Skripsi Oktaria Nanda

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 155

KEGIATAN MERONCE UNTUK MENGEMBANGKAN ASPEK FISIK

MOTORIK HALUS PADA SISWA KELOMPOK B TK PERTIWI

MANJUNG 1 NGAWEN KLATEN TAHUN AJARAN 2020/2021

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

dalam Bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh :

OKTARIA NANDA ONI SAPUTRI

163131098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020/2021

i
ii
iii
PERSEMBAHAN

Skipsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Ayah yang senantiasa member motivasi dan dukungan terbesar

kepada saya.

2. Semua anggota keluarga yang saya sayangi.

3. Dosen pembimbing saya Subandji, M.Ag.

4. Almamater IAIN Surakarta.

iv
MOTTO

ُ‫ُ َ َ َ ُ ِ ُ َ و َلَي ْ او ل َ ِ ُ ك َ رواه‬ َ ْ ‫َت ََّعل ُم‬


( ‫م و وا ض م م ك َل ُم ع م ْم‬ ‫وا ع‬
‫ِّل‬ ّ‫ُع َعل‬ ‫ْوا َت‬ ‫َو ِّل‬
‫ْي‬ ‫ْي ْم‬
‫ْوال‬

)‫الطَّ ْب َ ْ ي‬
‫را‬
‫ِن‬
Artinya, "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan

hormatilahguru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang

mengajarkanmu." (HR Tabrani)

v
vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat

Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “KEGIATAN MERONCE UNTUK

MENGEMBANGKAN ASPEK FISIK MOTORIK HALUS PADA SISWA

KELOMPOK B TK PERTIWI MANJUNG 1 NGAWEN KLATEN TAHUN

AJARAN 2020/2021”. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan

kepada junjungan kami Rasulullah Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.Mudhofir, S.Ag, M.Pd selaku Rektor IAIN Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. Baidi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Surakarta.

3. Bapak Drs. Subandji, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak

Usia Dini dan selaku dosen Pembimbing.

4. Ibu Sri Maryati, selaku kepala TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten yang

telah bersedia sebagai informan dalam penelitian.

5. Ibu NikenSusantiS,Pd, selaku guru kelas B di TK Pertiwi Manjung I Ngawen

Klaten yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

6. Seluruh Dosen dan staff karyawan FIT IAIN SURAKARTA yang telah

memberikan pengetahuan dan layanan selama menempuh Pendidikan.

vii
7. Adik-adik tercinta yang memberi support yang besar terhadap penulisan

skripsi saya.

8. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu mendukung, memberi semangat dan

selalu penulis repotkan, terimakasih untuk semua yang kalian berikan selama

ini.

9. Keluarga Besar Teater Sirat IAIN Surakarta yang telah memberikan motivasi

dan tempat mencari ide di sanggar.

10. Keluarga PIAUD C 2016 yang telah memberikan banyak motivasi dalam

penulisan skripsi ini.

11. Keluarga KKN Posko 123/124 DesaDagen, Jaten, Karanganyar.

12. Sahabat-sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-

mudahan amal dan jasa baik mereka dibalas oleh Allah SWT, Aamiiin dan

semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca

yang budiman pada umumnya.

viii
ABSTRAK

Oktaria Nanda Oni Saputri 163131098, Kegiatan Meronce Untuk


Mengembangkan Aspek Fisik Motorik Halus Pada Siswa Kelompok B TK Pertiwi
Manjung I Ngawen Klaten TahunAjaran 2020/2021, Skripsi Program Studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah, IAIN Surakarta
Desember 2020.

Pembimbing : Drs. Subandji, M.Ag.


Kata Kunci : Fisik Motorik Halus, Kegiatan Meronce, Anak Usia Dini

Permasalahan dalam penelitian ini adalah dalam media yang digunakan


belum bervariasi pada kegiatan meronce, kegiatan meronce masih jarang
dilaksanakan di lembaga lain untuk mengembangkan fisik motorik halus.
Perkembangan motorik halus anak melebihi STPPA. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui proses kegiatan meronce dalam mengembangkan aspek fisik
motorik halus pada siswa kelompok B TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten
Tahun Ajaran 2020/2021.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, bertempat di TK
Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten. Subjek penelitian adalah guru kelas B,
sedangkan informan dalam penelitian ini Kepala TK Pertiwi Manjung I. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dalam menguji keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi
sumber dan triangulasi metode. Data yang sudah terkumpuldi analisis dengan
model interaktif melalui tahapan(1) Kondensasi data, (2) Penyajian data, dan (3)
Penarikan kesimpulan.
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :kegiatan meronce untuk
mengembangkan aspek fisik motorik halus pada siswa kelompok B TK Pertiwi
Manjung I ini melalui beberapa tahap dari (1) perencanaan dilakukan sebelum
memulai pembelajaran atau kegiatan, guru membuat RPPH sesuai dengan tema,
memilih kegiatan meronce yang sesuai dengan kemampuan fisik motorik halus
anak pada usia anak dan media sedotan dan manik-manikyang akan digunakan.
(2) pelaksanaan, dilakukan sesuai RPPH dimulai dari pemberian salam, doa,
memberikan apresepsi kepada anak, kegiatan meronce dan melakukan tanyajawab
pada anak. (3) metode, dalam kegiata meronce menggunakan 3 metode yaitu
metode demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas. (4) Evaluasi, dilakukan
untuk mengetahui tingkat kemampuan anak dalam pembelajaran. Evaluasi
kegiatan meronce di TK Pertiwi Manjung I dengan cara penilaian proses saat anak
mengerjakan dan hasil karya akhir anak. Penggunaan media pada kegiatan
meronce di TK Pertiwi Manjung I bervariasi dari bahan alam hingga buatan.
Teknik penilaian kegiatan meronce ada 3, teknik catatan anekdot, hasil karya,
dan ceklis. Penilaian meliputi proses kegitan, hasil karya, dan dokumentasi.

ix
ABSTRACT

Oktaria Nanda Oni Saputri 163131098, Meronce Activities to Develop Fine


Motoric Physical Aspects in Group B Students of Kindergarten Pertiwi Manjung I
NgawenKlaten Academic Year 2020/2021, Thesis of Early Childhood Islamic
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah Science, IAIN Surakarta
December 2020.

Advisor : Drs. Subandji, M.Ag.


Keywords : Fine Motoric Physical, Meronce Activities, Early Childhood.

The problem in this research is that the media used have not varied in
meronce activities, meronce activities are rarely carried out in other institutions to
develop fine motoric physicality, 3. Children's fine motor development exceeds
STPPA. The purpose of this study was to determine the process of meronce
activities in developing the physical aspects of fine motor skills in group B
students of TK Pertiwi Manjung I NgawenKlaten for the 2020/2021 academic
year.
This research is a qualitative descriptive study, located at TK Pertiwi
Manjung I NgawenKlaten. The research subjects were class B teachers, while the
informants in this study were the Head of Kindergarten Pertiwi Manjung I. Data
collection techniques were carried out by observation, interview, and
documentation techniques. In testing the validity of the data, it was carried out by
using the triangulation technique of sources and triangulation of methods. The
data that has been collected is analyzed with an interactive model through the
stages (1) data condensation, (2) presentation of data, and (3) drawing
conclusions.
This research can be concluded as follows : meronce activities to develop
the physical aspects of fine motor skills in group B TK Pertiwi Manjung I
students through several stages of (1) planning is carried out before starting
learning or activities, the teacher makes RPPH according to the theme, selects
appropriate firing with the fine motoric physical abilities of children at the age of
the child and the media of straws and beads to be used. (2) implementation,
carried out in accordance with the RPPH starting from giving greetings, prayers,
giving appreciation to children, firing activities and asking questions and answers
to children. (3) methods, in Meronce activities using 3 methods, namely methods
of demonstration, question and answer, and assignment. (4) Evaluation, is carried
out to determine the level of children's ability in learning. Evaluation of meronce
activities at TK Pertiwi Manjung I by assessing the process when the child is
working on and the child's final work. The use of media in the meronce activity at
TK Pertiwi Manjung I varies from natural to artificial. There are 3 techniques for
assessing meronce activities, techniques for anecdotal notes, work results, and
checklists. Assessment includes the process of activities, work results, and
documentation.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING .................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv

MOTTO............................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................................vii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah...................................................................................10

C. Pembatasan Masalah..................................................................................11

D. Rumusan Masalah......................................................................................11

E. Tujuan Penelitian........................................................................................11

F. Manfaat Penelitian......................................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................14

A. Kajian Teori................................................................................................14

1. Meronce................................................................................................14

a. Pengertian Meronce........................................................................14

b. Manfaat Meronce...........................................................................16

xi
c. Bahan dan Alat Meronce................................................................18

d. Jenis Media Meronce......................................................................20

e. Tahapan Meronce...........................................................................22

2. Pengembangan Motorik Halus.............................................................26

a. Pengertian Pengembangan Motorik Halus.....................................26

b. Tujuan Pengembangan Motorik Halus...........................................29

c. Prinsip Pengembangan Motorik Halus...........................................31

d. Ruang Lingkup Fisik Motorik Halus..............................................33

e. Strategi Pengembangan Motorik Halus..........................................35

3. Kegiatan Meronce Bagi Anak Usia Dini..............................................37

B. Kajian Penelitian Terdahulu.......................................................................38

C. Kerangka Berpikir......................................................................................40

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................43

A. JenisPenelitian............................................................................................43

B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................44

C. Subyek dan Informan.................................................................................46

D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................46

E. Teknik Keabsahan Data..............................................................................50

F. Teknik Analisis Data..................................................................................51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................57

A. Fakta Temuan.............................................................................................57

1. Gambaran Umum TK Pertiwi Manjung I............................................57

a. Sejarah Berdirinya TK Pertiwi Manjung I.....................................57

xii
b. Letak Geografis..............................................................................58

c. Visi, Misi, dan Tujuan....................................................................59

d. Profil TK Pertiwi Manjung I..........................................................60

e. Struktur Organisasi.........................................................................61

f. Keadaan Guru, Murid dan Sarana Prasarana..................................62

2. Deskripsi Data Proses Kegiatan Meronce............................................69

a. Perencanaan KegiatanMeronce......................................................69

b. Pelaksanaan kegiatan Meroce.........................................................71

c. Metode yang digunakan..................................................................78

d. Evaluasi kegiatan meronce.............................................................82

B. INTREPRETASI HASIL PENELITIAN...................................................84

BAB V PENUTUP.................................................................................................92

A. KESIMPULAN..........................................................................................92

B. SARAN-SARAN........................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................94

LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................97

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Pedoman Wawancara........................................................................98

Lampiran 02 Pedoman Observasi.........................................................................100

Lampiran 03 Pedoman Dokumentasi...................................................................101

Lampiran 04 Field Note........................................................................................102

Lampiran 05 Foto dan Dokumentasi....................................................................124

Lampiran 06 RPPH TK Pertiwi Manjung I..........................................................129

Lampiran 07 Data Staff dan Karyawan TK Pertiwi Manjung I...........................132

Lampiran 08 Identitas Peserta Didik TK Pertiwi Manjung I...............................133

Lampiran 09 Struktur Organisasi TK Pertiwi Manjung I....................................134

Lampiran10 Surat Keterangan Penelitian dari TK Pertiwi Manjung I................135

Lampiran 11 Surat Tugas Bimbingan Skripsi......................................................136

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian........................................................................137

Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup.....................................................................138

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Meronce Bahan Alam............................................................20

Gambar 2.2 Contoh Meronce Bahan Buatan..........................................................21

Gambar 3.1 Analisis Data Miles dan Huberman...................................................55

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 STPPA....................................................................................................34

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian....................................................................................45

Tabel 4.1 Daftar Guru TK Pertiwi Manjung I........................................................63

Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas B...................................................................64

Tabel 4.3 Sarana Prasarana TK Pertiwi..................................................................66

Tabel 4.4 Sarana Prasarana Ruang Kelas A...........................................................67

Tabel 4.5 Sarana Prasarana Ruang Kelas B...........................................................67

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya pendidikan dimulai sejak dini bertujuan untuk menyiapkan

masa depan yang akan datang dan mengembangkan aspek sesuai usia pada

anak. Pada Undang-undangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini

(PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian suatu rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani, agar anak memiliki bekal untuk pendidikan yang lebih lanjut,

pendidikan secara formal maupun non formal (Mukthar dkk, 2013:4).

Dalam standar kompetensi di TK tercantum tujuan pendidikan di

Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi

anak baik psikis dan fisik yang meliptui moral dan nilai agama, sosial

emosional, kognitif, bahasa, seni dan fisik motorik. Beberapa aspek yang

wajib dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini yang telah diatur dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Undang-undang No. 137 tahun 2014

Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa terdapat enam aspek yang

harus dikembangkan pada anak yaitu aspek perkembangan moral agama, fisik

motorik, kognitif, bahasa, seni, dan social emosional anak. Dari berbagai

1
2

aspek perkembangan pada anak usia dini yang salah satunya adalah aspek

perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan kesempatan yang

luas untuk anak bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas

sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil. Pada

dasarnya perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan

motorik halus. Motorik kasar yaitu gerakan badan yang menggunakan otot-

otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak

itu sendiri. Fungsi dari otot-otot tersebut adalah untuk melakukan gerakan

dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak seperti berjalan, berlari, melompat,

menendang dan sebagainya.

Motorik halus yaitu gerakan yang menggunakan otot-otot kecil atau

pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata

dengan tangan. Otot-otot tersebut berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan

bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, menggunting, dan

meronce.

Aspek perkembangan motorik halus dan motorik kasar sangat penting

dalam pengembangannya karena jika aspek fisik motoriknya belum

berkembang akan mempengaruhi aspek lainnya. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional dalam Undang- undang No. 137 tahun 2014 Tentang

Standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa fisik motorik halus mencakup

kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi

dan mengekpresikan diri dalam berbagai bentuk. Selaras dengan pendapat


3

Sujiono (2013: 30) bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan otot-

otot kecil seperti jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang

tepat sehingga gerakan ini tidak memerlukan tenaga yang lebih melainkan

koordinasi mata dan tangan. Masa golden age tersebut yang berkaitan dengan

motorik halus anak sangat penting dikembangkan. Menurut Andang (2006:

84) bahwa motorik halus adalah untuk melatih agar terampil dan cermat

menggunakan jari-jemarinya dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan dari

pendapat diatas motorik halus adalah kegiatan yang melibatkan otot-otot kecil

atau koordinasi mata dan tangan. Sependapat dengan Junanto, Maharani

(2019: 12) bahwa perkembangan Motorik Halus merupakan dasar dari segala

aktifitas yang akan dilakukan oleh anak dikemudian hari, keterampilan

motorik halus adalah suatu gerakan gerakan yang dilakukan anak dengan

menggunakan otot-otot kecil pada tangan anak. Dalam Keterampilan Motorik

Halus pada anak ini melibatkan gerakan yang diatur secara halus, seperti

menggosok gigi, makan, minum, memakai sepatu, menyisir rambut ataupun

melakukan apapun yang memerlukan suatu keterampilan dengan

menggunakan tangan.

Pada anak usia 4-5 tahun atau kelompok A seharusnya perkembangan

fisik motorik halusnya sudah bagus dari mulai mengambil benda dengan jari,

seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh

secara bersamaan, mengosongkan atau mengisi wadah permainan,

menggunting, menempel dan memindahkan benda dari satu ke tangan yang

lain. Sedangkan pada anak usia 4-5 tahun dalam Standar Tingkat Pencapaian
4

Perkembangan Anak (STPPA) seharusnya aspek fisik motorik halusnya sudah

mencapai tahap melakukan eksplorasi dengan berbag media dan kegiatan

seperti anak dapat melakukan kegiatan yang melibatkan otot-otot kecil tanpa

bantuan pendidik atau orangtua.

Namun pada realitanya masih ditemukan anak usia 4-5 tahun atau

kelompok A bahwa perkembangan fisik motorik halusnya masih belum

berkembang sesuai STPPA. Seperti anak belum bisa dalam menggunakan jari-

jarinya untuk mengambil benda sehingga memerlukan bantuan pendidik, anak

masih kesulitan dalam mengkoordinasikan antara mata dan tangan pada saat

kegiatan yang melibatkan kordinasi mata dan tangan secara bersamaan, dan

anak masih lambat saat kegiatan yang melibatkan gerakan otot kecil. Gerakan

motorik halus ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun membutuhkan

koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin berkembangnya gerakan

motorik halus anak dengan baik membuat anak dapat berkreasi. Namun tidak

semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada

tahap yang sama karena perkembangan anak berbeda satu dengan yang lain

tergantung dengan stimulasi yang diterima.

Pentingnya merancang pembelajaran dengan ide atau pengemasan

yang menarik sangat penting untuk diperhatikan karena pembelajaran di

Taman Kanak-kanak tidak hanya melalui perantara guru pada saat

memberikan stimulus tanpa media namun dapat menggunakan media yang di

rancang semenarik mungkin sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti

kegiatan. Seperti yang disampaikan Agung dalam Nunuk dkk (2012:4) media
5

pembelajaran adalah media yang digunakan pada saat pembelajaran meliputi

alat bantu dalam mengajar dan perantara atau sarana untuk pembawa materi

sehingga dapat menyampaikan pesan dari sumber belajar kepada peserta

didik. Sedangkan pendapat Junanto, Rodiyah (2019: 28) media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkaninformasi

(materipembelajaran) dari sumber informasi kepada penerima informasi,

merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa sehingga dapat mendorong

proses pembelajaran.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa media dalam

pembelajaran memiliki manfaat besar dan lebih efektif untuk penyampaian

informasi, merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak usia dini pada

tujuan perkembangan beberapa aspek.

Ketika memberikan fasilitas yang bertujuan menstimulasi

perkembangan anak tersebut, maka guru perlu mengupayakannya melalui

kreativitas yang dimilikinya dengan memvariasikan berbagai strategi

pembelajaran yang ada di TK dalam kegiatan mengajarnya (Yudha &

Rudyanto, 2005: 21). Dengan menggabungkan berbagai strategi pembelajaran

yang guru berikan, maka akan merangsang anak untuk lebih aktif dalam

pembelajaran. Pemilihan media yang menarik juga diperhatikan dari segi

keamanan bagi anak pada usia 4-5 tahun. Dalam memberikan stimulus pada

anak usia dini pendidik harus kreatif dalam mengemas pembelajaran agar

anak merasa nyaman, senang dan tidak membosankan walupun secara tidak

langsung mereka mengembangkan fisik motoriknya melalui bermain.


6

Sependapat dengan Mukhtar dkk (2013: 5) guru merupakan komponen yang

memiliki tanggungjawab yang lebih dalam proses pembelajaran secara khusus

dan guru harus berperan sebagai fasilitator, motivator, observatory dalam

proses pembelajaran.

Namun pada realitanya masih terdapat pendidik kurang dalam memilih

kegiatan sesuai tema dan memvariasi pembelajaran sehingga anak tidak

mudah bosan. Banyak kegiatan yang dapat mengembangkan aspek fisik

motorik pada anak usia 4-5 namun masih terdapat pendidik media yang

digunakan juga disekitar lingkungan dan terbatasnya fasilitas yang digunakan.

Sumantri (2005: 143) mengatakan bahwa pembelajaran motorik halus di

sekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang

melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dengan tangan.

Syaraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan

dan rangsangan yang dilakukan secarar utin dan terus menerus diantaranya

seperti: bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam

lubang (meronce) sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas, menulis

dengan huruf, dan bentuk tulisan yang benar. Salah satu kegiatan yang dapat

mengembangkan aspek fisik motorik yaitu meronce. Meronce yaitu

memasukkan benda yang sengaja diberi lubang ke dalam tali sehingga

menjadi suatu karya. Kegiatan meronce pada anak usia 4-5 tahun di dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2009 merupakan bagian dari tingkat pencapaian perkembangan motorik halus

yaitu melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. Meronce


7

menurut Sukardi dkk dalam Maria dkk (2018) kegiatan meronce adalah

kegiatan yang membutuhkan koordinasi mata dengan tangan dan

membutuhkan kelenturan jari, serta melatih imajinasi melalui bahan yang

digunakan, dan ketelitian anak dapat terlatih melalui kecermatan menguntai

bahan tersebut.

