Teknologi Pengelasan Full
Teknologi Pengelasan Full
Teknologi Pengelasan Full
PENGELASAN
(HMKB791)
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR..... ................................................................................ .... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ......... .... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ ........... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. ........... 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... ........... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengelasan Lebur ................................................................. 3
2.2 Proses Pengelasan Lebur yang lain ...................................... 5
2.3 Pengelasan Busur (Arc Welding, AW) ................................ 5
2.4 Pengelasan Resistansi listrik (Resistance Welding, RW) .... 9
2.5 Pengelasan Gas (Oxyfuel gas Welding, DFW) 12
2.6 Pengelasan padat .................................................................. 14
2.7 Pengelasan Tempa (Forge Welding) .................................... 15
2.8 Pengelasan Dingin (Cold Welding, CW) ............................. 15
2.9 Pengelasan Rol (Voll Welding, COW) ................................ 16
2.10Pengelasan Ledak ................................................................. 16
2.11Pengelasan Gesek ................................................................. 17
2.12Pengelasan Ultrasonik (Ultrasonic Welding, UWS) ............ 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................. 19
3.2 Saran ....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 20
240
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadan cair.dari definisi tersebut
dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis
yang sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui
ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan.
Pengelasan dibedakan pada cara kerja alat tersebut bekerja dan bentuk pemanasannya
(Wiryosumarto, dkk, 2000). Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara kerja dapat
dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu :
1. Pengelasan cair.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api yang terbakar.
2. Pengelasan tekan.
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian.
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang menggunakan paduan logam yang mempunyai
titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
Asal mula las untuk menyambung logam berada jauh di abad perunggu dan sulit dilacak
kapan istilah las mulai dipakai. Pada tahun 3000 SM, bangsa Mesopotamia telah
menerapkan proses solder lunak.tanduk rusa disolderkan sebagai relief hiasan. Dua
ratus, solder perak kemudian dipakai dalam pembuatan vas bunga di Entemene.
1
Beberapa ahli sependapat bahwa 4000 tahun yang lal bangsa Mesir telah mengenal cara
menyambung logam dengan proses pemanasan dan penekanan. Salah satu bukti
ditemukan di Lembah daerah kerajaan pada tahun 1922 yang mengisyaratkan bahwa
peti jenazah Raja Tutankhamen diperkirakan dibuat sekitar tahun 1360 SM dengan
melibatkan proses pengelasan. Proses yang dilakukan pada saat itu adalah proses las
tempa.
Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah saat alat tersebut digunakan dalam
praktek oleh Bernades dalam tahun 1885. Dalam penggunaan yang pertama Bernades
memakai elektroda yang terbuat dari batangg karbon atau grafit. Dalam tahun 1889
Zerner mengembangkan cara pengelasan busur yang baru dengan menggunakan busur
listrik yang dihasilkan oleh 2 batang karbon. Dalam tahun 1892 Slavinoff adalah orang
pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas
yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Disamping penemuan slavinoff dan
kjellberg dalam las busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan di atas,
dalam tahun 1886 Thomson menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt
menemukan las termit dalam tahun 1895 dan dalam tahun 1901 las oksi-asetielin mulai
digunakan oleh Fouche dan piccard. Dan sekitar pada tahun 1900, pada saat itu lah
disebut masa keemasan pertama untuk pengelasan logam. Pada tahun 1926 masa
keemasan yang kedua muncul degan ditemukan nya las hidrogen atom oleh Lungumir,
las busur logam dengan pelindung gas mulia oleh Hobart dan Dener.
Tahun 1950 terjadi masa keemasan ketiga yang masih terus berlangsung sampai
sekarang, dengan ditemukan nya cara-cara las baru yaitu; las tekan dingin, las listrik
terak, las busur dengan pelindung gas CO2, las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron,
las busur plasma, las laser dan masih banyak lagi.
2
BAB 2
TEKNOLOGI PENGELASAN
Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu pengelasan lebur dan
pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan
yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain
tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas
dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa penambahan
logam pengisi.
Pengelasan busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan
menggunakan panas dari busur listrik, secara umum ditunjukkan dalam gambar2.1..
Gambar 2.1. Konfigurasi dan rangkaian listrik dasar proses pengelasan busur
Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam
rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut
mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan
240
busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam
jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan suhu
10.000 o F (5500o C) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan logam
cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat
ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan
selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena
logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an cair membeku dalam
jaluran yang berombak.
Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau
dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik,
pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual,
kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas.
Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time),
yaitu :
Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja
Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah
sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik.
a. Elektroda
Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai :
- elektrode terumpan (consumable electrodes), dan
- elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes).
241
Elektrode terumpan; elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan
sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya
sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau
kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus
diganti secara periodik, sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan.
Elektrode bentuk kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan
secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan
dengan elektrode bentuk batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat
kedua-duanya diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke
sambungan las-an sebagai logam pengisi.
Elektrode tak terumpan; dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan
grafit, yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak
diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip
dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk
proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi
harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an.
Pelindung busur; pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang disambung
sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara bebas.
Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk melindungi
pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas pelindung
dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an cair,
sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las-an
tersebut menjadi padat.
Gas pelindung, digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan
logam ferrous yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen
dan karbon dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk
melindungi las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk lasan.
242
dan melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan
harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk
melakukan beberapa fungsi, seperti :
- memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara luar,
- untuk menstabilkan busur, dan
- untuk mengurangi terjadinya percikan.
Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat
dilakukan dengan cara :
- menuangkan butiran fluks pada operasi pengelasan,
- menggunakan elektrode batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut
akan melebur selama pengelasan untuk menutup operasi, dan
- menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektrode tabular dan fluks
dilepaskan pada saat elektrode diumpankan.
243
besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan benda kerja.
Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode tak terumpan
memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting efficiency)f2 selanjutnya
mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan
dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan :
HRw = f1 f2 I E = Um Aw v
Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal welded, MVR), dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
Penyelesaian :
(a) P = E I = (300 A) x (20 V) = 6000 W
(b) HRw = f1 f2 I E = (0,7)(0,5)(6000) = 2100 W
244
atau HRw = 2100 J/sec. = 2100/1055 Btu/sec.
= 1,99 Btu/sec.
(c) MVR = HRw / Um = (1,99 Btu/sec)/(150 Btu/in.3)
= 0,0133 in.3/sec.
Panjang batang elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm) dan
diameter 3/32 sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan
sebagai batang elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisinya
biasanya sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar. Lapisan
pembungkus terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida, karbonat, dan
unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat. Serbuk logam
245
kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah logam
pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan
fluks yang digunakan untuk membungkus elektrode, akibat panas busur listrik, mencair
membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang menggenang di tempat
sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.
