAHASAN
Kedua subjek (Ny. S (61 th) dan Ny. S(55 th) datang dengan keluhan utama sakit kepala
dan nyeri leher yang merupakan indikasi hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat karena gejala umum yang
ditimbulkannya seperti sakit kepala, kelelahan, nyeri leher, pusing, detak jantung tidak teratur, dan
tinitus (Muliani et al., 2021). Diagnosa keperawatan dari kedua subjek I dan II adalah Nyeri akut
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan terhadap
anggotanya yang sakit. Pada subjek I klien mengatakan khawatir dengan akibat kondisi yang
dihadapi, dan subjek II sering mengkonsumsi makanan yang asin-asin.
Pijat kaki memiliki kemampuan untuk mengendurkan otot dengan cepat, mengurangi
kecemasan, ketidaknyamanan, dan ketegangan, serta meningkatkan kualitas tidur. Menurut Afianti
dan Mardhiyah (2017), pijat kaki dikenal luas sebagai pengobatan tambahan yang umum. Teknik
relaksasi otot progresif, kadang-kadang disebut sebagai relaksasi otot progresif, adalah metode
untuk mencapai relaksasi otot yang mendalam tanpa memerlukan imajinasi, kepatuhan, atau
sugesti. Secara bertahap memanjangkan kelompok otot utama tubuh untuk meregangkan otot
secara efektif. Menurut Resti (2014), hal ini akan menimbulkan relaksasi pada tubuh dan
mengembalikan fungsi normal organ tubuh manusia.
Setelah pemberian pijat kaki dan relaksasi otot bertahap pada subjek I dan II, diamati
adanya perubahan skala nyeri pada hari kedua. Pada subjek I frekuensi nyeri mengalami penurunan
dari skala 6 menjadi skala 4 pada hari kedua. Pada subjek II frekuensi nyeri menurun dari skala 5
menjadi skala 4 pada hari kedua, dan dari skala 4 menjadi skala 3 pada hari ketiga. Meskipun
demikian, topik utama perdebatan dalam hal ini adalah identifikasi penderitaan berat yang
disebabkan oleh ketidakmampuan keluarga untuk memberikan perawatan bagi anggota keluarga
yang sakit. Penelitian sebelumnya mengidentifikasi tiga diagnosis: nyeri akut, gangguan pola tidur,
dan risiko terjatuh. Namun peneliti sebelumnya kebanyakan berkonsentrasi pada diagnosis nyeri
akut (Mutawadingah, 2022). Diagnosa yang ada tidak selaras dengan konsep dan yang ditemukan
pada penelitian sebelumnya, sehingga terdapat ketidakselarasan antara teori yang ada dengan yang
ditemukan pada subjek I dan subjek II, perbedaan ini karena adanya perbedaan tingkat keparahan
penyakit.

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara langsung pada klien I (Ny. S)
dan klien II (Ny. S) dengan masalah nyeri di wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau tahun 2023, yang berfokus pada penerapan Foot Massage dan Progresive Muscle
Relaxation terhadap penurunan nyeri pada penderita hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan Foot Massage dan Progressive Muscle Relaxation pada penderita hipertensi diwilayah
efektif memberi manfaat untuk mengurangi nyeri akut.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Poltekkes Kemenkes Palembang yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis
ucapkan kepada Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau yang telah memfasilitasi
tempat penelitian.

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 66


KONFLIK KEPENTINGAN
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan.