Selain kegiatan meronce dapat meningkatkan aspek motorik halus,

meronce juga dapat meningkatkan konsentrasi, kesabaran anak dan mengenal

bahan alam yang digunakan untuk roncean. Meronce merupakan kegiatan

untuk dapat merangkai benda menjadi kesatuan berdasarkan criteria tertentu,

seperti berdasarkan warna, bentuk, atau jumlahnya agar dapat dirangkai atau

disusun dalam tali, benang atau sejenisnya. Meronce efektif dilakukan dalam

mengembangkan aspek fisik motorik halus pada anak usia 4-5 tahun. Dengan

gerakan tangan dan kordinasi mata saat mengambil manik-manik lalu mencari

lubang dan merangkai di dalam tali sesuai pola atau tidak dan semakin

panjang rangkaiannya maka perkembangan fisik motoriknya semakin baik.

Seharusnya dalam pembelajaran untuk mengembangkan aspek fisik

motorik halus menggunakan kegiatan meronce dapat diganti pada bahan-

bahan yang digunakan atau menambahkan variasi warna dan bentuk agar anak

tertarik untuk mencoba. Karena pengaruh media atau bahan yang digunakan

sangat penting dipilih. Selaras dengan Briggs (1970 ) dalam Nunuk dkk (2018:

4) bahwa media pembelajaran adalah alat untuk memberikan rangsangan pada

peserta didik agar terjadinya proses pembelajaran. Dalam meronce tidak

hanya menggunakan manik-manik saja tetapi dapat menggunakan bahan


8

disekitar lingkungan seperti pelepah pisang, bunga, buah dan lain-lain. Selain

dapat mengembangkan fisik motorik anak juga dapat mengenalkan bahan

alam disekitar anak.

Realitanya meronce hanya menggunakan media manik-manik dan tali

sehingga anak mudah bosan karena manik-maniknya hanya satu jenis bentuk

atau satu warna. Fasilitas yang kurang memadai untuk melengkapi media

yang digunakan kurang. Pendidik masih menggunakan manik-manik pada saat

kegiatan meronce kurang memvariasi kegiatan sehingga beberapa anak mudah

bosan dengan kegiatan tersebut tidak ada sesuatu yang baru untuk ditemukan.

Pada observasi di Taman Kanak-kanak simbatan kecamatan

nguntoronadi kabupaten magetan, Dalam kegiatan untuk mengembangkan

fisik motorik halus di TK tersebut dengan meronce tetapi ada beberapa

kegiatan lainnya seperti menggunting pola, mengecap, menempel dan

bermain balok. Namun kegiatan lainnya sudah biasa dilakukan, berbeda

dengan kegiatan meronce yang menggunakan gerakan-gerakan otot tangan

lebih rumit, media yang digunakan juga dapat di variasi dilihat dari media

seperti manik-manik yang memiliki bentuk besar hingga kecil dan berwarna-

warni, dan menghasilkan sebuah karya yang membuat anak merasa di

apresiasi oleh karyanya sendiri dapat menghasilkan roncean.

Dari kegiatan meronce ini diharapkan fisik motorik halus ada pada

kelompok A dapat berkembang sesuai dengan tingkat usianya. Dengan

langkah mengambil manik-manik atau bahan roncean dan mencari lubang

sehingga dapat dimasukkan dalam tali hingga menjadi sebuah roncean sesuai
9

pola atau tidak sesuai pola. Selain itu kegiatan meronce ini dapat

meningkatkan konsentrasi dan kesabaran anak dalam menyelesaikan berbagai

tugas pada saat anak memasukkan manik-manik satu persatu.

Pada observasi di lembaga lain di sekitar Desa Simbatan kegiatan

meronce memang jarang digunakan untuk mengembangkan aspek fisik

motorik halus pada anak kelompok A Beberapa kegiatan yang sering

digunakan lembaga lain meliputi menggambar, bermain balok, puzzle,

mewarnai dan lainnya. Hal tersebut sudah banyak digunakan berbeda dengan

kegiatan meronce yang masih minim digunakan terlebih pada TK Dharma

Wanita simbatan menggunakan media yang bervariasi sesuai tema. Dalam

observasi di lembaga lain keluhan yang sering ditemukan seperti kurangnya

fasilitas sehingga media yang digunakan dalam meronce sudah tidak lengkap

atau manik-manik kurang untuk sejumlah anak yang ada. Dapat disimpulkan

masih terdapat pendidik yang kurang dalam mengekplorasi media

pembelajaran.

Pada hasil wawancara dengan Bu siti bariyah selaku kepala sekolah

dan Bu binti selaku pendidik kelompok A di TK Dharma Wanita simbatan

berjumlah 12 siswa terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan. Perkembangan

fisik motorik halus pada kelompok A sudah berkembang dengan baik sesuai

dengan usia anak 4-5 tahun. Pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan

Anak dijelaskan bahwa pada anak usia 4-5 tahun sudah bisa terampil

menggunakan tangan untuk berbagai kegiatan yang melibatkan gerakan

tangan secara bersamaan atau melakukan eksplorasi dengan berbagai media

dan kegiatan. Fisik motorik halus pada anak kelompok A sudah baik,

terlihat
10

ketika anak saat memegang pensil atau crayon, mengancingkan baju, dan saat

anak diminta mengambil manik-manik atau biji-bijian menggunakan dua jari

tanpa bantuan pendidik. Bahkan ada beberapa anak yang tidak bertanya

bagaimana cara merangkai tetapi langsung mengerjakannya hingga selesai

tanpa bantuan pendidik. Kegiatan meronce untuk meningkatkan aspek fisik

motorik halus karena masih jarang dilakukan di lembaga lain.

Perkembangan Fisik Motorik halus kelompok A TK Dharma Wanita

simbatan sudah baik beberapa perkembangan motorik halus anak melebihi

STPPA. . Berdasarkan hal diatas sehingga penulis tertarik mengkaji tentang

“MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI

KEGIATAN MERONCE MENGGUNAKAN MANIK -MANIK’’ Pada

Kelompok A TK Dharma Wanita Simbatan Kecamatan Nguntoronadi

Kabupaten Magetan .

B. IdentifikasiMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas teridentifikasi suatu masalah sebagai

berikut :

1. Anak merasa tidak tertarik mengikuti kegiatan yang dilakukan.

2. Anak tidak focus Ketika bu guru menjelaskan cara meronce

3. Anak belum berkembang dengan baik dalam kemampuan motoric

halusnya
11

4. Terdapat anak yang memiliki perkembangan fisik motorik yang tinggi.

C. Analisis Masalah

Berdasarkan ketiga masalah tersebut yang telah teridentifikasi dapat

dipecahkan dimana kemampuan motoric anak perlu diperkembangkan dengan

maksimal melalui kegiatan meronce yang melibatkan koordinasi mata dan

tangan pada kelompok A TK Dharma Wanita Simbatan Kecamatan

Nguntoronadi Kabupaten Magetan Pada Tahun Pelajaran 2023/2024 .

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka rumusan

masalah dalam penelitian ini bagaimanakah dalam meningkatkan kemampuan

motoric halus anak melalui kegiatan meronce menggunakan manik -manik

pada kelompok A di TK Dharma Wanita simbatan ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penelitian

ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motoric halus anak melalui

kegiatan meronce menggunakan manik -manik pada kelompok A di TK

Dharma Wanita simbatan ..


12

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh

pihak yang terkait dan pembaca. Manfaat penelitian ini dibagi dua segi yaitu

segi teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan guru, teruta mengenai

faktor-faktor yang menghambat kegiatan meronce dan menambah

wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian guna

memperbaiki metode pembelajaran kedepannya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

1) Membantu kelenturan otot-otot halus anak didik

2) Meningkatkan aspek fisik motorik halus dan melatih kesabaran

serta konsentrasi anak dalam kegiatan meronce.

3) Membantu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak

berkaitan dengan perkembangan motorik halus dalam berbagai

bidang sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang

berikutnya dan dalam kehidupan anak sehari-hari.

4) Melatih kemandirian anak dalam kegiatan yang berhubungan

dengan motorik halus anak.

b. Bagi Guru

1) Membantu dan mempermudah guru untuk dapat mengambil

sikap atau metode mengajar dengan tepat.


13

2) Memperbaiki strategi pembelajaran yang lebih menarik dan

kreatif serta dapat mengetahui sejauh mana perkembangan

anak dalam aspek fisik motorik dengan kegiatan meronce.

c. Bagi Sekolah

1) Membantu sekolah dalam mengatasi masalah perkembangan

motorik halus.

2) Sebagai evaluasi bagi sekolah untuk mengidentifikasi

hambatan atau penyimpangan yang mungkin terjadi dalam

proses pengembangan kemampuan motorik halus sehingga

jika terjadi hambatan dapat dilakukan perbaikan sejak dini.

3) Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk bisa menerapkan

metode bermain dengan media plastisin sehingga anak-anak

lebih kreatif.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Untuk menghindari meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi

operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Meronce

a. Pengertian Meronce

Meronce adalah suatu kegiatan memasukkan benda yang

sengaja diberi lubang untuk dapat dimasukkan atau dirangkai kedalam

tali sehingga menjadi suatu karya atau hasil roncean. Meronce dalam

penelitian ini merupakan cara untuk mengembangkan aspek fisik

motorik halus pada anak usia5-6 tahun dengan merangkai atau

menyusun manik-manik atau bahan roncean bahan alam yang sengaja

dilubangi pada tali sehingga menjadi sebuah hasil karya.Meronce

merupakan bentuk keterampilan tangan dalam merangkai benda atau

manik-manik menggunakan tali, seperti benang, senar, dan

sebagainya. Keterampilan ini penting diberikan kepada anak

prasekolah, seperti PAUD, karena kegiatan meronce ini dapat melatih

konsentrasi pada anak Ayu (2017: 7). Menurut Pamadhi (2012: 9)

kegiatan meronce yaitu suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi

mata dengan tangan yang membutuhkan kelenturan jari serta melatih

14
15

imajinasi melalui bahan yang digunakan, dan melatih ketelitian

melalui kecermatan merangkai serta menyusun benda-benda tersebut.

Menurut Sumanto (2005: 159) meronce merupakan cara

pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan

menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi

memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya. Sedangkan menurut

(Sumantri, 2005: 151) meronce adalah salah satu contoh kegiatan

pengembangan motorik halus di TK, kegiatan menguntai dengan

membuat untaian dari bahan-bahan yang berlubang, disatukan dengan

tali atau benang. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa kegiatan meronce merupakan cara pembelajaran di TK yaitu

kegiatan berlatih berkarya seni rupa yang dilakukan dengan cara

menyusun bagian-bagian bahan yang dapat dibuat benda hias atau

benda pakai dengan memakai bantuan alat rangkai sesuai dengan

tingkat kemampuan anak.

Dalam kenyataannya anak-anak di TK atau anak usia dini

meronce dengan menggunakan manik-manik, sedotan maupun kertas.

Purnawanti (2011:26) juga menambahkan bahwa meronce merupakan

kegiatan menggabungkan sesuatu dengan seutas tali. Kegiatan

meronce dilakukan untuk membuat kalung atau benda lain yang

sejenis. Meronce juga dapat memberikan stimulasi untuk mengasah

kemampuan motorik halus anak. Inti dari kegiatan meronce ini anak

bisa memasukkan tali ke dalam manik-manik, anak mampu


16

menyebutkan warna manik-manik, anak bisa menyusun manik-manik

yang berwarna-warni, anak dapat belajar berhitung dan anak dapat

menemukan nama benda hasil dari roncean.

Dapat disimpulkan bahwa meronce merupakan salah satu

contoh kegiatan pengembangan motorik halus di TK, kegiatan

menguntai dengan membuat untaian dari bahan-bahan yang berlubang,

disatukan dengan tali atau benang. Memasukkan benang atau tali ke

dalam lubang-lubangnya dibantu dengan jarum/tanpa jarum. Kegiatan

meronce ditujukan untuk melatih koordinasi mata dan tangan anak.

Memperoleh hasil roncean yang menarik tentu perlu terampil dan

kreatif. Terampil melakukan roncean dengan lancar, tanpa mendapat

luka/sakit jari, selain itu jarum dan bahan dapat digunakan. Bahan

tersebu terdapat disekitar lingkungan rumah/sekolah, kreatif dalam

mengkombinasikan susunan roncean, garis/menurut bentuknya.

b. Manfaat Meronce

Kegiatanpembelajaran pada anak usia dini hendaknya harus

memiliki nilai edukasi dari segi alat peraganya. Berdasar hal itu,

menurut Rahmawati (2014) dalam Novi (2017: 83) beberapa kegiatan

atau alat permainan yang mempunyai nilai edukatif :

1) Dapat dimanfaatkan dengan macam-macam tujuan, manfaat, dan

berbagai macam bentuk.


17

2) Kegiatan yang ditujukan untuk anak-anak prasekolah dan

berfungsi untuk mengembangkan berbagai perkembangan,

kecerdasan, serta motorik anak.

Mengisi waktu bersama anak-anak sekaligus melatih

motoriknya juga menyenangkan bagi pendidik maupun orang tua.

Salah satu kegiatan positif bagi motorik anak yaitu meronce atau

menyusun manik-manik. Menurut Sumanto (2006: 141) manfaat

meronce antara lain :

1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Dalam hal ini kemampuan motorik halus anak dapat berkembang

yang kaitannya dengan keterampilan gerak kedua tangan. Selain

itu mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan

dengan gerak jari-jemari. Hal lain yang kaitannya dengan

kemampuan motorik halus yakni kemampuan anak dalam

mengkoordinasi indra mata dan aktivitas tangan. Dalam

kemampuan motorik halus khususnya kegiatan meronce anak

dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya

dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai

persiapan untuk pengenalan menulis.

2) Meningkatkan Konsentrasi Anak

3) Mengenal Aneka Warna

4) Mengenal aneka bentuk dan tekstur


18

5) Mengasah kesabaran anak untuk memecahkan masalah dari manik-

manik menjadi kalung melalui serangkaian proses

6) Melatih koordinasi mata dan tangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

meronce dapatmembantu kemampuan motorik halus, melatih

koordinasi mata dan tangan, serta meningkatlan perhatian dan

konsentrasi sehingga dengan kegiatan meronce anak akan merasakan

dan mendapatkan pengalaman langsung serta terampil untuk

melakukan kegiatan yang menggunkan kemampuan motorik halus dan

lainnya.

c. Bahan dan Alat Meronce

Alat permainan edukatif adalah sebagai sarana untuk

merangsang kreativitas anak yang diharapkan harus aman, mudah

digunakan, juga menarik bagi anak menurut Novi (2017: 84). Bahan

dan alat yang digunakan untuk meronce manik-manik sangat

sederhana. Dalam meronce tidak hanya menggunakan manik-manik

saja, bisa juga menggunakan sedotan, dan bahan alam sekitarnya untuk

bahan roncean. Bahan dan alat yang digunakan menurut Sumanto

(2005: 159) bahan dasar secara umum yang digunakan untuk meronce

meliputi bahan alam dan bahan buatan. Bahan alam yang dimaksud

adalah semua jenis bahan yang diperoleh dari alam sekitar seperti,

buah-buahan, bunga kering, daun kering, ranting dan biji-bijian.

Sedangkan bahan buatan adalah jenis bahan yang dibeli di toko atau
19

merupakan buatan manusia seperti, mote, manik-manik, pita sintetis,

kertas berwarna, sedotan minuman, plastik. Selain itu ada juga bahan

pembantu untuk menambah kesan keindahan hasil rangkaian yang

dibuat antar lain berupa lem, tali, benang, cat, pernis dan lainnya.

Menurut Luluk (2014: 38) bahan alam dipergunakan untuk

mempelajari bahan-bahan alam selain itu manfaat pembelajaran

menggunakan bahan alam yaitu anak dapat mengeksplorasi dan

meningkatkan seluruh aspek kemampuan di dalamnya seperti pelepah

pisang, pelepah pinang, pelepah dan singkong, pelepah genjer, pelem

pah daun papaya untuk mengecap, meronce mencetak, dan alat musik.

Menurut Nieza (2007: 9) manik-manik adalah benda yang berbentuk

padat dengan lubang di tengah dan memiliki bentuk bermacam-macam

seperti mutiara, lonjong, limas, kotak, dan bulat besar. Manik-manik

bisa dirangkai sendiri atau dijahit. Selaras dengan Triyanto (2012: 15)

manik-manik merupakan benda butiran kecil yang diberi lubang dan

biasanya digunakan untuk membuat perhiasan. Teknologi yang

digunakan untuk membuat aksesoris berbahan manik-manik cukup

sederhana yaitu menggunakan Teknik ronce atau tusuk jarum. Selain

manik-manik dan bahan roncean bahan alam meronce juga

menggunakan benang untuk merangkai yaitu benang.


20

d. Jenis-jenis Media Meronce

Ada beberapa jenis meronce menurut Sumanto (2005:159)

terbagi dua diantaranya :

a. Meronce dari bahan alam.

Roncean dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara

langsung seperti, jamur, bunga segar, buah-buahan, bunga kering,

daun, kayu, ranting dan biji-bijian bahan alam membawa warna

dan tekstur yang alami, bentuk yang bagus dan hamper seragam,

mudah ditemui di sekitar lingkungan.

Gambar 2.1 Meronce dengan bahan alam

b. Meronce dari bahan buatan.

Bahan buatanya itu bahan yang diolah dari bahan yang telah

ada atau hasil produk buatan manusia baik berbentuk bahan jadi,

setengah jadi atau bahan bekas seperti, monte, pita sintesis, kertas

berwarna, sedotan minuman, dan plastik. Selain bahan dasar


21

dibutuhkan pula bahan pelengkap atau bahan pembantu yang

berguna untuk merangkai bahan dasar yang telah di pilih untuk

menambah hasil keindahan rangkaian yang dibuat bahan tersebut

seperti, lem, tali, benang.

Gambar 2.2 Meronce dengan barang buatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari kedua

bahan di atas peneliti menggunakan bahan buatan dan bahan alam.

Untuk itu bahan meronce seharusnya menggunakan bahan yang mudah

didapat dan aman bagi anak agar tidak membahayakan kepada anak,

misalnya menggunakan bahan alam seperti gambar di atas terbuat dari

batang kangkung serta dengan potongan wortel yang sudah dipotong

kecil dan dilubangi, begitu juga dengan bahan buatan agar

menimbulkan ketertarikan pada bahan yang akan digunakan sehingga

pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan menyenangkan bagi

anak.
22

e. Tahapan Meronce

Kegiatan meronce mempunyai beberapa tahap perkembangan.

Anak dapat dikatakan siap diajari membaca jika sudah bisa meronce

dengan menggunakan pola. Anak sudah bisa mulai mengklasifikasikan

sesuatu pada tahapan ini. Di samping itu dalam pelajaran membaca

anak harus bisa membedakan bentuk huruf yang berbeda beda. Sama

halnya dengan meronce anak-anak juga harus bisa membedakan

bentuk manik-manik dan warna-warna yang akan disusun.

Menurut Sumanto (2005:163) sebelum melakukan

tahapankegiatan meronce yang akan diberikan kepada anak, ada

langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam kegiatan sebagai

berikut :

a. Bahan dan Alat

1) Bahan kertas kalender, kertas majalah, kertas berwarna

2) Lem kertas

3) Benang

4) Sedotan

5) Peralatan gunting

b. Langkah Kerja Meronce

1) Buatlah potongan kertas berwarna baik bentuk bangun datar

beraturan atau berbentuk gambar. Untuk potongan beraturan

misalnya berbentuk (persegi, bujur sangkar, segitiga dan

lainnya) dengan ukuran diameter 4-5 cm. Untuk potongan


23

berbentuk gambar misalnya daun, bunga, buah-buahan dan

lainnya.