Pemindahan logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk
butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik yang digunakan
sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya yang
digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode, serta
dalam penetrasi las-an yang diinginkan.
246
mulya digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja anti karat, sedang CO2
biasanya digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah atau medium.
Pengelasan busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik untuk mengelas berbagai
jenis logam ferrous dan nonferrous.
Keuntungan pengelasan busur logam gas dibandingkan pengelasan manual adalah :
- waktu busur lebih besar,
- pengelasan biasanya dilakukan secara automatis,
- sampah sisa logam pengisi jauh lebih sedikit,
- terak yang ditimbulkan lebih sedikit karena tidak memakai fluks,
- laju pengelasan lebih tinggi, dan
- kualitas daerah las-an sangat baik.
247
Terdapat dua jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu :
- pelindung sendiri (self shielded), dan
- pelindung gas (gas shielded).
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung sendiri di dalam inti kawat terdapat fluks
dan unsur lain yang dapat menghasilkan gas untuk melindungi busur dari pengaruh
atmosfir.
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung gas, di dalam inti kawat tidak
ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung ditambahkan secara terpisah, sama
seperti pada pengelasan busur logam gas.
Keuntungan pengelasan inti-fluks, adalah :
- elektrode dapat diumpankan secara kontinu, dan
- kualitas las-an sangat baik, sambungan las-an halus dan seragam.
Pengelasan elektrogas
Pengelasan elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode
terumpan secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat elektrode
telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan dari luar.
Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal, seperti ditunjukkan
dalam gambar 2.5. Kedua bagian logam yang akan disambung dijepit dengan sepatu
cetak yang didinginkan dengan air agar dapat menahan panas logam cair. Sepatu cetak,
bersama-sama dengan kedua ujung logam yang akan dilas, membentuk rongga cetak.
Kawat elektrode dalam proses pengelasan ini biasanya diumpankan secara automatis.
Busur terjadi antara elektrode dan logam dasar sehingga logam cair yang dihasilkan
akan mengisi rongga cetak secara bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu
cetak secara automatis bergerak ke atas.
248
Gambar 2.5. Pengelasan elektrogas (a) pandangan depan, (b) pandangan samping
Panas yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan serbuk fluks. Fluks cair akan
mengapung di atas logam cair, membentuk selubung yang dapat mencegah percikan dan
terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak membeku dan mudah dihilangkan, sedang
serbuk yang tersisa diisap dengan sistem vakum dan dapat dimanfaatkan kembali.
249
Keuntungan penggunaan pengelasan busur rendam adalah karena serbuk fluks menutup
seluruh operasi pengelasan, sehingga:
- dapat meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan
hal-hal berbahaya lainnya.
- tidak perlu menggunakan kaca pengaman,
- pendinginan berjalan dengan lambat, sehingga kualitas sambungan las-an sangat
baik, memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi.
Sifat-sifat yang merugikan adalah :
- karena busur tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat
menggagalkan seluruh hasil pengelasan,
- pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal.
Pengelasan busur rendam banyak digunakan dalam fabrik untuk pengelasan ;
- bentuk-bentuk profil, seperti I-beam, T-beam, dan sebagainya;
- kampuh memanjang dan melingkar dengan diameter besar seperti pipa, tangki,
dan tabung tekanan tinggi.
250
Gambar 2.7 Pengelasan busur tungsten gas
Bila digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau
batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektrode dan logam
dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak diperlukan
logam pengisi. Tungsten dipilih sebagai elektrode karena memiliki titik lebur tinggi
yaitu 3410OC. Sebagai gas pelindung biasanya digunakan argon, helium, atau gabungan
dari kedua unsur ini.
Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis logam
dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan
aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau
dengan mesin secara automatis.
Kelebihan dari pengelasan ini adalah :
- kualitas las-an sangat baik,
- tidak ada percikan las-an, karena tidak ada logam pengisi yang ditransfer melewati
busur,
- sedikit atau tidak ada terak karena tidak digunakan fluks.
251
Gambar 2.8 Pengelasan busur plasma
Suhu plasma sekitar 28.000OC atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan setiap
logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga dihasilkan
pancaran plasma dengan densitas energi yang sangat tinggi.
Karena memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada daerah yang kecil, maka busur
plasma sering digunakan untuk proses pemotongan logam dengan ketebalan mencapai
100 mm atau lebih.
Pengelasan busur yang lain
Pengelasan busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pengelasan yang
memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur yang lain, akan
dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu :
- pengelasan busur karbon (carbon arc welding, CAW), dan
- pengelasan lantak (stud welding, SW).
Pengelasan busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode tak terumpan
yang pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan sebagai sumber panas
pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di atas permukaan logam yang
lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan dengan tungsten.
Pengelasan lantak, digunakan untuk mengelas ujung logam pada bidang datar. Alatnya
berbentuk pistol, memegang ujung batang logam yang akan dilas. Bila picu ditekan,
ujung logam terangkat untuk membentuk busur kemudian ditekan kembali kecairan
logam, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.8.
252
Gambar .2.9 Pengelasan lantak
Operasi menggunakan pengatur waktu sesuai dengan ukuran logam yang akan dilas.
Busur dilindungi oleh tabung keramik, yang sekaligus menahan logam cair dan
melindungi operator.
Pada pengelasan ini, permukaan lembaran logam yang akan disambung ditekan satu
sama lain dan arus yang cukup besar kemudian dialirkan melalui logam sehingga
menimbulkan panas pada sambungan. Panas tertinggi muncul di daerah yang memiliki
resistansi listrik tertinggi, yaitu pada permukaan kontak ke dua lembaran logam.
Komponen-komponen utama dalam pengelasan resistansi listrik ditunjukkan dalam
gambar 13.9 untuk operasi pengelasan titik. Komponen–komponen tersebut termasuk
benda kerja yang akan dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling
berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi tersebut dalam
daerah lebur antara dua bagian benda kerja, dalam pengelasan titik disebut manik las
(weld nugget).
253
Gambar 2.10 Pengelasan resistansi listrik
Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas pelindung, fluks, atau logam pengisi, dan
elektrode yang menghubungkan daya listrik merupakan elektrode tak terumpan.
Pengelasan risistansi listrik diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang
timbul melebur permukaan kontak ke dua lembaran logam tersebut. Namun demikian,
terdapat pengecualian, beberapa pengelasan resistansi listrik menggunakan suhu di
bawah titik lebur logam yang disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan.
Arus yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik ini sangat besar (umumnya,
5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan relatif rendah (biasanya di bawah 10
V). Panjang waktu arus dialirkan pada umumnya sangat singkat, untuk pengelasan titik
sekitar 0,1 sampai dengan 0,4 detik.