DAFTAR PUSTAKA
Adi Sulistyo Nugroho. (2016). E-Commerce Teori dan Implementasi. Yogyakarta : EKUILIBRIA.
ADP Gusti Salvari. (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV Trans
Info Media.
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di
Ruang ICU. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(1).
doi:https://doi.org/10.24198/jkp.v5i1.353.
Ainun, K., Kristina, K., & Leini, S. (2021). Terapi Foot Massage Untuk Menurunkan Dan
Menstabilkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Abdimas Galuh, 3(2), 328.
htttps://doi.org/10.2515/ag.v3i2.5902
Akhriansyah. M. (2018). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Palembang Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2018. Diakses Tanggal 13 April 2020. Pukul 11.57 Wib.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Andiani, D. N. (2020). Pengaruh Foot Massage Terhadap Nilai Tekan Darah pada Penderita
Hipertensi di RSUD Kesehatan Kerja Provinsi Jawa Barat Tahun 2020. Universitas Bhakti
Kemcana, 1-24.
Arslan, G., Ceyhan, Ö., & Mollaoğlu, M. (2021). The influence of foot and back massage on blood
pressure and sleep quality in females with essential hypertension: a randomized controlled
study. Journal of Human Hypertension, 35(7). https://doi.org/10.1038/s41371-020-0371-z
Aydede, M. (2017). Defending the IASP definition of paint. the monist, 100(1). 439-464
Badan Pusat Stasistik Provinsi Sumatra Selatan Jl.Kapten Anwar Sastro No 1694 Palembang,
Sumatra Selatan 30129 Telp (0711) 351665, 318456, Email : [email protected]
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemah). Edisi 6.
Jakarta: EGC
De Boer, I. H., Bangalore, S., Benetos, A., Davis, A. M., Michos, E. D., Muntner, P., ... Bakris, G.
(2018). Diabetes and hypertension: A position statement by the American diabetes
association. Diabetes Care, 40(9), 1273–1284. https://doi.org/10.2337/dci17-0026
Gustini, G., Djamaludin, D., & Yulendasari, R. (2021). Perbedaan Efektifitas Foot Massage Dan
Progressive Muscle Relaxation Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Kecemasan
Penderita Hipertensi. Malahayati Nursing Journal, (3), 340-352.
https://doi.org/10.33024/mnj.v3i3.3079
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022
Harmoko. ( 2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit : Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Lestari, K. P., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD DR. R
Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(1), Halaman 27-32. https://jurnal.unimus.
ac.id/index.php/JKMat/article/view/4017
M. Arifki Zainaro. (2021). Dosen Keperawatan Universitas Malahayati Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati. 4, 819-826
Medić, B. (2016). The role of autonomic control in cardiovascular system: Summary of basic
principles. Medicinski Podmladak, 67(1). https://doi.org/10.5937/medpodm1601014 m
Nasution, F., Darmansyah, I.M., Larasati, D. S., & Anggeria, e. (2022). Pengaruh Foot Massage
Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Stres Psikologis pada Keluarga Pasien Gagal Ginjal
Kronik Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Prima Indonesia, Indonesia
Abstract Chronic disease (CKD) a clinical condition because. Jumantik, 7(1), 37-43.
https://doi.org/10.30829/jumantik.v7i1.10881

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 67


Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine, University of Lampung. vol.
4, No. 5, pp. 11
Nurjanah, D. A., Harmayetty, & Mishbahatul, E. (2019). Relaxing melody from flute combined
with a foot massage can reduce systolic and diastolic blood pressure in elders. Medico-Legal
Update, 19(2). https://doi.org/10.5958/0974- 1283.2019.00210.X
Padila. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta:Nuha Medika
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4 Vol 2. Jakarta: EGC.
Potter, P., & Perry, A. G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep,Proses dan
Praktik. Jakarta: ECG.
Rahmawati, P. M., M, M., & Deviantony, F. (2018). Efektifitas Progressive Muscle Relaxation
(Pmr) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. The Indonesian
Journal of Health Science, September, 188. https://doi.org/10.32528/ijhs.v0i0.1547
Sabar, S., & Lestari, A. (2020). Efektifitas latihan progressive muscle relaxation terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Pencerah, 09(1), 1-9
Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika
Shinde, N., Shinde, K. J., Khatri, S. M., & Hande, D. (2013). Immediate effect of jacobson's
progressive muscular relaxation in hypertension. Indian Journal of Physiotherapy and
Occupational Therapy, 7(3), 234-237.
Smeltzer, S.C. & Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (EGC (ed.); Brunner
&).
Tetty, S. (2015). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1
Cetakan III, Jakarta, Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Umamah, F. and Paraswati, S. (2019). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan Metode
Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Karangrejo Timur
Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), p. 295-310
Widyatuti. 2018. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia. 12(1).
53-57
Widyarani, L. (2020). Terapi Foot Massage Sebagai Terapi Komplementer dalam Menurunkan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Stadium I. …Dan Farmasi Volume 2 Nomor 1…, 2,
17-23. https://eprints.stikes-notokusumo.ac.id/47/
World Health Organization (WHO). 2019. Hypertension. Dikutip dari : https://www.who.int/news-
room/factsheets/detail/hypertension
Yanita. (2017). Berdamai Dengan Hipertensi. BumiMedika.

Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 4 Nomor 1, Mei 2024 68

Anda mungkin juga menyukai