2) Potongan-potongan kertas dengan bentuk warna yang sama

(setiap dua potong) dilem pada benang dan disusun membentuk

roncean. Roncean ini dapat dibuat variasi dengan cara

menyusun bentuk potongan yang berbeda secara berselang-

seling.

c. Petunjuk Mengajarkan Merangkai/Meronce

1) Guru menyediakan potongan kertas sesuai kertas sesuai ukuran

yang diinginkan, lem kertas dan benang sejumlah banyaknya

siswa. Potongan kertas bisa juga disiapkan anak (orang

tuaanak) di rumah.

2) Jumlah dan warna potongan kertas diperkirakan cukup untuk

membuat rangkaian.

3) Guru hendaknya memberikan bimbingan secara bertahap

sewaktu siswa mulai menyusun potongan kertas pada benang

sampai pengeliman kertas di akhir pembuatan.

4) Guru juga memberikan penjelasan pada siswa agar dalam

belajar meronce dilakukan dengan cermat, tertip dan setelah

selesai kelasnya dibersihkan.

Menurut Ayu (2017: 17) meronce bagi anak PAUD

sebaiknya diajarkan melalui beberapa tahap sesuai tingkat


24

perkembangan anak. Berdasarkan tingkat perkembangan anak,

meronce dilakukan dalam tahap berikut :

a) Tahap pertama, anak bermain mengosongkan/mengisi.

Pada tahap ini anak diperkenalkan aneka jenis manik-manik i

awal masa pendidikannya.

b) Tahap kedua, merangkai.

Tahap ini digunakan sebagai bahan untuk bermain peran,

misalnya menuntun kucing. Pada tahap ini anak diajarkan

untuk meronce beberapa manik-manik untuk membuat

rangkaian sangat sederhana. Roncean ini digunakan hanya

untuk bermain dengan hewan piaraan.

c) Tahap ketiga, merangkai terus-menerus

Pada tahap ini, anak meronce manik-manik secara terus-

menerus sampai mereka merasa puas. Biarkan anak bebas

meronce hingga merasa bosan.Tugas pendidik hanyalah

memberi komentar dengan pujian atau pertanyaan seputar

roncean yang dibuat.

Langkah-langkah meronce menurut Haeriah (2014: 90) :

a) Memilih rangkaian

b) Ajarkan anak meronce dengan cara menyatukansatu per satu

potongan bahan meronce, dengan menggunakan tali melalui

lubang kecil yang ada.


25

c) Setelah bahan dirasa cukup, maka bantu anak mengikatkan

talinya.

d) Rangkaian potongan sedotan ini dapat dibuat menjadi kalung

atau gelang.

Selanjutnya langkah-langkah meronce manik-manik menurut

Barmin, dkk (2015: 60) yaitu:

a) Memilih Rangkaian

b) Meronce, siapkan jarum dan benang yang berukuran 1,5 kali

panjang kalung yang akan dironce. Buatlah simpul 5 cm dari

ujung benang. Kemudian masukkan manik-manik satu per satu

pada lubang jarum.

c) Manfaat, roncean manik-manik berfungsi untuk kalung,

gelang, dan hiasan yang lainnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan sebelum

memulai kegiatan meronce pendidik harus mempersiapkan segala

harus untuk menunjang aktifitas kegiatan meronce, sebelum

memulai kegiatan meronce siapkan terlebih dahulu persiapkan

kertas warna, pensil, penghapus, lem serta gunting, dan benang

agar dalam kegiatan berlangsung anak dapat meronce dengan

tenang serta konsentrasi dalam kegiatan. Dalam kegiatan tersebut

langkah-langkah yang harus disiapkan terlebih dahuluya itu

peralatan yang akan digunakan, agar dalam kegiatan anak semua


26

dapat, lalu guru mencontohkan langkah kerja pada anak dan yang

terakhir menjelaskan kepada anak agar anak dapat meronce sesuai

dengan pola yang telah ditentukan.

2. Pengembangan Aspek Fisik Motorik Halus

a. Pengertian Pengembangan Aspek Fisik Motorik Halus

Kemampuan fisik motorik halus adalah gerakan yang

melibatkan otot-otot halus seperti koordinasi mata dan jari-jari tangan.

Dalam penelitian ini difokuskan kemampuan fisik motorik halus anak

usia 5-6 tahun. Kemampuan fisik motorik halus yang ingin dicapai

dalam penelitian ini pada tahapan mengambil bahan roncean atau

manik-manik, memegang benda dari tangan satu ketangan yang lain

dan dapat memasukkan benda dalam benang saat meronce sehingga

menjadi/suatu karya dengan bahan roncean manik-manik atau bahan

alam disekitar lingkungan.

Menurut Junanto, Histining, (2019: 7) perkembangan motorik

adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan

anggota tubuh. Dalam mengembangkan kemampuan motoriknya

tersebut anak juga mengembangkan kemampuan mengamati,

mengingat hasil pengamatannya, dan pengalamannya.

Menurut Danar, (2009: 9) perkembangan fisik adalah

mengembangkan dan mengarahkan perkembangan fisik dan aspek

motorik yang baik (Gerakan jari) dan control tubuh. Sedangkan


27

menurut Sumantri, (2005: 143) kemampuan motorik halus adalah

penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari yang sering

membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan,

keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk

bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin

misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.

Selaras dengan Suyadi (2010: 69) perkembangan motorik halus

adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan

otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan

saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik

halus, seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis, dan

lain sebagainya. MenurutAstanti (1995: 4) motorik halus adalah

gerakan yang hanya menggunakan otot-otot terten tusaja dan

dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan koordinasi gerak

dan daya konsentrasi yang baik.

Sedangkan menurut Mahendra dalam Sumantri (2005: 143)

kemampuan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan

yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil atau

halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil.

Pendapat dari berbagai pihak tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan motorik halus adalah keadaan di mana anak mampu

melakukan gerakan melalui penggunaan otot-otot kecil atau anggota

tubuh tertentu dengan kecermatan dan koordinasi yang baik seperti


28

keterampilan menggunakan tangan. Saraf motorik halus ini dapat

dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dengan memberikan

rangsangan secara terus menerus seperti melipat kertas, menggunting,

meronce dan kegiatan lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan motorik halus adalah penggunaan sekelompok otot-otot

kecil. Seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan

kecermatan serta koordinasi mata dan tangan untuk mengontrol dalam

mencapai pelaksanaan keterampilan.Contoh keterampilan yang

dimiliki anak usia 5-6 tahun yaitu membentuk benda menggunakan

plastisin atau sejenisnya, menggunting, menggambar, meronce dan

lain-lain. Seperti pendapat Mursid (2018: 12) pada usia 5-6 tahun

koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini

anak mampu mengoordinasikan gerakan visual motorik, seperti

mengoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh

secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada saat anak melakukan

kegiatan menulis, meronce dan menggambar.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik

halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Setiap anak

membutuhkan rangsangan dalam mengembangkan kemampuan mental

dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar

anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Sebelum mengetahui


29

lebih dalam bahwa dalam kemampuan motorik halus ini terdapat

tujuan dan fungsinya.

b. Tujuan Pengembangan Aspek Fisik Motorik Halus

Tujuan kemampuan motorik merupakan penguasaan

keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas

motorik tertentu. Kualitas motorik halus terlihat dari seberapa jauh

dengan tingkat keberhasilan tertentu dalam suatu kegiatan yang

melibatkangerakanotot-ototkecil.Perkembangan motorik halus perlu

dilakukan sejak anak usia dini, karena pada masa ini merupakan masa

yang paling bagus dalam mempelajari motorik halus anak.Melihat

begitu pentingnya tujuan fisik motorik halus anak dalam

kesehariannya perlu mendapatkan rangsangan agar perkembangan

motorik halus anak terstimulus dan dapat digunakan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan, tetapi jika kurang

mendapatkan rangsangan anak akan bosan.

Dalam memberikan rangsangan pada anak agar anak tidak

merasa bosan perlu adanya pendekatan dalam pengembangan motorik

halus. Pendidik yang memberikan pembelajaran saat di sekolah perlu

dengan perlu menekankan pentingnya kegiatan bermain atau

pengembangan motorik dan pengembangan lainnya. Tujuan

pengembangan motorik pada anak usia prasekolah (Iskandar, 2006: 4)

sebagai berikut:
30

1) Mengetahui Perkembangan Anak

2) Melakukan diagnose kesulitan belajar anak

3) Melakukan Perencanaan

4) Pertanggungjawaban

Sedangkan tujuan pengembangan motorik halus menurut

Sumantri (2005: 9) yaitu anak mampu memfungsikan otot-otot kecil

seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan

tangan dengan mata, dan mempu mengendalikan emosi. Tujuan

pengembangan fisik motoric di TK adalah untuk mengenalkan dan

melatih gerak kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola,

mengontrol gerak tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan

keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang

jasmani yang sehat, kuat dan terampil.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa tujuan pengembangan fisik motorik halus adalah untuk

mengembangkan kemampuan motorik anak, melatih koordinasi tangan

dan mata, meningkatkan kemampuan mengelola gerakan, melatih

konsentrasi, dan meningkatkan keterampilan.


31

c. Prinsip-prinsip Pengembangan Aspek Fisik Motorik Halus

Dalam pengembangan motorik halus anak hendaknya

memperhatikan tentang prinsip-prinsipnya. Prinsip dasar menurut

Sujiono, (2013 : 03)

1) Memberikan kebebasan ekspresi pada anak adalah proses

penggungkapan perasaan dan jiwa secara jujur dan langsung dari

dalam diri anak.

2) Melakukan pengaturan waktu, tempat, dan media sehingga dapat

menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil.

Menurut Sumantri, (2005: 48) bahwa salah satu prinsip

perkembangan motorik anak usia dini yaitu terjadinya perubahan fisik

maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Dimana

perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan,

dan perlakuan stimulasi aktivitas gerak sesuai dengan masa

perkembangannya.

Prinsip-prinsip pengembangan motorik halus tersebut menurut

Sumantri, (2005: 147) adalah :

1) Berorientasi pada kebutuhan anak

2) Belajar sambil bermain

3) Kreatif dan inovatif

4) Lingkungan kondusif

5) Menyesuaikan Tema

6) Mengembangkan keterampilan hidup


32

7) Menggunakan kegiatan terpadu

8) Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan

Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik Halus (Hurlock, 1999)

adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan melibatkan perubahan. Perkembangan motorik

ditandai dengan adanya perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri lama, dan mendapatkan ciri baru.

2) Hasil proses kematangan dan belajar. Proses kematangan yaitu

warisan genetik individu, sedangkan proses belajar yaitu

perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha setiap

individu.

3) Terdapat perbedaan dalam perkembangan motorik individu.

Walaupun pola perkembangan sama, setiap anak akan

mengikuti pola perkembangan dengan cara dan kecepatannya

masing-masing.

4) Dapat diramalkan. Pola perkembangan fisik dapat diramalkan

semasa kehidupan pra dan pasca lahir. Perkembangan motorik

akan mengikuti hukum chepolocaudal yaitu perkembangan

yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki. Hukum

yang kedua yaitu proximodialis yaitu perkembangan dari yang

dekat ke yang jauh.

5) Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat

diramalkan. Karakteristik dalam perkembangan anak juga dapat


33

diramalkan, hal ini berlaku baik untuk perkembangan fisik

maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan

yang sama dari satu tahap ke tahap lainnya.

6) Setiap tahap memiliki bahaya yang potensial. Beberapa hal yang

menyebabkan antara lain dari lingkungan bahkan dari anak itu

sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya

penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial anak.

Menurut Sujiono (2009: 3) prinsip perkembangan motorik

anak usia dini atau anak usia prasekolah yaitu terjadinya suatu proses

perubahan baik fisik maupun psikis sesuaidengan masa pertumbuhan

dan perkembangan anak. Dari pendapat para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa prinsip perkembangan motorik halus anak usia

dini terjadinya perubahan fisik maupun psikis sesuai dengan masa

pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan

perlakuan stimulasi aktivitas gerak sesuai dengan masa

perkembangannya.

d. Ruang Lingkup Pengembangan Aspek Fisik Motorik Halus

Lingkup pengembangan motorik halus dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137

Tahun 2014 :
34

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Fisik

motorik halus anak usia 5-6 tahun.

Standar Tingkat Pencapaian


Lingkup
Perkembangan Anak
Perkembangan
Usia 5-6 tahun
Menggambar sesuai
gagasannya
Meniru bentuk
Melakukan eksplorasi dengan
berbagai media dan kegiatan
Menggunakan alat tulis dan
alat makan dengan benar
Motorik Halus
Menggunting sesuai dengan
pola
Menempel gambar dengan
tepat
Mengekspresikan diri melalui
gerakan menggambar secara
rinci

Dengan table diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia 5-6

tahun seharusnya sudah pada tahap sesuai dengan Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak. Seperti dijelaskan pada table diatas

antara lain anak dapat mengeksplorasi dengan berbagai media dan

kegiatan, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar

secararinci, dan menggunakan alat tulis dan alat makan.


35

e. Strategi Pengembangan Aspek Fisik Motorik Halus

Dalam mengembangkan aspek fisik motorik halus anak

pendidik harus mengetahui terlebih dahulu stimulasi dan kegiatan yang

sesuai dengan usia anak berdasarkan usia dan indikator yang ada

sehingga akan mempermudah dalam memberikan stimulasi sesuai

dengan usia anak.

Aktivitas-aktivitas untuk mengembangkan kemampuan

motorik halus anak (Masitoh, 2005: 03) diantaranya :

1) Merobek dan Meremas Kertas

2) Menggambar dan Mewarnai

3) Meronce atau merangkai

Strategi atau kegiatan yang dapat mengembangkan aspek fisik

motorik halus menggunakan media menurut Andang (2006: 218) :

1) Plastisin

Plastisin merupakan pengganti tanah liat, namun plastisin memiliki

daya tarik tersendiri karena mempunyai warna yang berbeda-beda

dan dapat dibentuk tanpa membuat kotor anak. Dengan anak

mengeksporasi plastisin menggunakan tanganya sesuai imajinasi

anak secara tidak langsung anak belajar mengembangkan aspek

fisik motorik.

2) Duplo

Duplo adalah sejenis mainan yang dapat dibongkar pasang seperti

lego. Namun Duplo memiliki perbedaan sebab terdiri dari balok-


36

balokan, gerbong, binatang, orang, rel dan lain-lain. Selain

permainan ini bermanfaat untuk mengembangkan fisik motorik

halus anak namun juga dapat meningkatkan kognitif anak.

3) Meronce

Bagi anak prasekolah, aktivitas meronce juga bisa memanfaatkan

manik-manik, gulungan kertas, biji-bijian, dan lain-lain. Dalam

kegiatan ini selain anak dapat melatih koordinasi mata dan tangan,

anak juga dapat melatih kesabaran dan mengenal konsep ukuran.

4) Jigsaw

Permainan jigsaw atau susun bergambar menggunakan potongan

gambar yang apabila disambung dan dihubungkan akan menjadi

sebuah bentuk gambar yang utuh. Permainan jigsaw ini hamper

mirip dengan permainan puzzle dan bisa untuk mengembangkan

aspek kognitif anak serta motorik halus.

5) Papan pasak

Papan pasak adalah bentuk alat permainan yang dirancang terdiri

dari papan berlobang persegi atau bulat seperrti silinder dan palu.

Permainan papan pasak ini dapat mengembangkan aspek fisik

motorik halus.

6) Brio-Mec

Mainan kontruksi bro ini popular pada awalnya, karena ada palu,

tang, obeng, dan kunci pas. Alat permainan ini terbuat dari plastic

sehingga aman.
37

7) Lego atau Balok

Lego atau balok warna adalah jenis permainan yang dapat

digunakan untuk membuat bangunan, mobil, binatang, monster,

dan sebagainya. Dalam penyusunannya membutuhkan teknik yang

dapat mengasah kemampuan anak untuk berpikir.

8) Puzzle

Puzzle adalah alat permainan yang menyusun gambar atau benda

yang sudah dipecah menjadi beberapa bagian. Selain puzzle dapat

meningkatkan kecerdasan anak, puzzle juga dapat meningkatkan

fisik motorik halus anak pada saat mengambil puing-puig gambar

kemudian merangkai sehingga menjadi suatu gambar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagaia

macam pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran motorik halus,

yaitu plastisin, duplo, meronce, jigsaw, papan pasak, brio mec, lego atau

balok, dan puzzle. Berbagai macam pembelajaran tersebut menggunakan

koordinasi mata dan tangan untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus anak dan meneliti memilih kegiatan meronce.

3. Kegiatan Meronce Bagi Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan

Aspek Fisik Motorik Halus

Meronce untuk anak usia dini menurut Sumantri (2005: 151)

mengemukakan bahwa meronce adalah kegiatan pengembangan motorik

halus di TK, kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari bahan-


38

bahan yang berlubang disatukan dengan tali atau benang. Memasukan

benang atau tali ke lubang-lubangnya dibantu dengan jarum atau tidak.

Kegiatan meronce ditujukan untuk melatih koordinasi mata dan tangan

pada anak. Untuk memperoleh hasil roncean yang menarik perlu terampil

dan kreatif terampil melakukan roncean dengan lancer tanpa mendapat

luka atau sakit jari. Jarum dan bahan dapat digunakan yang terdapat

dilingkungan sekitar rumah atau sekolah kreatif dalam mengkombinasikan

susunan roncean, garis menurut bentuknya.

Dapat disimpulkan bahwa meronce merupakan salah satu contoh

kegiatan pengembangan motorik halus di TK, kegiatan menguntai dengan

membuat untaian dari bahan-bahan yang berlubang, disatukan dengan tali

atau benang.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Setiap penelitian yang membahas suatu masalah akan selalu berkaitan

dengan penelitian yang sejenis permasalahannya. Keterkaitan itu akan

menempatkan peneliti tersebut menjadi penelitian sebelumnya. Beberapa

uraian ini akan menjelaskan keududukan atau posisi penelitian tentang

Kegiatan Meronce Untuk Mengembangkan Aspek Fisik Motorik Halus Siswa

Kelompok B TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten. Adapun hasil-hasil

penelitian yang memiliki pembahasan yang sejenis yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Maharani (2019) yang

berjudul “Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan


39

Melukis Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di PAUD Islam Makarima Singopuran

KartasuraTahun Pelajaran 2019/2020”, progam studi Pendidikan Islam Anak

Usia Dini Institut Agama Islam Negeri Surakarta, dalam penelitian kegiatan

melukis untuk mengembangkan fisik motorik halus. Hasil penelitian diatas

kegiatan melukis DI PAUD Makarima Singopuran untuk mengembangkan

fisik motorik halus sudah berkembang sangat baik pada kelompok A. Seperti

kegiatan mewarnai sebuah objek gambar dan menggambar berbagai bentuk

sederhana dan objek bentuk bebas menggunakan pensil krayon. Dengan

pemberian stimulus dalam rangka memaksimalkan perkembangan motorik

halus melalui kegiatan melukis ini dapat melatih kelenturan, keluwesan,

kordinasi tangan dan mata.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ayunita Mardiana Sari yang

berjudul “Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Melalui Kegiatan

Kolase Pada Anak Kelompok A Di RA Perwanida Tahun Ajaran 2017/2018”

dalam penelitian yang kedua yaitu meningkatkan fisik motohrik halus melalui

kegiatan kolase. Hasil penelitian tersebut kegiatan kolase dapat memberikan

hal positif sehingga dapat meningkatkan perkembangan fisik motorik halus

pada anak usia dini, meningkatkan kelenturan pada jari-jemari, dan ketelitian

pada anak. Selain itu kegiatan kolase juga dapat mendorong dan membantu

guru dalam pembelajaran dan memilih metode yang sesuai dalam kegiatan

sehingga tujuan tercapai.

Lolita Indraswari (2012) yang berjudul “Peningkatan Perkembangan

Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-
40

Kanak Pembina Agama”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui

kegiatan mozaik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Kemampuan

yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik, anak mampu

menyusun kepingan mozaik dan anak mampu menempel dengan teknik

mozaik.