254
Alasan mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah :
- bilangan kuadrat dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai
pengaruh yang besar terhadap besarnya panas yang dihasilkan,
- resistansi listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar 0,0001 ).
Resistansi listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan antara :
- resistansi pada kedua elektrode,
- resistansi pada kedua lembaran benda kerja,
- resitansi permukaan kontak antara elektrode dan benda kerja,
- resitansi permukaan kontak antara benda kerja dengan benda kerja yang lain.
Kondisi yang ideal bila resistansi terbesar dihasilkan oleh permukaan kontak ke dua
benda kerja, sehingga panas tertinggi dihasilkan pada lokasi ini, sesuai dengan yang
diharapkan. Resistansi pada permukaan kontak ini tergantung pada penyelesaian
permukaan, kebersihan (tidak ada cat, minyak, dan pengotoran yang lain), daerah
kontak, dan tekanan.
Contoh soal :
Operasi pengelasan titik resistansi listrik dilakukan pada dua lembar baja tebal 0,062 in,
menggunakan arus listrik sebesar 12.000 A untuk durasi 0,23 detik. Resistansi listrik
adalah 0,0001 , dan manik las-an (weld nugget) yang dihasilkan memiliki diameter
0,25 in dan tebal 0,1 in. Energi lebur (unit melting energy) untuk logam Um = 155
Btu/in3. Berapa persen panas yang dihasilkan digunakan untuk melakukan pengelasan,
dan berapa persen yang terserap oleh logam sekitarnya ?
Jawab :
Panas yang dihasilkan dalam operasi ini :
Pengelasan titik resistansi listrik; merupakan pengelasan resistansi listrik yang paling
banyak digunakan, seperti dalam produksi massal automobil, alat-alat rumah tangga,
furnitur logam, dan produk-produk lain yang terbuat dari lembaran logam.
Pada proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada lembaran logam sambungan
tumpang dicapai dengan menggunakan elektrode yang saling berhadapan. Ketebalan
lembaran logam yang disambung sekitar 0,125 in. (3mm) atau kurang, biasanya
dilakukan pada sederetan las-an titik, dalam kondisi sambungan las-an tidak kedap
256
udara. Ukuran dan bentuk las-an titik ditentukan oleh ujung elektrode, pada umumnya
berbentuk bulatan; tetapi kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi enam, segi
empat, dan bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada umumnya
memiliki diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan HAZ
berada disekelilingnya. Operasi pengelasan titik ditunjukkan dalam gambar 13.10
dengan tahapan sebagai berikut :
(1) benda kerja diletakkan diantara elektrode terbuka;
(2) elektrode ditutup dan gaya tekan diberikan;
(3) arus listrik dialirkan (disebut waktu las);
(4) arus listrik diputus, tekanan tetap atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang
digunakan sesaat menjelang akhir tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan sisa
dari daerah las-an);
(5) elektrode dibuka, dan benda kerja yang telah dilas dipindahkan.
Gambar 2.11 (a) Tahapan siklus pengelasan titik, (b) Gaya tekan dan arus listrik yang
terkait selama siklus pengelasan
Material elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu :
257
- paduan tembaga, dan
- komposisi logam tahan api seperti kombinasi tembaga dan tungsten.
Kelompok yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi, sehingga banyak digunakan
dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu mengalami keausan secara bertahap bila
digunakan berulang-ulang. Dalam praktek, elektrode didesain dengan saluran air
pendingin.
Karena penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas, maka berbagai mesin dan
metode telah dikembangkan untuk melakukan operasi pengelasan titik, termasuk :
- mesin pengelasan titik lengan-pemutus (rocker-arm spot welding machine),
- mesin pengelasan titik jenis tekan (press type spot welding machine), dan
- pistol pengelasan titik mampu jinjing (portable spot welding guns).
Pengelas titik lengan-pemutus, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.11, memiliki
elektrode bawah stasioner dan elektrode atas dapat digerakkan ke atas dan ke bawah
untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja. Elektrode atas dihubungkan dengan
lengan-pemutus yang gerakannya dapat dikendalikan dengan mengoperasikan pedal
kaki. Mesin yang modern dapat diprogram untuk mengendalikan gaya dan arus listrik
selama siklus kerja. Pengelas titik ini merupakan jenis pengelas titik stasioner, dimana
benda kerja dibawa ke mesin.
258
Pengelas titik jenis tekan, digunakan untuk benda kerja yang besar. Elektrode atas
memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk penekanan vertikal, dengan daya
pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang digunakan lebih besar dan biasanya diprogam
untuk siklus kerja yang lebih kompleks. Sama seperti pengelas titik lengan-pemutus,
pada pengelas titik jenis tekan, mesin juga diletakkan stasioner sedang benda kerja
dibawa ke mesin.
Pistol pengelasan titik mampu jinjing, merupakan mesin pengelas titik dengan pistol
pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk pengelasan benda kerja besar yang sulit
dipindahkan. Peralatan pistol terdiri dari elektrode saling berhadapan yang memiliki
mekanisme penjepit. Setiap unit memiliki bobot yang ringan sehingga dapat
dioperasikan dengan tenaga manusia atau robot industri. Pistol dihubungkan dengan
sumber daya menggunakan kabel listrik fleksibel (untuk mengalirkan arus listrik) dan
selang udara (untuk gerakan penjepit pneumatik). Air pendingin untuk elektrode, bila
diperlukan, dapat juga disiapkan melalui selang air. Pistol pengelasan titik mampu
jinjing banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas lembaran
logam bodi mobil.
Pengelasan kampuh resistansi listrik
Dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang dapat
diputar, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.12, dan serangkaian las-an titik yang
tumpang-tindih dibuat sepanjang sambungan tumpang. Proses pengelasan ini dapat
menghasilkan las-an kedap udara, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan tangki
gasolin, peredam suara automobil, dan berbagai macam fabrikasi kontainer dari bahan
logam lembaran. Secara teknik pengelasan kampuh ini sama seperti pengelasan titik,
hanya disini elektrode roda biasanya diopersaikan secara kontinu, sehingga
menghasilkan kampuh las-an lurus atau garis kurve seragam. Sudut yang tajam sulit
dikerjakan dengan menggunakan metode ini.
259
Gambar 2.13 Pengelas kampuh resistansi listrik
Jarak antara manik las-an dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini tergantung
pada gerakan roda elektrode relatif terhadap aplikasi arus las. Operasi yang biasa
digunakan, disebut pengelasan gerakan kontinu (continuous motion welding), roda
berputar secara kontinu pada kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan pada
interval waktu tertentu sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan.
Gambar 2.14 Beberapa macam kampuh las-an yang dapat dihasilkan oleh roda
elektrode
Dalam gambar 13.13 ditunjukkan bahwa frekuensi pelepasan arus biasanya diatur
dengan interval sedemikianrupa sehingga dihasilkan manik las-an tumpang-tindih
(gambar 13.13a). Tetapi bila interval pelepasan arus listrik dikurangi, maka akan
diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu (gambar 13.13b), metode ini disebut
pengelasan titik rol (roll spot welding). Variasi yang lain, arus las dialirkan secara
konstan (tidak berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan kampuh yang benar-benar kontinu
(gambar 13.13c).
260
Pendinginan benda kerja dan roda dilakukan dengan mengalirkan air pendingin pada
sisi atas dan bawah permukaan benda kerja dekat roda elektrode.
Lembaran logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan mesin pons, sehingga terjadi
sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter permukaan proyeksi sama dengan
tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih kurang 60 % dari tebal lembaran tadi.
Proyeksi tersebut merupakan titik-titik dimana akan dilakukan sambungan las, sehingga
cara ini dapat dihasilkan beberapa sambungan las sekaligus.
Keunggulan pengelasan proyeksi dibandingkan dengan pengelasan titik adalah :
- penampilan lebih baik,
- umur elektrode lebih panjang karena digunakan permukaan rata,
- pemeliharaan elektrode lebih mudah,
- pembuatan titik-titik proyeksi diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya
pengelasan, maka secara keseluruhan biaya menjadi lebih murah.
Gambar 13.15 menunjukkan dua contoh variasi pengelasan proyeksi resistansi listrik,
yaitu :
261
(a) Proyeksi yang dibuat dengan proses permesinan dapat disambungkan secara
permanen pada lembaran atau pelat logam;
(b) Penyambungan kawat melintang seperti misalnya kawat pagar, kereta belanja, dan
pemanggangan. Dalam proses ini permukaan kontak yang berbentuk bulatan
berfungsi sebagai proyeksi, dimana terjadi panas resistansi untuk pengelasan.
262
Gambar 2.17 Tahapan proses pengelasan nyala
Sejalan dengan naiknya suhu pada permukaan kontak, tekanan perlahan-lahan
ditingkatkan hingga terbentuk sambungan las-an (gambar 13.16.1). Tekanan yang
digunakan berkisar antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di sekeliling
sambungan biasanya dihilangkan dengan proses pemesinan.
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak
disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak
tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi pengelasan ini, benda kerja dijepit dalam
mesin dan ditekan, kemudian dialirkan arus listrik, sehingga terjadi pemanasan akibat
adanya resistansi listrik. Laju pemanasan tergantung pada tekanan, jenis bahan, dan
keadaan permukaan. Karena resistansi listrik berbanding terbalik dengan tekanan, maka
tekanan mula biasanya rendah kemudian ditingkatkan (upseting force) sehingga
terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55
MPa. Cara pengelasan ini banyak digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan
benda-benda lain dengan penampang yang sama.
Pengelasan perkusi, juga hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja durasi
siklus pengelasan sangat pendek, umumnya hanya sekitar 1 hingga 10 mdetik.
Pemanasan yang cepat dihasilkan dengan pelepasan energi listrik secara mendadak
antara kedua permukaan, kemudian segera diikuti dengan proses perkusi (tumbukan)
satu bagian terhadap bagian yang lain sehingga terbentuk sambungan las-an.
Pengelasan resistansi frekuensi tinggi, merupakan proses pengelasan resistansi listrik
yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas,
kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya tekan tambahan (upset force),
sehingga terjadi proses penyambungan, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.17a.
263
Gambar 2.18 Pengelasan kampuh tabung dengan (a) pengelasan resistansi frekuensi
tinggi, (b) pengelasan induksi frekuensi tinggi
Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan elektrode
dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan las-an dengan cepat.
Variasi dari proses ini, disebut pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency
induction welding, HFIW), arus pemanasan diinduksikan ke benda kerja dengan
menggunakan kumparan induksi frekuensi tinggi, seperti ditunjukkan dalam gambar
13.17b. Kumparan tidak bersentuhan dengan benda kerja. Pengelasan resistansi
frekuensi tinggi dan pengelasan induksi frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu
kontinu yang digunakan dalam penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang
memanjang.
Dalam proses pengelasan gas, panas diperoleh dari hasil pembakaran gas dengan
oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam
dasar dan logam pengisi. Pengelasan gas juga sering digunakan untuk proses
pemotongan logam.
Gas yang lazim digunakan adalah gas alam, asetilen, dan hidrogen. Di antara ketiga gas
ini yang paling sering dipakai adalah gas asetilen, sehingga pengelasan gas pada
umumnya diartikan sebagai pengelasan oksi-asetilen (oxyasetylene welding, OAW).
Pengelasan oksi-asetilen
Pengelasan oksi-asetilen merupakan proses pengelasan lebur dengan menggunakan
nyala api temperatur tinggi yang diperoleh dari hasil pembakaran gas asetilen dengan
264
oksigen. Nyala api diarahkan oleh ujung pembakar (welding torch tip). Pengelasan
dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi, dan tekanan kadang-kadang
digunakan untuk menyatukan kedua permukaan benda kerja yang akan disambung.
Gambar sketsa pengelasan oksi-asetilen ditunjukkan dalam gambar 13.18.
Bila digunakan logam pengisi, maka komposisi logam pengisi harus sama dengan
komposisi logam dasar. Logam pengisi sering dilapisi dengan fluks, untuk membantu
membersihkan permukaan dan melindungi las-an agar tidak terjadi oksidasi.
Nyala api dalam pengelasan oksi-asetilen dihasilkan oleh reaksi kimia asetilen (C2H2)
dan oksigen (O2) dalam dua tahapan.
Tahapan pertama ditentukan oleh reaksi :
Hasil reaksi tersebut mudah terbakar, sehingga menyebabkan reaksi yang tahapan kedua
:
2CO + H2 + 1,5O2 2CO2 + H2O + panas
Dua tahapan pembakaran dapat dilihat dalam emisi nyala api oksi-asetilen yang keluar
dari ujung pembakar. Bila campuran oksigen dan asetilen 1 : 1, seperti yang dijelaskan
pada formula reaksi kimia di atas, nyala api yang dihasilkan dikenal sebagai nyala
netral seperti dapat dilihat dalam gambar 13.19.