Mengacu pada penelitian di atas, maka peneliti menekankan pada

peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui meronce. Kegiatan

pembelajaran motorik halus ditekankan pada peningkatan kemampuan

mengambil benda dengan jari, memindahkan benda dari tangan yang satu ke

tangan yang lain, memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah.

C. Kerangka Berpikir

Dalam perkembangan aspek fisik motorik halus mempelajari bahwa

anak belajar ketepatan tangan dan mata.Fisik motorik merupakan salah satu

aspek yang penting dalam perkembangan anak usia dini, bahkan dikatakan

sebagai tolak ukur pertama dalam melihat tumbuh kembang yang baik pada

anak usia dini. Motorik halus adalah kegiatan untuk anak usia dini dalam

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-

otot kecil yang memerlukan koordinasi mata dengan cermat dan tidak

memerlukan banyak tenaga. Perkembangan motorik halus mempelajari bahwa

anak belajar ketepatan tangan dan mata. Selain itu anak juga belajar berkreasi

dan berimajinasi. Oleh karena itu dalam melakukan gerakan motorik halus

anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental.


41

Dalam mengembangkan aspek fisik motorik halus maka perlu adanya

stimulus positif untuk anak. Perkembangan motorik halus di TK perlu

dilakukan sejak usia dini, karena pada masa ini merupakan masa emas yang

dimana masa ini paling ideal dalam mempelajari motorik halus anak

diharapkan juga pada siswa TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten kelompok

B sudah mencapai dan melewati perkembangan motorik halusnya dengan

normal. Selanjutnya pendidik dapat memberikan stimulus-stimulus yang tepat

untuk melatih motorik halus anak.

Agar perkembangan motorik halus anak dikatakan berkembang

dengan baik dalam proses kegiatan pembelajaran diperlukan beberapa

kegiatan,cara-cara lainnya yang bersifat menyenangkan bagi anak, khususnya

anak kelompok B di TK Pertiwi Manjung I. Salah satu kegiatan yang

menyenangkan untuk meningkatkan motorik halus anak adalah dengan

kegiatan meronce dengan manik-manik dan menggunakan bahan yang aman

untuk anak usia dini. Meronce merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan

koordinasi mata dan tangan yang cermat, melalui gerak jari yang memasukkan

benang kedalam lubang bahan atau manik-manik sehingga kemampuan

motorik halus anak akan terlatih. Pengembangan kemampuan motorik halus

anak berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis. Maka dari itu perlu

adanya kegiatan yang dapat melatihkan koordinasi tangan dengan mata yang

diberikan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun keterampilan

penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai dengan baik.

Kegiatan meronce juga merupakan kemampuan daya lihat melatihanak


42

melihat ke arah kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan

membaca awal untuk memasuki ke jenjang sekolah selanjutnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang terjadi oleh subyek yang diteliti. Penelitian kualitatif juga

disebut sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama.Penelitian

kualitatif adalah penelitian yangbermaksud untuk meneliti lingkungan sekitar

an subyek penelitian antara lain perilaku, cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, dalam suatu konteks yang alamiah dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah Moleong (2007:6).

Sedangkan menurut Sugiyono (2016: 7) metode kualitatif sebagai

metode artistik, karena proses penelitian ini lebih bersifat seni atau kurang

berpola dan disebut juga metode interpretive karena data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di

lapangan.Penelitian kualitatif memiliki sasaran atau objek penelitian yang

dibatasi agar data-data yang akan diambil dapat digali sebanyak mungkin serta

dalam penelitian ini tidak dimungkinkan pelebaran objek penelitian. Dalam

hal inipenelitian dilakukan langsung di lapangan, temuan rumusan masalah

didapat juga darilapangan, dan memungkinkan data berbah-ubah sesuai

temuan data di lapangan, sehingga dalam penelitian ini ditemukan sebuah

teori baru di lapangan

43
44

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Pertiwi Manjung I

Ngawen Klaten yang terletak di Desa Tuban Wetan RT 04/RW 08,

Kelurahan Manjung,Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Provinsi

Jawa Tengah. Badan penyelenggara Yayasan Dian Dharma, Status sekolah

swasta dan berdiri pada tahun 1970. Pemilihan TK Pertiwi Manjung I

sebagai tempat penelitian dengan alasan Di TK Pertiwi Manjung I terdapat

kegiatan meronce untuk mengembangkan fisik motorik halus, layanan

pendidikan yang sudah maju, dan menyediakan fasilitas yang cukup

memadai. Sehingga peniliti memfokuskan pada pelaksanaan kegiatan

meronce untuk mengembangkan aspek fisik motorik halus pada kelompok

B atau anak usia 5-6 tahun.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2020 sampai dengan Agustus

2020, dengan rincian sebagai berikut:


45

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu

Desember Juni Juli Agust Novembe

2019 2020 2020 us r

2020 2020

1 Penyusunan X

Proposal

2 Pelaksanaan X

Seminar

Proposal

3 Pelaksanaan X

Penelitian

4 Pengumpulan X

Data

5 Analisis Data X

6 Penyusunan X

BAB IV

7 Penyususnan X

BAB V

8 Sidang X

Skripsi
46

C. Subyek dan Informan

1. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan siswa kelompok B di Taman

Kanak-Kanak Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten atau semua orang yang

terlibat dalam proses pembelajaran. Subyek penelitian merupakan sumber

data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah yang diteliti.

Jumlah siswa pada kelompok B ada 8 anak dengan 4 anak perempuan dan

4 anak laki-laki.

2. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan peneliti. Informan dalam penilitian ini yaitu kepala TK

Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten.

D. Teknik Pengumplan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data

dalam kegiatan penelitian yang memenuhi standar yang diterapkan. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan dengan menggunakan

indera mata terhadap suatu kegiatan yang menghasilkan sejumlah data

dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2016: 145) observasi juga

sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila
47

dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara. Metode observasi

dalam penelitian ini dilakukan langsung terjun kelapangan yakni TK

Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten untuk memeroleh data yang berkaitan

tentang bagaimana perkembangan fisik motorik halus pada anak kelompok

B dan proses kegiatanmeroncedalampengembanganfisikmotorikhalus.

Dalam metode observasi ini penliti menyiapkan buku catatan dan kamera

hp. Buku catatan digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang ditemui

secara langsung. Catatatan hasil observasi ini dijadikan pedoman oleh

peneliti agar saat melakukan observasi terarah dan terukur sehingga hasil

data yang di dapatkan mudah untuk di olah.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara dalam

mengumpulkan data. Wawancara adalah proses komunikasi secara

langsung antara 2 orang atau lebih mengenai objek yang diteliti.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti

dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang diberikan kepada

informan untuk mengetahi hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Hasil wawancara akan digunakan untuk sumber penunjang dalam

proses penganalisaan data secara deskriptif. Hal ini untuk mengetahui

pandangan, pendapat, keterangan atau pernyataan-pernyataan yang dilihat

dan dialami oleh responden dan informan. Wawancara dapat dilakukan

secara langsung (tatap muka) maupun tidak secara langsung (telepon).


48

Kemudian jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat

perekam.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

wawancara tidak terstruktur, sesuai dengan urutan wawancara, dan tidak

memakai sistem angket atau kuesioner. Penelitian ini menggunakan dua

tipe wawancara, yaitu wawancara yang bertipe open-ended dan

wawancara terfokus. Wawancara open ended dilakukan dengan bertanya

secara langsung kepada informan kunci tentang suatu peristiwa tertentu

dan opini atau pendapat mereka tentang hal tertentu, seperti pendapat guru

kelompok B dan kepalasekolah untuk medapatkan data yang berkaitan

dengan kegiatan meronce untuk mengembangkan fisik motorik halus pada

anak kelompok B di TK Pertiwi Manjung I.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Teknik dokumentasi

digunakan untuk mempelajari berbagai sumber dokumen terutama yang

berada di TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten itu sendiri dan didukung

oleh sumber-sumber dokumentasi dari luar sekolah, data sekunder dari

literatur yang ada hubungan dengan kebutuhan penelitian. Dokumentasi

merupakan bahan kajian yang berupa tulisan, foto, film atau hal-hal yang

dapat dijadikan sumber kajian selain melalui wawancara dan observasi

dalam penelitian kualitatif. Hasil dari observasi dan wawancara akan lebih
49

dipercaya jika didukung dengan data tambahan berupa foto-foto, dan data

pendukung lainnya yang membuat hasil penelitian lebih lengkap dan valid.

Menurut Guba Lincoln (1981:235) dokumen digunakan untuk

bahan penelitian sebagai sumber data karena dokumen merupakan sumber

data yang stabil, kaya, dan mendorong. Sedangkan menurut Menurut

Moleong (2006: 161) dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber

data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsir, bahkan untuk

meramalkan. Sumber data bukan manusia juga sangat membantu

melengkapi data yang telah dikumpulkan. Dokumen-dokumen yang

dikumpulkan oleh peneliti dipilih untuk diambil mana yang sesuai dengan

fokus yang diteliti.Agar hasil kajian dan penelitian yang dilakukan dapat

disajikan lebih valid dan lebih lengkap, sehingga paparan yang dihasilkan

akan lebih akurat sebagai kajian yang kredibel.

Jadi dapat disimpulkan metode dokumentasi digunakan sebagai data

pendukung hasil wawancara dan observasi, yang bertujuan untuk memperoleh

data kondisi lembaga dan data pendukung yang berkaitan dengan kegiatan

meronce untuk mengembangkan fisik motorik halus pada anak kelompok B di

TK Pertiwi Manjung I. Dokumen lembaga yaitu program semester, RPPM,

RPPH, dan penilaian. Adapun dokumen pendukung lainnya berupa foto,

struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah dan sebagainya.


50

E. Teknik Keabsahan Data

Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan maka

dikembangkan tata cara untuk mempertanggung jawabkan ke absahan hasil

penelitian, karena tidak mugkin melakukan pengecekan terhadap instrument

penelitian yang diperankan oleh peneliti itu sendiri, maka yang akan diperiksa

adalah keabsahan datanya. Dari data penelitian yang dilakukan, peneliti

memilih triangulasi. Menurut Moleong (2004: 330) tringulasi merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang dimanfaatkan untuk keperluan

pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh.

Dalam teknik pemeriksaan data, peneliti menggunakan :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Triangulasi sumber, yaitu untuk menguji data yang ada,

maka dilakukan pada kepala sekolah, lembaga, dan guru. Dari tiga sumber

data tersebut kemudian dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan

yang sama, yang berbeda, dan yang spesifik. Tringulasi sumber yang

utama dalam penelitian ini adalah 1 Orang guru kelas, 16 orang anak usia

5-6 tahun sedangkan sumber penguatnya adalah informan yaitu Kepala

Sekolah dan Guru pendamping.

2. Triangulasi Metode

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode yaitu

peneliti menguji dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
51

dengan metode yang berbeda, yaitu dengan melakukan wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Triangulasi metode menurut Sugiyono (2016

:327) yaitu peniliti menguji kebenaran data yang sudah di dapatkan

dengan metode yang berbeda.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan maka langkah selanjutnya

dalam proses penelitian adalah menganalisis data. Teknik analisis data

merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan secara lebih

mendalam. Menurut Wina (2009:106) analisis data adalah suatu proses

mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan

berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti

yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Semua data-data yang diperoleh saatpenelitian dikumpulkan dan

dianalisis. Data-datayang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi

dirangkum dalam satu rangkuman. Dalam penelitian ini menggunakan cara

berfikir induktif atau mengumpulkan bukti-bukti khusus kemudian ditarik satu

kesimpulan yang bersifatumum. Selain itu analisis dilakukan dengan melihat

tingkat kemajuan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang diharapkan

sejauh mana peningkatan kemampuan anak yang dicapai dalam pembelajaran

dan peningkatan minat kegiatan.

Bogdan & Biklen mengatakan teknik analisis data adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,


52

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain (Moleong, 2007: 248).Analisis data merupakan suatu proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Jadi dalam

penelitian ini akan menggunakan model penelitiann kualitatif naturalistic

yaitu model penelitian yang pelaksanaanya memang untuk menganalisis data

secara alami langsung datang kelapangan, jika data yang di butuhkan sudah

terkumpul maka penelitiakanmenggunakan cara berfikir tersebut dan akan

menggunakan model penelitian kualitatif.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Adapun metode yang digunakan dalam analisis data menurut

Miles dan Huberman dalambukunya Qualitative Data Analysis: An Expended

Sourcebook (3rd ed.), yang meliputi kondensasi data, penyajian data, serta

penarikan dan verifikasi kesimpulan. Teknik analisis data pada penelitian ini

penulis menggunakan tiga prosedur perolehan data.

1. Data Condensation (Kondensasi Data)

Data kondensasi mengacu pada proses pemilihan atau seleksi,

fokus, menyederhanakan serta melakukan pergantian data yang terdapat

pada catatan lapangan, transkrip wawancara, dokumen maupun data


53

empiris yang telah didapatkan. Data kualitatif tersebut dapat diubah

dengan cara seleksi, ringkasan, atau uraian menggunakan kata-kata sendiri

dan lain-lain. Berdasarkan data yang dimiliki, peneliti akan mencari data,

tema, dan pola mana yang penting, sedangkan data yang dianggap tidak

pentingakan dibuang. Pada penelitian kali ini pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara dan observasi langsung pada guru di TK Pertiwi

Manjung I Ngawen mengenai kegiatan meronce dalam mengembangkan

aspek fisik motorik halus pada siswa kelompok B.

2. Data Display (Penyajian Data)

Selanjutnya peneliti melakukan penyajian data. Data yang

disajikan telah melewati tahap reduksi. Penyajian data dilakukan dengan

tujuan agar penulis lebih mudah untuk memahami permasalahan yang

terkait dalam penelitian dan dapat melanjutkan langkah berikutnya. Pada

umumnya penyajian merupakan suatu pengaturan, kumpulan informasi

yang telah dikerucutkan sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Penyajian data dapat dilakukan dengan bagan, uraian singkat, skema dan

lain-lain. Setelah mengumpulkan data terkait dengan perencanaan kegiatan

meronce, pelaksanaan proses kegiatan meronce pada siswa kelompok B,

media apa saja yang digunakan, dan evalusi kegiatan meronce dalam

mengembangkan aspek fisik motoric halus maka langkah selanjutnya

peneliti mengelompokkan hasil observasi dan wawancara untuk disajikan

dan di bahas lebih detail.


54

3. Conclusion drawing/ verification (Pengambilan Kesimpulan)

Apabila tahap kondensasi dan penyajian data telah dilakukan,

makalangkah terakhir yang dilakukan adalah mengambil kesimpulan.

Pengambilan kesimpulan merupakan suatu proses dimana peneliti

menginterprestasikan data dari awal pengumpulan disertai pembuatan pola

dan uraian atau penjelasan. Pengambilan kesimpulan merupakan bukti

terhadap penelitian yang dilakukan. Verifikasi data dilakukan apabila

kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan ada

perubahan-perubahan bila tidak disamakan dengan bukti-bukti pendukung

yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Bila kesimpulan yang dikemukan pada tahap awal, didukung dengan

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan merupakan

kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya. Setelah menyajikan data

terkait dengan perencanaan kegiatan meronce, pelaksanaan proses

kegiatan meronce pada siswa kelompok B, media apa saja yang

digunakan, dan evalusi kegiatan meronce dalam mengembangkan aspek

fisik motoric halus maka peneliti melakukan penarikan kesimpulan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan terdapat kemungkinan

dapat memberikan jawaban pada fokus penelitian yang sudah dirancang sejak

awal penelitian. Ada kalanya kesimpulan yang diperoleh tidak dapat

digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Hal ini sesuai dengan

jenis penelitian kualitatif yang dibahas bahwa masalah yang timbul dalam
55

penelitian kualitatif sifatnya masih sementara dan dapat berkembang setelah

peneliti terjun ke lapangan.

Harapan dalam penelitian kualitatif adalah menemukan teori baru yang

sesuaidenganpembahasan yang diolah. Hasil temuan itu dapat berupa

gambaran suatu objek yang dianggap belum jelas, setelah ada penelitianini

gambaran yang belum jelas tersebutdapat dijelaskan dengan teori-teori yang

telah ditemukan di lapangan. Selanjutnya teori yang didapatkan diharapkan

dapat menjadi pijakan pada penelitian-penelitian selanjutnya. Adapun bagan

seperti berikut :

Pengumpulan
Data Penyajian Data

Kondesasi Data Kesimpulan-


kesimpulan penarikan
verifikasi

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data model Interaktif Miles dan

Huberman

Keterangan :

Data yang sudah terkumpul kemudian dirangkum (kondensasi data),

setelah data dirangkum data tersebut disajikan dalam bentuk table, grafik, dan
56

sejenisnya. (penyajian data), melalui penyajian data tersebut maka data akan

tersusun sehingga mudah untuk dipahami. Selesai penyajian data selanjutnya

dilakukan penarikan kesimpulan dan penarikan kesimpulan untuk menjamin

keabsahan data yang telah diperoleh.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Fakta Temuan Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

a. Sejarah Berdirinya TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

Sebelumtahun 1970 nama Taman Kanak-kanak Manjung adalah

TK SIWI PENI dan pada tanggal 1 Januari 1970 Taman Kanak-kanak

Manjung berubah nama menjadi TK Pertiwi Manjung. Berdirinya

Taman Kanak-kanak ini karena kepedulian perangkat desa yang pada

saat itu Kepala Desa dijabat oleh Bapak Suto Pandoyo. Beliau

berkomitmen untuk memberikan pemerataan pendidikan kepada

seluruh warga masyarakatnya, bekerjasama dengan pengurus Dharma

Wanita Desa Manjung berdirilah TK Pertiwi Manjung. Dalam proses

pembelajaran pertama berdiri bertempat di kediaman Bapak Kepala

Desa Suto Pandoyo yang beralamat di Manjung RT 02/RW 02,

Manjung, Ngawen, Klaten dan pada tahun 1990 TK Pertiwi Manjung

dikarenakan banyaknya murid dan kurangnya tempat pembelajaran

sehingga Bapak Kepala Desa memutuskan TK Pertiwi Manjung di

bagi menjadi 2 Lembaga yaitu TK Pertiwi Manjung I dan TK Pertiwi

Manjung II.

57
58

TK Pertiwi Manjung I berlokaasi di Ngaglik RT 01/RW 03,

Manjung, Ngawen, Klaten dengan menyewarumah dari Ibu Sutiwati.

Setelah 18 tahun kemudian tepatnya pada tahun 2008 atas gagasan

Bapak Kepala Desa Alm. AB. Amanto TK Pertiwi Manjung I

dipindahkan di lokasi bekas SD Inpres Manjung milik desa yang sudah

tidak di gunakan. Lokasi beralamat di Tuban Wetan RT 03/RW 08,

Manjung, Ngawen, Klaten yang terletak di lingkungan pusat

pemerintahan Desa Manjungya itu balai Desa Manjung.

Penyelenggaraan TK Pertiwi Manjung I adalah Dharma Wanita

Manjung, yang pada tahun 2011 bergabung dengan Dewan Pimpinan

Daerah Yayasan Dian Dharma Kabupaten Klaten yang berkedudukan

di Jl. Mayor Kusmanto Klaten dengan Nomor Surat Keputusan

Penggabungan : SKEP. 117 / PD.YDD. / VI / 2011. Pendirian TK

Pertiwi Manjung I telah diberikan ijin pendirian dan penyelenggaran

oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten dengan Nomor : 421.0 / 576

/ 11 / 2011 tanggal 07 Maret 2011, NPSN : 20357156, NIS : 000020.

(Wawancara, 2 Agustus 2020)

b. Letak Geografis TK Pertiwi Manjung I

Lokasi TK Pertiwi Manjung 1 beralamat Tuban Wetan RT

04/RW 08, Manjung, Ngawen, Klaten. TK Pertiwi Manjung 1 berdiri

tahun 1970. Lokasi sekolah ini berada di tengah pemukiman penduduk

desa dekat dengan kelurahan dan gedung serbaguna desa dipinggir


59

jalan utama desa dengan pemandangan sawah. Luas tanah sekolah ini

adalah 500 m2 dan luas sekolah ini 128 m2. Alat permainan edukasi di

luar kelas meliputi jungkat-jungkit, perosotan, ayunan, bola dunia,

papan titian, mangkok putar, tangga majemuk, kuda-kudaan, dan

kapal-kapalan. (Observasi, 5 Agustus 2020)

c. Visi Misi dan Tujuan TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

1) Visi

Terwujudnya anak sehat, cerdas, kreatif, mandiri, ceria serta

berakhlak mulia

2) Misi

a) Mewujudkan anak yang cerdas dengan pembelajaran melalui

pengembangan kognitif.

b) Mewujudkan anak mandiri, kreatif, dan trampil dengan

pembelajaran melalui pengembangan daya cipta dan seni.

c) Mewujudkan anak yang sehat jasmani, melalui, pelaksanaan

pembelajaran melatih fisik motorik, anak dan makan bersama.

d) Mewujudkan anak berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia

melalui pembiasaan sehari-hari yang dilakukan di sekolah.

e) Menumbuhkan sikap sosial melalui beramal, saling memberi,

saling mengerti baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

3) Tujuan
60

a) Menumbuhkan dan mewujudkan anak yang memiliki sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang cerdas dankreatif.

b) Menumbuhkan dan mewujudkan anak yang memiliki sikap

pengetahuan, keterampilan, yang mandiri dan bekerja keras.

c) Menumbuhkan dan mewujudkan anak yang semangat,

bertanggungjawab dan berakhlak mulia. (Dokumen, 2 Agustus

2020)

d. Profil TK Pertiwi ManjungI Ngawen Klaten

1) Nama lembaga : TK Pertiwi Manjung I

2) Tanggal Berdiri : 1 Januari 1970

3) Alamat : Tuban Wetan Rt 040 Rw 08, Manjung,

Ngawen, Klaten

4) Penyelenggaraan : Yayasan Dian Dharma Desa Manjung

5) Ijin Operasional : 421.0/ 576 / II / 2011

6) NPSN 20357156

7) NPWP : 31.429.462.0-525.000

8) Nomor Induk TK 002031012006

9) Jumlah Murid 20

10) Nama Kepala TK : Sri Maryati, S.Pd

11) Jumlah Guru 4

12) Ruang Kelas : Kondisi Baik

13) Luas Tanah : ± 500 m2


61

14) Luas Bangunan : ± 128 m2

(Dokumen, 2 Agustus 2020)

e. Struktur Organisasi TK Pertiwi Manjung I

Setiap instansi pendidikan memerlukan adanya struktur

organisasi yang mengatur suatu lembaga dalam melakukan tugas dan

fungsi dari unsur yang ada dalam lembaga tersebut. Bentuk organisasi

itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain masing-masing bentuk

organisasi dengan sifat dan tujuan yang akan di capai. Organisasi

merupakan wadah kerjasama dan alat untuk mencapai tujuan, sedang

struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola

hubungan yang tetap antara fungsi, tugas dan wewenang serta

tanggungjawab yang berada pada struktur organisasi. Untuk lebih

jelasnya berikut merupakan struktur organisasi TK Pertiwi Manjung I

Ngawen Klaten disampaikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :


62

Penanggung Jawab I
Korwil Pendidikan Kec. Ngawen
Suryono, S.Pd

Penanggung Jawab II
Kepala Desa Manjung
Waliyono

Ketua Pengurus Perwakilan


Yayasan Dian Dharma Desa
Manjung
Ny. Waliyono

Komite
Kepala TK Pertiwi Manjung I
SriJoko Suroso
Maryati, S.Pd

Pendidik Pendidik Pendidik


Sri Hartati, S.Pd Muryanti, S.Pd Niken Susanti, S.Pd

(Dokumen, 2 Agustus 2020)

f. Keadaan guru, murid dan sarana prasarana

Sebuah lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan harus

didukung oleh beberapa komponen diantaranya guru, kariyawan dan


63

siswa. Komponen tersebut saling erat hubunganya dalam menunjang

proses pendidikan untuk mengetahui kondisi maupun keadaan guru,

kariyawan dan siswa pada TK Pertiwi Manjung I dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Keadaan Guru

Jumlah tenaga pengajar di TK Pertiwi Manjung I pada tahun

2019/2020, berjumlah 4 guru tetap.

Tabel. 4.1 Daftar Guru TK Pertiwi Manjung I

No Nama
L/P TTL Agama Ijazah Status
. Guru/NIP

1. Sri Maryati, P Klaten, Islam S1PAUD PNS

S.Pd 18-11-1960

19601118
(
20 0604 2
D
002
o
2. Muryanti, P Klaten. Islam S1 PAUD GTY
u
S.Pd 14-06-1968
s
3. Sri Hartati, P Klaten, Islam S1 PAUD GTY
t
S.Pd 20-02-1975
u
4. Niken P Klaten, Islam S1 PAUD GTY
0
Susanti, 02-08-1992
2
S.Pd
0
64

2) KeadaanSiswa

Siswa TK Pertiwi Manjung I pada tahun 2020/2021

berjumlah 20 murid, yang terbagidalamduayaitukelas A berjumlah

12 murid, kelas B berjumlah 8 murid terdiridari 4 laki-laki dan 4

perempuan, denganperinciansebagaiberikut :

Table 4.2 Keadaan Siswa TK Pertiwi Manjung I

Nama
No. Nama Anak L/P TTL Alamat
Orang Tua

1. Arifin Bima Sena L Klaten, Siswanti Manjung,

30/06/2014 Ngawen,

Klaten

2. Ayunda Finka P Klaten, Mardiyanti Tuban

29/06/2014 Kulon,

Manjung,

Ngawen,

Klaten

3. Azkia Sofie P Klaten, Amin Tuban

10/12/2014 Rochmawati Wetan,

Manjung,

Ngawen

Klaten

4. Eriska Amelia P Klaten, Satiyem Tuban


65

Jasmine 30/06/2015 Kulon,

Manjung,

Ngawen,

Klaten

5. Frizka Imayra P Klaten, Hartanti Tuban

Wibowo 17/01/2015 Kulon,

Manjung,

Ngawen,

Klaten

6. Rais Yusuf Karna L Klaten, Supraptinin Manjung,

17/01/2015 gsih Ngawen,

Klaten

7. Ravindra Darma L Klaten, Preti Sukma Duwet,

23/08/2015 Gita Ngawen,

Klaten

8. Firmansyah L Sampang, Tubiyah Tuban

Pratama 10/06/2013 Kulon,

Manjung,

Ngawen,

Klaten

9. RafaelCahya Bisma L Grobogan, Dewi Manjung,

20/09/2013 Ismawati Ngawen,

Klaten
66

10. Nimas Ayu P Klaten, Widha Tegal Rejo,

Swastika 12/12/2015 Purwaningsi Manjung,

h Ngawen,

Klaten

11. Delisa Inama P Klaten, Agus Susuhan,

Aprilia 05/04/2015 Nugroho Gedaren,

Jatinom,

Klaten

(Dokumen, 2 Agustus 2020)

Tabel 4.3 Daftar Nama Siswa Kelas B

No. Nama L/P TTL

1. Rais Yusuf Karna L Klaten,

17/01/2015

2. Frizka Imayra Wibowo P Klaten, 17/01/2015

3. Ayunda Finka P Klaten, 29/06/2014

4. Ravindra Darma L Klaten, 23/08/2015

5. Eriska Amelia Jasmine P Klaten, 30/06/2015

6. Azkia Sofie P Klaten, 10/12/2014

7. Arifin Bima Sena L Klaten, 30/06/2014

8. Rafael Cahya Bisma L Grobogan, 20/09/2013

(Dokumen, 2 Agustus 2020)


67

3) Sarana Prasarana

Dalam lembaga pendidikan sebuah sarana prasarana yang memadai

sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran.

Adapun sarana prasarana di TK Pertiwi Manjung I, sebagai berikut :

Tabel 4.4 Sarana Prasarana TK Pertiwi Manjung I

No. Jenis Ruang Jumlah Luas(m2)


(
1. Ruang Kelas 2 ± 60 m2
D
2. Ruang Kantor 1 ± 12 m2
o
3. Ruang Kerja Guru 1 ± 12 m2
k
4. Ruang UKS 1 ± 8 m2
u
Ruang Bermain 1 ± 75 m2
m
Ruang Tunggu Terbuka 1 ± 3 m2
e
Kamar Mandi 2 ± 12,5 m2
n
Halaman 1 ± 28 m2
,

2 Agustus 2020)

Adapun sarana prasarana di ruang kelasA :

Tabel 4.5 Sarana Prasarana Ruang Kelas A

No. Alat Jumlah

1. Meja Guru 1

2. Meja Anak 6
68

3. Kursi Anak 15

4. Kursi Guru 2

5. Papan Tulis 1

Lemari 1

Rak Mainan 2

Tempat Sampah 1

Bendera Merah Putih 1

(Dokumen, 2 Agustus 2020)

Sarana prasarana di ruang kelas B :

Tabel 4.6 Sarana Prasarana Ruang Kelas B

No. Alat Jumlah

1. Meja Guru 1

2. Meja Anak 6

3. Kursi Anak 15

4. Kursi Guru 2

5. Papan Tulis 1

6. Loker Anak 1

7. Tempat Sampah 1

(Observasi, 2 Agustus 2020)

2. Deskripsi data proses Kegiatan Meronce Untuk Mengembangkan

Aspek Fisik Motorik Halus Pada Kelompok B TK Pertiwi Manjung I

Ngawen KlatenTahun Ajaran 2020/2021.


69

Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dimana

peneliti secara langsung terjun ke lapangan melihat fenomena-fenomena

yang terjadi di lapangan terkait dengan kegiatan meronce dalam

mengembangkan aspek fisik motorik pada kelompok B TK Pertiwi. Data-

data yang diperoleh peneliti kali ini melalui tiga metode yaitu metode

wawancara, metode dokumentasi, dan metode observasi. Dari beberapa

narasumber yang terdiri dari Ibu Sri Maryati, S.Pd selaku kepala TK dan

Guru Kelas B Bu Niken, S.Pd.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

ditemukan fakta temuan lapangan terkait dengan kegiatan meronce dalam

mengembangkan aspek fisik motorik halus pada kelompok B TK Pertiwi

Manjung I yang dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu dari

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran.

a. Perencanaan Kegiatan Meronce Untuk Mengembangkan Aspek

Fisik Motorik Halus Pada Siswa Kelompok B TK Pertiwi

Manjung I Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2020/2021.

Perencanaan kegiatan meronce yang dilakukan guru dalam

mengembangkan aspek fisik motorik halus adalah didasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor, 58 Tahun 2009. Adapun proses

perencanaan disesuaikan dengan kurikulum yang sudah ada kemudian

membuat RPPH sesuai dengan kegiatan pada tema yang akan


70

disampaikan. Ini sebagaimana dikatakan oleh Bu Niken, dalam

merancang sebuah pembelajaran guru membuat RPPH dan memilih

kegiatan yang sesuai untuk mengembangkan aspek fisik motorik halus

atau aspek lainnya namun tetap menyesuaikan tema pada hari itu

setelah itu guru menyiapkan bahan dan alat untuk keesokan harinya

agar pada saat anak datang ke sekolah guru sudah siap memberikan

kegiatan (Wawancara, 2 Agustus 2020).

Hal ini dibuktikan dari hasil observasi pada tanggal 24,

Agustus 2020 guru membuat RPPH belajar daring. Dalam RPPH

belajar daring meliputi KD (Kompetensi Dasar), tujuan atau indikator,

bahan alat kegiatan dan kegiatan dari awal hingga akhir. Dalam RPPH

terdapat kegiatan meronce untuk mengembangkan aspek fisik motorik

halus yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2020 dengan

tema lingkunganku sub tema peralatan sekolah kegiatan meronce pada

hari itu menggunakan media manik-manik dan kertas warna.

Sedangkan kegiatan meronce pada hari Sabtu, tanggal 29 Agustus

2020 dengan tema keluargaku sub tema anggota keluarga media yang

digunakan sedotan dengan 3 warna yang berbeda.

Namun pembelajaran pada saat pandemic pembelajaran

dilakukan dirumah. Setiap hari Senin orangtua datang ke sekolah untuk

dibagikan jadwal kegiatan selama seminggu dan diterapkan dirumah.

Dalam perencanaan kegiatan meronce media disiapkan oleh orangtua

dirumah. Penyampaianisi RPPH terhadap orangtua dijelaskan guru


71

kelas pada saat pengambilan tugas hariSenin yang bertempat di kelas.

(Observasi, 24 Agustus 2020)

Pada wawancara dan hasil observasi diatas dapat disimpulkan

bahwa perencanaan kegiatan meronce guru membuat RPPH berisi KD,

Indikator, dan kegiatan anak dan media sesuai tema. Sebelum pandemi

guru menyiapkan media dan menerapkan kegiatan meronce langsung

dengan anak. Namun pada saat pandemi RPPH dirancang dengan

sederhana agar orangtua dapat memahami,kemudian jadwal kegiatan

selama seminggu dibagikan kepada orangtua murid setiap hari Senin.

b. Pelaksanaan kegiatan meronce dalam mengembangkan aspek fisik

motorik halus

Pelaksanaan kegitan meronce yang dilakukan guru dalam

mengembangkan motorik halus pada anak dimulai dengan kegiatan

awal, inti, dan kegiatan penutup atau akhir. Dimana kegiatan-kegiatan

ini seperti pembukaan pemberian salam, doa, nyanyi-nyanyi,

memberikan apresepsi kepada anak dan melakukan tanya jawab pada

anak agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan

harian. Ini dilakukan sebagai upaya perbaikan atau evaluasi terhadap

tema yang akan diajarkan. Guru menyampaikan tema dengan

menggunakan metode demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas.

Materi-materi yang diajarkan guru sesuai dengan RPPH yang telah

dibuat. Agar perkembangan motorik halus anak dapat berkembang


72

dengan baik maka guru membuat permainan atau kegiatan main yang

berbeda-beda setiap harinya. Kegiatan meronce adalah salah satu

kegiatan yang dapat mengembangkan aspek fisik motorik halus pada

anak usia dini. Dalam kegiatan meronce menggunakan media berbagai

macam seperti manik-manik, bahan alam, biji-bijian, kertas dan

sedotan. Di TK Pertiwi Manjung I kegiatan meronce menggunakan

media dan bahan menyesuaikan tema pada hari itu. Sesuai yang

disampaikan dengan bu Nikens elaku guru kelas B dalam kegiatan

meronce menggunakan metode demonstrasi, Tanya jawab, dan

pemberian tugas. Pada awal pembelajaran pagi hari anak melakukan

kegiatan yang dapat mengembangkan aspek fisik motoriknya seperti

melompat, pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan memberikan

salam, berdoa, apresepsi, dan tanyajawab pada anak tentang tema pada

hari itu.

Sama seperti TK pada umumnya mungkin dari pagi anak

bermain bebas dengan APE luar kemudian bel masuk anak-anak

berbaris masuk kelas kemudian diawali dengan berdoa, nyanyi,

mengenalkan materi yang akan diajarkan pada hari itu atau

mengenalkan tema hari itu kemudian kegiatan inti. Kegiatan meronce

yang menggunakan metode demonstrasi yang dimaksud yaitu

memberikan contoh pola yang digunakan saat meronce kemudian anak

merangkai sendiri, setelah kegiatan inti anak yang sudah selesai

diberikan waktu bermain lego agar tidak menganggu teman yang


73

belum selesai. Setelah selesai semua keluar kelas cuci tangan cuci kaki

istirahat sebentar kemudian masuk kelas lagi mereview kegiatan pada

hari itu berdoa untuk pulang lalu penjemputan anak. (Wawancara, 2

Agustus 2020)

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan

meronce di TK Pertiwi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru

dalam mengembangkan fisik motorik halus anak adalah pelaksanaan

dimulai dengan kegiatan awal sampai akhir, memberikan apersepsi

kepada anak dan melakukan tanyajawab pada anak dalam

melaksanakan pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana kegiatan

pembelajaran yang direncanakan guru mengajak anak belajar sambil

bermain dan menggunakan sarana dan prasarana yang ada. Hal ini

dilakukan sebagai upaya perbaikan dan evaluasi terhadap tema yang

sudah, diajarkan.

Namun pelaksanaan kegiatan meronce pada masa pandemic

berbeda karena tidak ada tatap muka dengan guru di kelas melainkan

belajar daring atau online. Pelaksanaan belajar daring kegiatan

meronce dilakukan orangtua dirumah sesuai petunjuk yang diberikan

guru terhadap orangtua atau sesuai RPPH yang dibuat guru. Setiap hari

Senin orangtua datang ke sekolah untuk mengambil tugas selama

seminggu. Pembelajaran daring dilakukan orangtua sesuai dengan

langkah-langkah yang diberikan guru. Adapun langkah-langkah

pelaksanaan kegiatan meronce dirumah yaitu orangtua mengajak anak


74

mengerjakan tugas jika anak tidak tertarik, orangtua memberikan

semangat dan motivasi terlebih dahulu namun bila anak menginginkan

kegiatan yang lain orang tua diharap mengikuti minat anak agar mood

anak menjadi lebih baik sehingga tertarik mengikuti kegiatan meronce.

Sebelum memulai kegiatan anak diminta berdoa terlebih dahulu agar

anak terbiasa melakukan kegiatan diawali dengan doa. Setelah itu

orangtua mulai mengenalkan media sedotan yang digunakan dan

warna atau aprsepsi. Kegiatan meronce dilakukan orangtua dengan

metode demonstasi yaitu memberikan contoh pola yang digunakan

kemudian anak meniru pola yang di contohkan orangtua, pada proses

kegiatan meronce orangtua juga memberikan tanyajawab tentang

kegiatan meronce yang sedang dilakukan seperti media yang

digunakan ada berapa warna. Dalam kegiatan meronce orangtua wajib

mengamati dan mendokumentasikan dalam bentuk foto dan video

termasuk saat anak melakukan kegiatan rutinitas dan ibadah, lalu kirim

ke whatsapp group untuk catatan evaluasi pengembangan anak. Pada

saat anak mulai meronce orangtua mendokumentasikan untuk laporan

perkembangan anak ke sekolah jika anak sudah menyelesaikan

kegiatan tersebut. Dokumentasi kegiatan meronce tersebut di kirim

melalui grup via whatsapp, dari dokumentasi tersebut anak

mendapatkan nilai selain dokumentasi laporan dari orangtua secara

lisan juga mempengaruhi. (Wawancara, 27 Agustus 2020)


75

Hasil wawancara diatas sependapat dengan Bu Siwi pada

kegiatan meronce menggunakan media manik-manik yang

dilaksanakan tanggal 12 Agustus 2020 yang bertempat dirumah.

Dalam pelaksanaan meronce Bu Siwi mengajak Finka untuk

melaksanakan kegiatan tersebut, namun Finka menolak karena ia

masih ingin bermain puzzle. Bu Siwi membiarkan Finka bermain

puzzle terlebih dahulu sesuai yang disarankan guru kelas B agar

mengikuti keinginan anak terlebih dahulu dengan begitu anak dapat

melakukan kegiatan meronce karena sudah puas bermain puzzle.