265
Gambar 2.20 Nyala oksi-asetilen menunjukkan temperatur yang dicapai
Reaksi kimia tahap pertama terlihat sebagai kerucut dalam nyala api (berwarna putih
bersinar), sedang reaksi tahap kedua terlihat sebagai kerucut luar yang membungkus
kerucut dalam (hampir tanpa warna tetapi sedikit warna antara biru dan jingga). Suhu
tertinggi dicapai pada nyala api ujung kerucut dalam, dan suhu tahap kedua suhunya di
bawah ujung dalam tersebut. Selama pengelasan berlangsung, kerucut luar menyebar
dan menutup permukaan benda kerja yang akan disambung, dan melindungi las-an dari
pengaruh atmosfer sekelilingnya.
Panas total yang dilepaskan selama dua tahapan pembakaran asetilen adalah 1470
Btu/ft3 (55 x 106 J/m3). Tetapi karena suhu yang terdistribusi dalam nyala api, maka
nyala api akan menyebar di atas permukaan benda kerja, dan hilang di udara, densitas
daya dan efisiensi dalam pengelasan oksi-asetilen relatif rendah : f1 = 0,10 hingga 0,30.
Contoh soal
Ujung pembakar oksi-asetilen mensuplai 10 ft3 asetilen per jam dan oksigen dengan laju
volume yang sama untuk operasi pengelasan oksi-asetilen pada baja 3/16 in. Panas yang
dihasilkan dari pembakaran ditransfer ke permukaan benda kerja dengan efisiensi f1 =
0,25. Bila 75 % panas dari nyala api dikenakan ke daerah lingkaran pada permukaan
benda kerja memiliki diameter 0,375 in., tentukan :
(a) laju panas yang dilepaskan selama pembakaran,
(b) laju panas yang ditransfer ke permukaan benda kerja,
(c) densitas daya rata-rata dalam daerah lingkaran.
Jawab :
(a) Laju panas yang dilepaskan selama pembakaran adalah :
267
Keuntungan pengelasan padat dibandingkan pengelasan lebur :
- bila tidak terjadi peleburan, maka tidak terbentuk daerah pengaruh panas (HAZ),
dengan demikian logam disekeliling sambungan masih memiliki sifat-sifat aslinya;
- kebanyakan proses ini menghasilkan sambungan las yang meliputi seluruh
permukaan kontak, tidak seperti pada operasi pengelasan lebur dimana sambungan
berupa titik atau kampuh las;
- beberapa proses pengelasan padat dapat digunakan untuk menyambung logam yang
tidak sama, tanpa memperhatikan ekspansi termal relatif, konduktivitas, dan
permasalahan lain yang biasanya terjadi pada pengelasan lebur bila digunakan
menyambung logam yang tidak sejenis.
268
diterapkan pada aluminium dan tembaga, tetapi kadang-kadang juga diterapkan untuk
penyambungan nikel, seng, dan monel.
Bila tanpa menggunakan panas dari luar, prosesnya disebut pengelasan rol dingin,
sedang bila menggunakan panas dari luar prosesnya disebut pengelasan rol panas.
Pengelasan rol biasa digunakan untuk melapisi baja karbon atau baja paduan dengan
baja tahan karat agar memiliki ketahanan terhadap korosi, atau untuk membuat
dwimetal yang digunakan untuk pengukuran temperatur.
Pengelasan ledak; merupakan proses pengelasan padat dimana dua permukaan logam
dijadikan satu di bawah pengaruh impak dan tekanan. Tekanan tinggi berasal dari
ledakan yang ditempatkan dekat logam seperti ditunjukkan dalam gambar 13.21.
269
Kadang-kadang bahan pelindung seperti karet, menylubungi panel atas untuk
menjcegah kerusakan permukaan. Keseluruhan ditempatkan di atas landasan yang dapat
menyerap energi yang terjadi sewaktu operasi penyambungan.
Pengelasan gesek; penyambungan terjadi oleh panas gesek akibat perputaran logam
satu terhadap lainnya di bawah pengaruh tekanan aksial. Kedua permukaan yang
bersinggungan menjadi panas mendekati titik cair dan bahan yang berdekatan dengan
permukaan menjadi plastis. Dalam gambar 13.22 ditunjukkan cara pengelasan dua
poros. Tahapan proses adalah sebagai berikut :
(1) salah satu poros diputar tanpa bersentuhan dengan poros yang lain, dengan memutar
pemegang (rotating chuck),
(2) kedua poros satu sama lain disentuhkan sehingga timbul panas akibat gesekan,
(3) putaran dihentikan, poros diberi gaya tekan aksial, dan
(4) sambungan las terbentuk.
Kerugian dari proses ini terletak pada keterbatasan bentuk yang dapat dilas, sedang
keuntungannya adalah peralatan yang digunakan sangat sederhana, proses berjalan
sangat cepat, persiapan benda kerja sebelum pengelasan minim, dan hemat energi.
Selain itu logam tak sejenis dapat disambung pula dan siklus pengelasan dapat
270
diprogramkan dengan mudah. Las gesek banyak digunakan untuk penyambungan
plastik.
Pengelasan ultrasonik; adalah proses penyambungan pelat untuk logam yang sejenis
maupun tak sejenis, umumnya dengan membentuk sambungan tindih, seperti
ditunjukkan dalam gambar 13.23.
Gambar 2.24 Pengelasan ultrasonik (a) pemasangan untuk sambungan tindih, dan (b)
pembesaran gambar daerah las
Energi getaran berfrekuensi tinggi mengenai daerah las dalam bidang sejajar dengan
permukaan sambungan las. Gaya yang ada menimbulkan tegangan geser osilasi pada
permukaan las, tegangan tersebut merusak dan mengelupas lapisan oksida. Slip
permukaan ini menghasilkan kontak logam dengan logam, terjadi pencampuran logam
dan terbentuklah manik las yang baik. Dalam proses ini tidak diperlukan pemanasan
dari luar. Proses pengelasan ultrasonik hanya dapat diterapkan pada logam dengan
ketebalan maksimal 3 mm, sedang ketebalan minimum tidak ada. Pada sambungan las
terjadi deformasi plastik setempat pada batas permukaan dan kekuatannya lebih baik
dibandingkan proses penyambungan lainnya.