Setelah anak sudah bosan bermain puzzle Bu Siwi memberikan reward

jika Finka dapat mengerjakan kegiatan meronce dengan baik dan

benarakan mendapatkan es krim. Finka setuju dengan reward yang

diberikan Bu Siwi kemudian kegiatan meronce dimulai dengan diawali

berdoa sebelum kegiatan meronce. Bu Siwi menyiapkan media yang

akan digunakan seperti manik-manik, kertas warna, gunting, lem dan

tali. Langkah awal pelaksanaan kegiatan meronce diawali dengan

mencuci tangan kemudian berdoa sebelum belajar. Kegiatan meronce

dengan dua media yang berbeda yang pertama manik-manik dan kertas

berbentuk hati dengan teknik tempel. Bu Siwi member contoh pola

roncean manik-manik terlebih dahulu seperti warna yang disusun dari

warna hitam, hijau, kuning, dengan disisipkan manik-manik berbentuk

kupu-kupu. Kemudian Finka mencontoh pola yang diberikan Bu Siwi

dengan benar, di sela-sela melakukan kegiatan meronce Bu Siwi


76

melakukan tanyajawab bentuk manik-maniknya apa saja berwarna apa

saja. Dari hasil tanyajawab tersebut Finka menjawab dengan benar apa

yang di tanyakan Bu Siwi. Tidak lupa Bu Siwi mendokumentasikan

kegiatan meronce Finka. Setelah selesai kegiatan meronce dengan

media manik-manik Bu Siwi menyiapkan media kertas warna dengan

pola bentuk hati untuk di potong sesuai bentuknya kemudian di lem

atau dirangkai pada tali. Seperti menggunakan media manik-manik, Bu

Siwi memberikan contoh terlebih dahulu kemudian Finka mengikuti

Langkah-langkahnya. Bu Siwi menanyakan Kembali apa yang

dilakukan Finka pada hari itu media apa saja yang digunakan dengan

diakhiri doa penutup (Wawancara, 23Agustus 2020)

Pada wawancara dengan Bu Darmi selaku wali dari anak

bernama Bima, kegiatan meronce dilaksanakan Bu Darmi dirumah

menggunakan media sedotan sama seperti tugas yang diberikan guru.

Pada tanggal 29 Agustus 2020 pelaksanaan kegiatan meronce

menggunakan media sedotan dilakukan Bima dirumah dengan

bimbingan orangtua. Orangtua menyiapkan media sedotan yang akan

digunakan dengan tali untuk meronce. Sedotan yang digunakan ada 3

warna dalam setiap pola roncean. Sebelum melakukan kegiatan anak

diajak berdoa terlebih dahulu. Kegiatan meronce dilaksanakan anak

dirumah sesuai dengan panduan atau aturan yang dijelaskan oleh

orangtua. Bu Darmi membuat roncean terlebih dahulu sesuai metode

yang digunakan di sekolah yaitu metode demonstrasi dengan pola 3


77

warna secara urut (merah, kuning, biru) dan cara meroncenya.

Kemudian Bima mengikuti yang dicontohkan Bu Darmi hingga

selesai. Disela-sela proses kegiatan orangtua melakukan tanyajawab

warna apa saja yang digunakan dan apa kesulitan anak saat

melakukannya. Sesuai dengan perintah guru disekolah bahwa setiap

anak melakukan kegiatan agar di dokumentasikan dalam bentuk foto

kemudian dikirimkan melalui via grup whatsapp untuk penilaian.

(Wawancara, 31 September 2020)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

meronce di masa pandemi COVID-19 ini masih dilakukan namun

tidak serutin sebelum pandemi yang dilakukan 1x dalam seminggu

sedangkan di masa pandemic hanya 2 kali dalam 1 bulan. Dalam

pelaksanaan kegiatan meronce guru membagikan kegiatan selama 1

minggu kepada orangtua setiap hari Senin dan memberikan langkah-

langkah setiap kegiatan yang dilakukan dirumah. Sebelum kegiatan

meronce dimulai orangtua membiasakan anak berdoa terlebih dahulu.

Adapun langkah-langkah kegiatan meronce yaitu menyiapkan media

yang akan digunakan, memberikan contoh pola yang akan digunakan,

kemudian anak mulai meronce dengan pola yang akan digunakan.

Pada proses kegiatan orangtua wajib mendokumentasikan dalam

berbentuk foto untuk penilaian perkembangan anak.

c. Metode yang digunakan kegiatan meronce dalam

mengembangkan aspek fisik motorik halus


78

Metode yang digunakan kegiatan meronce dalam

mengembangkan aspek fisik motorik halus pada anak menggunakan

metode demonstrasi, metode pemberian tugas dan metode tanyajawab.

1) Metode Demonstrasi

Metode yang dilakukan dengan cara menunjukkan cara

atau memperagakan suatu keterampilan. Tujuannya agar anak

mudah memahami dan dapat melakukan dengan benar, misalnya

gerakan sholat, menempel pada pola dan kegiatan lainnya. Metode

demonstrasi juga digunakan dalam kegiatan meronce di TK Pertiwi

Manjung I seperti yang dijelaskan oleh Bu Niken, kegiatan

meronce menggunakan metode demonstrasi yang dimana guru

memberikan contoh pola roncean kepada anak kemudian anak

mencontoh pola sehingga menghasilkan roncean. Namun pada saat

pandemic ini, metode demonstrasi diberikan guru kepada orangtua

agar orangtua bisa membimbing anak dalam kegiatan meronce

melalui metode demonstrasi. Adapun metode demonstrasi yang

dijelaskan pada orangtua yaitu memberikan contoh pola yang akan

digunakan seperti pola meronce berdasarkan jumlah atau warna.

(Wawancara, 27 Agustus 2020)

Hal tersebut dibuktikan pada wawancara dengan Bu Siwi

selaku orangtua anak, metode demonstrasi digunakan dalam

kegiatan meronce pada saat memberikan contoh pola yang akan

digunakan. Setelah anak sudah paham apa yang di demonstrasikan


79

orangtua, anak mulai meronce sesuai pola. (Wawancara, 23

Agustus 2020)

Pada hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

metode demonstrasi masih dilakukan dalam kegiatan meronce pada

masa pandemic hanya saja yang melakukan langsung bukan guru

kelas melainkan orangtua.

2) Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung. Dalam

komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara

langsung antara guru dan murid. Tujuannya merangsang anak

berfikir dan memahami suatu masalah. Seperti yang disampaikan

Bu Niken, pada saat guru memberikan contoh, guru juga

memberikan pertanyaan kepada anak warnanya apa manik-

maniknya dan bentuknya apa jumlahnya berapa pasti nanti ada

anak yang menjawab malah rebutan mbak. Pada saat anak

mengerjakan tugas guru keliling memperhatikan satu-persatu anak

itu kita tanya, jadi selain mengembangkan aspek fisik motorik

halusnya anak juga memahami warna dan bentuk-bentuknya. Jadi

tetep guru memberikan pertanyaan-pertanyaan lain manfaatnya

anak juga tidak bosan karena merasa diperhatikan. (Wawancara, 27

Agustus 2020)
80

Namun pada saat pandemi, metode Tanya jawab ini

dilakukan orangtua dirumah. Hampir sama metode Tanya jawab di

sekolah hanya saja yang melakukan orangtua. Metode tanyajawab,

meliputi media yang digunakan berwarna apa, bentuknya apa, dari

bahan apa dan pertanyaan yang menyangkut kegiatan meronce.

Hal ini dibuktikan oleh Bu Siwi selaku orangtua. Pada

proses kegiatan meronce menggunakan manik-manik, Bu Siwi

melakukan tanyajawab apa yang sulit pada kegiatan meronce

kemudian media apa yang digunakan berbentuk apa memiliki

warnaapa saja dan berjumlah berapa dalam pola yang digunakan.

(Wawancara, 23Agustus 2020)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

metode tanyajawab tetap dilakukan pada masa pandemic hanya

saja berbeda dengan biasanya di kelas dengan guru anak

bertanyajawab namun saat belajar online ini orangtua

menggantikan peran guru. Metode tanyajawab yang meliputi media

apa yang digunakan.

3) Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah memberikan kesempatan

anak melaksanakan tugas dengan media yang disediakan guru.

Seperti kegiatan meronce ini menggunakan metode pemberian

tugas, guru menyiapkan alat dan bahan. Kemudian anak

mengerjakan tugas yang telah diberikan guru. Di TK Pertiwi


81

Manjung I menggunakan metode pemberian tugas juga seperti

yang disampaikan Bu Niken, metode pemberian tugas juga

digunakan dalam kegiatan meronce karena dalam kegiatan tersebut

menghasilkan sebuah karya yang dapat dinilai keindahannya

(Wawancara, 27 Agustus 2020)

Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan

peneliti. Saat orangtua datang ke sekolah setiap hari Senin dengan

membawa hasil karya anak untuk dinilai perkembangannya.

(Observasi, 27 Agustus 2020)

Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa kegiatan meronce dalam mengembangkan

aspek fisik motorik di TK Pertiwi Manjung I pada kelompok B

guru menggunakan 3 metode yaitu metode demonstrasi, metode

tanyajawab dan pemberian tugas. Metode demonstrasi digunakan

guru untuk memberikan contoh pola apa yang digunakan agar anak

dapat memahami dan benar saat mengerjakan. Metode tanyajawab

juga digunakan guru pada saat memberikan contoh, guru juga

bertanya ada berapa warna apa saja warnanya dan bentuknya apa

saja jadi selain dapat mengembangkan motorik halus kegiatan

meronce juga dapat mengenalkan warna dan bentuk. Selain metode

tanyajawab dan demonstrasi guru juga menggunakan metode

pemberian tugas karena kegiatan meronce menghasilkan sebuah

karya.
82

d. Evaluasi kegiatan kegiatan meronce dalam mengembangkan

aspek fisik motorik halus

Evaluasi dilakukan tidak hanya untuk mengetahui hasil belajar

pesertadidik, melainkan juga digunakan untuk mengetahui proses

pembelajaran. Evaluasi atau penilaian pembelajaran di TK Pertiwi

Manjung I menggunakan teknik pencatatan berupa ceklis untuk

mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator

yang harus muncul dalam sebuah peristiwa tindakan, hasil karya yaitu

hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerja

antangan atau karyaseni, dan anekdot adalah bagian dari observasi

yang memfokuskan pada catatan tentang sikap dan perilaku anak yang

terjadi secara khusus. Pada kegiatan meronce penilaian berupa

kerapian dan keindahan dari hasil meronce merupakan suatu aspek

penilaian dalam kegiatan meronce. Penilaian atau evaluasi adalah

penilaian peserta didik sertapenilaian proses pembelajaran seperti yang

dijelaskan Bu Niken, dalam penilaian kegiatan meronce menggunakan

bintang, guru melakukan pengamatan kepada masing-masing murid

ketika proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dengan

mengamati apakah siswa sudah mampu melakukan kegiatan meronce

dengan mematuhi peraturan yang dijelaskan, prosesnya saat anak

memasukkan manik-manik atau media roncean ketali, ketika anak

mampu mengerjakan sesuai pola yang dicontohkan dan hasil karyanya.


83

Penilaian disalin pada penilaian dengan list BB, MB, BSH, dan BSB.

(Wawancara, 27 Agustus 2020)

Namun pada masa pandemic ini penilaian dilakukan guru

dengan mengamati hasil karya yang dikumpulkan orangtua setiap hari

Senin. Guru juga menilai tatap muka dengan anak setiap hari Senin

dan menanyakan apa yang dilakukan anak selama seminggu salah

satunya tentang kegiatan meronce. Selain dari hasil karya guru juga

menilai proses kegiatan meronce dari foto dan video yang dikirim

orangtua kepada guru melalui via WhatsApp. (Wawancara, 27 Agustus

2020)

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan evaluasi atau

penilaian kegiatan meronce untuk mengembangkan aspek fisik

motorik halus pada kelompok B di TK Pertiwi Manjung I dilakukan

guru pada saat anak melakukan kegiatan meronce untuk menilai proses

saat anak memasukkan manik-manik atau media roncean ke dalam tali

sampai hasil roncean jadi. Pada masa pandemic penilaian kegiatan

meronce berdasarkan hasil karya dan wawancara pada orangtua dan

anak. Guru mencatat kemampuan tiap anak dengan menggunakan

kategori BB, MB, BSH, dan BSB.


84

B. INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan diolah dan dipaparkan

dalam penyajian data, tahap selanjutnya yaitu menganalisis data tersebut.

Penganalisisan data ini dilakukan agar memperoleh makna hubungan variabel-

variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan

dalam penelitian. Agar lebih terarahnya proses analisi sini, penulis melakukan

analisis berdasarkan penyajian data sebelumnya secara sistematis dan

berurutan tentang kegiatan meronce untuk mengembangkan aspek fisik

motorik halus pada siswa kelompok B.

Sebagai fasilitator guru menyiapkan berbagai media yang akan

digunakan dalam kegiatan. Saat anak melakukan kegiatan meronce guru

mengamati anak sambil mengajak anak berinteraksi tentang benda apa yang

sedang dipegang, dan guru juga memotivasi anak saat memasukkan benangke

dalam lubang roncean agar sabar dan tidak mudah menyerah.

Pembelajaran meronce untuk mengembangkan aspek fisik motorik

halus pada kelompok B TK Pertiwi Manjung I terlaksana sesuai harapan

berdasarkan penyajian data menunjukkan semua kegiatan yang dilakukan pada

umumnya berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat

oleh guru. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan meronce sebagai berikut :

a. Persiapan

Persiapanya itu tindakan atau rancangan yang dilakukan sebelum

melakukan kegiatan. Tujuan dari persiapan untuk memudahkan anak

dalam melakukan kegiatan dengan mudah. Guru membuat program


85

pembelajaran terlebih dahulu, yaitu program tahunan (ProTa), program

semesteran (ProSem), rencana program pembelajaran mingguan (RPPM),

rencana program pembelajaran harian (RPPH). RPPH sebagai pedoman

awal sebelum pembelajaran di kelas. RPPH juga mempunyai tujuan agar

guru dapat memperkirakan alokasi waktu yang akan digunakan. Guru

kelas terlebih dahulu mempersiapkan atau merencanakan tema yang akan

disampaikan pada hari itu, dan mengaitkan tema tersebut dengan media

yang digunakan. Media yang digunakan Guru kelas juga mempersiapkan

media diatas meja agar anak dapat mengamati dan memahami media yang

akan digunakan.

Namun saat pandemic ini langkah pelaksanaan kegiatan meronce

dilaksanakan dirumah. Dalam pengambilan tugas orangtua datang ke

sekolah setiap hari Senin untuk mengambil tugas anak selama seminggu

kedepan dalam bentuk tertulis jadwal kegiatan dan waktu pelaksanaan.

Kemudian hasil karya dikirimkan melalui via chat WhatsApp dan datang

ke sekolah pada hari Senin bersama untuk mengumpulkan tugas anak

selama seminggu.

Jadi dapat disimpulkan persiapan kegiatan meronce pada masa

pandemi guru tetap membuat RPPH yang berisi kegiatan yang dapat

dilakukan dirumah dengan orangtua. Jadwal kegiatan dibagikan ke

orangtua setiaphari Senin dengan pembekalan langkah-langkah

kegiatannya salah satunya kegiatan meronce dengan media yang berbeda.


86

Kegiatan meronce dilakukan 2 kali selama satu bulan dengan media yang

berbeda.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu proses kegiatan yang mana guru terlebih

dahulu menyiapkan materi dalam penyampaian tema. Sebelum memulai

kegiatan meronce guru memebiasakan anak mencuci tangan dan kaki

terlebih dahulu dengan berbaris. Kemudian anak masuk kelas dan duduk

dengan rapi kemudian guru menyapa dengan SOP seperti TK pada

umumnya dimulai dari pembukaan pemberian salam, doa, nyanyi,

memberikan apresepsi sesuai tema pada hari itu dan melakukan

tanyajawab pada anak. Kemudian anak diberi kesempatan untuk

mengamati media yang digunakan yang telah disediakan oleh guru. Saat

anak sudah mengamati kemudian guru mencoba memberikan pertanyaan

apa yang ada di depan mereka. Sebelu manak meronce guru memberikan

aturan dalam kegiatan seperti anak tidak boleh keluar kelas, lari-larian, dan

menggunakan APE di dalam kelas selain media yang digunakan untuk

kegiatan meronce. Jika anak sudah menerima dengan baik aturan yang

disampaikan kemudian guru memberikan contoh polater lebih dahulu atau

menggunakan metode demonstrasi. Setelah guru memberikan contoh anak

mulai meronce sesuai pola yang sudah diberikan guru. Saat anak-anak

mulai meronce guru menanyakan kepada anak bentuk atau warna apa saja

manik-manik yang dipegang anak, dan melihat hasil karya yang di buat

anak saat meronce. Setelah itu guru menanyakan bagaimana perasaan


87

anak. Kemudian guru mengajak anak untuk membuat lingkaran dilanjut

dengan penyampaian tema pada hari itu.

Namun saat pandemic kegiatan meronce tetap dilakukan, akan

tetapi berbeda tidak dengan guru melainkan dengan orangtua dirumah atau

belajar daring. Dalam pembelajaran di rumah, orangtua menjadi perantara

guru terhadap anak sesuai dengan RPPH atau tugas yang diberikan guru

pada setiap hari Senin. Hampir sama dengan pembelajaran di kelas

orangtua menyiapkan media yang akan digunakan kemudian memberikan

contoh pola roncean. Saat proses kegiatan meronce, orangtua diwajibkan

mendokumentasikan dan dikirim ke grup Whatsapp untuk penilaian

perkembangan fisik motorik halus anak.Adapun langkah-langkah meronce

menurut Haeriah (2014: 90) : a) Memilih rangkaian b) Ajarkan anak

meronce dengan cara menyatukan satu per satu potongan bahan meronce,

dengan menggunakan tali melalui lubang kecil yang ada. c) Setelah bahan

dirasa cukup, maka bantu anak mengikatkan talinya. d) Rangkaian

potongan sedotan ini dapat dibuat menjadi kalung atau gelang.

Sedangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan meronce yang

dilakukan guru dan disampaikan kepada orangtua anak selama pandemi

yaitu menjelaskan langkah-langkah kegiatan meronce untuk

mengembangkan fisik motorik halus anak, yang pertama orangtua

mengajak anak untuk mengerjakan dengan mood yang baik agar anak

tidak mudah bosan saat kegiatan berlangsung, jika ada anak yang kurang

tertrik dengan kegiatan meronce ikuti keinginan anak terlebih dahulu


88

seperti bermain dengan media yang lain jika anak sudah puas bermain

dengan media lain orangtua mulai mengajak melaksanakan kegiatan

meronce, terlebih dahulu orangtua menyiapkan media yang akan

digunakan seperti sedotan atau manik-manik. Jika anak sudah siap mulai

kegiatan meronce dengan berdoa, kemudian orangtua mengenalkan media

yang akan digunakan kepada anak, dalam kegiatan meronce pada tanggal

12 Agustus 2020, media yang digunaka nada 2 macam yaitu manik-manik

dan kertas. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan meronce dengan

media manik-manik yang memiliki berbagai warna dan bentuk sesuai yang

dijelaskan diatas bahwa kegiatan meronce dapat berpola jadi tugas

orangtua mencontohkan pola yang akan digunakan kepada anak atau

menggunakan metode demonstrasi. Setelah anak mengerti cara atau

langkah-langkah kegiatan meronce dengan pola yang sudah dicontohkan

orangtua, anak mulai meronce. Kegiatan meronce dengan media kertas

hamper sama Langkah-langkahnya hanya saja media kertas menggunakan

teknik tempel pada tali, yang pertama orangtua menyiapkan kertas warna

dengan pola berbentuk hati kemudian memotong menjadi 2 sisi sehingga

dapat ditempelkan pada tali. Pada akhir kegiatan meronce orangtua

kembali mengingatkan kegiatan apa saja yang dilakukan pada hari itu

media yang digunakan apa saja kemudian berdoa.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan

meronce pada masa pandemi dengan langkah-langkah pelaksanaan, guru

membagikan jadwal kegiatan yang berisi kegiatan-kegiatan selama


89

seminggu salah satunya kegiatan meronce. Langkah pertama orangtua

mengajak anak untuk melakukan kegiatan meronce jika anak kurang

tertarik ikuti apa yang diinginkan anak sampai anak bersedia mengikuti

kegiatan meronce dengan baik atau tidak terpaksa. Orangtua menyiapkan

media yang akan digunakan seperti sedotan atau manik-manik kemudian

membimbing anak dari mulai berdoa sebelum kegiatan dan menutup

dengan doa.

c. Penilaian

Penilaian yang diberikan guru dalam kegiatan meronce untuk

mengembangkan aspek fisik motorik halus pada kelompok B melalui

observasi dan hasil karya. Guru menyiapkan media meronce kepada anak,

lalu anak mulai meronce dengan media tersebut dengan cara memasukkan

tali ke dalam lubang manik-manik atau biji-bijian yang diambil dari

wadah. Saat anak melakukan kegiatan meronce guru keliling dan bertanya

jawab apa yang di pegang, media apa yang digunakan, warnaya apa saja

dan berbentuk apa, jika ada anak yang belum mengerti media apa yang

digunakan sesekali guru memberitahu anak. Dalam hal ini guru dapat

menilai hasil karya anak saat kegiatan meronce selesai.