271
BAB 3
SIMBOL DAN TANDA GAMBAR PENGELASAN
Simbol
Bentuk Daerah Las Keterangan
Dasar
Flens ganda --
Flens tunggal --
Plug, Slot --
Keterangan tulisan
= Simbol dasar
S = Ukuran per bagian atau kekuatan daerah las (kedalamankampuh/alur,
panjang kaki sudut, diameter lubang isian,lebar celah/alur, lebar
lapisan, diameter gumpalan ataukekuatan satu titik pada las titik, dsb)
R = Jarak akar
A = Sudut kampuh
L = Panjang pengelasan pada las sudut terputus-putus,atau panjang celah
atau, jika perlu, panjang pengelasanpada las celah
n = Jumlah las sudut terputus-putus, las lubang, las celah, las titik,dsb
P = Jarak dari las sudut terputus-putus, las lubang, lascelah, las titik, dsb
T = Perintah-perintah khusus (jari-jari akar pengelasankampuh J,
pengelasan kampuh U, dsb, metodepengelasan, simbol NDT tambahan,
dan lain-lainnya)
_ = Simbol tambahan yang menyatakan kondisi permukaan
G = Simbol tambahan yang menyatakan metode/carapenyelesaian
= Simbol tambahan untuk seluruh bagian pengelasan
= Simbol tambahan untuk semua pengelasan
Jika terjadi garis dasar tidak dapat digambar secara horisontal,terdapat aturan khusus
untuk menentukan sisi atas dan bawah garisdasar, seperti ditunjukkan pada gambar 3.4.
Bubuhkan garis penunjukke ujung lain dari garis dasar, dan sebuah panah ke ujung
garispenunjuk, untuk menunjukkan daerah las. Garis penunjuk biasanya lurus.Untuk
menunjukkan permukaan yang dikampuh pada bevel/alur tunggal,bevel/alur ganda atau
bentuk-bentuk sejenis, gambarlah sebuah garisdasar disisi bagian logam induk yang
dikampuh, dan gambar sebuahgaris penunjuk yang patah dengan panah terarah pada
permukaan yang dikampuh, seperti ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Sisi atas dan sisi bawah dari garis dasar
Tabel 2
Simbol Pengelasan Tambahan
a. Aplikasi tanda pengelasan tumpul
Bagian Simbol Keterangan
Datar
Gambarlah simbol ini dengan
Kondisi permukaan las
sisicembung terarah pada sisi
yangberlawanan dengan garis
dasar
Gambarlah simbol ini dengan
Cekung sisicekung terarah pada garis
dasar
Diselesaikan dengan
Pemukulan C
penggerindaan
Penggerinda Diselesaikan dengan pemesinan
G
Metode penyeleaian daerah an
pengelaan Metode penyelesaian tidak
Pemesinan M
ditentukan
Tidak
F
ditentukan
Bagian pengelasan
Simbol ini dapat diabaikan jika
Pengelasan keseluruhan pengelasan keseluruhantelah
jelas
Pengelasan keseluruhan bagian
DVS Charles A. Edgin. 1982. General Welding. John Wiley & Sons
Senji Ohyabu dan Yoshikazu Kubokawa. 1990. Politeknik Pusat Chiba. Welding
Textbook , Lembaga Pelatihan Luar Negeri (OVTA ), Chiba 261-0021
Jepang
BAB 4
PENGELASAN LOGAM FERRO DAN NON FERRO
Seorang juru las harus memahami jenis bahan/material yang akan di las. Apakah bahan
tersebut mengandung besi (bahan ferro) ataukah bahan tersebut adalah bahan yang tidak
mengandung besi (bahan non ferro). Di samping itu pula, seorang juru las harus
memperhatikan apakah bahan tersebut bahan paduan ataukah bahan murni.
Dengan mengetahui jenis bahan dan paduannya, maka akan dapat menentukan
bagaimana proses pengelasan dilakukan, baik persiapan, pelaksanaan/proses, maupun
finishing.
Pada tahap persiapan, akan ditetapkan proses las yang digunakan (SMAW, GTAW,
GMAW, OAW, SAW) berikut gas pelindungnya, jenis elektroda yang digunakan,
adanya pre heating/post heating, jenis polaritas yang digunakan (AC/DC+/DC-), besar
kecilnya arus pengelasan, jenis nyala las untuk OAW atau tindakan-tindakan lain
sehingga mengasilkan pengelasan yang baik yang memiliki kekuatan mekanis, kimiawi,
maupun yang lainnya relatif sama dengan bahan dasar yang dilas. Pada proses
pengelasan. Hasil dari pengelasan yang baik ini akan memberikan jaminan bagi
pengguna/lingkungan akan keselamatan kerja dan umur konstruksi.
Dalam proses pengelasan tentu saja membutuhkan bahan yang sesuai dengan prosedure
atau WPS (Welding Procedure Spesification), jika bahan tidak sesua dengan prosedur
yang sudah ada maka hasil pengelasan atau produk yang akan di las juga tidak akan
sesuai dengan standarnya, atau bahkan produk bisa jadi gagal, begitupun
sebaliknya.Oleh karena itu jika ingin melakukan pengelasan, terlebih dahulu harus
melihat bahan yang dipakai. Ikhtisar bahannya dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 4.1. Logam ferro dan non ferro
Berdasarkan unsur dasar yang terbuat dalam logam, maka logam dibagi menjadi dua
golongan utama yaitu :
1. Logam Ferro (Besi)
Logam Ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri daricampuran unsur karbon
dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logampaduan yang mempunyai sifat yang
berbeda dengan besi dan karbonmaka dicampur dengan bermacam logam
lainnya.Logam Ferro terdiri dari komposisi kimia yang sederhana antarabesi dan
karbon. Masuknya unsur karbon ke dalam besi dengan berbagaicara.
Jenis logam ferro adalah sebagai berikut.
a. Besi Tuang
Komposisinya yaitu besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 4 %,sifatnya rapuh tidak
dapt ditempa, baik untuk dituang, liat dalampemadatan, lemah dalam tegangan.
Digunakan untuk membuat alas mesin, meja perata, badan ragum, bagian – bagian
mesin bubut, blok silinder dan cincin torak.
b. Besi Tempa
Komposisi besi tempa terdiri dari 99 % besi murni, sifat dapatditempa, liat, dan tidak
dapat dituang. Besi tempa antara lain dapat digunakan untuk membuat rantai jangkar,
kait keran dan landasan kerja pelat.
c. Baja Lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1 % - 0,3%, mempunyai sifat
dapat ditempa dan liat. Digunakan untuk membuatmur, sekrup, pipa dan keperluan
umum dalam pembangunan.
d. Baja Karbon Sedang
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar 0,4 % - 0,6 %. Sifatlebih kenyal dari yang
keras. Digunakan untuk membuat benda kerjatempa berat, poros, dan rel baja.
e. Baja Karbon Tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,7 % - 1,5 %. Sifat dapat ditempa,
dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakanuntuk membuat kikir, pahat, gergaji,
tap, stempel dan alat mesin bubut.
f. Baja Karbon Tinggi Dengan Campuran
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, kromatau tungsten. Sifat
rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekerasan,dapat disepuh keras, dan
dimudakan. Digunakan untuk membuat mesinbubut dan alat – alat mesin.