Namun pada masa pandemi, penilaian perkembangan anak pada

kegiatan meronce dengan hasil karya yang didokumentasikan orangtua

dalam bentuk foto atau video selama melaksanakan kegiatan meronce,

selain itu dari hasil wawancara dengan orangtua pada saat orangtua datang

ke sekolah mengambil tugas untuk minggu berikutnya, dan tanya jawab


90

kepada anak tentang kegiatan meronce atau kegiatan lainnya selama

dirumah.

Kegiatan meronce untuk mengembangkan aspek fisik motorik

halus pada siswa kelompok B TK Pertiwi Manjung I Ngawen

menggunakan 3 metode yaitu metode demonstrasi, tanya jawab dan

pemberian tugas.

a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi digunakan guru untuk memberikan contoh

pola roncean yang akan digunakan. Hal ini memudahkan anak

memahami suatu langkah-langkah kegiatan. Namun pada saat

pandemic ini, metode demonstrasi diberikan guru kepada orangtua

agar orangtua bisa membimbing anak dalam kegiatan meronce melalui

metode tersebut. Orangtua memberikan contoh pola roncean terlebih

dahulu kemudian anak mencontoh hasil pola yang dibuat orangtua

dengan baik sesuai pola yang diberikan.

Jadi dapat diambil kesimpulan, kegiatan meronce

menggunakan metode demonstrasi bertujuan untuk memudahkan anak

dalam mengerjakan kegiatan meronce berpola dengan media manik-

manik atau sedotan dan bahan roncean lainnya yang disesuaikan tema.

Pada masa pandemic ini metode demonstrasi dilakukan orangtua

kepada anak dirumah.


91

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ini juga digunakan dalam kegiatan

meronce saat anak sebelum memulai meronce guru bertanya bahan dan

alat apa saja yang akan digunakan dan media apa yang digunakan.

Pada saat proses kegiatan meronce berlangsung guru juga berkeliling

mengecek satu persatu anak dan sesekali bertanya warna apa saja yang

digunakan, media yang digunakan apa saja dengan begitu anak lebih

senang melakukan kegiatan karena merasa diperhatikan guru. Metode

tanya jawab dalam kegiatan meronce pada masa pandemic tetap

dilakukan, hanya saja yang melakukan orangtua dirumah. Metode

tanyajawab yang dilakukan orangtua dirumah meliputi media apa saja

yang digunakan oleh anak, berwarna apa saja, berbentuk apa, dan

kesulitan apa saja yang dihadapi anak saat melakukan kegiatan.

Jadi dapat disimpulkan, menggunakan metode tanya jawab

pada kegiatan meronce meliputi media yang digunakan,warna apa saja

yang digunakan, kesulitan apa yang dirasakan anak ketika proses

kegiatan berlangsung.

c. Metode Pemberian Tugas

Metode yang terakhir yaitu pemberian tugas, guru memberikan

atau menyiapkan media yang digunakan setelah guru memberikan

contoh anak mengerjakan sesuai perintah dari guru dari segi pola

ataupun susunan warna, sehingga menghasilkan sebuah karya.

Kegiatan meronce dapat menghasilkan hasil karya yang dapat dipakai


92

atau dipajang menjadi suatu hiasan. Namun pada masa pandemic ini

metode pemberian tugas dilakukan orangtua dirumah

Jadi dapat disimpulkan dalam kegiatan meronce menggunakan

metode pemberian tugas, pada masa pandemic ini metode pemberian

tugas dilakukan orangtua.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian tentang kegiatan meronce untuk

mengembangkan aspek fisik motorik halus pada siswa kelompok B TK

Pertiwi Manjung I Ngawen dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

Pembelajaran meronce dapat mengembangkan aspek fisik motorik

halus anak kelompok B. Media yang digunakan bervariasi dari manik-manik

buatan hingga bahan alam. Anak mampu menyebutkan warrna dan bentuk

media yang digunakan saat pembelajaran meronce berlangsung. Guru

merencanakan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang telah ada

dan dibuat dalam bentuk RPPH yang disesuaikan dengan tema pada hariitu

dan disesuaikan dengan perkembangan anak. Guru kelompok B menyesuaikan

materi pembelajaran dengan tema kegiatan. Guru menyampaikan tema dengan

menggunakan metode demonstrasi, tanyajawab, dan pemberian tugas. Agar

perkembangan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik maka guru

membuat permainan atau kegiatan main yang berbeda-beda setiap harinya

dengan media yang berbeda-beda juga. Guru memberikan stimulus kegiatan

saat anak memasukkan roncean ke dalam benang, saat anak beres-beres dan

kegiatan recalling. Kemampuan anak dalam kegiatan meronce berbeda-beda,

92
93

karena meronce sesuai dengan tahapan perkembangan anak masing-masing,

sehingga memperoleh hasil yang berbeda juga setiap anak.

Namun pada masa pandemic ini kegiatan meronce dilakukan dirumah

dengan fasilitator orangtua. Setiap hari Senin orangtua mengambil tugas anak

selama satu minggu. Kemudian orangtua merealisasikan kepada anak dengan

Langkah-langkah yang diberikan guru sesuai RPPH. Untuk penilaian kegiatan

meronce dilakukan guru melalui foto yang dikirimkan orangtua dan

wawanacara orangtua saat mengumpulkan tugas ke sekolah.

B. SARAN-SARAN

Setelah melakukan penelitian kegiatan meronce untuk

mengembangkan aspek fisik motorik halus pada siswa kelompok B TK

Pertiwi Manjung I, maka peneliti akan mencoba memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Kepada Kepala TK

Alangkah baiknya jika media yang kurang lengkap dilengkapi

dengan menambah media yang baru sehingga anak lebih tertarik

mengikuti kegiatan meronce.

2. Kepada Guru Kelas B

Alangkah lebih baik guru lebih memotivasi anak lagi biar sabar

dalam melakukan segala hal dan tidak mudah menyerah saat mengikuti

kegiatan meronce.
95

DAFTAR PUSTAKA

Andang Ismail, 2006. Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan
Permainan Edukatif. Yogyakarta : Pilar Media.
Ayu Rini, 2017. Teknik Meronce Untuk PAUD. Depok Jawa Barat: Eka Prima
Mandiri.
Aries Susanti Kurniawaty, 2011. Tahap Meronce. Jakarta : Dit PADU, Direktorat
Jenderal PLSP, Departemen Pendidikan Nasional, Sekolah Al Falah The
Creative Center for Childhood Research and Training, Inc
Astanti, 1995. Terapi Okupasi, Bermain dan Musik Untuk Anak Tunagrahita
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Barmin, EkoWijiono, Mahsan Burhani. 2015. Seni Budaya dan Keterampilan.
Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Danar Santi. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Indeks Permata Puri Media.
Guba, E.G & Lincoln Y.S. 1981. Effektif Evaluation. Improving The Usefulness
Of Evaluations Result Through Responsive And Naturalistic Approaches.
Jassey-Bass Inc. Publisher
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Haeriah Syamyuddin.2014. Brain Game Untuk Balita. Jakarta: PT Buku
Seru. Iskandar, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat : Gaung Persada
Press.
Junanto, Subar. Maharani, Dewi. 2019. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia
Dini Melalui Kegiatan Melukis Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Paud Islam
Makarima Singopuran Kartasura Tahun Pelajaran 2018/2019.
httpps://jurnal.untirta.ac.id./index.php/jpppaud/article/view/4654 (di akses,
16 Desember 2020)
Junanto, Subar. Qoriahtun, Histining. 2019. Hubungan Perkembangan Motorik
Halus Dengan Kemandirian Anak Di TK Aisyiyah Cabang Kartasura,
Sukoharjo, Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019.
https://core.ac.uk/download/pdf/296477873.pdf (di akses, 16 Desember
2020)
Junanto, Subar. Rodiyah, Windhi Indha. 2019. Implementasi Penggunaan Metode
Bermain Dengan Media Plastisin Untuk Kreativitas Anak Di RA
Kalimosodo Manisharjo Sukoharjo Tahun 2018/2019.
96

https://core.ac.uk/download/pdf/33531715.pdf (di akses, 16 Desember


2020)
Luluk Asmawati. 2014. Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja
Roskarya.
Mukhtar Latif, Zukhairina, Rita Zubaidah, Muhammad Afandi. 2013. Orientasi
Baru Pendidikan Anak Usia Dini : Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Prenada
Media Group.
Maria Qori’ah & Sri Setyowati. 2018. Pengaruh Kegiatan Meronce Dengan
Media Sedotan Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompolk A
Di Kb/Tk Islam Darul Fatah Surabaya. Fakultas Ilmu Pendidikan:
Universitas Negeri Surabaya
Miles, Mathew B & A. Michael Huberman. 1994. An Expanded Sourcebook:
Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mursid. 2018. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:
PT RemajaRosdakarya.
Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Masitoh. 2005. Aspek Perkembangan Anak. Surakarta: Intan Sejati
Nieza. 2007. Sulaman Pada Payet & Manik Pada Pernik Cantik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Novi Mulyadi. 2017. Pengembangan Seni Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nunuk Suryani, dkk. 2018. Media pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Purnawanti Lina. 2011. Pintar Membuat Aksesoris. Bekasi: Laskar Aksara.
Pamadhi, Hajar dkk. 2012. SeniKeterampilan Anak. Tanggerang Selatan:
Universitas Tebuka
Peraturan Menteri Pendidikan Dan KebudayaanRepublik Indonesia No. 146 tahun
2014. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2015
97

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Wina Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Pedagogia PT Pustaka Instan Madani.
Sofia, Hartati. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Suharsimi, Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Jakarta: PT. Indeks.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 137 tahun 2014, 2015.
Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Wina Sanjaya, 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Yudha, Saputra dan Rudyanto, 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Dep Diknas.
Triyanto. 2012. Mendesain Aksesoris Busana. Klaten: PT Intan Sejati.
LAMPIRAN

97
98

Lampiran 01

PEDOMAN WAWANCARA

SUBYEK

A. Pertanyaan untuk guru kelas B TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

1. Proses pelaksanaan kegiatan meronce pada kelas B di TK Pertiwi Manjung

1 Ngawen Klaten

a. Apa manfaat dari kegiatan meronce pada Anak?

b. Berapa kali dalam seminggu kegiatan meronce dilakukan?

c. Bagaimana dampak kegiatan meronce terhadap perkembangan fisik

motorik halus anak?

d. Metode apa saja yang digunakan dalam kegiatan meronce?

e. Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan meronce?

f. Bagaimana proses atau langkah-langkah kegiatan meronce ?

g. Apakah ada penghambat terhadap proses kegiatan meronce pada kelas

B?

h. Bagaimana penilaian atau evaluasi pada kelas B dalam kegiatan

meronce?

INFORMAN

A. Pertanyaan untuk Kepala TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

1. Apakah kegiatan meronce masih dilakukan di TK Pertiwi terutama

kelompok B?
99

2. Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan meronce?

3. Apakah kegiatan meronce dapat mengembangkan fisik motorik halus?

B. Pertanyaan untuk Kepala TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

1. Bagaimana sejarah berdirinya TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten?

2. Apavisi, misi dan tujuan TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten?

3. Bagaimana kegiatan guru TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten?

4. Berapa jumlah siswa dan guru di TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten?

5. Apakah media kegiatan meronce sudah memadai?


100

Lampiran 02

PEDOMAN OBSERVASI

1. Letak Geografis TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

2. Keadaan sekolah atau sarana prasarana

3. Perencanaan kegiatan meronce

4. Penilaian kegiatan meronce


101

Lampiran 03

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Visi dan Misi TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

2. Data Siswa dan Guru TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

3. Profil TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten

4. Struktur Organisasi TK Pertiwi Manjung I Klaten


102

Lampiran 04

FIELD NOTE WAWANCARA

Kode 001

Hari Tanggal : Senin, 2 Agustus 2020

Topik : Menyampaikan Izin penelitian dan

menggali Informasi sekolah

Informan : Bu Maryati (Kepala TK Pertiwi Manjung

I) Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 NgawenKlaten

Waktu : 09.00-selesai

Pada hari Senin, 2 Agustus 2020 saya datang di TK Pertiwi Manjung I.

Peneliti akan memberikan surat ijin kepada Kepala TK yang bernama Ibu Maryati

untuk member tahukan bahwa saya akan melakukan penelitian mengenai kegiatan

meronce untuk mengembangkan aspek fisik motorik halus kelompok B TK

Pertiwi Manjung I. Sesampai di lokasi saya langsung menemui Bu Maryati di

kantor guru. Kemudian saya memberikan surat ijin penelitian tersebut kepada Bu

Maryati selaku Kepala TK Pertiwi Manjung I. Selain memberikan surat ijin, saya

menanyakan tentang sejarah berdirinya TK Pertiwi Manjung I Ngawen dan

struktur kepengurusan selain itu peneliti juga mengamati kelas dan sekitar TK.

REKONSTRUKSI DIALOG

Peneliti :

“Permisi Bu, saya Oktaria Nanda mahasiswa IAIN Surakarta yang hendak
103

melakukan penelitian di TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten dengan

Judul Kegiatan Meronce Untuk Mengembangkan Aspek Fisik Motorik

Pada Siswa Kelompok B TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten”

(memberikan surat izin penelitian)

Bu Mar :

“Iya Mbak, tapi di TK Pertiwi Manjung ya Cuma seperti ini hehe.. saya

bantu sebisa kemampuan saya ya nanti kalo mau tanya tentang proses

pembelajaran bisa ke Bu Niken ya selaku guru kelas B”

Peneliti :

“Nggih Bu, habis ini saya ijin bertemu dengan Bu Niken nggih. Sejarah

berdirinya TK Pertiwi Manjung I itu bagaiamanya Bu?”

Bu Mar :

“Seingetku aja ya Mbak, jadi dulu itu nama TK nyabukan Pertiwi

Manjung I tapi Siwi Peni terus tahun 1970 ganti nama jadi Pertiwi

Manjung I. Ini sekolahan satu-satunya di kelurahan dulu itu kepala TK nya

Bu Maryati juga guru TK ku mbak. Dulu tempatnya TK Pertiwi Manjung

I nggak disini, tapi di rumah Bapak Sutoyo Pandoyo salah satu kepala desa

(lurah) dengan fasilitas seadanya terus menyewa rumah di desa Ngaglik

RT 01/RW 03 sana mbak rumahnya Ibu Sutiwati lalu setelah 18 tahun

kemudian tepatnya pada tahun 2008 atas gagasan Bapak Kepala Desa

Alm. AB. Amanto TK Pertiwi Manjung I dipindahkan di lokasi bekas SD

Inpres Manjung milik desa yang sudah tidak di gunakan ini lebih tepatnya

di Tuban Wetan hingga sekarang mbak.”


104

Peneliti :

“Nggih Bu, kalo boleh saya tau visi misi TK Pertiwi Manjung I apaya Bu?

Bu Mar :

“Visi misinya ada di dokumen ini mbak, nanti di foto aja ya”

Peneliti :

“Ohiya Bu, makasih ijin fotoya Bu. Di TK Pertiwi Manjung ini ada berapa

kelas yang diampu Bu?”

Bu Mar :

“Ada 2 kelas mbak, TK A dan TK B. ”

Peneliti :

“Jumlah Pendidik dan jumlah siswanya berapa Bu?”

Bu Mar :

“Untuk guru disini berjumlah 4 orang Bu Niken, Bu Sri, dan Bu Mur. Kalo

jumlah siswa kelas A ituada 12 anak kemudian kelas B ada 8 anak jadi

jumlahnya 20 anak. Tahun ini turun jumlahnya kalo tahun kemaren itu ada

24an anak. Lha gimana ya mbak di masa pandemic seperti ini, tapi ini

Alhamdulillah paling banyak di perkumpulan TK Pertiwi”

Peneliti :

“Nggih Bu, lumayan juga. Semua pendidik Sarjana PAUD Bu?”

Bu Mar :

“Iya Nduk, semua sarjana PAUD yang tertua saya disini hehe. Tapi S1 nya

di Universitas Terbuka kalosaya di Universitas Muhammadiyah Surakarta

tonggomu kui”
105

Peneliti :

“Hehe, kalau struktur organisasinya Bu?”

Bu Mar :

“Struktur e, ini disini juga ada jadi satu sama visi misi Nduk di foto aja ya”

Peneliti :

“Oh nggih Bu, ijin nggih. Saat pandemic seperti ini apa masih ada

kegiatan Bu di Sekolah?”

Bu Mar :

“Di stop dulu mbak, soalnya memang kita menuruti himbauan dari

pemerintah dan pemerintah desa mbak nggak berani kalau memaksakan

jadi semua serba online ini. Tapi kegiatan pembelajaran tetap dilakukan

dengan belajar daring jadi setiap senin orangtua dating kesekolah

mengambil tugas selama seminggu dan pada saat mengambil itu orangtua

juga mengumpulkan tugas minggu kemarin seperti itu nduk”

Peneliti :

“Apakah media dan saranap rasarana di TK Pertiwi Manjung I memeuhi

kebutuhan pembelajaran Bu?”

Bu Mar :

“Alhamdulillah cukup memadai menurut saya Nduk, ada beberapa yang

rusak namun ini tahap pembetulan. Untuk media juga memenuhi

kebutuhan ada bebarapa mungkin yang rusak jadi pintar-pintarnya guru

memanfaatkan bahan bekas digunakan media baru. Untuk sarana

prasarananya juga Alhamdulillah cukup ada papan tulis, rak mainan, rak
106

sepatu, loker anak, tempat sampah, kursi meja anak dan kursi meja guru

juga lengkap, untuk APE luar juga lumayan lengkap walaupun sudah lama

ya”

Peneliti :

“Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan meronce di TK Pertiwi

Manjung I?”

Bu Mar :

“Banyak Nduk, yang umunya kan meronce menggunakan manik-manik ya

disini juga ada manik-maniknya dari ukuran besar hingga kecil dan

berbagai hanya saja tidak lengkap karena manik-maniknya juga udah lama

sekali. Tapi agar anak tidak bosan kami mengganti medianya sesuai tema

pada hariituseumpamatemaalamsemestananti guru menyiapkankertas yang

dibentuk bintang, bulan, matahari dan dironce dengan tali kenur. Kalo

temanya tanaman bias menggunakan biji-bijian, bunga, atau daun. Jadi

tetep menyesuaikan tema. Apa nanti kalau ada yang perlu ditanyakan bisa

WA saya mbak ini nomorku (memberikan hp) itu mbak kalo mau tanya

data-data sekolah juga ke Bu Niken ya nanti”

Peneliti :

“Ohiya Bu, sampun saya save makasih ya Bu”

Bu Mar :

“Hoo mbak, sami-sami”


107

Setelah mendapat izin dari Kepala TK Pertiwi Manjung I dan saya berpamitan

untuk menemui Bu Niken tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas

informasi yang diberikan.

REFLEKSI

Tanggapan Kepala TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten baik dan positif

dengan kedatangan saya. Izin dari beliau memberikan jalan kepada saya

melakukan penelitian di TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten.

FIELD NOTE WAWANCARA

Kode 002

Hari Tanggal : Senin, 2 Agustus 2020

Topik : Menggali informasi tentang perkembangan fisik

Motoric anak dengan kegiatan meronce

Informan : Bu Niken (Guru Kelas B)

Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 NgawenKlaten

Waktu : 09.30-selesai

Setelah bertemu dengan kepala TK Pertiwi Manjung I jam 09.30 WIB

saya menuju kelas B untuk bertemu dengan Bu Niken yang hendak keluar kelas

menuju kantor Guru, Alhamdulillah Bu Niken meluangkan waktunya disela-sela

menyiapkan pembeljaran daring untuk esokhari.


108

REKONSTRUKSI DIALOG

Bu Niken :

“Ohhh, monggo masuk mbak”

Peneliti :

“Nggih Bu, makasih. Perkenalkan Bu, namasaya Oktaria mahasiswa

IAIN Surakarta yang hendak melakukan penelitian di TK Pertiwi

Manjung I Ngawen Klaten dengan judul Kegiatan Meronce Untuk

Mengembangkan Aspek Fisik Motorik Halus Pada Siswa Kelompok B

TK Pertiwi Manjung I Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2020/2021. Mohon

bantuannya ya Bu” Bu Niken :

“Oalah iya mbak, semampunya ya hehe. Soalnya juga keadaan lagi

Pendemi seperti ini”

Peneliti :

“Iya Bu, perkembangan fisik motoric halus pada kelas B bagaimana

Bu?” Bu Niken :

“Cukup baik, hanya ada beberapa anak saja mbak yang kurang dalam

kegiatan meronce seperti anak belum bias memasukkan manik-manik ke

dalam tali ada juga yang kesusahan dalam merangkai pola”

Peniliti :

“Manfaat dari kegiatan meronce apa Bu?”

Bu Niken :

“Manfaat dari meronce banyak mbak, yang utamakan motoric halus ya

tetep tapi kalo meroncen ya pakai pola bias mengenalkan warna, bentuk
109

itu kan masuk fisik motorik bias kognitif bisa dan seni juga bias karena

menghasilkan keindahan to kan manik-manik dironce nanti jadi karya

yang menghasilkan keindahan. Kalo dibikin Bahasa bias nanti anak bias

bercerita mbak”

Peneliti :

“Berapa kali meronce dilakukan Bu?”

Bu Niken :

“Meronce dilakukan di TK Pertiwi Manjung seminggu 1x mbak,

tergantung tema ya”

Peneliti :

“Apakah kegiatan meronce di TK Pertiwi Manjung I berpengaruh terhadap

perkembangan fisik motoric anak?”

Bu Niken :

“Sangat sangat berpengaruh mbak, apalagi untuk melatih koordinasi mata

anak saat anak memasuk kan manik-manik ke benangnya itukan

membutuhkan konsentrasi”

Peneliti :

“Media yang digunakan kegiatan meronce apa Bu ?”

Bu Niken :

“Kalau untuk media saya menggunakan beberapa macam, ada manik-

manik, sedotan, biji-bijian, bunga, kertas tergantung tema mbak. Jadi

nggak mungkin kalo minggu ini dengan minggu berikutnya sama media

nya nanti yang ada malah anak cenderung bosan jadi di variasi seumpama
110

temanya alam semestaya nanti kita bentuk kertas seperti bintang, bulan

dan matahari nanti itu juga bias dirangkai jadi roncean jadi pinter-

pinternya guru sih mbak”

Peneliti :

“Bagaimana perencanaan kegiatan meronce di TK Pertiwi Manjung I Bu?

Bu Niken :

“Dalam merancang sebuah pembelajaran guru membuat RPPH terlebih

dulu dan memilih kegiatan yang sesuai untuk mengembangkan aspek fisik

motoric halus atau aspek lainnya namun tetap menyesuaikan tema pada

hari itu setelah itu guru menyiapkan bahan dan alat untuk keesokan

harinya agar pada saat anak dating ke sekolah guru sudah siap

memberikan kegiatan. Jadi anak dating itu sudah siap materin ya mbak.”

Peniliti :

“Dalampelaksanaankegiatanmeronce di TK Pertiwi sepertiapa Bu?”

Bu Niken :

“Kalau pelaksanaanya sendiri hamper seperti pada sekolah lainnya

mungkin ya mba, dimulai dari pagi. Di awal kegiatan pembelajaran dari

pagi itu anak sudah dilatih fisik motoric halusnya berbeda-beda setiap

harinya kadang motoric kasarnya itu berjalan, melompat. Kalau motoric

halus meremas-remas kertas atau spons. Pelaksanaan dimulai dengan

memberikan salam, memberikan apersepsi kepada anak dan melakukan

tanyajawab pada anak dan dalam melaksanakan pembelajaran berjalan

sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran yang direncanakan guru.


111

Untuk kegiataan meronce disini menggunakan metode demonstrasi, Tanya

jawab, dan pemberian tugas atau praktek langsung.”

Peniliti :

“sementara itu dulu nggih Bu Niken, lain waktu saya kesini lagi maaf

ngrepotin hehe”

Bu Niken :

“Walah mbak, santai wae dulu aku juga sama kaya jenengan kok. Nggih

hati-hati ya, maaf saya belum bias maksimal menjawab pertanyaannya”


112

FIELD NOTE WAWANCARA

Kode 003

Hari Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2020

Topik : Menggali Informasi tentang Belajar Daring

Informan : Kepala TK Pertiwi Manjung I

Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten

Waktu : 09.30-selesai

Pukul 09.30 WIB saya dating ke TK Pertiwi Manjung I untuk bertemu

dengan Bu Mar selaku kepala TK untuk menggali informasi tentang system

belajar daring disaat pandemic seperti ini.

REKONSTRUKSI DIALOG

Peneliti :

“Assalamualaikum Bu Mar, maaf ganggu lagi nggih hehe”

Bu Mar :

“Iyo nduk masuk o, tapi belum tak bersihin ki kantore ndak papa yo”

Peneliti :

“Hehe nggih Bu, ini mau wawancara tentang BDR di TK Pertiwi Manjung

I, bagaimana Bu?”

Bu Mar :

“Setiap hari Senin itu orangtua dating ke sekolahan Nduk, mengambil


113

tugasanak untuk 1 minggu dan mengumpul kan tugas minggu kemaren

tugasnya juga menyesuaikantema pada hari itu jadi setiap guru kelas

memberi tugas untuk satu minggu Nduk”

Peneliti :

“Kalau pemberitahuaann yaitu lewat group WA nggih Bu?

Bu Mar :

“Iyo Nduk, ada group WA setiap kelas itu jadi nanti guru memberikan

informasi lewat WA. Saat orangtua dating ke kampus guru kelas menilai

melaluihasil karya dan wawanacara dengan orangtua atau anak”

Peneliti :

“Untuk penilaian kegiatan meronce itu dari segi apa Bu?”

Bu Mar :

“Kalau penilaian kita ada 3 teknik anekdot, hasil karya dan ceklis. Untuk

penilaian kita merekap di lembar penilaian dengan ceklis BB, MB, BSH,

dan BSB”

Penulis :

“Baik Bu, terimakasih atas informasinya yang diberikan sangat membantu.

Saya pamit ya Bu. Assalamualaikum”

Bu Mar :

“Iyo Nduk, moga berkahya. Waalaikumsalam”


114

FIELD NOTE WAWANCARA

Kode 003

Hari Tanggal : Senin, 27 Agustus 2020

Topik : Menggali Informasi tentang pelaksanaan kegiatan

meronce dan melengkapi lampiran dokumen.

Informan : Bu Niken (Guru Kelas B)

Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten

Waktu : 09.30-selesai

Pukul 09.30 WIB saya dating ke lokasi untuk bertemu dengan Bu Niken

selaku guru kelas B. Setiba di lokasi saya langsung ke kantor untuk menemui Bu

Niken dan saya dipersilahkan masuk.

REKONTRUKSI DIALOG

Peneliti :

“Assalamualaikum Bu Niken”

Bu Niken :

“Waalaikumsalam Mbak, monggo masuk”

Peneliti :

“Sebelumnya maaf Bu mengganggu waktunya lagi hehe”

Bu Niken :

“Iya santai wae mbak, ini udah longgar kok jamnya. Gimana ada yang

mau ditanyain lagi?”


115

Peneliti :

“Untuk penilaian kegiatan meronce bagaimana Bu?”

Bu Niken :

“Untuk penilaian disini menggunakan selembaran penilaian dengan list

BB, MB, BSH, dan BSB. Kalo kegiatan meronce juga bias dinilai

akhirnya karenakan menghasilkan karya. Jadi kita lihat karya anak rapi

atau tidak terus polanya sudah benar atau belum. Selain itu kita juga

menilai prosesnya saat anak memasukkan manik-manik atau media

roncean ke tali.”

Peneliti :

“Menurut Bu Niken media yang disediakan sekolah apakah sudah

memadai bagi anak ?”

Bu Niken :

“Menurut saya belum ya mbak, karena memang manik-maniknya udah

banyak yg hilang jadi udah ngga lengkap. Soalnya manik-manik itu udah

lama mbak. Maka dari itu guru dituntut untuk kreatif jika keadaan fasilitas

kurang memadai bias diganti dengan bahan bekas atau lainnya”

Peneliti :

“Metode apa yang digunakan dalam kegiatan meronce dalam

mengembangkan aspek fisik motoric halus?”

Bu Niken :

“Metode yang digunakan dalam kegiatan meronce ada 3 metode mbak,

metode demonstrasi, metode pemberian tugas dan metode Tanya jawab”


116

Peneliti :

“Seperti apa metode demonstrasi yang digunakan dalam kegiatan meronce

Bu?

Bu Niken :

“Kegiatan meronce disini menggunakan metode demonstrasi karenakan

anak perludi contoh iya mbak jadi awalnya saya mencontohi dari awal dari

anak mengambil manik-manik memasukkan ke dalam tali dan merangkai

manik-manik sesuai polanya. Setelah dicontohi kemudian anak diminta

mengerjakan sama yang di peragakan guru.”

Peneliti :

“Untuk metode Tanya jawab yang diterapkan seperti apa Bu?”

Bu Niken :

“Pada saat guru memberikan contoh, guru juga memberikan pertanyaan ke

anak warnanya apa manik-maniknya dan bentuknya apa jumlahnya berapa

pasti nanti ada anak yang menjawab malah rebutan mbak. Pada saat anak

mengerjakan tugas guru keliling memperhatikan satu persatu anak itu kita

tanya, jadi selain mengembangkan aspek fisik motoric halusnya anak juga

memahami warna dan bentuk-bentuknya. Jadi tetep guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan lain manfaatnya anak juga nggak bosan mbak

karena merasa diperhatikan”

Peneliti :

“Untukmetodepemberiantugas Bu?”

Bu Niken :
117

“Metode pemberian tugas juga digunakan di kegiatan meronce, kan

otomatis guru memberikan tugas kepada anak ya merangkai manik-

maniknya itu ke dalam tali hingga menghasilkan sebuah karya”

Peneliti :

“Bagaimana cara memberi motivasi terhadap anak agar antusias mengikuti

kegiatan meronce?

Bu Niken :

“Kalaucara guru motivasi anak, dengan memberikan reward mbak. Jika

anak yang kurang bersemangat atau tidak mau mengerjakan kita kasih

pendekatan khusus seperti menjelaskan bahwa media yang digunakan itu

berbagai macam dan kita ambil contoh anak yang asik mengerjakan

kegiatan meronce agar anak ikut-ikutan kegiatan meronce itu mbak”

Peneliti :

“Apa saja factor pendukung kegiatan meronce Bu ?

Bu Niken :

“Faktor pendukung dari kegiatan meronce ada di media itu bias mbak,

motivasi dari guru, dan terutama peserta didiknya mbak. Karena jika

ketiganya tidak sinkron mungkin perkembangan motoric halus anak

kurang berkembang”

Peneliti :

“Kenapa guru, media dan anak didik menjadi suatu factor pendukung?”

Bu Niken :

“Guru menjadi factor pendukung paling utama karena jika tidak ada guru
118

maka tidak ada fasilitator yang membantu anak mengembangkan aspek

motoric halus. Sengaja memang guru menyiapkan media yang akan

digunakan agar anak dapat mengamati dan memahami media apa yang

digunakan saat kegiatan dengan strategi guru begitu anak lebih paham apa

yang akan mereka kerjakan. Media juga sangat penting karena dengan

media, anak dapat lebih memahami apa yang akan dialakukan karena

seorang anak lebih mudah memahami dengan alat peraga langsung”

Peneliti :

“Apa faktor penghambat dari proses kegiatan meronce?

Bu Niken :

“Ada beberapa anak yang kurang antusias atau tidak mengikuti aturan

yang sudah di berikan ada saja anak yang lari-larian dan malah memilih

media yang seharusnya tidak digunakan. Jadikan anak tidak bisa focus

sehingga kurangnya kesabaran anak saat memasukkan manik-manik

kedalam tali, seperti itu mbak ya kalog itu akibatnya motoric halus anak

belum berkembang dengan baik”

Peneliti :

“Iya Bu ndakpapa, apakah kegiatan meronce di TK Pertiwi masih

dilakukan Bu?”

Bu Niken :

“Masih mbak, karena daring ini kurang maksimal ya mba soalnya kan

guru hanya jadi perantara antar WA jadi nggak bias memantau langsung

karena yang jadi guru sekarang


119

malah orangtua murid dirumah kalo sebelum pandemic malah anak-anak

itu antusias saat kegiatan meronce tidak hanya saat pembelajaran saat pagi

itu kan ada bermain bebas sambil anak menunggu bel bunyi itu juga

disediakan alat permainan nggak sedikit juga yang memilih kegiatan

meronce mbak”

Peneliti :

“Hehe iya Bu, tentang BDR dimasa pandemic seperti ini bagaimana Bu

perencanaannya?”

Bu Niken :

“Kegiatan meronce tetap dilakukan cuman tidak serutin dulu ya mbak, ini

hanya beberapa kali saja dalam sebulan. Pelaksanaannya ya kita

menjelaskan ke orangtua setiap hari senin itukan orangtua hadir kesekolah

untuk mengambil tugas nah disitu guru menjelaskan kegiatan meroncenya

seperti apa dengan media sedotan kemudian memberi contoh jika ada

orangtua belum mengerti nanti dari pihak guru menjelaskan melalui video

jadi nanti orangtua menggunakan metode demonstrasi kepada anak seperti

guru disekolahan juga”

Peneliti :

“Dalam Penilaian kegiatan meronce di masa pandemic seperti apa Bu?”

Bu Niken :

“Namun pada masa pandemic ini penilaian dilakukan guru dengan

mengamati hasil karya yang dikumpulkan orangtua setiap hari Senin. Guru

juga menilai tatap muka dengan anak setiap hari Senin dan menanyakan
120

apa yang dilakukan anak selama seminggu salah satunya tentang kegiatan

meronce. Selain dari hasil karya guru juga menilai proses kegiatan

meronce dari foto dan video yang dikirim orangtua kepada guru melalui

via WhatsApp mbak”

Peneliti :

“Iya makasih Bu atas informasinya yang sangat membantu, saya pamit

nggih. Assalamualaikum”

Bu Niken :

“Iya Mbak, semoga lancer ya besok kalo sidang akhir”


121

FIELD NOTE OBSERVASI

Kode 004

Hari Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2020

Topik : Observasi Letak geografis TK Pertiwi Manjung I

Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten

Waktu : 09.30-selesai

Pukul 09.30 WIB sayatiba di lokasi yaitu di TK Pertiwi Manjung I untuk

melihat sekeliling atau sekitar TK. Lokasi TK Pertiwi Manjung 1 beralamat

TubanWetan RT 04/RW 08, Manjung, Ngawen, Klaten. Lokasi sekolah ini berada

di tengah pemukiman penduduk desa dekat dengan kelurahan dan gedung

serbaguna desa dipinggir jalan utama desa dengan pemandangan sawah. Luas

tanah sekolah ini adalah 500 m2 dan luas sekolah ini 128 m2. Alat permainan

edukasi di luar kelas meliputi jungkat-jungkit, perosotan, ayunan, bola dunia,

papan titian, mangkok putar, tangga majemuk, kuda-kudaan, dan kapal-kapalan.


122

FIELD NOTE OBSERVASI

Kode 005

Hari Tanggal : Senin, 2 Agustus 2020

Topik : Observasi Sarana Prasarana

Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten

Waktu : 09.30-selesai

Pukul 09.30 WIB sayatiba di lokasi yaitu di TK Pertiwi Manjung I untuk

melihat sarana prasarana yang ada di kelas B. Sebelum saya masuk ke dalam

kelas, saya bertemu Bu Mar di kantor selaku Kepala Sekolah untuk meminta izin

observasi masuk kelas B. Setelah Bu Mar memberikan izin, saya masuk kedalam

kelas dan melihat apa saja fasilitas yang ada di dalamnya. Fasilitas di kelas B

terdiri dari meja guru yang berjumlah 1 buah, meja anak berjumlah 6 buah, kursi

anak berjumlah 15 buah, kursi guru berjumlah 2 buah, papan tulis berjumlah 1

buah, loker anak berjumlah 1 buah, tempat sampah berjumlah 1 buah. Setelah

saya selesai mengamati fasilitas yang ada di kelas B saya menemui Bu Niken

untuk wawancara sedikit.


123

FIELD NOTE OBSERVASI

Kode 006

Hari Tanggal : Senin, 24 Agustus 2020

Topik : Observasi perencanaan kegiatan meronce

Tempat : TK Pertiwi Manjung 1 Ngawen Klaten

Waktu : 08.30-selesai

Pukul 08.30 WIB saya tiba di lokasi yaitu di TK Pertiwi Manjung I untuk

mengamati perencanaan kegiatanmeronce. Setelah saya sampai di sekolah, saya

meminta izin terlebih dahulu dengan Bu Mar selaku kepala TK Pertiwi Manjung I

setelah mendapat izin saya bertemu dengan Bu Niken untuk meminta izin

observasi tentang perencanaan kegiatan meronce. Alhamdulillah di persilahkan

masuk Bu Niken untuk observasi, perecanaan kegiatan meronce yang pertama

membuat RPPH yang disesuaikan dengan tema pada hari itu. Saat saya observasi

Bu Niken sedang membagikan jadwal kegiatan selama seminggu kepada orangtua

sembari membagikan jadwal Bu Niken mewawancarai motoric anak. Setelah

anak dan orangtua Bu Niken untuk wawancara.


124

Lampiran 05

FOTO DAN DOKUMENTASI

KegiatanMeronceanakmenggunakanmanik-manik

KegiatanMeronce Anak menggunakan media sedotan


125
126

Orangtuamengambiljadwalkegiatanselamaseminggu dan wawancara pada anak

FotoDepan TK Pertiwi Manjung I PialaKejuaraan TK Pertiwi


127

Wawancaradengan guru dan kepala TK

karya anak kegiatan media kertas dengan teknik tempel


128

Visi, Misi, Dan Tujuan TK Pertiwi Manjung I


129

Lampiran 06

RPPH dan JadwalKegiatan

/
130
131
132

Lampiran 07
133

Lampiran 08

Daftar Nama Anak didik TK Pertiwi Manjung I

Lampiran 08

Lampiran 09
134

Lampiran 09
135

Lampiran 10
136

Lampiran 11
137

Lampiran 12
138

Lampiran 13

CURICCULUM VITAE

NAMA : Oktaria Nanda Oni Saputri

NIM 163131098

Fakultas/Prodi : FIT/ Pendidikan Islam Anak Usia

Dini Tempat : Klaten

Tanggal Lahir : 31,Oktober 1996

Alamat : Dukuh, Manjung, Ngawen, Klaten

JenisKelamin : Perempuan

No Hp 081466761909

Riwayat Pendidikan : SDN 1 ManjungNgawenKlatenTahun 2003-

2009

SMP Negeri 6 KlatenTahun 2009-2012

SMK Negeri 1 KlatenTahun 2012-2015

IAIN Surakarta Tahun 2016-2020

Demikian biodata penulis dan dibuatdengansebenar-benarnya.

Surakarta, Agustus 2020

Oktaria Nanda Oni Saputri

Anda mungkin juga menyukai