Pada umumnya yang digunakan untuk proses pengelasan logamferro adalah las MAG (
metal active gas ). Terdapat persamaan yangmendasar pada elektroda ferro MAG (
metal active gas ), setiapelektroda memiliki unsur paduan. Untuk mengelas besi
karbonmenggunakan proses pengelasan MAG ( metal active gas ), fungsiutama
penambahan unsur paduan pada elektrodanya adalah untukmengatur deoksidasi
genangan las (weld puddle) dan untuk membantumenentukan properti mekaniknya.
Deoksidasi adalah kombinasi elemendengan oksigen dari genangan las menghasilkan
slag atau formasi kaca (glass formation) pada permukaan.
Metalurgi dalam pengelasan, dalam arti yang sempit dapat dibatasi hanya pada logam
las dan daerah yang dipengaruhi panas atau HAZ (Heat Affected Zone). Untuk alasan ini
secara singkat dan umum, latar belakang prinsip-prinsip metalurgi juga diperlukan
sebelum membicarakan sifa-sifat las dan HAZ yang berdekatan. Karena dengan
mengetahui metalurgi las, memungkinkan meramalkan sifat-sifat dari logam las. Aspek-
aspek yang timbul selama dan sesudah pengelasan harus benar-benar diperhitungkan
sebelumnya, karena perencanaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan kualitas hasil
las yang kurang baik. Dengan demikian pengetahuan metalurgi las dan ditambah dengan
keahlian dalam operasi pengelasan dapat ditentukan prosedur pengelasan yang baik
untuk menjamin hasil las-lasan yang baik.
Pada setiap penyambungan dengan las, selalu dijumpai daerah-daerah atau bagian-
bagian dari sambungan las seperti yang terlihat pada Gambar 5.1.
b. Garis gabungan (fusion line), adalah garis gabungan antara logam lasan dan HAZ,
dapat dilihat dengan mengetsa penampang las. Daerah ini adalah batas bagian cair
dan padat dari sambungan las.
c. HAZ (Heat Affected Zone), adalah daerah pengaruh panas atau daerah dimana logam
dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama pengelasan mengalami siklus
termal atau pemanasan dan pendinginan dengan cepat. Penyebaran panas pada logam
induk dipengaruhi oleh temperatur panas dari logam cair dan kecepatan dari
pengelasan. Pada batas HAZ dan logam cair temperatur naik sangat cepat sampai
batas pencairan logam dan temperatur turun sangat cepat juga setelah proses
pengelasan selesai. Hal ini dapat disebut juga sebagai efek quenching. Pada daerah
ini biasanya terjadi transformasi struktur mikro. Struktur mikro menjadi austenit
ketika temperatur naik (panas) dan menjadi martensit ketika temperatur turun
(dingin). Daerah yang terletak dekat garis fusi ukuran butirnya akan cenderung besar
yang disebabkan oleh adanya temperatur tinggi, menyebabkan austenit mempunyai
kesempatan besar untuk menjadi homogen. Karena dengan keadaan homogen
menyebabkan ukuran butir menjadi lebih besar. Sedangkan daerah yang semakin
menjauhi garis fusi ukuran butirnya semakin mengecil. Hal ini disebabkan oleh
temperatur yang tidak begitu tinggi menyebabkan austenit tidak mempunyai waktu
yang banyak untuk menjadi lebih homogen. Transformasi struktur mikro yang terjadi
akibar perubahan temperatur menyebabkan daerah HAZ sangat berpotensial
terjadinya retak (crack) dan hal ini sangat penting untuk diperhatikan untuk
mendapatkan hasil lasan yang baik.
d. Logam induk (parent metal), adalah bagian logam yang tidak terpengaruh oleh
pemanasan karena proses pengelasan dan temperatur yang disebabkan selama proses
pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan sifat-sifat dari
logam induk. Hal ini disebabkan karena temperatur atau suhu yang terjadi di logam
induk belum mencapai temperatur kritis.
Proses pendinginan pada las kondisi umum berlangsung secara gradual tanpa penurunan
suhu secara mendadak (quenching), proses laju pendinginan terhadap pengelasan sangat
berpengaruh,karena kualitassambungan las yang tidak optimal akibat lonjakan tegangan
yang tinggi di sekitar lasan yang ditimbulkan dari temperatur puncak las dan laju
pendinginan pasca pengelasan yang tinggi dan temperatur terdistribusi tidak sama pada
kedua logam yang disambung. Lonjakan tegangan tersebut akan menyebabkan
timbulnya tegangan sisa, sedangkan distribusi temperatur yang tidak sama pada kedua
logam yang disambung dapat menyebabkan struktur HAZ yang tidak homogen..
Pengaruh kecepatan pendinginan pada kuaitas las akan tergantung pada komposisi
kimia logam induk dan kemampuan dikeraskan. Baja karbondan baja paduan karbon-
mangan dengan kadar karbon sama dengan 0,3%atau lebih tinggi, dapat mempunyai
kekerasan yang secara berarti dapat dirubah dengan pemanasan dan pendinginan yang
cepat. Austenite akan terbentuk dalam baja pada temperatur dalam baja pada temperatur
pengelasan dan akan berubah bentuk ke martensit jika kecepatan pendinginan cukup
cepat. Bagian yang tipis pada logam dapat mempunyai pengaruh quenching dalam las
dan kehilangan panas dapat menyebabkan pengerasan pada daerah pengaruh panas.
Proses pendinginan pada las cocok dengan menggunakan diagram CCT (continous
coolling transformation). .Diagram CCT untuk logam las baja di mana struktur austenit
berubah menjadi berbagai fasa tergantung pada kecepatan pendinginan seperti pada
contoh gambar 5.2.
Gambar 5.2. Diagram CCT
Transformasi yang artinya perubahan yang di pengaruhi oleh panas yang selanjutnya
berpengaruh pada struktur mikrodan sifat-sifat fisik dan badan las, Proses pengelasan
yang melibatkan adanya pencairan di daerah sambungan, secara metalurgis akan
menghasilkan tiga daerah seperti terlihat pada gambar berikut .:
Pada daerah 2 (daerah Fusi, yang kadang-kadang disebut juga sebagai dilusi) :
Terjadi pencampuran antara logam las dan logam induk. Pada prinsipnya di daerah ini
terjadi proses pemaduan. Secara umum hasil dari suatu proses pemaduan dapat
menghasilkan larutan padat, senyawa atau campuran antara larutan padat dan senyawa
yang akan memberikan perbedaan terhadap sifat mekanik yang dimilikinya. Dalam
praktek, keberadaan senyawa intermetalik yang getas sangat tidak diinginkan apabila
terbentuk di batas butir namun akan berperan sangat penting dalam meningkatkan
kekuatan logam apabila senyawa tsb muncul sebagai bagian dari fasa eutektik atau
tersebar merata dalam bentuk partikel halus.
Perlu digarisbawahi bahwa ketiga daerah tersebut akan selalu muncul pada saat
menerapkan proses pengelasan yang melibatkan adanya proses pencairan, baik pada
saat mengelas logam yang sama (similar metal welding) maupun pada saat mengelas
dua logam yang berbeda (dissimilar metal welding).
Pada gambar 5.3, berikut merupakan contoh kasus terjadinya cacat retak yang terjadi
pada sebuah bottle scrubber.
c. Cacat Inklusi
Cacat inklusi ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk karena
reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar seperti: terak, oksida, logam wolfram,
atau lainnya. Cacat ini biasanya terjadi pada daerah bagian logam las (weld metal)
d. Bentuk yang tidak Sempurna
Peleburan yang tidak sempurna terjadi karena logam dasar dan logam las yang
berdekatan tidak melebur bersama secara menyeluruh. Ini dapat terjadi jika
permukaan yang akan disambung tidak akan tidak dibersihkan dengan baik, dan
dilapisi kotoran, terak, oksida, atau bahan lainnya. Penyebablain dari cacat ini adalah
pemakaian peralatan las yang arus listriknya tidak memadai, sehingga logam dasar
tidak mencapai titik lebur. Laju pengelasan yang terlalu cepat juga dapat
menimbulkan pengaruh yangsama. Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las
yang tidak baik (tidak sempurna).
e. Voids (Porositas)
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang
biasanya terbentuk didalam logam las akibat terperangkapnya gas/oksigen yang
terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula terbentuk akibat
kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas seperti
ini disebut shrinkage porosity. Cacat las ini ditimbulkan oleh arus listrik yang terlalu
tinggi atau busur nyala yang terlalu panjang. Porositas dapat terjadi secara merata
tersebar dalam las, atau dapat merupakan rongga yang besar terpusat didasar las
sudut atau dasar dekat las pelindung pad alas tumpul. Yang terakhir diakibatkan oleh
prosedur pengelasan yang buruk dan pemakaian plat pelindung yang ceroboh.
f. Peleburan yang Berlebihan
Arti peleburan berlebihan (undercutting) adalah terjadinya alur pada bahan dasar
didekat ujung kaki las yang tidak terisi dengan logam las. Arus listrik dan panjang
busur nyala yang berlebihan dapat membakar atau menimbulkan alur pada logam
dasar. Cacat ini mudahterlihat dan dapat diperbaiki dengan memberi las tambahan.
g. Pembentukan Terak
Terak terbentuk selama proses pengelasan akibat reaksi kimia lapisan elektroda yang
mencair, serta terdiri dari oksida logam dari senyawa lain. Karena kerapatan terak
lebih kecil dari logam las yang mencair. Terak biasanya berada pada permukaan dan
dapat dihilangkan dengan mudah setelah dingin. Namun, pendinginan sambungan
yang terlalu cepat dapat menjerat terak seblum naik ke permukaan. Bila beberapa
lintasan las dibutuhkan untuk memeperoleh ukuran las yang dikehendaki, pembuat
las harus membersihkan terak yang ada sebelum memulai lintasan yang baru.
Kelalaian terhadap hal ini merupakan penyebab utama masuknya terak.
BAB 6
PENGUJIAN TIDAK MERUSAK HASIL PENGELASAN
Pengujian Radiografik dapat digunkan untuk semua bahan, akan tetapi pengguanannya
tergantung dari lokasi sambungan, konfigurasi sambungan dan ketebalan bahan.
Pengujian ini menggunakan radiasi sinar X dan hasilnya dapat dilihat pada negative
film. Pengujian ini dapat dilakukan pada keretakan, incomplete fussion, atau porositas.
Keuntungan : dapat dilakukan untuk diskontinuitas pada permukaan maupun pada
bagian dalam yang tidak bias dilakukan oleh pengujian amatan, magnetic partikel tes,
dan penetrant.
Batasan :
•biayanya mahal
•bahaya untuk kesehatan
d. Ultrasonic Testing
Pengujian Ultrasonic dapat dilakukan untuk hamper semua bahan, menggunakan
metoda gelombang suara dengan frequensitinggi yang tidak dapat didengar manusia.
Menggunakan metoda pulse echo technique, sebuah transducer mentransmisikan suara
frequensi tinggi melalui bahan, suara pantulan kemudian ditangkap dari diskontinuitas.
Keuntungan : Dapat digunakan untuk pengujian di permukaan maupun bagian dalam
bahan.
Keterbatasan : sulit digunakan untuk bahan yang mempunyai ukuran butir yang besar.
8. Proof Test.
Proof Test adalah pengujian tekanan sekaligus kebocoran menggunakan tekanan
hidrostatis. Perlu diperhatikan bahwa udarayang terperangkap harus dikeluarkan,
karena bisa membahayakan.
9. Magnetic Test for Delta ferrite.
Pengujian ini efektif untuk keretakan di baja austenistik. Pada baja pada fasa ferrite
BCC bersifat magnetic sedangkan austenit FCC tidak bersifat magnet. Pengujian ini
untuk mengetahui jumlah feritdalam logam las.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Welding Society, Certification Manual for Welding Inspectors, ,
AWS, Florida, 2000
2. O’Brien, R.L.,”Welding Handbook, Volume 2 – Welding Processes”,
American Welding Society, Miami, 8th Edition, 1991
3. Jenney, Cynthia L., and Annette O’Brien,”Welding Handbook, Volume 1 –
Welding Science and Technology”, American Welding Society, Miami, 9th
Edition, 2001
4. Wiryosumarto H, Okumura T., Teknologi PengelasanLogam, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1991
BAB 7
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PENGELASAN
7.2. Kecelakaan
Faktor yang paling banyak terjadi dilingkungan kerja adalah adanya kecelakaan, dimana
kecelakaan merupakan :
a. Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan cidera fisik seseorang
bahkan fatal sampai kematian / cacat seumur hidup dan kerusakan harta milik
b. Kecelakaan biasanya akibat kontak dengan sumber energi diatas nilai ambang batas
dari badan atau bangunan
c. Kejadian yang tidak diinginkan yang mungkin dapat menurunkan efisiensi
operasional suatu usaha.
Hal-hal dalam kecelakaan dapat meliputi :
(1) Kecelakaan dapat terjadi setiap saat ( 80 % Kecelakaan akibat kelalaian )
(2) Kecelakaan tidak memilih cara tertentu untuk terjadi
(3) Kecelakaan selalu dapat menimbulkan kerugian.
(4) Kecelakaan selalu menimbulkan gangguan
(5) Kecelakaan selalu mempunyai sebab
(6) Kecelakaan dapat dicegah / dieliminir
240